PERCOBAAN V
PENGUKURAN pH LARUTAN
2022
PERCOBAAN V
PENGUKURAN pH LARUTAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Metil jingga adalah senyawa azo kristal kuning sedikit merah, lebih
larut dalam air panas dan larut dalam anggur. Metil oranye biasa
digunakan indikator pada titrasi asam basa. Metil jeruk memiliki kisaran
pH 3,1 hingga 4,4 dan pKa 3,46, berwarna merah ketika asam dan
berwarna kuning dalam keadaan basa. Metil jingga digunakan untuk
mentitrasi asam mineraldan basa kuat, menentukan alkalinitas dari air
tetapi tidak dapat digunakan untuk asam organik.(Suirta, 2010).
2.3 Derajat Keasaman
Metil merah adalah zat warna azo atau zat warna sintetik yang
merupakan salah satu indikator kimia yang biasa digunakan di
laboratorium untuk menentukan konversi pH dalam kisaran tertentu. Hiu
berambut merah bekerja paling baik antara pH 4,4 dan pH 6,2. Jika pH di
bawah 4,4 berwarna merah, dan jika di atas 6,2 berwarna kuning. Jika pH
berada di antara dua batas ini, warnanya oranye.
Perubahan warna ini juga sesuai dengan derajat disosiasi proton
atau ion hidronium (H+) dari molekul zat warna. Metilen merah berguna
untuk menguji perubahan pH dalam larutan asam. Metil merah juga
berguna untuk mengkalibrasi larutan, terutama dalam percobaan titrasi.
Namun, tidak efektif untuk menguji perubahan pH dalam larutan basa
karena tetap berwarna kuning ketika dicampur.
2.6 Indikator
Larutan
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Dimasukkan masing-masing larutan kedalam tabung reaksi
Kertas lakmus
Hasil
Larutan
Hasil
INDIKATOR
LARUTAN SEBELUM SESUDAH
KL BTB MM MO PP
Keterangan ,
KL : Kertas lakmus
BB : Bromtimol biru
MM : Metil merah
MO : Metil orange
PP : Phenotalein
4.2. Pembahasan
Asam berkaitan dengan salah satu tanggapan indra pengecap kita
terhadap suatu rasa masam. Kita dapat mendefinisikan asam sebagai
senyawa yang menghasilkan ion hidrogen ketika larut dalam pelarut
(biasanya air). Derajat keasaman yang dimiliki berkisar antara 1 hingga 6.
Kata asam berasal dari bahasa latin acidus yang artinya memiliki arti
asam. Senyawa asam dengan derajat keasaman tinggi tersebut
menyebabkan rasa asam pada senyawa tersebut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Lestari (2016) bahwa asam adalah suatu zat yang dapat memberi
proton (ion H⁺) apabila dilarutkan dalam air, sedangkan basa merupakan
zat yang memiliki ion OH⁻ berkonsentrasi tinggi. Derajat keasaman yang
dimiliki basa yakni berkisar 8 sampai 14. Dengan drajat keasaman
sempurna maka senyawa tersebut memberikan rasa pahit. Basa akan
dikatakan alkali ketika melepaskan serta mengandung OH⁻. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sutresna(2005) bahwa basa adalah senyawa kimia yang
menyerap ion hydronium ketika dilarutkan dalam air. Basa adalah lawan
dari asam, yaitu ditujukan untuk unsur/senyawa kimia yang memiliki pH
lebih dari 7. Basa merupakan senyawa yang jika dilarutkan dalam air
menghasilkan ion OH⁻.
Untuk mengetahui tingkat keasaman suatu larutan kimiawan
biasanya menghitung jumlah konsentrasi ion Hidrogen atau [H⁺] namun
karena nilai konsentrasi ion Hidrogen didalam biasanya kecil kimiawan
menggunakan skala yang lain untuk mempermudah perhitungan yaitu
skala pH. Skala pH didefinisikan sebagai nilai logaritma negatif dari [H⁺]
(Brown, 2017). Berdasarkan nilai pH yang didapat larutan dapat dibagi
menjadi 3 yaitu, larutan asam, larutan basa, dan larutan netral (Chang,
2005). Larutan basa adalah larutan dengan nilai pH diatas 7, larutan asam
adalah larutan dengan nilai pH dibawah 7, dan larutan netral adalah larutan
yang nilai pH sama denngan 7.
Kertas lakmus adalah kertas filter yang digunakan di laboratorium
kimia untuk mengetahui kisaran harga pH dari sebuah larutan. Kisaran
nilai harga pH ditunjukan oleh perubahan yang terjadi pada kertas lakmus
yang disebabkan oleh larutan. Larutan asam akan mengubah kertas lakmus
dari biru ke merah sedangkan larutan basa akan mengubah kertas lakmus
dari merah ke biru (Chang, 2005).
Untuk megetahui suatu pH asam basa maka dilakukan suatu
percobaan dan menghasilkan reaksi-reaksi dan perubahan warna yang
baru. Menentukan pH Larutan menggunakan kertas lakmus dengan cara
mencelupkan lakmus merah ke air sumur terjadi perubahan lakmus merah
menjadi merah tua merupakan reaksi dari asam yang tinggi. Mencelupkan
lakmus merah ke air kapur terjadi perubahan merah menjadi Biru
merupakan reaksi dari basa. Mencelupkan lakmus merah ke garam, tidak
ada perubahan (netral). Lakmus merah ke jeruk nipis merah menjadi
merah yaitu reaksi asam. Lakmus merah ke air deterjen terjadi perubahan
warna lakmus merah dengan biru, yaitu reaksi basa.
Memasukkan 20 tetes sampel aquade kedalam masing-masing
tabung reaksi, masukan ke dalam tabung yang berisi air keran, air garam,
larutan jeruk nipis dan cuka ynag berubah warna menjadi bening, dan
masukan juga ke dalam tabung air kapur dan larutan deterjen warna
menjadi putih keruh.
Pengukuran dengan menggunakan indikator bromtionol biru, metil
merah, phenolftalein, metil orange, dari indikator-indikator tersebut
menghasilkan reaksi-reaksi yang sama yaitu air keran, larutan garam,
larutan jeruk nipis, cuka bereaksi asam, sedangkan larutan kapur, dan
deterjen bereaksi basa.
V. KESIMPULAN
Apriyani, F., Idiawati, N., & Destiarti, L. (2016). Ekstrak Metanol Buah Lakum
(Cayratia trifolia (L.) Domin) sebagai Indikator Alami pada Titrasi Basa
Kuat Asam Kuat. Jurnal Kimia Khatulistiwa, 5(4).
Chang, R., & Overby, J. (2005). General chemistry. New York: Random House.
Samik, S., Setiarso, P., & Sanjaya, I. G. M. (2017). Pemanfaatan Air Buangan Ac
(Air Conditioner) Sebagai Pengganti Akuades. Indonesian Chemistry and
Application Journal, 1(1) : 29-36.
Brown, T. L., LeMay, H. E., Bursten, B. E., Murphy, C. J., & Woodward, P. M.
(2012). Chemistry: The Central Science. Hoboken: Pearson Prentice Hall.
LAMPIRAN