Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PADA OBAT


TRADISIONAL DAN KOSMETIK TRADISIONAL

IDENTIFIKASI SILIKAT DALAM OBAT TRADISIONAL

DISUSUN OLEH

1. BELLINDA ANGGUN N (P27235018060)


2. BERNIKA FITRISKASARI (P27235018061)
3. DEWI SARASWATI F (P27235018062)
4. DYLA ARISTA (P27235018063)
5. DYTAARSYANTY R. (P27235018064)

IV B ANAFARMA

PRODI DIII ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2020
LAPORAN PRAKTIKUM

IDENTIFIKASI SILIKAT DALAM OBAT TRADISIONAL

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mampu mengidentifikasi kandungan silikat di dalam sampel jamu yang ada di
pasaran
II. DASAR TEORI
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupabahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sedia angalenik atau campuran dari
bahan bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman (Peraturan Kepala Badan POM Nomor HK.
00.05.41.184).
Persyaratan OT sesuai perundang-undang No.23 Tahun 1992 yang berlaku,
OT dilarang menggunakan :
1. Bahan kimia hasil isolasi/sintetik berkhasiat obat
2. Narkotika atau psikotropika
3. Hewan atau tumbuhan yang dilindungi

Obat tradisional yang ada di Indonesia dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu jamu,


obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.

a. Jamu (Empirical based herbal medicine)


Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang
berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut, higienis
(bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional. Jamu telah digunakan
secara turun-temurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan
tahun. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur . Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris turun temurun
b. Obat Herbal Terstandar (Scientificbased herbal medicine)
Obat herbal tersetandar adalah obat tradisional yang disajikan dari
ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang,
maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan
yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengant enaga kerja yang
mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak.
Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini telah ditunjang dengan
pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan)
dengan mengikuti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan
ekstrak tanaman obat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis, dan
uji toksisitas akut maupun kronis.
c. Fitofarmaka (Clinical basedherbal medicine)
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam yang dapat
disetarakan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah
terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada
manusia dengan kriteria memenuhi syarati lmiah, protokol uji yang telah
disetujui, pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika, tempat
pelaksanaan uji memenuhi syarat. Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan
para profesi medis untuk menggunakan obat herbal di sarana pelayanan
kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong untuk menggunakan obat herbal
karena manfaatnya jelas dengan pembuktian secara ilimiah.
Silika adalah senyawa hasil polimerisasi asam silikat, yang tersusun
dari rantai satuan SiO4 tetrahedral dengan formula umum SiO2. Di alam
senyawa silika ditemukan dalam beberapa bahan alam, seperti pasir, kuarsa,
gelas, dan sebagainya. Silika sebagai senyawa yang terdapat di alam
berstruktur kristalin, sedangkan sebagai senyawa sintetis adalah amorph.
Secara sintetis senyawa silika dapat dibuat dari larutan silikat atau dari
pereaksi silan. Silika gel sebagai salah satu senyawa silika sintetis yang
berstruktur amorph. Silika gel merupakan salah satu bahan kimia berbentuk
padatan yang banyak dimanfaatkan sebagai adsorben. Hal ini disebabkan oleh
mudahnya produksi dan juga beberapa kelebihan yang lain, yaitu : sangat inert,
hidrofilik, mempunyai kestabilan termal dan mekanik yang tinggi serta relatif
tidak mengembang dalam pelarut organik jika dibandingkan dengan padatan
resin polimer organik. Kualiatas yang berkaitan dengan pemanfaatannya
ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu struktur internal, ukuran partikel,
porositas, luas permukaan, ketahanan dan polaritasnya. Sifat sebagai penjerap
yang disebut juga sifat adsorptif adalah karena adanya situs aktif pada
permukaan.
Kegunaan silika gel yang lazim adalah sebagai penjerap uap air pada
penyimpanan bahan – bahan yang bersifat higroskopis, atau mudah menjerap
uap air seperti berbagai produk makanan dan juga obat – obatan. Pada silika
gel yang digunakan sebagai penjerap uap air biasanya ditambahkan senyawa
kobalt sebagai indikator untuk mengetahui kapasitas uap air yang terjerap.
Silika (SiO2) adalah salah satu unsur hara yang dibutuhkan tanaman, terutama
padi dan tanaman lain yang bersifat akumulator Si. Silika juga merupakan
unsur kedua terbesar di kerak bumi, dan sebagian besar Si terdapat di dalam
tanah. Silika termasuk unsur nonesensial sehingga perannya kurang mendapat
perhatian. Namun Si berperan dalam meningkatkan fotosintesis dan resistensi
tanaman terhadap cekaman biotik (serangan hama dan penyakit) dan abiotik
(kekeringan, salinitas, alkalinitas, dan cuaca ekstrim) (Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2010).
Silika secara alami terkandung dalam pasir, kerikil, dan batu-batuan.
Serbuk silika diperoleh dari pasir alam dengan metode ekstraksi padat-cair
(leaching) seperti yang diperoleh di daerah Pantai Bancar, Tuban, Jawa Timur.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kandungan silika quartz sebesar
71,3% yang berbentuk amorf (Ramadhan et al., 2014). Mourhly et al. (2015)
melakukan penelitian dengan mensintesis silika dari batu apung (pumice rock)
yang berasal dari daerah Maroko. Reaksi kimia yang terjadi dalam proses
sintesis serbuk silika pada batu apung yang dilakukan oleh Mourhly et al.
(2015), yaitu:
SiO2 + 2NaOH Na2SiO3 + H2O (2.1)
Na2SiO3 + H2SO4 SiO2 + Na2SO4 + H2O (2.2)
Ketika serbuk batu apung dicampurkan dengan natrium hidroksida,
akan dihasilkan natrium silikat yang bercampur air. Natrium silikat
direaksikan dengan asam sulfat hingga terjadi endapan dari silika, natrium
sulfat, dan air. Setelah itu dilakukan proses kalsinasi sehingga natrium sulfat
dan air akan menghilang dan yang tertinggal hanyalah silika murni.
Selain itu, silika dapat pula didapatkan melalui proses ekstraksi dari
sekam padi dan daun bambu. Sekam padi dari daerah Tanggamus, Provinsi
Lampung mempunyai kadar silika yang cukup tinggi mempunyai fase amorf
dan kemurnian sekitar 95,35%, sehingga cukup layak untuk dikembangkan
dalam pengembangan material berbasis silika nabati (Suka et al., 2008).
Silika memiliki sifat non konduktor, memilki ketahanan terhadap oksidasi
dan degresi termal yang baik (Hildayati et al., 2009). Secara teoritis, unsur
silika mempunyai sifat menambah kekuatan lentur adonan keramik dan
kekuatan produk keramik. Penguatan badan keramik terjadi karena adanya
pengisian ruang kosong yang ditinggalkan akibat penguapan dari proses
pembakaran adonan dengan leburan silika sedemikian rupa hingga produk
menjadi lebih rapat (Hanafi dan Nandang, 2010).
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT
Alat yang digunakan adalah Plat tetes, pipet tetes, batang pengaduk
BAHAN
Bahan yang digunakan adalah Jamu asam urat, larutan FeCl3, reagen benedict
IV. CARA KERJA
Ambil sampel letakkan pada plat tetes dan reaksikan sampel dengan FeCl3
kemudian tambahkan beberapa tetes reagen benedict, hasil identifikasi positif
apabila dengan FeCL3 akan menghasilkan warna endapan hitam dan reagen
benedict akan menghasilkan warna merah bata
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL

Sampel + FeCl3 + Reagen Interpretasi


benedict
Jamu asam urat Coklat kehitaman Merah bata (+)
serta endapan Merah bata dan
hitam terdapat endapan
hitam

PEMBAHASAN
Percobaan yang akan dilakukan adalah mengidentifikasi silikat yang
terdapat dalam jamu yang beredar dipasaran yang bertujuan untuk mampu
mengidentifikasi kandungan silikat di dalam sampel jamu asam urat. Silika adalah
senyawa hasil polimerisasi asam silikat, yang tersusun dari rantai satuan SiO4
tetrahedral dengan formula umum SiO2. Di alam senyawa silika ditemukan dalam
beberapa bahan alam, seperti pasir, kuarsa, gelas, dan sebagainya. Silika sebagai
senyawa yang terdapat di alam berstruktur kristalin, sedangkan sebagai senyawa
sintetis adalah amorph. Secara sintetis senyawa silika dapat dibuat dari larutan
silikat atau dari pereaksi silan. Silikat dalam ilmu kimia adalah suatu senyawa
yang mengandung satu anion dengan satu atau lebih atom silikon pusat yang
dikelilingi oleh ligan elektronegatif.
Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah analisis kualitatif
yaitu menggunakan pereaksi golongan atau selektif dan pereaksi spesifik,
penggunaan pereaksi dalam percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kation dan
anion yang terdapat dalam suatu larutan (Patnaik,2004) seperti reaksi biru berlin,
cara mikro difusi dan cara kertas saring yang diberi asam pikrat jenuh (Picric acid
test) (Idries dkk, 1995).
Prosedur pertama yang dilakukan dalam melakukan percobaan
identifikasi silikat dalam sediaan jamu diawali dengan menimbang sampel
sebanyak 1 gram kemudian letakkan pada plat tetes dan reaksikan sampel dengan
FeCl3 sebanyak 2 tetes sehingga didapatkan hasil dari percobaan yaitu berwarna
coklat kehitaman serta endapan hitam kemudian setelah ditetesi pereaksi FeCL3
kemudian ditetesi reagen benedict sebanyak 2 tetes sehingga didapatkan hasil dari
percobaan yaitu berubah menjadi merah bata. Hasil yang diperoleh dari
mereaksikan sampel jamu asam urat dengan regen FeCL3 dan regen benedict
adalah Merah bata dan terdapat endapan hitam yang menandakan adanya
kandungan silikat didalam sampel jamu, hal ini telah sesuai menurut (Moffat et al,
2004:; Ali, 2010). Dikarenakan silikat merupakan golongan anion yang
menghasilkan reaksi pengendapan ( endapan ) bila bereaksi di dalam larutan.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pada sampel jamu asam urat positif mengandung senyawa silikat yang ditandai
dengan terbentuknya coklat kehitaman serta endapan hitam setelah ditetesi FeCl3
serta berwarna merah bata setelah ditetesi reagen benedict.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, A.S. dan Nandang, A.R. 2010. Studi Pengaruh Bentuk Silika dari Abu Ampas Tebu
terhadap Kekuatan Produk Keramik. Jurnal Kimia Indonesia. Vol. 5. No. 1.
Hal. 35-38.
Hildayati, Triwikantoro, Faisal, H., dan Sudirman. 2009. Sintesis dan Karakterisasi Bahan
Komposit Karet Alam-Silika. Seminar Nasional Pascasarjana IXITS. ITS.
Surabaya.
Palar.2004.Pencemaran dan Toksilogi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta
Mourhly, A., Khachani, M., Hamidi, E.A., Kacimi, M., Halim, M., and Arsalane, S. 2015. The
Synthesis and Characterization of Low-Cost Mesoporous Silica SiO2 from
Local Pumice Rock. Nanomaterials and Nanotechnology. Morocco. p. 1-7.
Ramadhan, N.I., Munasir, dan Triwikantoro. 2014. Sintesis dan Karakterisasi Serbuk SiO2
dengan Variasi pH dan Molaritas Berbahan Dasar Pasir Bancar, Tuban. Jurnal
Sains dan Seni POMITS. Vol. 3. No. 1. Hal. B-15-B-17.
Suka, I.G., Simanjuntak, W., Sembiring, S., dan Trisnawati, E. 2008. Karakteristik Silika
Sekam Padi dari Provinsi Lampung yang Diperoleh dengan Metode Ekstraksi.
MIPA. Tahun 37. No. 1. Hal. 47-52.
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2010. Mengenal Silika sebagai Unsur Hara.
Vol. 32. No. 3. Balai Penelitian Tanah. Bogor.
LAMPIRAN

Sampel jamu asam urat Sampel + reagen Fecl3 Sampel+reaagen Fecl3+reagen


benedict

Anda mungkin juga menyukai