Oleh
Thesa T.R.E. Mboro
XII IPA III
PENDAHULUAN
Indikator asam basa adalah zat yang warnanya bergantung pada pH larutan atau zat
yang dapat menunjukkan sifat asam, basa, dan netral pada suatu larutan Pada
pembelajaran IPA di sekolah menengah khususnya pada materi klasifikasi zat, indikator
asam basa ini sangat penting keberadaannya karena digunakan siswa melakukan
praktikum untuk menguji dan mengetahui hasil berupa derajat keasaman ataupun
kebasaan suatu zat, sehingga dapat diketahui bahwa zat tersebut masuk ke dalam sifat
asam atau basa.
Untuk mengenali sifat asam atau basa tidak mungkin dengan mencicipinya secara
langsung karena mungkin saja zat tersebut mengandung racun atau zat yang berbahaya.
Sifat asam dan basa suatu zat dapat diketahui menggunakan sebuah indikator. Indikator
alami asam basa yang dapat memberikan warna tertentu. Indikator adalah suatu senyawa
kompleks yang dapat memberikan reaksinya dengan senyawa asam basa. Penggunaan
senyawa untuk mengetahui jenis suatu larutan. Indikator yang sering digunakan antara
lain kertas lakmus, fenolftalein, metil merah dan brom timol biru. Indikator tersebut akan
memberikan perubahan warna jika ditambahkan larutan asam atau basa. Indikator ini
biasanya dikenal sebagai indikator sintetis.
Wadkar et al. (2008), telah menguji tanaman Careya arborea Roxb yang
merupakan tanaman yang banyak mengandung antosianin anggota dari flavonoid serta
keberadaannya cukup banyak di India sebagai indikator asam basa. Indikator dari ekstrak
daun Careya arborea mengalami perubahan warna kuning pada keadaan asam kuat dan
warna coklat pada basa kuat.
Dari peneliti lainnya meneliti buah karamunting, hasilnya bahwa larutan indikator
buah karamunting memberikan warna merah pada suasana asam, akan menjadi semakin
muda dan kuning apabila keasamannya berkurang. Pada suasana 2 basa berwarna ungu
dan menjadi biru bila basanya semakin kuat.para peneliti lainnya , menggunakan bunga
Malvaviscus penduliflorus sebagai indikator kertas asam basa dan hasilnya menunjukkan
bahwa terjadi perubahan warna pink kekuningan (peach) jika dicelupkan pada larutan
asam dan hijau pada larutan basa.
Adanya penelitian mengenai cara pembuatan indikator dari bahan alami dalam
bentuk kertas, supaya dapat disimpan dalam waktu lama dan dapat digunakan kapan saja.
Potensi suatu tanaman dapat dijadikan indikator asam basa karena kandungan
antosianinnya yang berasal dari pigmen warna merah-ungu pada suatu tanaman. Stabilitas
warna antosianin dipengaruhi oleh pH.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dari karya ilmiah ini
adalah melakukan eksperimen dan menganalisa data dari pemanfaatan bahan alam
(jenis bahan alam yang dipakai) untuk indikator larutan asam-basa.
Asam dalam bahasa Inggris acid dan dalam bahasa Latin acidus yang berarti rasa
asam. Secara kimia asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion Hidrogen
(H+). Asam akan terionisasi menjadi ion Hidrogen dan ion sisa asam yang bermuatan
negatif. Sifat-sifat asam adalah sebagai berikut:
Basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air dapat melepaskan ion
hidroksida (OH-). Sifat-sifat basa yaitu:
Setiap zat atau senyawa mempunyai sifat asam, basa atau netral. Untuk mengetahui sifat
asam, basa, atau netral dapat dengan menggunakan suatu Indikator.
