Telah dilakukan pemeriksaan bahan kimia obat deksametason pada jamu asam urat yang
beredar di Pasar Pujasera Subang. Penelitian menggunakan 10 sampel jamu asam urat
yang paling banyak diminati oleh masyarakat. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui
adanya campuran bahan kimia obat deksametason pada jamu asam urat dan berapa
kadarnya. Dengan metode kualitatif menggunakan KLT dan metode kuntitatif dengan
spektrofotometri UV-VIS. Fase diam pada KLT menggunakan silika gel GF254 dan fase
gerak kloroform : aseton (4:1), dari hasil pengujian KLT terdapat harga Rf deksametason
murni 0,2 dan kontrol positif 0,2. Hasil perhitungan harga Rf yang diperoleh dari 10
sampel, ada 2 sampel yang menunjukan hasil positif mengandung deksametason yaitu
sampel 1 dan sampel 6, untuk mengetahui berapa banyak kadar deksametason dalam 2
sampel jamu tersebut dilanjutkan pengujian dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-Vis. Hasil pengukuran λ maksimum deksametason berada di 239
nm, pemeriksaan menggunakan spektrofotometri UV-Vis didapatkan kadar deksametason
dalam sampel 1 sebesar 0,7125 mg dan sampel 6 sebear 0,5355 mg.
Kata Kunci : Jamu asam urat, Deksametason, Bahan kimia obat, Kromatografi lapis
tipis, spektrofotometri.
i
ABSTRACK
The result of research prove that dexamethasone has been found in uric acid herbs that
distributed in Pujasera Subang Market. Study uses 10 uric acid herbs the most popular in
society. The purpose of this study was to determine the presence and quantity of
dexamethasone in uric acid herbs. The study using qualitative method with Thin Layer
Chromatography (TLC) and quantitative method with UV-Vis spectrophotometry. The
stationary phase of TLC used silica gel GF254 and the chloroform moving phase : acetone
(4 : 1). Based on KLT research, there was Rf pure dexamethasone value amount 0,2 and
positive control 0,2. The result Rf value was obatained from 10 sample that there was 2
samples which show positive result (containing dexamethasone) wich is sample 1and 6.
The quantity of dexamethasone were measured by using UV-Vis spectrophotometry
method. The maximum λ of dexamethasone was 239 nm. dexamethasone level obtained in
sample 1 is 0,7125 mg and sample 6 is 0,5355 mg.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................................... i
ABSTRACK ................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... viii
BAB I ........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
BAB II ......................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 4
2.1 Obat Tradisional .................................................................................... 4
iii
2.4 Identifikasi Bahan Kimia Obat Deksametason Dalam Jamu Rematik
Secara Kratografi Lapis Tipis ............................................................... 9
3.3.3 Uji Kualitatif dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ............18
BAB IV ...................................................................................................................... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................ 22
4.1 Hasil Pengumpulan Sampel Jamu Asam Urat .................................... 22
4.2. Hasil Uji Pendahuluan Reaksi Warna ................................................ 22
BAB V........................................................................................................................ 29
SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 29
5.1 Simpulan .............................................................................................. 29
Tabel Halaman
Tabel 4.1 Hasil Uji Pendahuluan ............................................................................... 23
Tabel 4.2 Hasil Harga Rf ........................................................................................... 25
Tabel 4.3 Hasil Serapan Variasi Konsentrasi Deksametason .................................... 27
Tabel 4.4 Hasil Penetapan Kadar Sampel .................................................................. 28
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1Struktur Kimia Deksametason .................................................................. 8
Lampiran Halaman
PENDAHULUAN
Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut,
pengalaman (Permenkes RI No. 007 Tahun 2012). Obat tradisional terbuat dari
campuran berbagai bahan tumbuhan, yang dapat dibuat dalam bentuk sediaan
yang bervariasi, dapat berupa serbuk, kapsul, sediaan cair, pil, dan lain-lain, yang
bahwa terdapat efek samping dari obat tradisional yang tidak diinginkan (Peng,
salah satu faktor penting yang mempengaruhi keamanan dari obat tradisional
(Giveon, 2003). Menurut Permenkes RI No.007 Tahun 2012 obat tradisional tidak
boleh mengandung bahan kimia sintetik atau hasil isolasi yang berkhasiat sebagai
obat.
(Samtani, 2005). Kortikosteroid saat ini sudah dianggap sebagai obat “dewa”
1
2
karena hampir beberapa penyakit dapat diobati dengan golongan ini (Suherman,
2007). Efek samping dapat timbul karena penghentian pengobatan tiba-tiba atau
pemberian terus menerus terutama dengan dosis besar. Efek ini menyerupai gejala
dari suatu gangguan yang disebabkan oleh produksi kortisol faal berlebihan, yakni
yang menyebabkan naiknya berat badan dengan pesat muka menjadi tembem dan
bundar (muka bulan), adakalanya kaki dan tangan gemuk (bagian atas). Selain itu
terjadi penumpukan bagian lemak di bahu dan tengkuk, kulit menjadi lebih tipis
dan mudah terluka (Tjay dan Rahardja, 2002). Pada usia lanjut dapat
urat adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar asam urat dalam
tulang dan tidak jarang timbul rasa amat nyeri bagi penderitanya. Rasa sakit
penumpukan kristal akibat tingginya kadar asam urat di dalam darah (Krisnatuti
dkk., 2008).
Sampel jamu asam urat diambil di Pasar Pujasera Kabupaten Subang. Pasar
ini merupakan pusat belanja jamu yang menjual grosir untuk pedagang jamu
banyaknya kadar yang di masukkan sebagai bahan tambahan dalam jamu asam
TINJAUAN PUSTAKA
Obat tradisional adalah obat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral,
atau sediaan galenik, campuran dari bahan tersebut yang belum mempunyai data
tradisional atau jamu terdapat dalam bentuk rajangan, serbuk, cairan, dan ada juga
dalam bentuk pil, kapsul, atau tablet sebagai usaha yang dilakukan untuk
RI, 1990).
Pasal 1, jamu adalah obat tradisional Indonesia. Obat tradisional adalah bahan
atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun temurun
Jamu terbuat dari bahan alami dari banyak tumbuhan yang berkhasiat sebagai
jamu hanya beberapa yang sering digunakan sebagai bahan jamu adalah jahe
4
5
dijualnya. Menurut temuan BPOM, obat yang sering ditambahkan ke dalam jamu
salah satunya yaitu deksametason yang sering terkenal sebagai obat yang bisa
mengobati berbagai penyakit. Penambahan obat pada jamu tradisional juga tidak
sesuai dosis dan indikasi penggunaan obat sehingga menimbulkan efek yang tidak
samping karena terbuat dari bahan alami, anggapan ini tidak seluruhnya benar
karena tumbuhan memiliki zat kimia alami yang sebagian memang mangandung
unsur aktif dalam penyembuhan penyakit tertentu. Dalam hubungan ini jamu
sebagai obat tradisional meski terbuat dari bahan alami (tumbuhan) tetapi
mempunyai efek samping, meski diakui efek sampingnya tidak seburuk efek
Asam urat adalah suatu penyakit arthritis yang disebabkan oleh metabolisme
abnormal purin yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah
6
(Sunita, 2005). Peradangan sendi pada asam urat bersifat menahun, sendi yang
Penyakit asam urat umumnya lebih sering menyerang laki-laki dari pada
wanita karena wanita yang belum menopouse memiliki kadar hormon esterogen
cukup tinggi hormon ini membantu mengeluarkan asam urat melalui urin
sehingga kadar asam urat pada wanita yang belum menopouse itu normal. Pada
laki-laki asam urat sering menyerang diusia setengah baya karena hormon
androgennya mulai stabil tinggi bahkan bisa menimbulkan gejala penyakit asam
Menutut (Andry DKK, 2009) dan (Junaidi, 2012) penyebab dari asam urat
2. Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang karena gangguan ditubuli distal
ginjal yang tidak sehat dan disebabkan oleh ginjal yang rusak.
beberapa hari, kemudian gejalanya hilang secara bertahap, dimana sendi kembali
berfungsi dan tidak muncul gejala hingga terjadi serangan berikutnya namun
cenderung akan semakin buruk dan serangan yang tidak diobati akan
7
berlangsung lebih lama, lebih sering, dan menyerang beberapa sendi. Sendi yang
adalah ibu jari, sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi kaki belakang,
Pemeriksaan laboratorium untuk kadar asam urat di dalam darah dan urin
diperlukan untuk diagnosa asam urat, kadar normal asam urat untuk pria antara
2,1-8,5 mg/dL dan wanita 2,0- 6,6 mg/dL. Bagi mereka yang berusia lanjut, kadar
tersebut sedikit lebih tinggi. Rata-rata kadar normal asam urat adalah 3,0-7,0
mg/dL. Kadar normal asam urat dalam darah pada pria 8 mg/dL dan wanita 7
mg/dL. Bila lebih dari 7,0 mg/dL dapat menyebabkan batu ginjal (Sustrani, 2007).
2.3 Deksametason
dan anti inflamasi yang digunakan untuk mengobati berbagai kondisi peradangan
(Samtani, 2005). Obat ini dapat mencegah atau menekan timbulnya gejala
Efek samping dapat timbul karena penghentian obat secara tiba-tiba atau
2012).
8
Komplikasi yang timbul akibat pemberian obat dalam jangka panjang ialah
infeksi, pasien tukak peptik mungkin dapat mengalami pendarahan atau perforasi,
osteoporosis, miopati, psikosis, habitus pasien cushing (antara lain moon face,
kurus, striae, ekimosis, akne, dan hirsutisme) (Suherman dan Ascobat, 2012).
Gambar 2.1
Struktur Kimia Deksametason
peruraian.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air,agar sukar larut dalam aseton,
Kromatografi Lapis Tipis adalah prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu
proses dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya
molekul atau kerapatan muatan ion, dengan demikian masing-masing zat dapat
IV, 1995).
Kromatografi lapis tipis merupakan yang paling cocok untuk analisis obat di
laboratorium farmasi. Metode ini hanya memerlukan investasi yang kecil untuk
analisis (15-60 menit), dan memerlukan jumlah cuplikan yang sangat sedikit (kira-
kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat
penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-30 µm, semakin kecil
ukuran rata-rata pertikel fase diam maka semakin baik kinerja KLT dalam hal
efisiensi dan resolusinya (Rohman, 2009). Dua sifat yang penting dari penyerap
Fase gerak KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan
elusi campuran kedua pelarut dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga
pemisahan dapat terjadi sedemikan rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara
optimal.
a. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT
b. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf solut
Pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase
gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan
11
nilai Rf penembahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter kedalam
pelarut non polar seperti metil benzen akan meningkatkan harga Rf secara
signifikan.
Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya
jika menotolkan dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Hasil
penelitian menunjukan bahwa penotolan secara manual terutama jika sampel yang
akan ditotolkan lebih dari 15 µL. Penotolan sampel yang tidak tepat akan
ultraviolet (200–350 nm) dan sinar tampak (350–800 nm) oleh suatu senyawa.
nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer
dan melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
12
2.5.1 Absorbansi
terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan dalam reaksi kimia. Absorbsi untuk
transisi elektron seharusnya tampak pada panjang gelombang diskrit sebagai suatu
Spektrum UV maupun tampak terdiri dari pita absorbsi, lebar pada daerah
panjang gelombang yang lebar. Ini disebabkan terbaginya keadaan dasar dan
monokromatis yang dilewatkan pada suatu bahan yang dianalisa akan diabsorbsi,
dan sinar yang diabsorbsi oleh bahan yang dianalisa sebanding dengan jumlah
hukum Lambert dan hukum Beer yang menetapkan antara lain intensitas cahaya
13
yang masuk dengan intensitas cahaya yang keluar, merupakan fungsi dari larutan
sel yang disinari. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya
monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan
konsentrasi (banyak molekul zat). Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu.
terhadap konsentrasi dan ketebalan sel, yang dapat ditulis dalam persamaan:
Dimana:
A = serapan
a = absorptivitas (a)
c = konsentrasi (b/v)
tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Alat ini terdiri dari spektrometer yang
fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang
1. Sumber cahaya
Lampu deuterium untuk daerah UV dari 190 sampai 350 nm, sementara lampu
halogen kuartz atau lampu tungsten daerah visibel dari 350 sampai 900 nm.
2. Monokromotor
3. Kuvet (sel)
daerah sinar tampak, kuvet kaca dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran
pada daerah ultraviolet harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak
tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet umumnya mempunyai ketebalan 1 cm.
4. Detektor
selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam bentuk angka digital.
15
5. Rekorder
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini yaitu pemeriksaan bahan kimia obat deksametason pada
jamu asam urat dengan metode kualitatif menggunakan Kromatrografi Lapis Tipis
10 macam sampel jamu asam urat paling banyak diminati masyarakat yang
diambil dari toko jamu yang beredar di Pasar Pujasera Subang. Penelitian ini
Sampel jamu asam urat, etanol 96%, kloroform, metanol, metanol PA,
16
17
3.2.2 Sampel
Jamu asam urat diperoleh dari toko-toko jamu grosir di Pasar Pujasera
Subang dengan kriteria jamu asam urat yang paling banyak diminati oleh
masyarakat, jamu yang digunakan pada penelitian ini yaitu 10 macam jamu asam
urat.
3.2.3 Alat
Bejana KLT, Plat KLT (Lempeng silika gel GF254), neraca analitik, lampu
sinar UV, alat-alat gelas yang dipakai dalam laboratorium kimia analisis,
metanol (9:1) dikocok, disaring, lalu diuapkan dipenangas dengan suhu 70ºC
a. H2SO4 pekat
b. HNO3 pekat
b. Penyimpanan plat
Untuk plat digunakan lempeng KLT siap pakai yaitu lempeng silika gel
GF254.
Sampel jamu sebanyak satu kali dosis dimasukkan ke dalam gelas kimia,
mL etanol.
f. Pengujian KLT
kontrol positif, dan plat ke 3 ditotolkan dengan sampel jamu asam urat.
Ditunggu hingga larutan elusi merambat pada plat KLT diihat noda
dengan sinar UV 366 nm, diberi tanda noda dan hitung niai Rf, lalu
120 µL, ke dalam labu ukur 10 mL, ditambahkan larutan blanko hingga
spektrofotometri UV-Vis.
n = 12 = 10
1 + 12 x 10% 2
deksametason pada sampel jamu. Hasil uji reaksi warna dapat dilihat pada Tabel
4.1.
22
23
Tabel 4.1
tidaknya bahan kimia obat deksametason dalam jamu. Dari hasil yang didapatkan
dari uji pendahuluan ini ada dua sampel yang teridentifikasi dan perubahan warna
asam kuat dan membentuk gram yang memberikan reaksi warna. Penambahan
HNO3 untuk menunjukan adanya gugus benzena (cincin fenil) yang memecah
kromatografi akan dipisahkan antara dua fase yaitu fase gerak dan fase diam.
Tabel 4.2
Sampel Harga Rf
Sampel 1 0,24
Sampel 2 0,44
Sampel 3 0,34
Sampel 4 0,59
Sampel 5 0,53
Sampel 6 0,21
Sampel 7 0,45
Sampel 8 0,16
Sampel 9 0,17
Sampel 10 0,17
Baku Pembanding 0,2
Kontrol + 0,2
flouroresi dalam sinar ultraviolet dan mencari harga Rf. Dari hasil KLT dengan
fase gerak kloroform : aseton (4:1) diperoleh Rf baku murni deksametson 0,2 dan
kontrol positif dari sampel 0,2. Sampel yang memiliki Rf hampir sama dengan
kontrol positif adalah sampel 1 dan sampel 6, kedua sampel tersebut positif
kadar deksametason yang ada dalam sedian jamu asam urat maka dilakukan
deksametason yang terdapat pada jamu asam urat dari hasil uji kualitatif
pada rentang panjang maksimum 200-400 nm, didapat hasil scanning larutan
dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan hasil serapan variasi konsentrasi
.
Gambar 4.1
Panjang gelombang maksimum deksametason 239,0 nm
27
Tabel 4.3
Konsentrasi Serapan
2 ppm 0,248
4 ppm 0,335
6 ppm 0,455
8 ppm 0,589
10 ppm 0,714
12 ppm 0,849
Dari hasil pengukuran serapan pada konsentrasi 2 ppm sampai 12 ppm pada
Kurva Linearitas
1
0,8
0,6
(nm)
A
0,4
0,2
0
0 5 10 15
C
(ppm)
Gamabar 4.2
Kurva Linearitas Deksametason
28
0,1044. Hasil perhitungan kadar sampel dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Konsentrasi
Sampel Pengujian Absorban Kadar rata-rata Kadar sampel
(ppm)
(mg)
I 0,201 1,430
1 II 0,205 1,417 1,425 ± 0,202 0,7125
III 0,201 1,430
I 0,220 1,088
6 II 0,218 1,067 1,071 ± 0,217 0,5355
III 0,215 1,058
Terdapat dua sampel jamu yang positif mengandung bahan kimia obat
deksametason. Seharusnya di dalam jamu tidak boleh terdapat bahan kimia obat
PERMENKES No.006 tentang industri dan usaha obat tradisional Tahun 2012
Pasal 37 (1) yang berbunyi setiap industri dan usaha obat tradisional dilarang
membuat segala jenis obat tradisional yang mengandung bahan kimia hasil isolasi
atau sintetik yang berkhasiat obat. Perhitungan kadar rata-rata pada dua sampel
jamu asam urat didapatkan hasil kadar deksametason dalam 1 bungkus jamu,
5.1 Simpulan
1. Terdapat 2 sampel jamu asam urat yang positif mengandung bahan kimia
obat deksametason dari 10 sampel jamu asam urat yang didapatkan dari
2. Kadar deksametason dalam sediaan jamu asam urat yang ada pada sampel
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan pemeriksaan kembali untuk jamu asam urat yang beredar
di kota-kota lainnya.
29
30
DAFTAR PUSTAKA
Beers, S. 2013. Jamu Sakti Basmi Penyakit, Awet Muda dan Kecantikan,
Diterjemahkan oleh: Iryani. Jakarta : PT. Ufuk Publishing House.
BPOM RI, 2006. Bahaya Bahan Kimia Obat (BKO) yang Dibubuhkan
kedalamObatTradisional.(http//www.pom.go.id/new/index.php.view/berit
a/144/BAHAYA- BAHAYA-BAHAN-KIMIA-OBAT-BKO-YANG- DI
BUBUHKAN-KEDALAM-OBAT-TRADISIONAL—JAMU-html)diunduh
pada 10 Maret 2017.
BPOM RI, 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK 00.05.41.1384 tentang Kriteria dan
Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar
dan Fitofarmaka, Jakarta : Kepala BPOM
Chan, C.C., Lam, H., Lee, Y.C., and Zhang, X., 2004. Analythical Method
Validation and Instrument Performance Verification, 16, Jhon Wiley &
Soons, Inc., USA.
Depkes RI, 1979. Materia Medika Indonesia Jilid III, Hal 63-67, Jakarta, Ditjen
POM Republik Indonesia.
Dr. Harmita, Apt., 2006. Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sedian
Farmasi., Percetakan CIPTA KREASI BERSAMA, Jakarta. Hal. 134-145.
Gandjar, I.G, dan Rohman., 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. Hal. 419, 425.
Giveon, S.M, 2003. Are People WHO use “Natural Drugs” Aware of Their
Potentially Harmful Side Effects and Reporting to Family, Patient
Education and Counseling, 53, 5-11.
Puri Ratna, S.farm., 2013, Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Balai
Besar Pengawasan Obat dan Makanan Bidang Pengujian Terapeutik,
Narkotika, Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen.
Universitas Jendral Achmad Yani, Cimahi.
Tjay, T.H., dan Rahardja, K. (2002). Obat-Obat Penting. Edisi V, Cetakan Ke-2.
PT. Gramedia. Jakarta. Hal : 685, 770.
33
LAMPIRAN I
Pengumpulan Sampel
Jamu
Uji Pendahuluan
Uji Pendahuluan Ekstraksi Sampel
1. H2SO4
2. HNO3
Uji Kualitatif
Pembuatan Fase Gerak
Kromatografi Lapis Tipis Pembuatan larutan baku
Kr pembanding
Pembuatan Larutan
Sampel
Pembuatan Larutan
Kontrol Positif
Pengujian Dengan KLT
untuk Mencari Harga Rf
LAMPIRAN II
Sampel Jamu
35
LAMPIRAN III
LAMPIRAN IV
Baku pem K+
+ S1 S2
S3 S4 S5 S6
K+ K+ K+ S3
K+
S8
S7 S3
S9 S10
K+ S3
K+
Baku pem K+ S1
+ S2
S4 S5 S6
S3
S9
S7 S8 S10
LAMPIRAN V
Bp k+ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
LAMPIRAN VI
HASIL PERHITUNGAN
n = 12 = 10
1 + 12 x 10% 2
Kloroform 4 : Aseton 1 = 5
V1 . N1 = V2 . N2
20 = 2 ppm
10
V1 . N1 = V2 . N2
40 = 4 ppm
10
V1 . N1 = V2 . N2
60 = 6 ppm
10
V1 . N1 = V2 . N2
39
80 = 8 ppm
10
V1 . N1 = V2 . N2
100 = 10 ppm
10
V1 . N1 = V2 . N2
120 = 12 ppm
10
Sampel 1
I 0,201 1,430
II 0,205 1,417
= 0,202 = 1,425
40
Sampel 2
I 0,220 1,088
II 0,218 1,067
= 0,217 = 1,071