Disusun oleh :
P17120203041/2B
JURUSAN GIZI
Desember 2021
1.1 LANDASAN TEORI
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut High
Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan teknik pemisahan yang
luas digunakan untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel
baik di bidang farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri makanan
(Gandjar, 2012).
Larutan sampel yang akan dianalisis diinjeksi kemudian sampel akan turun ke dalam
kolom dan di elusi oleh eluen yang disediakan. Lalu detector akan mendeteksi waktu
retensi dalam bentuk kromatogram. Dari kromatogram itu kita dapat meganalisis sampel.
(Ibnu Ghalib, 2012)
Detektor yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik,
dan tidak bersifat selektif seperti detektor indeks bias dan detektor
spektrometri massa.
Detektor yang spesifik hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan
selektif seperti detektor UV-Vis, detektor fluorescensi, dan elektrokimia
(Gandjar, 2012).
Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :
Status vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia, jenis kelamin, asupan
vitamin C harian, kemampuan absorpsi dan ekskresi, serta adanya penyakit tertentu
(Schetman, 1989 dalam Wardani, L.A, 2012). Asupan harian vitamin C (asam
askorbat) harus seimbang dengan jumlah yang diekskresikan. Manusia dewasa yang
sehat kehilangan 3-4% cadangan asam askorbat dalam tubuh mereka per hari. Untuk
mempertahankan cadangan asam askorbat dalam tubuh, manusia dewasa menerima
masukan vitamin C sebesar 1500 mg atau lebih, tubuh perlu menyerap kira-kira 60
mg per hari. Manusia dan primata lain seperti marmut tidak dapat mensintesis asam
askorbat disebabkan karena tidak memiliki enzim hati yang diperlukan untuk reaksi
akhir yaitu pengubahan L-gulonolakton menjadi asam L-askorbat sehingga
membutuhkan vitamin C dari luar tubuh. Vitamin C dapat diperoleh dari makanan
yang dimakan. Sumber makanan yang banyak mengandung vitamin C dapat
diperoleh dari buah-buahan dan sayur-sayuran (Goodman and Gilman, 2012)
c. Teori tentang fase gerak yang digunakan pada proses elusi
Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fase gerak teteap
selama elusi) atau dengan cara bergradien (komposisi fase gerak berubah-ubah
selama elusi). Elusi bergradien digunakan untuk meningkatkan resolusi campuran
yang kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas
(Gandjar, 2012).
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat
bercampur yang secara secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi.
Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas
fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel (Gandjar, 2012). Fase gerak harus
memiliki sifat-sifat diantaranya adalah :
1. Murni, tidak terdapat kontaminan.
2. Tidak bereaksi dengan wadah.
3. Sesuai dengan detektor.
4. Melarutkan sampel.
5. Memiliki viscositas rendah.
6. Bila diperlukan, memudahkan “sample recovery”
7. Diperdagangkan, dapat diperoleh dengan harga murah (reasonable price)
(Putra,2004)
1.2 TUJUAN
Tujuan umum
Tujuan khusus
Bahan
M1 × V1 = M2 × V2
V1 = (M2 × V2) / M1
V1 = (1000 ppm × 10 mL) / 1000 ppm
V1 = 10 mL
a. Asam askorbat ditimbang secara seksama sebanyak 10 mg dan dimasukkan
ke dalam labu ukur 10 mL.
b. Lalu dilarutkan dengan aquabides sampai tanda batas sehingga diperoleh
larutan dengan kadar 1000 ppm.
1.3.5 Pembuatan deret larutan standar vitamin C 5; 10; 15; 25; 30; 35 ppm
sebanyak 10 mL
a. Larutan baku vitamin C 1000 ppm dipipet sebanyak 50 µL, 100 µL, 150
µL, 200 µL, 250 µL, 300 µL dan 350 µL, dimasukkan ke dalam labu ukur
10 mL.
b. Encerkan dengan metanol sampai tanda batas sehingga diperoleh
konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm, 30 ppm dan 35 ppm.
c. Masing-masing larutan dengan berbagai konsentrasi disaring melalui filter
ukuran 0,45 µm, kemudian diinjeksikan ke dalam sistem KCKT dengan
volume penyuntikan ± 20 µL.
d. Deteksi menggunakan detektor UV dengan panjang gelombang 245 nm
dengan laju alir ± 0,5 mL/menit.
e. Catat luas dan tinggi puncak kromatogram yang terbentuk dan dibuat
kurva kalibrasi dari luas puncak, lalu dihitung persamaan garis regresinya.
Perhitungan :
1.4.1 Hasil
a. Penetapan panjang gelombang maksimum
Penentuan panjang gelombang larutan baku standar Vitamin C
dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer (Shimadzu). Penentuan
dilakukan dengan menggunakan baku standar vitamin C yaitu asam
askorbat. Cara penentuannya dimulai dengan membuat baku standar 20
ppm dan selanjutnya dianalisis pada Spektrofotometer UV dengan rentang
panjang gelombang 200-400 nm. Hasil scanning dapat dilihat pada
Gambar 1.
1.4.2 Pembahasan
Pada penelitian ini telah dilakukan pengukuran kadar vitamin C dalam
berbagai merk minuman kemasan yang dijual di beberapa supermarket.
Minuman kemasan yang dianalisis adalah minuman kemasan yang pada etiket
tertera jumlah kandungan vitamin C. Analisis dilakukan menggunakan metode
KCKT dengan menggunakan kolom C18 dan detektor UV. Pengukuran kadar
ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara kadar
vitamin C yang tertera pada label sampel F, M, N dan Y dengan pendekatan
pada matriks yang terdapat di dalam kemasan.
1.5 KESIMPULAN
Hasil penelitian dengan menggunakan KCKT Shimadzu Prominance menggunakan
kolom C18, pelarut metanol, fase gerak metanol:dapar fosfat (60:40), laju alir 0,5
mL/menit, volume penyuntikan 20 µL dan dideteksi pada panjang gelombang
maksimum 245 nm, didapat hasil sebagai berikut :
1. Hasil analisa sampel didapatkan kadar vitamin C pada sampel F = 136,18 ppm,
sampel M = 182,74 ppm, sampel N = 219,8 ppm dan sampel Y = 2209 ppm.
2. Hasil pengukuran kadar sampel didapatkan perbedaan kadar pada label sampel F,
M, N dan Y dengan pendekatan pada matriks yang terdapat di dalam kemasan.
TEST
1. Apakah tujuan penentuan panjang gelombang maksimum dengan spektrofotometer?
2. Sebutkan kondisi optimal HPLC-UV yang digunakan untuk penetapan kadar vitamin
C tersebut?
3. Sebutkan fase gerak yang digunakan dalam Analisis tersebut?
4. Apakah jenis fasa diam yang digunakan pada analisis tersebut, jelaskan?
5. Jelaskan bagaimana prinsip pemisahan yang terjadi pada sistem HPLC tersebut?
JAWABAN
1. Penentuan panjang gelombang maksimum bertujuan untuk memberikan kepekaan
sampel dengan maksimal, bentuk kurva absorbansi linear, dan menghasilkan hasil
yang cukup konstan setelah dilakukan pengukuran berulang.
2. Pada penelitian ini, Optimasi kondisi analisis dilakukan dengan menggunakan
instrumen KCKT dilengkapi dengan detektor UV, kolom 6 mm x 150 cm,
menggunakan larutan standar vitamin C dengan konsentrasi 25 ppm. Komposisi fase
gerak yang digunakan adalah perbandingan metanol dengan dapar fosfat sebanyak
60:40 dan laju alir ± 0,5 mL/menit. Dipilih karena memiliki puncak yang lebih
simetris.
3. Fase gerak yang digunakan pada penelitian ini adalah metanol dan dapar fosfat
dengan perbandingan 60:40
4. Fase diam yang digunakan pada analisis ini adalah silika gel dan alumina. Pada silika
dan alumina terdapat gugus hidroksi yang akan berinteraksi dengan solut. Gugus
silanol pada silika mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya solut dapat terikat
secara kuat sehingga dapat menyebabkan puncak yang berekor (tailing). Permukaan
silika adalah polar dan sedikit asam karena residu gugus silanol (Si-OH). Silika dapat
dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan reagen-reagen seperti klorosilan.
Silika yang dimodifikasi ini mempunyai karakteristik kromatografik dan selektifitas
yang berbeda jika dibandingkan dengan silika yang tidak dimodifikasi.
5. Prinsip pemisahan yang terjadi pada sistem HPLC ini adalah setiap campuran analit
akan terpisah berdasarkan kepolarannya, dan kecepatannya untuk sampai ke detektor
(waktu retensinya) akan berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum dengan puncak-
puncaknya yang terpisah.