Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS 1

“ANALISIS KUALITATIF SENYAWA MENGGUNAKAN METODE


KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)”

Disusun Oleh:

Kelompok 6

Nisfalatul Rizti (31117079)

Nunung Nuryanti (31117081)

Rani Rahmawati (31117082)

Rara Amiati (31117083)

Rika Zahara Dewi (31117084)

PROGRAM S1 FARMASI

STIKes BAKTI TUNAS HUSADA

TASIKMALAYA

2019
No. Praktikum : VII

Hari/Tanggal : Senin, 18 November 2019

No. Sampel : Vitamin B12 (Cyanocobalamin)

A. Tujuan Praktikum
Memisahkan campuran senyawa fase dengan metode kromatografi
lapis tipis dan untuk mengetahui nilai Rf.
B. Dasar Teori
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu teknik yang sederhana dan
banyak digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau lembaran
plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dan kering bentuk silica gel,
alomina, selulosa dan polianida. Untuk menotolkan larutan cuplikan pada
lempeng kaca, pada dasarnya digunakan mikro pipet/pipa kapiler. Setelah itu,
bagian bawah dari lempeng dicelup dalam larutan pengulsi di dalam wadah
yang tertutup (chamber) (Rudi, 2010).
Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan
Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain
kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom
yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas didalamnya, pada kromatografi
lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada
permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat alumunium
atau plat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan
sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom (Rohman, 2007).
Vitamin B12 merupakan unsur esensial untuk perkembangan sel-sel
darah merah yang normal. Vitamin B12 menjadi faktor anti-anemia. Sumber
Vitamin B12 terdapat dalam hati, ginjal, jantung, daging, ikan, unggas, kerang,
susu dan hasil olahannya, telur. Kekurangan Vitamin B12 jarang terjadi karena
kekurangan dalam makanan, akan tetapi sebagian besar sebagai akibat penyakit
saluran cerna atau pada gangguan absorpsi dan transportasi. Karena Vitamin
B12 dibutuhkan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktifnya, salah satu
gejala kekurangan Vitamin B12 adalah anemia karena kekurangan folat.
Anemia perniosa terjadi pada atrofillisut-nya lambung yang menyebabkan
berkurangnya sekresi faktor intrinsik (Almatsier, 2001).
Warna merah Vitamin B12 merupakan salah satu pigmen alami dalam
kehidupan seperti warna hijau pada klorofil. Semua pigmen alami diturunkan
secara biosintesis dari urophorpirinogen III yang terdiri dari molekul asam 5-
aminolevulinat (ALA), yang berpasangan dua-dua untuk menghasilkan 4
molekul porfobilinogen (PBG).
Sifat fisiko kimia Vitamin B12 :
Nama lain : Sianokobalamin
Pemerian : Hablur merah tua, atau serbuk hablur merah
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, larut dalam etanol, tidak larut dalam
aseton dan eter.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
Corong pisah Chamber Plat KLT

Tip Penggaris Oven

2. Bahan
a. Vitamin B12
b. Amonia
c. Methanol
d. Etil asetat
D. Prosedur Kerja
1. Preparasi sampel dan standar

Timbang 250 mg
Divortex kemudian
sampel kemudian
Preparasi Sampel di sentrifugasi.
dilarutkan dalam 5
diambil filtratnya.
ml etanol.

Timbang 50 mg sampel kemudian


Preparasi standar
dilarutkan dalam 1 ml etanol.

2. Preparasi fase diam

Plat diaktivasi dalam oven pada


Simpan pada desikator.
suhu 120°C selama 30 menit.

3. Preparasi fase gerak

Campurkan
amonia:metanol:etil Kocok selama 1
Kemudian ambil
asetat (14:20:45) jam. diamkan 25
Fase organiknya.
kedalam corong jam.
pisah.

4. Proses KLT (elusi)

Totolkan hasil
preparasi sampel Kemudian masukan
Masukan eluen dan standar vit B12 plat KLT kedalam
kedalam chamber dengan chamber. elusi
dan jenuhkan menggunakan tip sampai batas.
selama 10 jam. pada plat KLT yang kemudian hitung rf
telah ditentukan nya.
batasnya
E. Hasil Pengamatan

Sampel/Standar Jarak tempuh Hasil Rf Hasil pengamatan


penotolan

Standar 2,1 cm 0,42

Sampel Vitamin 2 cm 0,4


B12

F.
1. Perhitungan Rf :
2,1
Rf standar vitamin B12 = = 0,42
5
2
Rf sampel vitamin B12 = = 0,4
5

G. Pembahasan
Dalam pratikum kali ini yaitu Kromatogrfi Lapis Tipis yang bertujuan
untuk menganalisis dan menentukan senyawa menggunakan metode
kromatografi lapis tipis (KLT) pada sediaan farmasi.
Sediaan farmasi yang dilakukan dalam metode KLT ini ialah Vitamin B12.
Sianokobalamin merupakan kristal berwarna merah dengan kelarutan yang
baik dalam air (1g/80 mL pada suhu 250C. Dalam bentuk amorf-nya vitamin
ini bersifat higroskopis dan menyerap kurang lebih 12 % air (b/b). Vitamin ini
larut dalam alkohol, fenol, dan pelarut polar lainnya yang mempunyai gugus
hidroksi. Sianokobalamin tidak larut dalam pelarut organik lain termasuk
aseton, eter, dan benzena. Kristalnya tidak meleleh akan tetapi mengalami
peruraian pada suhu diatas 2000C.
Vitamin B12 merupakan nama kolektif untuk korinoid yang mengandung
kobalt dengan aktivitas biologis sianokobalamin (CNCbl). Struktur korin
meliputi 4 cincin pirol tereduksi yang dihubungkan dengna 3 jembatan metilen
dengan 2 gugus pirol terhubung langsung. Atom kobalt pusat terikat dengan
ikatan koordinasi ke atom nitrogen 4 cincin pirol. Sianokobalamin meliputi
semua senyawa yang bersifat aktif biologis kobalamin dalam manusia
Diantara berbagai jenis teknik kromatografi, kromatografi lapis tipis
adalah yang paling cocok untuk analisis obat di laboratorium farmasi. Metode
ini hanya memerlukan investasi yang kecil untuk perlengkapan, menggunakan
waktu yang singkat untuk menyelesaikan analisis, dan memerlukan jumlah
cuplikan yang sangat sedikit. Dimana Kromatografi Lapis Tipis (KLT) sendiri
merupakan metode pemisahan fisikokimia.
Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir–butir (fase
diam atau lapisan penyerap), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas
atau penyangga berupa pelat gelas, logam , atau lapisan yang cocok. Campuran
yang akan di pisahkan, berupa larutan,di totolkan berupa bercak atau pita
(awal). Campuran yang akan dipisahkan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai,
lebih menguntungkan jika dipakai pelarut pengembang (fase gerak) atau
pelarut yang kepolarannya sama dengan pengembang
Fase Diam atau lapisan penjerap dibuat dari salah satu penjerap yang
khusus digunakan untuk KLT. Penjerap yang umum ialah Silika Gel,
aluminium oksida, kieselgur, selulosa dan turunannya, poliamida, dan lain-lain.
Dapat dipastikan bahwa silika gel paling banyak digunakan. Silica gel
menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang tergantung kepada cara
pembuatannya. Selain itu harus diingat bahwa penjerap seperti aluminium
oksida dan silica gel mempunyai kadar air yang berpengaruh nyata terhadap
daya pemisahnya.
Fase gerak (pelarut pengembang) ialah medium angkut dan terdiri atas satu
atau beberapa pelarut. Ia bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan
berpori, karena ada gaya kapiler. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat
mutu analitik dan bila diperlukan system pelarut multikomponen ini harus
berupa suatu campuran sederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga
komponen. Angka banding campuran dinyatakan dalam bagian volume
sedemikian rupa sehingga volume total 100. Namun dalam praktikum dibuat
sesuai kebutuhan sehingga volumenya tidak mencapai 100.
Komponen yang digunakan dalam praktikum ini adalah Amonia : etil
asetat : metanol dengan perbandingan 14 : 50 :20. Dari masing – masing pelarut
eluen tersebut, nilai konstanta dielektriknya ialah amonia 22 pada 34°C, Etil
asetat 6,02 pada 25°C dan metanol 33,6 pada 25°C. Lapisan kemudian
dimasukan kedalam bejana atau chamber yang berisi pelarut yang dalamnya
sekitar 3 cm yang akan bertindak sebagai fase gerak. Hal ini dilakukan
demikian rupa sehingga pelarut berkintak dengan lapisan pada ujung yang
dekat dengan berkas totolan. Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler
(pengembangan ).
Pengembangan adalah proses pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut
pengembang merambat naik dalam lapisan. Jarak pengembangan normal, yaitu
jarak antara garis antara garis awal dan garis depan. Lapisan KLT harus dalam
keadaan kering setelah atau pun sebelum melakukan atau didapatkan hasil KLT
atau bercak dengan cara membiarkan plat di udara selama 5-10 menit.
Kromatografi biasanya dilakukan didalam bejana atau chamber yang telah
dijenuhkan sejenuh mungkin dengan fase gerak. Untuk campuran yang tidak
diketahui, lapisan pemisah (sifat penjerap) dan system larutan pengembang
harus dipilih dengan tepat karena keduanya bekerja sama untuk mencapai
pemisahan. Selain itu, hal yang juga penting adalah memiliki kondisi kerja
yang optimum yang meliputi sifat pengembangan, atmosfer bejana dan lain-
lain. Jarak pengembangan senyawa pada kromatografi biasanya di nyatakan
dengan angka Rf atau hRf. Dengan rumus

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡/𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛/𝑛𝑜𝑑𝑎


Rf =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡/𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛/𝑟𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡
Dari hasil KLT yang telah dilakukan didapatkan bahwa nilai Rf dari
standar vitamin B12 adalah 0,42 sedangkan untuk sampel nya didapatkan nilai
Rf 0,4.

H. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa, teknik pemisahan dengan KLT merupakan
teknik kromatografi dimana zat-zat dipisahkan berdasarkan perbedaan migrasi
zat terlarut dalam fase diam (adsorben dilapisi silika gel ) dan fase gerak
(larutan pengembang).
Hasil dari pemisahan dengan metode KLT digunakan nilai RF (retardation
factor) dengan rumus:
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡/𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛/𝑛𝑜𝑑𝑎
Rf =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡/𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛/𝑟𝑎𝑚𝑏𝑎𝑡

Keakuratan pemisahan dengan metode KLT tergantung pada pemilihan


adsorben sebagai fase diam, kepolaran pelarut, ukuran kolom terhadap jumlah
material, dan laju fase gerak. Suatu senyawa dikatakan murni jika noda yang
ditotolkan terjerat,dengan bentuk yang konstan atau tidak meniggalkan noda
pada jalan yang dilalunya pada plat.
I. Daftar pustaka
Rudi, L. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Kendari :
Universitas Haluoleo.
Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai