Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II IDENTIFIKASI VITAMIN C DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV

Disusun Oleh : PADILAH MUTIARA TIKA AMALIYAH YULIUS PRASETYO

PROGRAM STUDI S1 FARMASI STIKes BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA 2013

A. TUJUAN Mengetahui cara isolasi citamin C dalam sediaan farmasi. Menetapakan kadar vitamin C dalam sediaan farmasi dengan metode spektrofotometri UV.

B. PRINSIP PERCOBAAN Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detektor vakum phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu satu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Pada spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga spektrofotometri adsorpsi atomic. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu. Fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan spektrometer

dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar - benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk

larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding.

Pemakaian Spektrofotometer Ultra violet dalam analisis kuantitatif mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya : Dapat dipergunakan untuk banyak zat organik dan anorganik. Akan tetapi terdapat beberapa zat yang harus diubah dulu menjadi senyawa berwarna sebelum dianalisa. Selektif, pada pemilihan kondisi yang tepat dapat dicari gelombang maksimum untuk zat yang dicari. Mempunyai ketelitian yang tinggi, dengan kesalahan relatif sebesar 1% 3%, tetapi kesalahan ini dapat diperkecil lagi. Dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. panjang

Daerah spektrum gelombang elektromagnetik Macam - macam sinar SinarX Ultra-violet jauh Ultra-violet dekat Ultra-violet visible Infra-merah dekat Infra-merah tengah Infra-merah jauh Gelombang mikro Gelombang radio Panjang gelombang 10 - 100 pkm 10 - 200 nm 200 - 400 nm 400 - 800 nm 0,75 - 2 u m 2,5 - 50 u m 50 - 1000 u m 0,1 - 100 cm 1 - 1000 m

C. TEORI Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektif mengatasi radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk melindungi lensa dari kerusakan oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi. Status vitamin C seseorang sangat tergantung dari usia, jenis kelamin, asupan vitamin C harian, kemampuan absorpsi dan ekskresi, serta adanya penyakit tertentu. Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Vitamin ini sering disebut juga dengan vitamin antiskorbut (sariawan).

struktur kimia vitamin C

SIFAT FISIKA KIMIA VITAMIN C (ASAM ASKORBAT) Vitamin C merupakan serbuk atau hablur putih atau agak kuning, tidak berbau, rasa asam. Asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13. Oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam larutan cepatan teroksidasi. Vitamin C atau asam askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0% C6H8O6. Suhu lebur lebih kurang 190o c. Kelarutan vitamin C yaitu mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) p, praktis tidak larut dalam kloroform p, dalam eter p dan dalam benzen p.

D. ALAT dan BAHAN Alat : Beaker glass Labu ukur 10 ml dan 50 ml Pipet volume / mikropipet Pipet tetes Batang pengaduk Corong Kuvet Tisue Botol semprot Spektrofometeri UV

Bahan : Sampel vitamin C no 21 Pharmaceutical grad vitamin C (pembanding) Aquadest

E. PROSEDUR Isolasi sampel vitamin C


Sampel digerus

Timbang, lalu dibagi 2

larutan dalam aquadest

Vortex utk menghomogenkan

Sentrifuge 15 menit

Terdafat 2 fase, fase aquadest dan fase endapan

Ambil fase aquadest

Analisis dengan spektrofotometri UV

Analisis dengan spektrofotometri UV Pembuatan larutan induk vitamin C

Penentuan panjang gelombang maksimal larutan vitamin C

Pembuatan kurva kalibrasi

Penentuan kadar sampel

F. DATA HASIL PENGAMATAN Laruatn pembanding vitamin C

Sampel (no 11-14)

Larutan standar vitamin C (pembanding) Konsentrasi 130 110 90 70 50 Absorbansi 0,714 0,597 0,520 0,437 0,257

absorbansi
0.8 Axis Title 0.6 0.4 0.2 0 0 50 100 150 Axis Title y = 0.0054x + 0.0217 R = 0.9734 absorbansi Linear (absorbansi )

Perhitungan

X = 4 mg

Deret pengenceran

Persamaan linier y = ax + b y = 0,005x + 0,021 0,516 = 0,005x + 0,021 0,516 0,021 = 0,005x

X = 99 ppm x 3x pengenceran = 297 ppm

G. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini, yaitu mengidetifikasi kadar vitamin C pada sampel 21 yang dianalisis dengan metode spektrofotometri UV. Hal yang pertama dilakukan yaitu mengisolasi sampel dari bentuk sediaan farmasi, vitamin C ini di isolasi dengan cara melarutkan sampel ke dalam aquadest karena vitamin C larut dalam air sedangkan zat eksipiennya tidak larut dalam air dan biasanya zat eksipien larut dalam pelarut organik, sehingga sampel di larutkan dengan air, selanjutnya sampel divortex tujuannya yaitu untuk menghomogenkan sampel, kemudian dilakukan sentrifugasi sampai terendapkan sempurna antara vitamin C dan zat eksipiennya. Tujuan dilakukannya sentrifugasi ini untuk memisahkan partikel partikel yang lebih kecil sehingga menghasilkan fasa padatan atau endapan, fasa cair diambil untuk dilakukan uji penetapan kadar dengan metode instrumental atau dengan spektrofotometri UV. Uji penetapan kadar pada sampel vitamin C ini menggunakan spektrofotometri UV, karena dilihat dari strukturnya vitamin C ini mempunyai ikan rangkap terkonjugasi atau gugus kromofor yang dapat menyerap sinar ultra violet sehingga dapat diketahui panjang gelombang dari senyawa tersebut. Sebelum melakukan penetapan uji terlebih dahulu di base correction untuk meminimalisir kesalahan dari pelarut yang digunakan. Selanjutnya sebelum sampel tersebut dimasukan kedalam kuvet, terlebih dahulu sampel yang sudah disentrugasi disaring, karena apabila tidak disaring besar kemungkinan akan mempengaruhi pada panjang gelombang vitamin C, panjang gelombang vitamin C dalam pelarut aquades menurut litelatur sebesar 232 nm Sebelum sampel terlebih dahulu membuat larutan pembanding untuk mengetahui panjang gelombang maksimum vitamin C. hasil dari panjang gelombang maksimum 292,5 nm. Selanjutnya dibuat deret pengenceran apabila nilai absorbansi pembanding tersebut sesuai dengan nilai ideal absorbansi (0,2 nm - 0,8 nm). Dari hasil perhitungan persamaan regresi kurva diperoleh persamaan garis linier yaitu y = ax + b dengan koefisien korelasi (r)

sebesar 0,973. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara kadar dan serapan. Artinya, dengan meningkatnya konsentrasi, maka absorbansi juga akan meningkat. Hal ini berarti bahwa terdapat 99,9% data yang memiliki hubungan linier. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka kadar sampel vitamin C 21 dalam sediaan tablet sebesar 14,96%. H. KESIMPULAN Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dengan metode spektrofotometri UV yaitu vitamin C sebanyak 1964 mg mengandung 14,96% vitamin C. Sedangkan hasil pada metode iodimetri yaitu vitamin C menghasilkan kadar sebanyak 28,85 %.

DAFTAR PUSTAKA

Florey, Klaus. Analytical Profiles of Drug Substances Volume 15. ACADEMIC PRESS, INC. New York. (Caffein, 71). Gandjar, G.H., dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gandjar, G.H., dan Rohman, A. 2012. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan Kromatografi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Munson, J.W. 1991. Analisis Farmasi Metode Modern. Parwa B diterjemahkan oleh Harjana. Surabaya: Airlangga University Press. hal.33489. Narins, D.M.C. 1996. Vitamin Dalam Krauses Food, Nutrition and Diet Therapy. Mahlan, L.K, hal 110-114. Schetman, G. 1989. The Influence of Smoking on Vitamin C Status In Adult. Am. J. Public Health. 79, 158-162. Underwood, A. L & R. A. Day, JR. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Penerbit Erlangga. SKOOG, D.A. and D.M. WEST 1971. Principles of instrumental analysis. Holt, Rinehart and Winston, Inc., New York. http://id.wikipedia.org/wiki/Vitamin_C. (diakses, sabtu 20 april 2013 : 20:43).

Anda mungkin juga menyukai