Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
“KESEIMBANGAN ASAM BASA”

DOSEN PEMBIMBING :
ANDRE YUSUF TRISNA P. S.TP., M.SC

NAMA : REGITA WIDYA PRAMESTI


NPM : 21033010013
Kelompok : A1
Tanggal Praktikum : 12 Oktober 2021

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
2021-2022
DASAR TEORI :
Topik kesetimbangan kimia merupakan bagian esensial dalam kimia, karena mendasari
konsep kimia lanjut misalnya kesetimbangan larutan, kesetimbangan fasa dan
kesetimbangan reaksi sel elektrokimia (Muti’ah, 2015). Kesetimbangan adalah keadaan di
mana tidak ada perubahan yang dapat diamati seiring berjalannya waktu (Chang, 2010).
Bila reaksi kimia telah mencapai keadaan setimbang, konsentrasi reaktan dan produk tetap
konstan dan tidak ada terlihat perubahan dalam sistem. Reaksi di mana reaktan dikonversi
ke produk dan produk dikonversi menjadi reaktan di bejana reaksi yang sama secara alami
menyebabkan keadaan setimbang, terlepas dari seberapa rumit reaksinya dan terlepas dari
sifat proses kinetik untuk maju dan reaksi balik (Brown, dkk., 2012).
Contoh proses kesetimbangan dapat dirumuskan untuk reaksi-reaksi yang lain, salah
satunya adalah kesetimbangan untuk asam dan basa. Kesetimbangan asam basa adalah
suatu kesetimbangan yang prinsip-prinsipnya terjadi pada suatu senyawa asam, basa, atau
asam dan basa. Asam dan basa yang umumnya mengalami kesetimbangan adalah reaksi
asam dan basa lemah. Tetapan kesetimbangan asam dan basa lemah sangat
mempengaruhi nilai pH dari suatu larutan.
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mempelajari kesetimbangan asam basa. Karena
dengan mempelajari kesetimbangan asam basa, maka dapat ditentukan nilai pH suatu
larutan. Untuk mengetahui kesetimbangan asam basa kita memerlukan indicator. Pada
percobaan kali ini kita menggunakan beberapa indicator yaitu Indicator fenol ftalein (PP),
Indicator metil orange, dan Indicator metilen blue
TUJUAN :
Mahasiswa dapat memahami terjadinya keseimbangan asam basa, pengaruh pH, dan
beberapa indicator.

