Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari banyak kita temui berbagai jenis zat. Secara
kimia zat dalam kehidupan sehari-hari dapat dibedakan menjadi empat yaitu zat
padat, zat cair, zat gas, dan larutan. Dari berbagai jenis zat ini terdapat zat-zat
yang memiliki sifat berbeda satu sama lain. Sifat zat tersebut meliputi sifat asam,
sifat basa, dan sifat netral. Beberapa jenis zat asam, zat basa, dan netral dapat
diklasifikasi secara mudah dengan menggunakan indra pengecapan karena sifat
zat tersebut. Namun, tidak semua zat dapat diklasifikasi secara mudah dengan
indra pengecap, maka dari itu diciptakanlah suatu indikator yang dapat
membedakan sifat suatu zat. Indikator tersebut dapat berupa indikator alami dan
indikator buatan, contohnya kertas lakmus, indikator universal, dan pH meter.
Menurut Arisworo (2006) Pengukuran pH yang lebih akurat dapat dilakukan
dengan menggunakan pH meter. Elektrode pada pH meter dicelupkan ke dalam
larutan yang akan diperiksa. Harga pH larutan dapat dilihat pada angka yang
terdapat di layar alat pengukur.
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Yang dimaksud dengan
“keasaman” disni adalah konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam pelarut air.
Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga
nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolute.
Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional. Konsep ph pertama kali diperkenalkan
oleh kimiawan Denmark, Soren Peder Lauritz Sorensen pada tahun 1909, yang
mendefinisikan pH sebagai pH = -log [H+] .

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui nilai pH
berbagai macam konsentrasi larutan dengan menggunakan alat pengukur pH yang
berbeda.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengenalan Sifat Asam dan Basa


Asam adalah zat yang dalam larutan airnya berasa masam, sedangkan basa
adalah zat yang dalam larutan airnya berasa pahit. Akan tetapi, tidak semua asam
ataupun basa dapat kita cicipi begitu saja karena banyak diantara asam dan basa
bersifat racun dan korosif.
Untuk mengetahui suatu senyawa termasuk asam atau basa tanpa mencicipi,
kita lakukan dengan menggunakan indikator kertas lakmus. Dalam larutan asam,
lakmus biru bisa berubah menjadi merah, sedangkan lakmus merah tetap merah.
Dalam larutan basa, lakmus merah menjadi biru, sedangkan lakmus biru tetap
biru.
Jika kedalam suatu larutan kita masukkan kertas lakmus merah atau lakmus
biru dan ternyata tidak terjadi perubahan warna kertas lakmus, maka larutan
tersebut bersifat netral. Yang termasuk larutan netral adalah larutan nonelektrolit
dan larutan garam dari asam kuat dan basa kuat. Contoh larutan nonelektrolit
adalah larutan gula, larutan urea, dan larutan alkohol. Adapun contoh larutan
garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat adalah larutan NaCl, larutan
BaSO4 , dan larutan KNO3.
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhubungan dengan asam dan basa.
Contoh zat yang mengandung asam adalah air jeruk, mangga, nanas, cuka, air aki,
dan vitamin C. Sabun, larutan ammonia, sampo, dan detergen merupakan zat yang
mengandung basa (Parning, 2006).

2.2 Kertas Lakmus


Cara paling aman dan mudah untuk mengetahui apakah suatu zat tergolong
asam atau basa adalah dengan menggunakan indikator. Indikator dapat berupa
kertas atau suatu larutan. Indikator merupakan zat yang dapat berubah warna
apabila dimasukkan ke dalam asam atau basa. Indikator kertas yang paling
terkenal adalah kertas lakmus. Ada dua macam kertas lakmus, yaitu kertas lakmus
berwarna merah dan kertas lakmus berawarna biru. Cara pemakaian nya adalah
kertas lakmus dimasukkan ke dalam suatu larutan, kemudian dilihat perubahan

2
warnanya. Suatu zat tergolong asam bila kertas lakmus biru berubah warna
menjadi merah, tapi kerta lakmus merah tidak berubah warna. Sementara itu,
suatu zat tergolong basa bila kertas lakmus merah berubah warna menjadi biru,
tetapi kertas lakmus biru tidak berubah warna. Bila suatu senyawa tidak
mengubah warna kertas lakmus merah dan lakmus biru. Maka senyawa tersebut
digolongkan sebagai senyawa netral bukan asam dan bukan basa (Lutfi, 2006).

Tabel 1. Perubahan Warna Kertas Lakmus


Warna Kertas Lakmus Warna Kertas Lakmus Senyawa
Semula Setelah Dicelup
Biru Merah Asam
Merah Biru Basa
Merah atau biru Tetap merah atau biru Netral

2.3 Kertas Indikator Universel


Kertas indikator universal dapat digunakan untuk menentukan pH suatu
larutan. Kertas indikator universal mempunyai empat buah gariswarna, kuning,
hijau, jingga, dan jingga kecoklatan. Kertas indikator tersebut dicelupkan pada
larutan yang akan ditentukan nilai pH-nya. Ketika sudah tercelup, warna-warna
pada kertas akan berubah warna. Keempat garis warna yang berubah dicocokan
dengan skala pH dari 0 sampai 14 yang terdapat pada kemasan kertas indikator
(Arisworo, 2006).

Tabel. 2 Urutan Warna pada Kertas Indikator Universal


Skala Urutan warna
pH Bawah Tengah 1 Tengah 2 Atas
0 Ungu tua Kuning Jingga Jingga
1 Ungu Kuning Jingga Kecoklatan
2 Ungu muda Kuning Jingga Jingga
3 Cokelat Kuning Jingga Kecoklatan
4 Cokelat muda Kuning Jingga Jingga
5 Kuning Kuning Jingga Kecoklatan

3
6 Kuning Kehijauan Jingga Jingga
7 Kuning Hijau pucat Jingga Kecoklatan
8 Kuning Hijau Jingga Jingga
9 Kuning Hijau tua Jingga Kecoklatan
10 Kuning Biru Jingga Jingga
11 Kuning Biru Kecoklatan Kecoklatan
12 Kuning Biru Cokelat muda Jingga
13 Kuning Biru Cokelat Kecoklatan
14 Kuning Biru Cokelat Jingga

2.4 Pengertian pH
pH adalah derajat keasaman untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan pH didefinisikan sebagai minus
logaritma dari aktivitas ion hidrogen dalam larutan. pH merupakan kuantitas tak
berdimensi . pH umumnya diukur menggunakan elektroda gelas yang mengukur
perbedaan potensial E antara elektron yang sensitif dengan aktivitas ion hidrogen
dengan elektroda referensi ( Charles,1984).

2.5 Pengukuran pH
Keasaman (pH) larutan dapat diukur kadarnya dengan menggunakan alat pH
meter, dimana pH adalah tingkat keasaman atau kebasaan suatu benda yang
diukur dengan menggunakan skala pH anatara 0 hingga 14. Instrumen pH meter
adalah sebuah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH (kadar
keasaman atau alkalinitas) ataupun basa dari suatu larutan. Penggunaan alat
teserebut dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam larutan yang akan di uji,
dan sangat dipengaruhi oleh keadaan dan fungsi elektroda (Maitamu, 2012).
Pengukuran dengan mengguakan pH meter dan pH universal menunjukkan
hasil yang berbeda, dikarenakan pH meter memiliki daya ukur yang lebih akurat
dan tepat dibandingkan dengan menggunakan pH universal. Hasil dari pH
universal yang berupa kisaran pH dalam bentuk warna sesaat setelah dicelupkan
kedalam suatu larutan, warna yang terbentuk tersebut akan dicocokkan dengan
nilai pH yang terdapat pada warna universal. Sedangkan pH meter lebih akurat

4
dan presisi karena setelah elektroda dicelupkan pada suatu larutan, nilai pH akan
ditransmisikan secara digital di layar dengan dua atau empat angka desimal. Alat
tersebut memiliki ketelitian yang baik karena memiliki sensitivitas 0,01 pH
(Matiin, 2012).

5
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Kimia Dasar ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 24 Oktober
2019 pada pukul 09.20 – 11.20 WIB yang bertempat di Laboratorium
Agroekoteknologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang dibutuhkan adalah Beaker glass, pH meter, alat pencapit, dan botol
semprot. Bahan yang dibutuhkan yaitu larutan HCl 0,1 M, larutan H2SO4 1 M,
NaOH 0,1 M, aquades, kertas indikator pH, dan kertas lakmus merah dan kertas
lakmus biru.

3.3 Cara Kerja


Adapun cara kerja pada praktikum kali ini, yaitu
1. Masing-masing larutan disiapkan pada beaker glass
2. pH masing-masing larutan diukur menggunakan pH meter dan kertas indikator
3. Kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru dicelupkan berturut-turut
kedalam masing-masing larutan
4. Hasil pengukuran dicatat dan perubahan yang terjadi diamati.

6
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 3. Hasil Pengukuran pH
Larutan pH meter Kertas Indikator
HCl 0,1 M 4,82 12
H2SO4 0,1 M 5,13 1
NaOH 0,1 M 8,35 14

Tabel 4. Hasil Perubahan Warna


Larutan Lakmus Merah Lakmus Biru
HCl 0,1 M Merah Merah
H2SO4 0,1 M Merah Merah
NaOH 0,1 M Biru Biru

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kimia dasar kali ini merupakan praktikum yang membahas
tentang pengukuran pH yang bertujuan untuk mengetahui nilai pH berbagai
macam konsentrasi larutan dengan menggunakan alat pengukur pH yang berbeda.
pH (Power of Hydrogen) adalah derejat keasaman yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu
larutan. Sama seperti literalur yang dikatakan oleh H George (2005) Istilah pH
merupakan singkatan dari “daya H” (power of H) dan didefinisikan sebagai
logaritma negatif (atau 1/ logaritma) dari konsentrasi ion hidrogen. Karena pH
merupakan daya atau fungsi eksponensial, setiap satuan pH melambangkan
perubahan 10 kali lipat dari konsentrasi H+ . Semakin rendah pH-nya, semakin
besar konsentrasi ion hidrogennya (misalnya pH 3 melambangkan 10-3 mol ion
hidrogen, sedangkan pH 2 melambangkan 10-2 mol ion tersebut). Larutan netral
memiliki pH 7, sedangkan kebasaan maksimal dilambangkan dengan pH 14.

7
Berdasarkan hasil praktikum yang telah di lakukan kita dapat menggolongkan
suatu larutan, apakah larutan tersebut termasuk basa kuat atau basa lemah, asam
kuat ataupun asam lemah. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan
Larutan HCl ini termasuk kedalam golongan asam kuat, Larutan H2SO4 ini
termasuk kedalam golongan asam kuat, dan larutan NaOH ini termasuk kedalam
golongan basa kuat. Menurut Sutresna (2007) Teori Arrhenius megatakan bahwa
asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion H+
sedangkan basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan
ion OH- . Dan Teori Bronsted Lowry mengatakan bahwa asam adalah zat yang
dapat memberi proton (donor ion H+ ) dan basa adalah zat yang dapat menerima
proton (akseptor ion H+ ) dan yang terakhir teori Lewis mengatakan bahwa asam
adalah ion atau molekul yang dapat bertindak sebagai penerima (akseptor)
pasangan elektron dan basa adalah ion atau molekul yang dapat bertindak sebagai
pemberi (donor) pasangan elektron.
Hubungan antara konsentrasi larutan dan pH adalah semakin besar nilai
konsentrasi larutan maka pH akan semakin kecil dan derajat keasaman semakin
kuat, tetapi apabila nilai konsentrasi larutan semakin kecil maka derajat keasaman
akan mendekati netral bahkan bisa bersifat basa karena derajat keasamannya
melebihi angka 7. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wijaya (2006) yang
mengatakan bahwa asam dan basa jika dilarutkan akan melepaska ion-ion. Asam
akan melepaskan ion H+, sedangkan basa akan melepaskan ion OH-. Makin
banyak ion H+ yang dapat dilepaskan suatu asam, berarti makin tinggi
tingkat/derajat keasaman suatu larutan. makin besar ion OH- yang dilepaskan,
maka makin tinggi tingkat/derajat kebasaan suatu larutan. besaran untuk
menentukan derajat keasaman suatu larutan adalah pH. Besaran ini ditetapkan
berdasarkan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan. skala pH antara 0-14. Larutan
yang bersifat asam mempunyai pH kurang dari 7, sedangkan yang bersifat basa
mempunyai pH lebih dari 7. Semakin kecil pH larutan, ,maka semakin tinggi
derajat keasaman larutan. itu berarti semakin sifat asam karena larutan
mengandung banyak ion H+. semakin besar nilai pH larutan, maka semakin tinggi
derajat kebasaan larutan. itu berarti semakin kuat sifat basa.

8
pH <7 sifatnya asam karena pH <7 mengandung lebih banyak ion H+ di
bandingkan ion OH-. Sedangkan pH >7 bersifat basa karena mengandung lebih
banyak ion OH- dibandingkan ion H+. Sama seperti yang dikatakan oleh James
(2006) larutan dengan pH dibawah 7 pada suhu bersifat asam. Semakin rendah
pH, larutan akan semakin asam. Larutan dengan pH lebih besar dari 7 pada suhu
bersifat basa atau alkali. Semakin tinggi pH, semakin basa larutan tersebut
sehingga setiap zat yang membentuk ion H+ dan OH- akan menyebabkan
perubahan kesetimbangan asam-basa dalam tubuh.
Untuk mengukur kadar asam basa (pH) bisa menggunakan kertas universal
dan kertas lakmus, kertas lakmus ada dua macam yaitu lakmus merah dan lakmus
biru. Menurut Fajar (2008) Kertas lakmus merupakan indikator asam basa yang
berupa kertas. Indikator kertas lakmus digunakan dengan cara mencelupkan atau
membasahi kertas lakmus kedalam larutan yang akan di uji. Jika kertas lakmus
biru dicelupkan ke dalam larutan asam, maka akan berubah menjadi berwarna
merah, sedangkan jika dibasahi atau dicelupkan ke dalam larutan basa maka akan
tetap berwana biru. Perbedaan lakmus merah dan biru adalah lakmus merah
adalah kertas indikator asam sedangkan lakmus biru adalah kertas indikator basa.
Jika lakmus merah dimasukkan ke dalam suatu zat dan warnanya tetap berwarna
merah, maka zat tersebut adalah asam. Jika warna berubah menjadi warna biru
maka zat tersebut adalah basa. Lakmus biru dicelupkan ke suatu zat dan warna
nya tetap berwarna biru, maka zat tersebut adalah basa. Jika warna berubah
menjadi merah maka zat tersebut adalah asam. Pada praktikum kali ini kita
menggunakan larutan HCl 0,1 M yang diuji menggunakan lakmus merah dan
hasilnya tetap menjadi warna merah dan ketika menggunakan lakmus biru
warnanya berubah menjadi merah yang berarti larutan tersebut bersifat asam,
larutan H2SO4 0,1 M pun ketika diuji menggunakan kertas lakmus merah hasilnya
tetap menjadi merah dan ketika di uji menggunakan kertas lakmus biru warna nya
menjadi warna merah yang berarti larutan tersebut bersifat asam. Sedangkan,
larutan NaOH 0,1 M yang dicelupkan kedalam lakmus merah warnanya berubah
menjadi biru dan larutan tersebut dicelupkan kedalam lakmus biru warnanya tetap
menjadi biru yang berarti larutan tersebut bersifat basa.

9
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Untuk mengetahui nilai pH suatu larutan dapat diukur dengan menggunakan
pH meter maupun kertas indikator pH. Hubungan antara konsentrasi larutan dan
pH adalah semakin besar nilai konsentrasi larutan maka pH akan semakin kecil
dan derajat keasaman semakin kuat, tetapi apabila konsentrasi larutan semakin
kecil maka derajat keasaman akan mendekati netral bahkan bisa bersifat basa
karena derajat keasamannya melebihi 7. Larutan yang memiliki pH <7 sifatnya
asam karena pH <7 mengandung lebih banyak ion H+ di bandingkan ion OH-.
Sedangkan larutan yang memiliki pH >7 bersifat basa karena mengandung lebih
banyak ion OH- dibandingkan ion H+. Dan untuk mengetahu sifat asam atau basa
suatu larutan dapat di uji menggunakan kertas lakmus merah dan lakmus biru.

5.2 Saran
Saran yang bisa saya berikan adalah di dalam percobaan untuk mengetahui
sifat suatu jenis larutan haruslah berhati-hati dan teliti agar mendapatkan hasil
yang maksimal. Oleh karena itu, ikutilah setiap aturan yang telah ditentukan agar
percobaan yang dilakukan berjalan dengan lancar dan bisa memperoleh hasil yang
memuaskan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Arisworo Djoko, Yusa, Nana Sutresna. 2006. Ilmu Pengetahuan Alam (Fisika,
Biologi, Kimia). Jakarta : Grafindo Media Pratama.

Charles, W. 1984. Kimia Dasar Keenam jilid 1. Jakarta : Erlangga

Fajar Crys Partana. Seri IPA Kimia 1 SMP Kelas VII. Jakarta : Quadra

H George Fried, George J. Hademos. 2005. Biologi Edisi Kedua. Jakarta :


Erlangga

James Joyce, Colin Baker, Helen Swain. 2006. Prinsip – prinsip sains untuk
keperawatan. Jakarta : Erlangga

Lutfi. 2006. IPA Kimia 1 Esis. Jakarta : Erlangga

Maitimu CV, Legowo AM, Al-Baari AN. 2012. Parameter keasaman susu
pasteurisasi dengan penambahan ekstrak daun aileru (Wrightia caligra).
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol 1 (1) : 7 – 11

Matiin N, Hatta AM, Sekartedjo. 2012. Pengaruh variasi bending sensor pH


berbasis serat optik menggunakan lapisan silica sol gel terhadap
sensitivitas. Jurnal Teknik Pormits Vol 1 (1) : 1 – 6

Parning, Horale,Tiopan. 2006. Kimia 2B SMA KELAS XI Semester 2. Jakarta :


Yudhistira.

Sutresna Nana. 2007. Cerdas Belajar Kimia. Jakarta : Grafindo Media Tama

Wijaya Agung, Budi Suryatin, Das Saliwati. 2006. IPA TERPADU VII A. Jakarta
: Grasindo

11

Anda mungkin juga menyukai