Indikator adalah zat yang dapat digunakan untuk menunjukan sifat suatu zat
melalui perubahan warnanya yang khas. Indikator ini dapat berupa Indikator buatan yang
ada di Laboratorium, atau juga dapat menggunakan indikator asam-basa dengan
menggunakan bahan dari alam. Indikator buatan yaitu indikator siap pakai yang sudah
dibuat dilaboratorium atau pabrik alat-alat kimia. Contohnya adalah kertas lakmus dan
indikator universal. Identifikasi sifat asam dan basa dengan menggunakan kertas Lakmus
di ciptakan oleh para Ilmuwan dari sejenis zat yang diperoleh dari jenis Lumut
kerak/Liken (Rocella tinctoria), suatu jenis simbiosis jamur dan alga. Lakmus yang
banyak digunakan dalam Laboratorium- laboratorium kimia sekarang ini tersedia dalam
bentuk kertas. Kertas lakmus jenisnya ada dua, yaitu kertas Lakmus merah dan kertas
Lakmus biru. Semua zat tergolong asam apabila:
b. Larutan Indikator
Identifikasi sifat asam basa dengan menggunakan larutan Indikator
universal yang ada dilaboratorium menggunakan empat jenis larutan yaitu
larutan fenolftalein, metil merah, metil jingga, dan bromtimol biru. Metil
jingga adalah indikator pH yang sering digunakan dalam titrasi karena
perubahan warnanya yang jelas dan kontras. Oleh karena ia berubah warna
pada Ph sedikit asam, maka biasa digunakan dalam titrasi asam. Tidak seperti
indikator universal, metil jingga tidak memiliki spektrum perubahan warna
yang lengkap, tetapi memiliki titik akhir yang lebih tajam.
Fenolftalein, adalah salah satu indikator asam basa sintentik yang memiliki
rentang pH antara 8,00-10,0. jika pada larutan asam tidak memiliki warna. Pada larutan
Basa berwarna merah. Dan pada larutan netral tidak memiliki warna. Metil merah, sama
dengan larutan metil jingga. jika pada larutan asam berwarna merah, pada larutan basa
berwarna kuning. Dan pada larutan netral berwarna kuning. Bromtimol biru jika pada
larutan asam berwarna kuning, pada larutan basa berwarna biru, dan jika pada larutan
netral berwarna biru agak kuning. Untuk mengidentifikasi sifat asam basa larutan, selain
menggunakan kertas lakmus dan indikator universal, kita juga dapat menggunakan
indikator alami yaitu yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Indikator alami adalah indikator yang berasal dari bahan – bahan alami, dimana
cara memperolehnya yaitu dengan cara mengekstrak. Prinsip indikator adalah bahan yang
memberikan warna berbeda pada zat yang bersifat asam dan basa. Indikator alami yang
biasa di pakai dalam pengujian asam-basa adalah tumbuhan yang berwarna mencolok,
umbi-umbian, kulit buah, berupa bunga – bungaan, seperti bunga sepatu, bunga
hidrangea, kol ungu, kunyit, kembang kertas, dan beberapa jenis tumbuhan lainnya.
Indikator asam-basa yang baik adalah zat warna yag memberi warna berbeda dalam
larutan asam dan larutan basa. Dengan didasari pemikiran bahwa zat warna pada tanaman
merupakan senyawa organik bewarna seperti dimiliki oleh indikator sintetis, selain itu
mudah dibuat juga murah karena bahan-bahannya mudah didapat.
BAB III
METODE
Hasil dan pembahasan dipaparkan dengan panjang 60-70% dari panjang badan artikel.
Hasil analisis/penelitian adalah bagian inti dari artikel ilmiah. Hasil analisis/penelitian
umumnya berisikan hasil analisis data, hasil pengujian hipotesis. Untuk memperjelas
memaparan hasil analisis/penelitian dilengkapi dengan bagan, tabel dan/atau grafik.
Seluruh gambar dan tabel ditempatkan di tengah badan artikel dan diberi nomor secara
berurutan. Contoh penyajian gambar disajikan pada Gambar 1.
Penulisan legenda dari gambar dan tabel menggunakan model penulisan Sentence Case.
Keterangan gambar ditempatkan di bagian tengah badan artikel (horizontal), sedangkan
keterangan tabel ditempatkan pada sisi kiri. Adapun contoh penulisan tabel, disajikan
pada Tabel 1.
Deskripsikan pita warna pH indikator bahan alam diatas dengan baik dan benar.
Deskripsi pita warna bertujuan untuk meringkas kita membaca data dengan
menemukan pusat data, melihat persebaran data dan menangkap informasi dari
data lewat visualisasi. Deskripsi ini juga dapat membantu orang untuk memahami
data kita dengan baik dan benar. Deskripsi data juga bisa berupa penyampaian
data anomaly beserta alasan yang mendasari hal tersebut terjadi.
BAB V
PENUTUP
Bagian penutup berisi kesimpulan dan saran pada penelitian ini. Pada bagian
kesimpulan, kamu harus menuliskan kesimpulan secara menyeluruh atas
pembahasan atau isi dari makalah. Sedangkan pada bagian saran, kamu cukup
menuliskan saran atau rekomendasi kamu terhadap tema atau persoalan yang
diangkat dalam makalah. Bagian penutup yang baik umumnya memenuhi
beberapa syarat, yakni tidak bertele-tele, fokus merangkum bagian isi makalah,
dan tidak memberikan saran atau rekomendasi yang tidak ada hubungannya
dengan pembahasan.
1. Isi dalam kesimpulan harus berupa analisis dari kajian pustaka dan juga
interpretasi dari tema yang telah diangkat. Bisa berupa implikasi dan bisa
juga berupa inferensi.
2. Isi dalam kesimpulan sebaiknya mengandung saran yang ditujukan untuk
pembaca.
3. Kesimpulan makalah sebaiknya dibuat dengan menjelaskan secara singkat
isi dari karya ilmiah yang telah dijelaskan pada sebelumnya.
4. Dalam membuat kesimpulan karya tulis ilmiah, hindari menyimpulkan
materi yang tidak di ulas dalam pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber rujukan berasal dari referensi 5 (lima) tahun terakhir yang bersumber dari 80%
jurnal bereputasi dan 20% dari buku. Sitasi dari referensi menggunakan pola umum yang
digunakan oleh penerbit artikel ilmiah. Untuk template ini menggunakan gaya sitasi yang
diterbitkan oleh American Psychological Association (APA) Six Edition. Untuk
memudahkan peralihan gaya sitasi sebaiknya menggunakan meta data yang
dikembangkan oleh Mendeley, Zotero, EndNote dan model sitasi yang tersedia pada
MsWord©. Pada pengolahan kata MsWord©, manajemen sitasi dapat dilakukan pada
menu REFERENCES. Contoh daftar rujukan dengan APA Syle six editon sebagai
berikut.
Contoh:
Kanginan, Marthen. 2007. Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta : Erlangga
Panduan penulisan daftar pustaka yang ditulis menggunakan APA Style, sebagai berikut.
Buku
Penulisan secara umum
Author, A. A. (Year). Title of work. Location: Publisher.
Satu penulis
Seidman, I. (2006). Interviewing as qualitative research. New York: Teachers College
Press.
Buku multivolume
Hodgson, M. G. S. (1974). The venture of Islam: Conscience and history in a world
civilization (Vols. 1-3). Chicago: University of Chicago Press.
Artikel ejournal
Qiu, A., & Huang, J. (2012). The effects of dynamic image schema on esl students ’
systematic improvement of listening comprehension : a dynamic system theory
perspective. International Journal of Learning & Development, 2(1), 241–254.
http://doi.org/10.5296/ijld.v2i1.1320
Rohmah, N., Huda, M., & Kusmintardjo, A. Y. (2016). Strategi peningkatan kemampuan
dosen dalam penulisan karya ilmiah (studi multi kasus pada UNISDA dan
STAIDRA di Kabupaten Lamongan). Jurnal Pendidikan, 1(7), 1312-1322.
Retrieved from http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/article/view/6560/2795
Febriani, D. R., & Azizati, Z. (2018). Pembuatan cuka alami buah salak dan pisang kepok
beserta kulitnya teknik fermentasi. Walisongo Journal of Chemistry, 1(2), 72-77. DOI :