TINJAUAN PUSTAKA :
Indikator asam basa adalah suatu senyawa yang dapat berubah warna dengan berubahnya
pH atau derajat keasaman. Indikator asam basa biasanya digunakan dalam proses
membedakan suatu larutan yang bersifat asam atau larutan yang bersifat basa. Untuk
mengetahui larutan itu asam atau basa biasanya indikator akan berubah warna sesuai
dengan jenis larutannya (Fessenden & Fessenden, 1999 dalam Rahmawati, Nuryanti, &
Ratman, 2016).
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam basa, larutan dikelompokkan dalam tiga golongan,
yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan basa memiliki sifat-sifat
yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Sifat asam basa
suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya. pH merupakan suatu
parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan (Horne, 2000).
Asam adalah zat yang dapat menghasilkan ion hydrogen (H+) ketika dilarutkan dalam air.
Benda yang bersifat asam memiliki ciri-ciri yaitu rasanya masam, memiliki pH dibawah 7,
dapat menghantarkan arus listrik, dan bersifat korosif. Sedangkan basa adalah zat yang
dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-) ketika dilarutkan di dalam air. Biasanya benda
yang bersifat basa memiliki sifat seperti memiliki rasa yang pahit, licin ketika menyentuh
kulit, dapat menghantarkan arus listrik, memiliki pH lebih dari 7, dan juga dapat menetralkan
asam (Melati, 2019)
Koefisien aktivitas ion hydrogen (H+) tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga
nilainya berdasarkan perhitungan teoritis. Skala pH bukan skala absolut. Derajat keasaman
dapat dihitung menggunakan pH meter, pH meter adalah alat bantu yang dapat menguji
derajat keasaman suatu larutan, apakah larutan itu bersifat asam, basa, atau netral
(Rahmania dkk, 2018).
Pada tahun 1919, Soren Lauiz Sorensen, seorang ahli dari Denmark memperkenalkan suatu
bilangan sederhana yang dikenal dengan pH atau derajat kesamaan suatu larutan. pH
diperoleh dari hasil logaritma konsentrasi H+ dan nilainya berkisar antara 1-14. Persamaan
untuk menentukan pH sebagai berikut :
pH = - log [H+]
Oleh karena itu dapat disimpulkan dengan persamaan :
pOH = - log [OH-]
Hubungan antara pH dan pOH tidak lepas dari nilai tetapan kesetimbangan air (Kw).
Kw = [H+][OH-]
-log Kw = (- log [H+]) + (- log [OH-])
pKw = pH + Poh
Pada suhu 25°C harga tetapan air (Kw) adalah 10-14 (Kw = [H+][OH-]), sehingga dapat
diperoleh persamaan :
pH + Poh = 14
(Halimah, 2021)
Kesetimbangan adalah keadaan dimana tidak ada perubahan yang dapat diamati seiring
berjalannya waktu. Bila reaksi kimia telah mencapai keadaan setimbang, konsentrasi
reaktan dan produk tetap konstan seiring berjalannya waktu, dan tidak terlihat perubahan
dalam system. Namun, ada banyak aktivitas pada molekul produk bereaksi terhadap
molekul reaktan (Chang, 2010).
Nilai pH dari suatu larutan dapat diketahui dengan menggunakan indicator yang praktis dan
mudah digunakan, yaitu indicator universal dan pH meter. pH meter adalah alat yang dapat
langsung digunakan untuk mengukur pH larutan. pH larutan mempunyai electrode yang
dicelupkan ke dalam larutan yang akan di ukur pH nya. Nilai pH dapat langsung diketahui
dari layar yang terdapat pada alat (Lutfi, 2006).
Ada beberapa cara yang lazim digunakan para ilmuwan dan manusia dalam mengukur pH
suatu larutan, diantaranya adalah dengan menggunakan indikator universal atau tabel
indikator pH, menggunakan pH meter, menggunakan kertas lakmus ataupun melalui
perhitungan dengan mengetahui konsentrasi suatu larutan tersebut (Wibowo, 2019) Dalam
laboratorium kimia, ada berbagai macam jenis indikator, diantaranya adalah kertas lakmus,
indikator universal, indikator alam, dan indikator sintesis (Indira, 2015).
Tipe kertas lakmus ada dua macam, yaitu kertas lakmus biru dan kertas lakmus merah.
Lakmus biru adalah indicator untuk larutan asam. Jika kertas lakmus biru dicelupkan ke
dalam suatu larutan yang bersifat asam maka kertas lakmus tersebut akan berubah warna
menjadi merah, tetapi jika dicelupkan pada larutan basa maka kertas lakmus tidak berubah
warna. Lakmus merah adalah indicator untuk larutan basa. Jika kertas lakmus merah
dicelupkan ke dalam suatu larutan yang bersifat basa maka kertas lakmus tersebut akan
berubah warna menjadi biru, tetapi jika dicelupkan pada larutan basa maka kertas lakmus
tidak berubah warna. Jika kedua jenis kertas lakmus dimasukkan ke dalam suatu larutan
dan ternyata tidak ada yang berubah warnanya maka larutan tersebut adalah suatu garam
netral (Ahmad Fahrurrozi, 2015).
Indikator alami adalah bahan alam yang dapat berubah warnanya dalam larutan yang
berbeda, asam, basa, atau netreal. Sumber indikator alami biasanya berasal dari tumbuhan
baik akar, daun, bunga, buah, ataupun bijinya dan dapat dibuat melalui ekstraksi dengan
pelarutnya yang sesuai. Prinsip indikator alami adalah bahan yang memberikan warna
berbeda pada zat yang bersifat asam dan basa (Karo, 2017)
Indikator buatan atau indikator sintetis adalah indikator yang memiliki sifat yang stabil.
Contoh dari indikator sintetis ini adalah Penolphtalein atau yang biasa disingkat dengan
indikator PP. Selain indikator PP, ada juga indikator Metil Oranye, Metil Biru, dan lain
sebagainya (Mahmud, 2018). Kemudian ada indikator universal, indikator universal adalah
indikator yang terdiri atas berbagaimacam infikator yang memiliki warna berbeda untuk
setiap nilaipH dari pH 1 hingga 14. Indikator universal memiliki tingkat kepercayaan yang
baik (Kamilati, 2006)
Indikator pH merupakan zat yang berubah warna apabila pH lingkungannya berubah.
Indikator pH dapat dibedakan menjadi indikator satu warna dan indikator dua warna.
Indikator satu warna adalah indikator yang akan berubah warna dalam satu kondisi tertentu,
hanya asam saja atau basa saja. Sedangkan indikator dua warna adalah indikator yang
memiliki dua warna, yaitu warna dalam keadaan asam dan warna dalam keadaan basa
(Sutresna, 2008).
Beberapa indikator dalam asam-basa adalah sebagai berikut.
No. Nama Indikator Warna Keadaan Asam Warna Keadaan BasaTrayek pH
1. Cresol Red Merah Kuning 0,2-1,8
2. Thymol Blue Merah Kuning 1,2-2,8
3. Bromophenol Blue Kuning Biru 3,0-4,0
4. Methyi Orange Merah Oren 3,1-4,4
5. Congo Red Biru Merah 3,0-5,0
6. Bromocresol Green Kuning Biru 3,8-5,4
7. Methyl Red Merah Kuning 4,2-6,3
8. Bromothymol Blue Kuning Biru 6,0-7,6
9. Phenol Red Kuning Merah 6,8-8,4
10. Cresol red Kuning Merah 7,2-8,8
11. Thymol Blue Kuning Biru 8,0-9,6
12. Litmus Merah Biru 5,0-8,0
13. Bromocresol Purple Kuning Ungu 5,2-6,8
14. Phenolphatein Bening Merah 8,3-10
15. Alizarin Yellow R Kuning Oren/Merah 10,1-12,0
(Harvey, 2000 dalam Padmaningrum, 2006)
Indikator asam basa dapat berubah warna apabila lingkungan pH berubah, karena indikator
asam basa merupakan asam organik lemah atau basa organic lemah. Sehingga dalam
larutan terionisasi dan bentuk molekul indikator mempunyai warna yang berbeda dengan
warna indikatornya. Letak trayek pH bergantung pada besar kecilnya tetapan
kesetimbangan asam (Ka) atau tetapan kesetimbangan basa (Kb). Untuk mendapatkan
indikator yang baik, maka diperlukan untuk memilih indikator yang mempunyai trayek pH
yang mencakup pH larutan tersebut (Padmaningrum, 2006).

ALAT DAN BAHAN :


a. Alat
No. Alat
1. pH meter
2. Pipet
3. Gelas Beaker
4. Botol Semprot
5. Gelas Ukur
6. Tabung Reaksi

b. Bahan
No. Alat
1. Aquades
2. NaOH
3. HCl
4. Metil Biru
5. Metil Oren
6. Phenolphtalein

CARA KERJA :
Menggunakan Alat pH meter
Asam Basa

Menggunakan Indikator

HASIL PENGAMATAN
I. Pengukuran pH Larutan
Larutan pH
NaOH 12,24
HCl 0,85
Aquades 7,26

II. Indikator
Larutan Indikator Warna Larutan
Sebelum Sesudah

Aquades Metilen Blue Bening Biru Gelap


Metil Orange Bening Kuning Pudar
Phenolphtalein Bening Bening

NaOH Metilen Blue Bening Biru Gelap


Metil Orange Bening Kuning Pudar
Phenolphtalein Bening Merah

HCl Metilen Blue Bening Biru Gelap


Metil Orange Bening Merah Pudar (Pink)
Phenolphtalein Bening Bening

PEMBAHASAN
Derajat keasaman adalah derajat yang menyatakankeasaman atau kebasaan suatu larutan.
Derajat keasaman mneyatakan logaritma negative konsentrasi ion H dengan bilangan pokok
10. Derajat keasaman dapat ditentukan menggunakan indikator asam basa. Indikator asam
basa adalah senyawa zat yang dapat berubah warna seiring dengan perubahan derajat
keasaman atau pH. Hal itu sesuai dengan Fessenden & Fessenden (1999) dalam
Rahmawati, Nuryanti, & Ratman (2016). Indikator asam basa dalam laboratorium terdapat
berbagai jenis, diantaranya adalah kertas lakmus, larutan universal, indikator alami, dan
indikator sintetis. Cara menentukan pH tidak hanya dengan menggunakan indikator. Namun,
dapat juga menggunakan pH meter.
Cara menentukan pH dengan menggunakan pH meter adalah dengan cara menyelupkan
elektroda ke larutan yang akan diukur pHnya. Penghitungan pertama menggunakan
aquades. Aquades dituang di gelas reaksi secukupnya. Lalu, elektroda di celupkan ke cairan
aquades tersebut hingga terdengar suara ‘beep’ yang menandakan penghitungan pH telah
selesai. Dari hasil penghitungan pH menggunakan pH meter, aquades memiliki derajat
keasaman 7,26. Aquades memiliki sifat netral, karena memiliki pH 7. Setelah selesai,
elektroda dibersihkan menggunakan aquades dan lap menggunakan tissue hingga bersih.
Hal itu bertujuan agar penghitungan berikutnya menjadi lebih akurat.
Pada percobaan kedua adalah menggunakan larutan HCl 0,1 N. Pertama, HCl 0,1 N di
tuang di gelas reaksi secukupnya. Lalu, celupkan elektroda ke dalam larutan. Kemudian
amati perubahan pH yang terjadi. Dari hasil penghitungan tadi, didapatkan bahwa pH dari
HCl 0,1 N adalah 0,85. Dengan derajat keasaman tersebut, HCl 0,1 N dapat diketahui
bersifat asam, karena memiliki pH kurang dari 7. Kemudian jangan lupa untuk bersihkan
elektroda untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Kemudian penghitungan NaOH 0,1 N, tuang larutan NaOH 0,1 N ke gelas ukur secukupnya.
Lalu celupkan elektroda ke dalam larutan tersebut hingga terdengar suara ‘beep’ yang
menandakan penghitungan pH telah selesai dilakukan. Dari hasil penghitungan pH NaOH
0,1 N menggunakan pH meter didapatkan bahwa pH yang dimiliki oleh NaOh 0,1 N adalah
12,24. Dari hasil penghitungan tersebut, dapat diketahui bahwa NaOH 0,1 N.
Dari hasil diatas aquades bersifat netral karena memiliki pH 7,26. Karena larutan netral
memiliki pH sama dengan 7. Sedangkan HCl yang memiliki pH 0,83 bersifat asam. Karen
memiliki pH kurang dari 7. Sedangkan NaOH 0,1 N yang pHnya adalah 12,24 bersifat basa.
Hal itu karena NaOH memiliki pH diatas 7. Hasil itu sesuai dengan pendapat dari Suminar
(Tanpa tahun) bahwa larutan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu netral yang memiliki derajat
keasaman 7, asam dengan derajat keasaman kurang dari 7, dan basa yang memiliki derajat
keasaman lebih dari 7.
Penghitungan derajat keasaman selain menggunakan pH meter dapat juga menggunakan
indikator asam basa. Dalam praktikum ini, indikator yang digunakan adalah indikator
Phenolphtalein, Metil Orange, dan Metil Biru. Ketiga indikator tersebut akan digunakan
dalam menentukan pH dari NaOH 0,1 N, Aquades, dan juga larutan HCl 0,1 N.
Percobaan pertama adalah dengan memasukkan aquades sebanyak 5 mL ke tabung reaksi
sebanyak 3 buah, karena akan diuji dengan 3 indikator. Pada tabung reaksi pertama diberi
Metil Biru sebanyak 2 tetes, di tabung reaksi kedua diberi 2 tetes Metil Oranye, dan pada
tabung biru sebanyak 2 tetes Penolpthalein. Setelah itu kocok tabung reaksi hingga menjadi
homogen. Setelah itu, amati perubahan warna yang terjadi pada ketiga tabung reaksi
tersebut. Pada tabung pertama yang diberi indikator Metil Biru sebelum diberi Metil Biru,
aquades tidak memiliki warna apapun atau bening. Namun, setelah diberi 2 tetes Metil Biru
terjadi perubahan warna menjadi warna biru. Pada tabung kedua, yaitu pemberian indikator
Metil Oranye sebanyak 2 tetes. Pada tabung kedua yang sebelum diberi indikator Metil
Oranye tidak memiliki warna atau bisa dibilang bening, setelah diberi indikator Metil Oranye
sebanyak 2 tetes menjadi berubah warna menjadi warna kuning. Pada tabung ketiga,
aquades diberi indikator Penolpthalein sebanyak 2 tetes. Sebelum diberi indikator
Penolpthalein, aquades tidak memili warna, tetapi setelah pemberian indikator Penolphtalein
sebanyak 2 tetes, aquades tetap tidak mengalami perubahan warna. Hal itu sesuai dengan
tabel trayek pH yang dikemukakan oleh Harvey (2000) dalam Padmaningrum (2006), yang
menyatakan bahwa trayek pH dari Metil Biru adalah 6,0-7,6 dan jika berwarna biru artinya
memiliki pH 6,8 hingga 7,6. Sedangkan pH aquades adalah 7,26.
Percobaan kedua adalah dengan memasukkan HCl 0,1 N sebanyak 5 mL ke tabung reaksi
sebanyak 3 buah. Karena akan dilakukan percobaan menggunakan 3 buah indikator yang
berbeda. Pada tabung pertama, akan diberi dua tetes Metil Biru, pada tabung kedua akan
ditambahkan 2 tetes Metil Oranye, dan pada tabung reaksi ketiga akan diberi 2 tetes
Penolphtalein. Setelah diberi 2 tetes indikator, masing-masing tabung reaksi dikocok secara
perlahan hingga homogen. Kemudian catat perubahan warna pada setiap tabung. Pada
tabung yang diberi indikator Metil biru yang awalnya tidak berwarna berubah menjadi warna
biru. Pada tabung reaksi yang dibeir indikator Metil Oranye yang awalnya tidak berwarna
berubah warna menjadi warna merah. Sedangkan pada tabung reaksi ketiga yang diberi
indikator Penolphtalein yang awalnya tidak berwarna setelah diberi indikator Penolphtalein
tetap saja tidak berubah warna. Hal itu sesuai dengan tabel trayek pH yang dikemukakan
oleh Harvey (2000) dalam Padmaningrum (2006) yang menjelaskan bahwa trayek pH dari
Metil Oranye adalah 3,1-4,4. Dan warna yang terjadi saat dicampurkan indikator ini adalah
berwarna merah.
Kemudian pada percobaan ketiga adalah NaOH dimasukkan kedalam tabung reaksi
sebanyk 3 buah tabung yang masing-masing dimasukkan sebanyak 5 mL. pada tabung
pertama akan diberi indikator Metil Biru sebanyak 2 tetes, pada tabung kedua akan diberi
Metil Oranye sebanyak 2 tetes, sedangkan pada tabung reaksi ketiga akan diberi indikator
Penolpthalein sebanyak 2 tetes. Setelah diberi indikator, masing-masing tabung dikocok
secara perlahan hingga homogen. Setelah itu, amati perubahan warna yang terjadi pada
ketiga tabung reaksi tesebut. Pada tabung reaksi pertama yang diberi 2 tetes Metil Biru
NaOH yang mulanya tidak berwarna berubah menjadi warna biru. Pada tabung reaksi yang
dicampur dengan Metil Oranye yang mula-mula tidak berwarna sekarang berubah warna
menjadi warna kuning. Selanjutnya pada tabung reaksi ketiga yang diberi indikator
Penolpthalein sebanyak 2 tetes yang semula tidak berwarna atau bening kemudian berubah
warna menjadi warna merah. Hal itu sesuai dengan tabel trayek pH yang disampaikan oleh
Harvey (2000) dalam Padamningrum (2006) bahwa NaOH bersifat basa karena mengubah
Penolphtalein menjadi warna merah.
KESIMPULAN
Derajat keasaman adalah derajat yang menyatakan keasaman atau kebasaan suatu larutan.
Derajat keasaman dapat dihitung menggunakan alat yang bernama pH meter atau dapat
menggunakan indikator. Indikator adalah senyawa zat yang dapat berubah warna seiring
dengan perubahan derajat keasaman atau pH. Larutan yang memiliki pH dibawah 7 bersifat
asam, untuk larutan yang memiliki pH 7 memiliki sifat netral, sedangkan untuk larutan yang
memiliki pH diatas 7 bersifat basa. Contoh dari larutan asam adalah HCl 0,1 N yang memiliki
pH 0,85. Kemudian contoh dari larutan netral adalah aquades yang memiliki pH 7,26.
Sedangkan contoh dari larutan basa adalah NaOH 0,1 N dengan pH 12,24.

Daftar Pustaka

Ahmad Fahrurrozi, H. S. (2015). Pilihan Cerdas Menjadi Bintang Kelas. In T. G. Indonesia,


Top No 1 Ulangan Harian SMP/MTS Kelas 7 (Gratis buku How to Speak English Easy Fast
Fun: For Beginner) (p. 248). Jakarta Selatan: Tim Redaksi Bintang Wahyu.
Brown, Theodore L., Eugene L., Bruce E. B., Catherine J.M. dan Patrick M.W., 2012,
Chemistry the Central Science 12th Edition, Amerika Serikat, Pearson Prentice Hall.
Chang, R. (2010). The Essential Concepts, Fifth Edition. New York: McGraw-Hill Higher
Education.
Halimah, N. (2021). Kimia Farmasi SMK/MAK Kelas XI. Bidang Keahlian Kesehatan dan
Pekerjaan Sosial. Program Keahlian Farmasi. Kompetensi Keahlian Farmasi Klinis dan
Komunitas. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Haryono, H. E. (2019). Kimia Dasar. Deepublish.
Horne, M. M. (2000). Keseimbangan cairan, elektrolit, & Asam Basa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Indira, C. (2015, April). Retrieved from https://media.neliti.com/media/publications/104442-
ID-pembuatan-indikator-asam-basa-karamuntin.pdf
Kamilati, N. (2006). Kimia 1. Yogyakarta: Yudhistira.
Karo, B. (2017). Identifikasi Sifat Asam Basa Menggunakan Indikator Alami Bunga
Karamunting (Rhodomyrtus tumenstosa). Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang, Vol. 8(2) : 83.
Lutfi. (2006). IPA KIMIA : - Jilid 1. Esis.
Mahmud, N. R. (2018). Inventarisasi Tanaman Berpotensi Sebagai Indikator Asam-Basa
Alami di Kota Kupang. Jurnal Bionature, Vol. 19(1) : 1.
Melati, R. R. (2019). Asam, Basa, dan Garam. Bandung: Penerbit Duta.
Muti’ah. (2015). Analisis Miskonsepsi Mahasiswa pada Empat Konsep Esensial
Kesetimbangan Kimia. Jurnal Pijar MIPA, 7(1): 27-32.
Padmaningrum, Regina Tutik. (2006). Titrasi Asidimetri. Jurdik Kimia.
Rahmania, Aina Ulfa, Her Gumiwang Ariswati, & Sumber. (2018).
http://digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-2522-
DRAFTSEMINAR.pdf diakses pada 13 Oktober 2021 pukul 13.14 WIB.
Rahmawati, Siti Nuryanti, & Ratman. (2016). Indikator Asam-Basa Dari Bunga Dadap Merah
(Erythrina crista-gali L.). Jurnal Akademik Kimia. Vol. 5(1) : 29.
Rusman, R. F. (2018). Kimia Larutan. Syiah Kuala University Press.
Santoso, A. (2009). Rumus Lengkap Kimia SMA. WahyuMedia.
Sutresna, N. (2008). Cerdas Belajar Kimia. Bandung : Grafindo.
U, U. B. (2004). Diklat Kimia Dasar 1. Universitas Lambung Mangkurat.
Wibowo, R. S. (2019). ALAT PENGUKUR WARNA DARI TABEL INDIKATOR UNIVERSAL
PH YANG DIPERBESAR BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO. Jurnal Edukasi
Elektro, Vol. 3, No. 2, 100.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai