Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA BIII
IDENTIFIKASI ASAM RETINOAT

Oleh :
Nama : Monica Andriany S.W
NIM : P27235019082
Kelas : V B Anafarma

PRODI DIII ANAFARMA


JURUSAN ANAFARMA
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2021
A. Tujuan
Untuk mengetahui apakah sampel mengandung asam retinoat.

B. Dasar Teori
Asam retinoat adalah zat peremajaan non peeling karena merupakan iritan yang
menginduksi aktivitas mitosis sehingga terbentuk stratum korneum yang kompak dan
halus, meningkatkan kolagen dan glikosaminoglikan dalam dermis sehingga kulit
menebal dan padatserta meningkatkan vaskularisasi kulit sehingga kulit memerah dan
segar. Sediaan topikal dalam bentuk krim, ointment, dan gel dalam konsentrasi 0.001 –
0.4 %, umumnya 0.1 %, dapat dikombinasikan dengan AHA sebagai preparasi agar AHA
dapat diserap lebih baik oleh kulit (Wasitaatmadja dkk, 2003).
Dalam beberapa kosmetik dapat ditemukan berbagai bahan kimia yang berbahaya
bagi kulit, seperti merkuri, hidroquinon, asam retinoat dan zat warna sintetis seperti
Rhodamin B dan Merah K3. Bahan-bahan ini sebetulnya telah dilarang penggunaannya
sejak tahun 1998 melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
445/MENKES/PER/V/1998. Sejauh ini bahan-bahan kimia tersebut belum tergantikan
dengan bahan-bahan lainnya yang bersifat alami (BPOM RI, 2008).
Asam Retinoat di label produk kadang ditulis sebagai tretinoin. Asam retinoat ini
dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, dan teratogenik (cacat pada janin). Asam
retinoat adalah bentuk asam dan bentuk aktif dari vitamin A (retinol), disebut juga
tretinoin. Asam retinoat ini sering dipakai sebagai bentuk sediaan vitamin A topikal, yang
hanya dapat diperoleh dengan resep dokter. Bahan ini sering dipakai pada preparat untuk
kulit terutama untuk pengobatan jerawat, dan sekarang banyak dipakai untuk mengatasi
kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari (sundamage) dan untuk pemutih. Menurut
BPOM RI (2008) melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
445/MENKES/PER/V/1998, asam retinoat termasuk bahan yang telah dilarang
penggunaannya sejak tahun 1998. Asam retinoat juga merupakan obat keras yang hanya
boleh dibeli dengan resep dokter (Fatimawali, 2013).
Karena banyaknya kosmetik yang mengandung zat hidrokinon dan asam retinoat
pada kosmetik khususnya krim kecantikan, maka dilakukan lah pemeriksaan zat tersebut
dengan berbagai metode seperti spektrofotometri UV, Kromatografi Lapis Tipis (KLT),
titrasi asam basa dan lain sebagainya. Penulis menggunakan metode Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) untuk mengidentifikasi zat asam retinoat pada kosmetik. Kromatografi
adalah suatu tehnik pemisahan yang menggunakan fase diam dan fase gerak seperti
berbagai macam komponen kompleks, baik komponen organik maupun komponen
anorganik (Gritter, 1991).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber
pada tahun 1983. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas
dan elektroforesis. Digunakannya metode KLT karena metode ini adalah metode yang
paling sederhana dan murah, juga mudah dilakukan. Metode ini merupakan metode
kromatografi yang sangat banyak keuntungannya pada saat analisis seperti : alat yang
digunakan, pemisahan, elusi dan lain sebagainya (Rohman, 2007).
C. Prosedur
Studi Literatur

D. Hasil dan Pembahasan


Judul Jurnal/Hasil Penelitian Pemeriksaan Hidrokuinon dan Asam Retinoat
Pada Sediaan Kosmetik Dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis
Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah alat penampak
bercak aluminium foil, beaker glass, chamber,
kertas saring, labu ukur 25 ml, lampu UV 254
nm, lempeng KLT (silika gel), syringe,
ultrasonic. Bahan yang digunakan adalah
Asam Asetat Glasial, Aseton, Etanol absolut,
N-Heksan, Sampel krim kosmetik A, B, dan
C, Metanol, Asam Retinoat
Metode/Prosedur Preparasi Ditimbang 3 gram sampel dalam gelas piala
yang dibungkus aluminium foil, kemudian
ditambahkan 10 ml Metanol dan dikocok
selama 5 menit. Setelah itu didinginkan
dalam lemari es selama 15 menit dan disaring
dengan kertas saring (larutan A)
Ditimbang 10 mg Asam Retinoat dalam labu
tentukur 10 ml dan diilarutkan dengan
Metanol sampai tanda, kemudian
dihomogenkan (Larutan B)
Metode/Prosedur Identifikasi Asam Ditotolkan masing-masing larutan A dan B
Retinoat secara terpisah dan lakukan kromatografi
lapis tipis sebagai berikut :
Fase Diam : Silika Gel 60 f 254
Fase Gerak : N-Heksan : 0,33% Asam Asetat
dalam Etanol (9:1)
Penjenuhan: Dengan kertas saring
Volume Penotolan : Larutan A: 5-20 µl
Larutan B : 5µl
Jarak rambat : Sediaan Krim ; 10 cm
Penampak Bercak : - Cahaya UV 254
Persyaratan : Tidak boleh mengandung Asam
Retinoat
Hasil dan Pembahasan/Keterangan
Lain

Pada larutan pembanding dan sampel untuk


pemeriksaan asam retinoat diperoleh larutan
baku pembanding terdapat noda/bercak biru
kehitaman dengan harga Rf = 0.18 cm, dan
pada sampel A terdapat 1 bercak biru
kehitaman dengan Harga Rf = 0,12 cm,
sampel B terdapat 2 noda/bercak hitam
kebiruan dengan harga Rf = 0,12 cm dan 0,64
cm, sampel C terdapat 2 noda/bercak biru
kehitaman dengan harga Rf = 0,1 cm dan 0,53
cm.
Jadi dapat dinyatakan bahwa sampel yamg
diuji tidak mengandung zat asam retinoat dan
aman digunakan ataupun dipasarkan. Sediaan
kosmetik A, B, dan C adalah kosmetik yang
memenuhi persyaratan kosmetika menurut
peraturan BPOM.

Judul Jurnal/ Hasil Penelitian Analisis Asam Retinoat Pada Kosmetik Krim
Pemutih Yang Beredar di Pasaran Kota
Manado
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Erlenmeyer, Gelas kimia, Labu takar,
Corong, Pipet volume, Pipet tetes, Pipa
kapiler, Batang pengaduk, Kertas saring
Whatman No.41, Aluminium foil, Timbangan
analitik, Lampu UV254, Bejana Kromatografi,
Lempeng KLT silika gel 60F254 siap pakai
(20 cm x 20 cm, tebal 0,25mm).
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Metanol, Asam asetat glasial, Aseton,
Etanol p.a, n-heksan, Asam retinoat, dan
Sampel krim pemutih.
Metode/Prosedur Preparasi Pembuatan Larutan Pembanding dan Larutan
Uji
Timbang lebih kurang 3 g sampel pembanding
dan sampel uji, masukkan kedalam gelas
kimia, bungkus dengan aluminium foil,
tambahkan 10 mL metanol dan kocok hingga
homogen. Dinginkan dalam es selama 15
menit dan saring melalui kertas saring
Whatman No.41.
Pembuatan Larutan Pengembang
Sistem A: campuran n-heksan – asam asetat
glasial 0,33% dalam etanol p.a (9:1) v/v
Sistem B: campuran n-heksan – aseton (6:4)
v/v
Metode/ Prosedur Identifikasi Asam Lempeng KLT yang telah diaktifkan dengan
Retinoat cara dipanaskan didalam oven pada suhu
1050C selama 30 menit dengan membuat
batas penotolan dan batas elusi 10 cm. Larutan
pembanding dan larutan uji ditotolkan secara
terpisah dengan menggunakan pipa kapiler
pada jarak 1,5 cm dari bagian bawah lempeng.
Jarak antar noda adalah 2,5 cm, kemudian
dibiarkan beberapa saat hingga mengering.
Lempeng KLT yang telah mengandung
cuplikan dimasukkan kedalam bejana KLT
yang terlebih dahulu telah dijenuhkan dengan
fase gerak sistem A berupa nheksan – asam
asetat glasial 0,33% dalam etanol p.a (9:1) dan
sistem B berupa nheksan – aseton (6:4).
Dibiarkan fasa bergerak naik sampai
mendekati batas elusi. Kemudian lempeng
KLT diangkat dan dibiarkan kering diudara.
Diamati di bawah sinar UV254 berfluoresensi
memberikan bercak gelap, menunjukkan
adanya asam retinoat (BPOM, 2011).
Hasil dan Pembahasan/ Keterangan
Lain
Dari tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa ada 3
sampel yang memberikan hasil positif jika
diamati dibawah penyinaran lampu UV254.
Ini berarti sampel tersebut positif mengandung
asam retinoat. Menurut Gritter (1991), untuk
mengidentifikasi suatu senyawa dapat kita
lakukan dengan melihat harga Rf – nya.
Identifikasi sahih dilakukan jika senyawa yang
dianalisis dibandingkan dengan senyawa
pembanding pada lapisan yang sama. Dari
tabel 1 dan 2 dapat dilihat bahwa ada 3 sampel
yang memberikan harga Rf yang berdekatan
dengan sampel pembanding. Pada sistem B
terdapat dua bercak noda gelap yang
dihasilkan oleh sampel pembanding, sampel C
dan sampel E. Noda bercak gelap yang paling
ataslah yang merupakan noda asam retinoat
dan noda yang kedua diduga noda senyawa
lain selain asam retinoat. Ini disebabkan
terjadinya penguraian senyawa pada lapisan
tipis yang disebabkan oleh kerja katalis fase
diam atau karena adanya air yang terserap ke
permukaan penjerap, atau pengaruh udara
(Rohman, 2007). Sampel pembanding pada
sistem A memiliki harga Rf 0,2 cm, pada
sistem B harga Rf 0,64 cm. Pada sampel C
disistem A memiliki harga Rf 0,18 cm, pada
sistem B harga Rf 0,64 cm. Pada sampel D
disistem A memiliki harga Rf 0,16 cm, pada
sistem B harga Rf 0,64 cm. Pada sampel E
disistem A memiliki harga Rf 0,17 cm, pada
sistem B memiliki harga Rf 0,64 cm. Jadi
dapat disimpulkan bahwa sampel C, D dan E
positif mengandung asam retinoat dan pada
sampel A dan B negatif atau tidak
mengandung asam retinoat. Hal ini dapat
dilihat dari hasil kromatografi lapis tipis
dengan adanya bercak gelap pada lempeng
KLT.

E. Kesimpulan
Berdasarkan studi literature yang telah ditemukan didapatkan kesimpulan bahwa
jurnal 1 yang berjudul “Pemeriksaan Hidrokuinon dan Asam Retinoat Pada Sediaan
Kosmetik Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis” tidak mengandung zat asam
retinoat dan aman digunakan ataupun dipasarkan. Sedangkan dalam jurnal 2 yang
berjudul “Analisis Asam Retinoat Pada Kosmetik Krim Pemutih Yang Beredar di
Pasaran Kota Manado” 3 sampel diantaranya mengandung zat asam retinoat dan 2 sampel
tidak mengandung zat asam retinoat sehingga terdapat beberapa sampel yang tidak layak
untuk digunakan dan tidak memenuhi persyaratan BPOM.

F. Daftar Pustaka
BPOM RI. 2008. Informatium Obat Nasional Indonesia (IONI). Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia.
BPOM RI. (2011). Persyaratan Teknis Kosmetika. Nomor HK.03.1.23.08.11.0757
Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Fatimawali, S. S. dan Citraningtyas Gayatri. (2013). Analisis Asam Retinoat pada
Kosmetik Krim Pemutih yang Beredar di Pasaran Kota Manado. Jurnal Ilmiah
Farmasi. UNSRAT Vol. 2. FMIPA UNSRAT Manado.
Gandjar, I. G. dan Rohman, A., (2007), Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Gritter, R.J, Bobbit, J.N., dan Schwarting, A.E., (1991), Pengantar Kromatografi,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Edisi II, ITB Press Bandung.
Wasitaatmadja, S. M. (2003). Dasar-Dasar Peremajaan Kulit. Jakarta: Balai Penerbit FK-
UI.

Anda mungkin juga menyukai