Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PERCOBAAN V

PENGUKURAN pH LARUTAN

NAMA : PUTRI RAUDLATUL JANNAH


NIM : 2211014220003
KELOMPOK : 3 (TIGA)
ASISTEN : SITI INDAH SULISTYANINGSIH

PROGRAM STUDI S-1 FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2022
PERCOBAAN V

PENGUKURAN pH LARUTAN

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk dapat menentukan


pH larutan yang tidak diketahui dengan beberapa indikator, yaitu kertas
lakmus, bromtimol biru, fenolftalein, metil merah dan metil orange.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asam Dan Basa

Menurut Bronsted, Asam adalah suatu zat yang dapat mendonorkan


proton sedangkan sebuah basa adalah suatu zat yang menerima sebuah
proton. Perpanjangan dari definisi dari Bronsted adalah sebuah konsep
conjugate pasangan asam-basa.(Chang, 2005 )
2.2 Metil Jingga

Metil jingga adalah senyawa azo kristal kuning sedikit merah, lebih
larut dalam air panas dan larut dalam anggur. Metil oranye biasa
digunakan indikator pada titrasi asam basa. Metil jeruk memiliki kisaran
pH 3,1 hingga 4,4 dan pKa 3,46, berwarna merah ketika asam dan
berwarna kuning dalam keadaan basa. Metil jingga digunakan untuk
mentitrasi asam mineraldan basa kuat, menentukan alkalinitas dari air
tetapi tidak dapat digunakan untuk asam organik.(Suirta, 2010).
2.3 Derajat Keasaman

Konsep pH pertama kali diperkenalkan oleh ahli kimia Denmark


Søren Peder Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Arti singkatan "p" dalam
"pH" tidak diketahui secara pasti. Beberapa referensi menyatakan bahwa p
berasal dari singkatan power (pangkat), yang lain merujuk pada kata
Jerman Potenz (yang juga berarti pangkat), dan beberapa merujuk pada
kata potential power. Jens Norby menerbitkan sebuah makalah pada tahun
2000 mengklaim bahwa p adalah konstanta yang berarti
"logaritma negatif".
Keasaman atau pH (Power of Hydrogen) digunakan untuk
menyatakan seberapa asam atau basa suatu larutan, yang didefinisikan
sebagai warna aktivitas ion hidrogen terlarut (H⁺).
2.4 Bromtimol Biru

Bromotimol biru adalah indikator pH yang paling umum digunakan


dan dalam konsentrasi dan ukuran wadah yang rendah serta toksisitas yang
rendah. Ini mengandung indikator pH, bromotimol biru, yang
menyebabkan media berubah dari kuning menjadi biru-hijau.
2.5 Metil Merah

Metil merah adalah zat warna azo atau zat warna sintetik yang
merupakan salah satu indikator kimia yang biasa digunakan di
laboratorium untuk menentukan konversi pH dalam kisaran tertentu. Hiu
berambut merah bekerja paling baik antara pH 4,4 dan pH 6,2. Jika pH di
bawah 4,4 berwarna merah, dan jika di atas 6,2 berwarna kuning. Jika pH
berada di antara dua batas ini, warnanya oranye.
Perubahan warna ini juga sesuai dengan derajat disosiasi proton
atau ion hidronium (H+) dari molekul zat warna. Metilen merah berguna
untuk menguji perubahan pH dalam larutan asam. Metil merah juga
berguna untuk mengkalibrasi larutan, terutama dalam percobaan titrasi.
Namun, tidak efektif untuk menguji perubahan pH dalam larutan basa
karena tetap berwarna kuning ketika dicampur.
2.6 Indikator

Indikator adalah senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan


asam atau basa dengan perubahan warna tergantung pada konsentrasi ion
hidrogen selama titrasi. Indikator yang digunakan dalam titrasi asam kuat
basa kuat biasanya merupakan indikator sintetik, misalnya indikator
fenolftalein (pp) ( Apriyani, et al 2016 ).
2.7 Akuades

Akuades adalah air yang sudah melewati destilasi. Distilasi adalah


perubahan cair menjadi uap dan uap didinginkan kembali ke cairan.
Campuran yang mungkin dipisahkan dengan destilasi untuk mendapatkan
senyawa murni. Senyawa dalam campuran menguap ketika mencapai titik
rebus masing-masing.(Samik et al., 2017).
Ikatan ionik adalah ikatan yang terbentuk karena adanya transfer
elektron secara penuh. Atom-atom yang perbedaan keelektronegatifannya
besar cenderung untuk membentuk ikatan ionik. Hal ini dikarenakan atom
dengan keelektronegtifan lebih rendah memberi elektronnya kepada atom
dengan keelektronegatifan lebih tinggi. Ikatan ionik umumnya gabungan
dari atom dari unsur logam dengan nonlogam. (Chang, 2004)
Ikatan ionik adalah ikatan yang terbentuk karena adanya transfer
elektron secara penuh. Atom-atom yang perbedaan keelektronegatifannya
besar cenderung untuk membentuk ikatan ionik. Hal ini dikarenakan atom
dengan keelektronegtifan lebih rendah memberi elektronnya kepada atom
dengan keelektronegatifan lebih tinggi. Ikatan ionik umumnya gabungan
dari atom dari unsur logam dengan nonlogam. (Chang, 2004)
III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini meliputi,


1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pipet tetes
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi,
1. Kertas lakmus
2. Bromtimol biru
3. Phenolptalein
4. Metil merah
5. Metil orange
6. Larutan kapur
7. Larutan jeruk nipis
8. Larutan garam
9. Larutan cuka
10. Larutan detergen
11. Air keran
12. Akuades
3.2 Prosedur Kerja

Larutan
 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
 Dimasukkan masing-masing larutan kedalam tabung reaksi

Kertas lakmus

 Dicelupkan kedalam larutan


 Diperhatikan perubahan warna kertas dan catat

3 tetes indikator cair bromtimol biru

 Dimasukkan kedalam larutan


 Diperhatikan perubahan warna larutan dan catat

Hasil
Larutan

 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


 Dimasukkan masing-masing larutan kedalam tabung reaksi

Indikator fenolftaelin, metil merah dan metil jingga

 Dimasukkan secara bergantian


 Dicatat perusahaan warna larutan

Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Pengamatan

Hasil Percobaan yang dilakukan mendapatkan hasil sebagai berikut,

INDIKATOR
LARUTAN SEBELUM SESUDAH

KL BTB MM MO PP

Garam Bening Tidak Bening Merah Jingga Putih


berubah pucat keruh

Jeruk Orange Orange Kuning Merah Orange Putih


keruh

Detergen Putih keruh Biru Biru Kuning Jingga Unggu

Kapur Putih keruh Biru Biru tua Jingga Jingga Merah


keungua
n

Air keran Bening Tidak Jingga Jingga Jingga bening


berubah keruh
Aquades Bening Tidak Kuning Merah Orange Tidak
berubah berubah

cuka Bening Orange Jingga Merah Merah Putih


keruh

Keterangan ,

KL : Kertas lakmus

BB : Bromtimol biru

MM : Metil merah

MO : Metil orange

PP : Phenotalein

4.2. Pembahasan
Asam berkaitan dengan salah satu tanggapan indra pengecap kita
terhadap suatu rasa masam. Kita dapat mendefinisikan asam sebagai
senyawa yang menghasilkan ion hidrogen ketika larut dalam pelarut
(biasanya air). Derajat keasaman yang dimiliki berkisar antara 1 hingga 6.
Kata asam berasal dari bahasa latin acidus yang artinya memiliki arti
asam. Senyawa asam dengan derajat keasaman tinggi tersebut
menyebabkan rasa asam pada senyawa tersebut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Lestari (2016) bahwa asam adalah suatu zat yang dapat memberi
proton (ion H⁺) apabila dilarutkan dalam air, sedangkan basa merupakan
zat yang memiliki ion OH⁻ berkonsentrasi tinggi. Derajat keasaman yang
dimiliki basa yakni berkisar 8 sampai 14. Dengan drajat keasaman
sempurna maka senyawa tersebut memberikan rasa pahit. Basa akan
dikatakan alkali ketika melepaskan serta mengandung OH⁻. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sutresna(2005) bahwa basa adalah senyawa kimia yang
menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan
dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang memiliki pH
lebih dari 7. Basa merupakan senyawa yang jika dilarutkan dalam air
menghasilkan ion OH⁻.
Untuk mengetahui tingkat keasaman suatu larutan kimiawan
biasanya menghitung jumlah konsentrasi ion Hidrogen atau [H⁺] namun
karena nilai konsentrasi ion Hidrogen didalam biasanya kecil kimiawan
menggunakan skala yang lain untuk mempermudah perhitungan yaitu
skala pH. Skala pH didefinisikan sebagai nilai logaritma negatif dari [H⁺]
(Brown, 2017). Berdasarkan nilai pH yang didapat larutan dapat dibagi
menjadi 3 yaitu, larutan asam, larutan basa, dan larutan netral (Chang,
2005). Larutan basa adalah larutan dengan nilai pH diatas 7, larutan asam
adalah larutan dengan nilai pH dibawah 7, dan larutan netral adalah larutan
yang nilai pH sama denngan 7.
Kertas lakmus adalah kertas filter yang digunakan di laboratorium
kimia untuk mengetahui kisaran harga pH dari sebuah larutan. Kisaran
nilai harga pH ditunjukan oleh perubahan yang terjadi pada kertas lakmus
yang disebabkan oleh larutan. Larutan asam akan mengubah kertas lakmus
dari biru ke merah sedangkan larutan basa akan mengubah kertas lakmus
dari merah ke biru (Chang, 2005).
Untuk megetahui suatu pH asam basa maka dilakukan suatu
percobaan dan menghasilkan reaksi-reaksi dan perubahan warna yang
baru. Menentukan pH Larutan menggunakan kertas lakmus dengan cara
mencelupkan lakmus merah ke air sumur terjadi perubahan lakmus merah
menjadi merah tua merupakan reaksi dari asam yang tinggi. Mencelupkan
lakmus merah ke air kapur terjadi perubahan merah menjadi Biru
merupakan reaksi dari basa. Mencelupkan lakmus merah ke garam, tidak
ada perubahan (netral). Lakmus merah ke jeruk nipis merah menjadi
merah yaitu reaksi asam. Lakmus merah ke air deterjen terjadi perubahan
warna lakmus merah dengan biru, yaitu reaksi basa.
Memasukkan 20 tetes sampel aquade kedalam masing-masing
tabung reaksi, masukan ke dalam tabung yang berisi air keran, air garam,
larutan jeruk nipis dan cuka ynag berubah warna menjadi bening, dan
masukan juga ke dalam tabung air kapur dan larutan deterjen warna
menjadi putih keruh.
Pengukuran dengan menggunakan indikator bromtionol biru, metil
merah, phenolftalein, metil orange, dari indikator-indikator tersebut
menghasilkan reaksi-reaksi yang sama yaitu air keran, larutan garam,
larutan jeruk nipis, cuka bereaksi asam, sedangkan larutan kapur, dan
deterjen bereaksi basa.

V. KESIMPULAN

Dari beberapa larutan yang digunakan dengan adanya indikator


dapat menentukan pH larutan. Tingkat asam atau basa pada umumnya
dinyatakan sebagai nilai pH. Lakmus merah ke garam, tidak ada
perubahan (netral). Lakmus merah ke jeruk nipis merah menjadi merah
yaitu reaksi asam. Lakmus merah ke air deterjen terjadi perubahan warna
lakmus merah dengan biru, yaitu reaksi basa.
Pengukuran dengan menggunakan indikator bromtionol biru, metil
merah, phenolftalein, metil orange, dari indikator-indikator tersebut
menghasilkan reaksi-reaksi yang sama yaitu air keran, larutan garam,
larutan jeruk nipis, cuka bereaksi asam, sedangkan larutan kapur, dan
deterjen bereaksi basa. Tingkat pH asam adalah < 7, pH =7 Netral,
7,1<pH<14 Basa.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, F., Idiawati, N., & Destiarti, L. (2016). Ekstrak Metanol Buah Lakum
(Cayratia trifolia (L.) Domin) sebagai Indikator Alami pada Titrasi Basa
Kuat Asam Kuat. Jurnal Kimia Khatulistiwa, 5(4).

Chang, R., & Overby, J. (2005). General chemistry. New York: Random House.

Samik, S., Setiarso, P., & Sanjaya, I. G. M. (2017). Pemanfaatan Air Buangan Ac
(Air Conditioner) Sebagai Pengganti Akuades. Indonesian Chemistry and
Application Journal, 1(1) : 29-36.

Suirta, I. W. (2010). Sintesis Senyawa Orto-Fenilazo-2-Naftol Sebagai Indikator


Dalam Titrasi. Jurnal Kimia, 1(1) : 47-54.

Brown, T. L., LeMay, H. E., Bursten, B. E., Murphy, C. J., & Woodward, P. M.
(2012). Chemistry: The Central Science. Hoboken: Pearson Prentice Hall.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai