Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA KOSMETIKA DAN ALAT KESEHATAN


IDENTIFIKASI KEASAMAN / KEBASAAN DALAM KASA

Oleh :

Nama : Ninda Evania Yudya Prameswari


NIM : P27235020030
Kelas : 4A

PRODI DIII ANAFARMA


JURUSAN ANAFARMA
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2022
IDENTIFIKASI KEASAMAN / KEBASAAN DALAM KASA

I. PENDAHULUAN
I.I Tujuan Percobaan
Mahasiswa mampu mengetahui keasaman atau kebasaan dalam kasa.
I.II Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari – hari tentu saja kita seringkali menjumpai sesuatu yang
bersifat asam dan basa, bahkan dalam pembelajaran kimia tentunya kita berkecimpung
dengan teori dan penerapan asam basa. Asam merupakan suatu zat yang sangat penting
dalam kehidupan kita. Banyak kejadian disekitar kita bahkan didalam tubuh yang
melibatkan zat asam, baik itu untuk melepas maupun memerlukan. Proses pencernaan dan
memasak adalah contoh kejadian yang melibatkan asam dan basa.
Suatu zat atau senyawa dapat dikenali jika itu asam dan basa biasanya dengan cara
mencicipi, namun cara ini membahayakan dan tidak lazim karena banyak diantara asam
dan basa tersebut bersifat racun sehingga dapat merusak kulit. Oleh karena itu perlu
digunakan alat yang dapat membedakan antara sifat asam dan basa suatu zat. Alat atau zat
seperti ini disebut indicator.
Salah satu indicator yang sering digunakan adalah kertas lakmus merah dan kertas
lakmus biru. Namun ada juga larutan indicator seperti fenoftalein (PP), brom timol bir
(BTB), metal merah (MM), dan masih banyak lagi. Selain itu, banyak juga bahan alam
yang dapat digunakan sebagai indicator, yaitu dari berbagai tumbuhan yang ada disekitar
kita. Indikator – indicator ini dapat memberikan warna yang berbeda dalam larutan asam
dan basa.
Asam dan basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting. Dalam
kehidupan sehari – hari, kita mengenal zat yang kita golongkan sebagai asam, misalnya
asam cuka, asam sitrun, asam jawa dan lain – lain. Kita juga mengenal sebagai zat yang
bisa digolongkan sebagai basa misalnya kapur sirih, kaustik soda, air sabun, air abu dan
lain – lain. Berkaitan dengan sifat asam dan basa, larutan dikelompokkan kedalam tida
golongan, yaitu bersifat asam, basa, dan netral.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Arhenius zat asam adalah zat yang jika dilarutkan dalam air akan
menghasilkan ion H+. Sedangkan suatu zat basa adalah zat yang jika dilarutkan dalam air
akan menghasilkan ion OH-. Menurut Bronsted-Lowry, asam adalah zat donor proton
(pemberi ion H+). Sedangkan basa adalah zat akseptor (penerima) ion H+ secara kualitatif,
zat asam rasanya masam sedangkan zat basa rasanya pahit. Demikian pula masing – masing
zat dapat memberikan gejala perubahan warna, jika diberi indicator (zat pemeriksa). Dalam
mana terjadinya reaksi antara zat asam ataupun zat basa dengan indicator yang
menghasilkan warna – warna spesifik (MPLK.Politanikoe).
Asam secara umum merupakan senyawa kimia yang bila dilarutkan dalam air akan
menghasilkan larutan dengan pH < 7. Asam adalah suatu zat yang dapat memberikan proton
(ion H+) kepada zat lain (yang disebut basa), atau dapat menerima pasangan electron bebas
dari suatu basa. Suatu asam bereaksi dengan suatu basa dalam reaksi penetralan untuk
membentuk garam.
Basa adalah zat – zat yang dapat menetralkan asam. Secara kimia, asam dan basa
saling berlawanan. Basa yang larut dalam air disebut alkali. Jika asam menghasilkan ion
hydrogen (H+) yang bermuatan positif. Maka ketika suatu senyawa basa dilarutkan kedalam
air, maka akan terbentuk ion hidroksida (OH-) terbentuk karena senyawa hidroksida (OH)
mengikat satu electron saat dimasukkan kedalam air.
Secara umum, basa memiliki sifat sebagai berikut : kaustik, rasanya pahit, licin seperti
sabun, nilai pH lebih dari air suling, mengubah lakmus merah menjadi biru, dapat
menghantarkan arus listrik. Sedangkan asam memiliki sifat, diantaranya adalah masam
ketika dilarutkan dalam air, asam terasa menyengat bila disentuh dan dapat merusak kilit
terutama bila asamnya pekat, asam bereaksi hebat dengan kebanyakan logam, yaitu korosif
terhadap logam, asam walaupun tidak selalu ionic, merupakan cairan elektrolit.
Banyak sekali larutan disekitar kita, baik yang bersifat asam, basa, maupun netral.
Dalam kehidupan sehari – hari, kita mengenal zat yang kita golongkan sebagai asam,
misalnya asam cuka, asam sitrun, asam jawa dan lain – lain. Kita juga mengenal zat yang
bisa digolongkan sebagai basa misalnya kapur sirih, kaustik soda, air sabun, air abu dan lain
– lain. Indikator adalah zat – zat yang menunjukkan indikasi berbeda dalam larutan asam,
basa, dan netral. Indikator asam – basa ini bisa berupa indicator buatan dan indicator alami.
Indikator buatan adalah indicator siap pakai yang sudah dibuat di laboratorium atau
pabrik alat – alat kimia. Contoh indicator buatan adalah kertas lakmus yang terdiri dari
lakmus merah dan lakmus biru, kertas lakmus yang diberi senyawa kimia sehingga akan
menunjukkan warna yang berbeda setelah dimasukkan pada larutan asam ataupun basa.
Warna kertas lakmus akan berubah sesuai dengan larutannya. Perubahan warna yang
mampu dihasilkan oleh kertas lakmus sebenarnya disebabkan karena adanya orchein
(ekstrak lichens) yang berwarna biru didalam kertas lakmus.
Lakmus biru dibuat dengan menambahkan ekstrak lakmus yang berwarna biru
kedalam kertas putih. Kertas akan menyerap ekstrak lakmus yang selanjutnya dikeringkan
dalam udara terbuka, sehingga dihasilkan kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru pada
larutan yang bersifat basa akan tetap biru, karena orchein merupakan anion, sehingga tidak
akan bereaksi dengan anion (OH-).
Lakmus merah dibuat dengan proses yang sama dengan pembuatan kertas lakmus
biru, tetapi ditambahkan sedikit asam sulfat atau asam klorida agar warnanya menjadi
merah sehingga mekanisme reaksi orchein pada suasana asam akan kembali terjadi. Apabila
kertas lakmus merah dimasukkan kedalam larutan yang bersifat asam, warnanya akan tetap
merah karena lakmus merah memang merupakan orchein dalam suasana asam. Sedangkan,
apabila kertas lakmus merah ditambahkan larutan yang bersifat basa, maka orchein yang
berwarna biru akan terbentuk.
Selain kertas lakmus, identifikasi larutan dilaboratorium dapat menggunakan empat
jenis larutan indicator lain, yaitu larutan fenolftalein, metil merah, metil jingga, dan
bromtimol biru. Larutan indicator ini tidak seperti indicator lakmus yang mudah
penggunaannya. Warna – warna yang terjadi pada larutan indicator jika dimasukkan ke
dalam larutan asam dan basa, agak sulit diingat. Sebagai contoh :
 Larutan fenolftalein, pada lingkungan asam, larutan fenolftalein tidak berwarnam di
lingkungan basa berwarna merah, sedangkan di lingkungan netral tidak berwarna. Berarti
untuk membedakan apakah suatu larutan bersifat asam atau netral, tidak cukup hanya
dengan menggunakan larutan fenolftalein.
 Larutan metil merah dapat membedakan antara larutan asam dengan larutan netral.
Larutan asam yang ditetesi metil merah akan tetap berwarna merah, sedangkan larutan
netral berwarna kuning. Akan tetapi, metil merah juga akan menyebabkan larutan basa
berwarna kuning. Berarti, untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat basa atau
netral kita tidak dapat menggunakan metil merah.

Jika ada kemungkinan, perubahan warna apa yang terjadi pada setiap indicator tersebut
(MPLK.Politanikoe) :

Indikator Asam Basa Netral


Fenolftalein Tidak berwarna Merah Tidak berwarna
Metil merah Merah Kuning Kuning
Metil jingga Merah Kuning Kuning
Bromtimol biru Kuning Biru Biru agak kuning
Indikator alam merupakan bahan – bahan alam yang dapat berubah warnanya dalam
larutab asam, basa, dan netral. Indikator alam biasanya dilakukan dalam pengujian asam –
basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok, berupa bunga – bungaan, umbi – umbian,
kulit buah, dan dedaunan. Perubahan warna indicator bergantung pada warna jenis
tanamannya, misalnya kembang sepatu merah didalam larutan asam akan berwarna merah
dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau. Kol ungu di dalam larutan asam akan
berwarna merah keunguan dan di dalam larutan basa akan berwarna hijau
(MPLK.Politanikoe).
Derajat keasaman (pH) suatu larutan dapat ditentukan menggunakan indicator
universal, indicator stick, larutan indicator, dan pH meter.
1. Indikator universal, merupakan campuran dari bermacam – macam indicator yang dapat
menunjukkan pH suatu larutan dari perubahan warnanya. Indikator universal ada dua
macam yaitu indicator yang berupa kertas dan larutan.
2. Indikator kertas (indicator stick), berupa kertas serap dan tiap kotak kemasan indicator
jenis ini dilengkapi dengan peta warna. Penggunaannya sangat sederhana, sehelai
indicator dicelupkan ke dalam larutan yang akan diukur indicator pH-nya. Kemudian
dibandingkan dengan peta warna yang tersedia.
3. Larutan indicator, salah satu indicator universal jenis larutan adalah larutan metil jingga
(metil orange : MO). Pada pH kurang dari 6 larutan ini berwarna jingga, sedangkan
pada pH lebih dari 7 warnanya menjadi kuning.
4. pH meter, pengujian sifat larutan asam basa dapat juga menggunakan pH meter.
Penggunaan alat ini dengan cara dicelupkan pada larutan yang akan diuji, pada pH
meter akan muncul angka skala yang menunjukkan pH larutan.

Kasa adalah salah satu produk tekstil medis yang digunakan untuk membalut luka
yang terdiri atas, kasa konvensuinal dan kasa hydrogel. Kasa pembalut konvensional yang
terbuat dalam kemasan steril sebagai pelindung lukaagar tetap bersih dan kering. Kasa terdiri
atas berbagai pembungkus, yaitu kasa yang dibungkus dengan plastic dan kertas perkamen.
Kasa juga terbuat dari berbagai bahan sesuai dengan kebutuhannya. Hampir seluruh rumah
sakit di Indonesia menggunakan kasa steril yang sudah dikemas untuk berbagai hal
pelaksanaan medis. Pada percobaan ini menggunakan filtrat dari kasa yang dimaserasi
terlebih dahulu.
III. METODE PENELITIAN DAN SKEMA KERJA
 Alat
Labu maserasi, batang pengaduk kaca, pipet, tabung reaksi, timbangan analitik.
 Bahan
Kasa, air bebas Co2 P, fenolftalein LP (ind. Pp 1%), jingga metil Lp (ind, MO 0,1%),
metil merah LP (ind Mr 0,1%), kertas lakmus merah dan biru.

Skema Kerja :
1. Ambil 15 gr kasa, tambahkan 50ml air bebas CO2 P, lalu dimaserasi selama 2 jam
dalam labu tertutup.
2. Enap tuangkan larutan, peras perlahan sisa cairan dengan batang pengaduk kaca dan
campur.
3. Pisahkan filtrat dari kasanya untuk pengujian zat aktif permukaan dan saring sisanya :
- 1 – 2 mL cairann filtrat ditambah 2 – 3 tetes indicator PP 1%.
- 1 – 2 mL cairann filtrat ditambah 2 – 3 tetes indicator jingga metil LP 0,1%.
- 1 – 2 mL cairann filtrat ditambah 2 – 3 tetes indicator merah metil 0,1%.
4. Catat perubahan warna yang terbentuk dari setiap indicator dalam bentuk table
pengamatan.
5. Tentukan sifat kasa tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel Indikator Perubahan warna Keterangan


PP 1% Putih keruh Netral
Kasa jingga metil LP Jingga, tidak ada endapan Asam
0,1%
Merah metil 0,1% Kuning bening, tidak ada endapan Netral

Asam dan basa didefinisikan oleh ahli kimia berabad – abad yang lalu dalam sifat –
sifat larutan air mereka. Dalam pengertian ini suatu zat yang larutan airnya berada asam,
memerahkan lakmus biru, bereaksi dengan logam aktif untuk membentuk hydrogen, dan
menetralkan basa. Dengan mengikuti pola yang serupa, suatu basa didefinisikan sebagai
zat yang larutan airnya berasa pahit, melarutkan lakmus merah trasa licin sabun, dan
menetralkan (Achmad, 1996, hal: 97).
Setiap zat atau senyawa mempunyai sifat asam, basa atau netral. Kita dapat
memantulkan apakah zat atau senyawa tersebut asam, basa atau netral dengan
menggunakan indicator. Indikator ini dapat berupa indicator universal atau lakmus biru,
lakmus merah yang dimuat di laboratorium, atau juga dapat menggunakan indicator asam
basa dengan bahan dari alam, seperti bunga kembang sepatu, bunga bogenuil, bunga
mawar, kunyit dan sebagainya. Zat warna dari bahan – bahan tersebut memberi warna
yang berbeda dalam larutan asam, basa maupun netral (Ripani, 2009).
Indikator buatan untuk mengidentifikasi asam, basa, dan garam, antara lain kertas
lakmus, kertas indicator, bahan indicator, dan pH meter. Mengapa digunakan kertas
lakmus dapat digunakan untuk menentukan sifat asam, basa, dan garam? Kertas lakmus
ada dua jenis yaitu kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Akan tetapi kertas lakmus
merah jika dicelupkan dalam larutan asam maka akan tetap berwarna merah begitu juga
dicelupkan dalam larutan netral atau garam. Akan tetapi kertas lakmus merah akan
berwarna biru jika dicelupkan dalam larutan basa. Adapun kertas lakmus biru akan
berwarna merah jika dicelupkan dalam larutan asam, tetapi akan tetap berwarna biru jika
dicelupkan dalam larutan basa atau netral.
Identifikasi sifat asam basa dengan menggunakan larutan indicator universal yang ada
di laboratorium menggunakan empat jenis larutan yaitu fenolftalein, metil merah, metil
jingga, dan bromtimol biru. Pada percobaan ini menggunakan 3 larutan indicator yaitu
indicator fenolftalein, metil merah dan jingga metil.
Fenolftalein adalah salah satu indicator asam basa sintetik yang memiliki rentang pH
antara 8,00 – 10,0, jika pada larutan asam tidak memiliki warna. Pada larutan basa
berwarna merah. Dan pada larutan netral tidak memiliki warna.
Jingga metil adalah indicator pH yang sering digunakan dalam titrasi karena
perubahan warnanya yang jelas dan kontras. Oleh karena ia berubah warna pada pH
sedikit asam, maka biasa digunakan dalam titrasi asam. Tidak seperti indicator universal,
metil jingga tidak memiliki spektrum perubahan warna yang lengkap, tetapi memiliki titik
akhir yang lebih tajam.
Merah metil, sama dengan larutan metil jingga. Jika pada larutan asam berwarna
merah, pada larutan basa berwarna kuning. Dan pada larutan netral berwarna kuning.
Pada percobaan ini disiapkan 3 tabung reaksi, masing – masing tabung reaksi diberi
label nama indicator nya. Percobaan pertama diambil 3ml cairan filtrat kasa kemudian di
tambahkan 3ml indicator pp 1% sehingga terjadi perubahan warna menjadi putih keruh,
kemudian bandingkan menggunakan lakmus merah dan lakmus biru, hasil dari lakmus
merah mengindikasikan asam dan lakmus biru mengindikasikan basa, hingga dapat
disimpulkan bahwa larutan netral. Hal ini tidak sesuai dengan literatur, hal yang mungkin
terjadi adalah larutan indicator yang sudah terkontaminasi atau alat laboratorium yang
digunakan kotor atau terkontaminasi.
Pada percobaan kedua, diambil 3ml cairan filtrat kasa kedalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 3ml indicator jingga metil Lp 0,1% sehingga terjadi perubahan
warna menjadi jingga dan tidak ada endapan. Kemudian bandingkan menggunakan lakmus
merah dan lakmus biru. Lakmus merah mengindikasikan asam dan lakmus biru
mengindikasikan asam, hingga dapat disimpulkan bahwa larutan asam. Hal ini sudah
sesuai dengan literatur sebagai pembanding.
Pada percobaan ketiga, diambil 3ml cairan filtrat kasa kedalam tabung reaksi,
kemudian ditambahkan 3ml indicator merah metil 0,1% sehingga terjadi perubahan warna
menjadi kuning bening, tidak ada endapan. Selanjutnya dibandingkan menggunakan
lakmus merah dan lakmus biru. Lakmus merah mengindikasikan asam dan lakmus biru
mengindikasikan basa, hingga dapat disimpulkan bahwa larutan netral. Hal ini sudah
sesuai dengan literatur sebagai pembanding.
V. KESIMPULAN
Setelah dilakukan praktikum mahasiswa dapat mengetahui keasaman dan kebasaan
pada kasa. Juga dari praktikum yang telah dilakukan, bahwa filtrat kasa ditambahkan
indicator pp bersifat netral. Jika filtrat kasa ditambahkan indicator jingga metil LP 0,1%
menghasilkan asam, dan filtrat kasa ditambahkan indicator merah metil 0,1% menghasilkan
netral.
DAFTAR PUSTAKA

- Achmad, Hiskia. Kimia Larutan. Bandung : P.T Citra Aditya Bakti, 1996
- MPLK. Identifikasi Larutan Asam & Basa : Modul 10.
https://mplk.politanikoe.ac.id/index.php/program-studi/28-manajemen-pertanian-
lahan-kering/topik-kuliah-praktek/informasi-materi-kuliah-praktek1/289-identifikasi-
larutanasam-basa. Diakses pada 26 April 2022.
- Ripani. 2009. Pengantar Kimia Asam – Basa, Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai