KIMIA DASAR 2
PERCOBAAN VII
SIFAT-SIFAT SENYAWA ORGANIK
NAMA : ERNAWATI
NIM : 2111014210009
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : RAFSHEL HEIKAL MAHAFANI
BANJARBARU
2023
I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1.Tujuan Percobaan
Sifat fisika senyawa organik seperti titik leleh, titik didih, kelarutan
tergantung pada struktur, gugus fungsi dan berat molekul. Titik didih dan titik
leleh terutama ditentukan oleh berat molekul, strukur dan gaya antar molekul
efektif. Sementra itu, kelarutan senyawa organik terutama ditentukan oleh
kesesuaian kepolaran molekul dengan pelarutnya.
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA
Senyawa alkana adalah senyawa organik yang terdiri dari atom karbon dan
hidrogen yang dihubungkan oleh ikatan tunggal. Senyawa alkana tidak memiliki
gugus fungsional yang aktif secara kimiawi. Sifat-sifat fisika senyawa alkana
dipengaruhi oleh jumlah atom karbon dan struktur molekulnya. Beberapa contoh
senyawa alkana adalah metana, etana, propana, dan butana (Morrison, R. T. dan
Boyd, R. N, 1992).
Senyawa alkena adalah senyawa organik yang memiliki setidaknya satu
ikatan rangkap antara atom karbon. Senyawa alkena dapat diidentifikasi dengan
uji Baeyer, di mana senyawa tersebut direaksikan dengan larutan Baeyer untuk
membentuk senyawa oksidanya. Beberapa contoh senyawa alkena adalah etena,
propena, dan butena (Solomons, T. W. G., Fryhle, C. B. and Snyder, S. A., 2017)
Senyawa alkohol adalah senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil
(-OH) yang melekat pada atom karbon. Sifat-sifat fisika senyawa alkohol
dipengaruhi oleh jumlah atom karbon, sifat hidrofobik/hidrofilik, dan keberadaan
gugus fungsional lainnya. Beberapa contoh senyawa alkohol adalah etanol,
metanol, dan propanol (Bruice, P. Y., 2010)
Senyawa ester adalah senyawa organik yang dihasilkan dari reaksi antara
asam karboksilat dan alkohol. Senyawa ester memiliki aroma yang khas dan
sering digunakan sebagai bahan tambahan pada makanan dan minuman. Beberapa
contoh senyawa ester adalah etil asetat, metil salisilat, dan asetil salisilat
(Clayden, J., Greeves, N. and Warren, S. 2012)
Senyawa amina adalah senyawa organik yang memiliki gugus amin (-
NH2) yang melekat pada atom karbon. Senyawa amina memiliki sifat basa karena
gugus amin dapat menerima proton dari asam. Beberapa contoh senyawa amina
adalah amonia, metilamina, dan etilamina (McMurry, J., 2015).
Hidrokarbon adalah senyawa organik paling sederhana, terdiri dari unsur
karbon dan hidrogen saja. Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon
dapat dibagi ke dalam senyawa alifatik, alisiklik, dan aromatik. Hidrokarbon yang
semua ikatan karbonkarbonnya merupakan ikatan kovalen tunggal disebut
hidrokarbon jenuh. Jika terdapat satu saja ikatan karbon-karbon rangkap dua atau
tiga, digolongkan sebagai hidrokarbon tak jenuh. Suatu golongan senyawa dengan
rumus umum yang sama dan sifat-sifatnya bermiripan disebut satu homolog
(Dadari, D. W. dan Novita, D., 2012).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini meliputi:
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Gelas ukur
4. Rak tabung reaksi
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi:
1. Akuades
2. Dietil eter
3. N-heksana
4. Kloroform
5. Etanol
6. Etil asetat
7. Asetaldehida
8. Aseton
9. Glukosa
10. Vitamin C
11. KMnO4
12. Fehling A + B
13. I2/betadin
3.2. Prosedur Kerja
Dimasukkan ke Dimasukkan ke
dalam tabung dalam tabung
reaksi I reaksi II
n-heksana
Ditambahkan setetes
demi setetes (±10
tetes)
Dikocok dan
diperhatikan
kelarutannya
Dikerjakan dengan
prosedur yang sama
dengan mengganti
n-heksana menjadi
klorofom, etanol
dan etil asetat
Hasil
b. Reaksi-reaksi Senyawa Organik
Larutan KMnO4
Dimasukkan ke dalam
setiap tabung reaksi
Dipanaskan jika perlu
Diamati perubahannya
Hasil
Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Aseton - x x x -
Kloroform x x x Endapan
(30 tetes)
Glukosa x x x -
-
Vitamin C x x x -
-
4.2. Pembahasan
Percobaan pertama menentukan kelarutan senyawa organik dalam dua
jenis pelarut yang berbeda, yaitu air dan dietil eter. Kelarutan adalah
kemampuan suatu senyawa untuk larut dalam suatu pelarut. Senyawa organik
yang akan diuji adalah n-heksana, kloroform, etanol, dan etil asetat.
Untuk menentukan kelarutan senyawa organik dalam pelarut yang
berbeda, menggunakan 4 tabung reaksi yang masing-masing berisi 0,5 ml
akuades (air murni) dan 10 tetes zat terlarut yang akan diuji. Zat terlarut yang
akan digunakan adalah n-heksana, kloroform, etanol, dan etil asetat. Setelah
ditambahkan zat terlarut, campuran diaduk hingga terlihat homogen dan
perubahan yang terjadi diamati.
Dalam percobaan ini, fungsi penambahan digunakan untuk
menambahkan zat terlarut ke dalam akuades dan menghasilkan campuran
yang akan diuji. Sedangkan perlakuan yang dilakukan adalah pengocokan
campuran hingga homogen dan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi.
Reaksi yang terjadi dalam percobaan ini adalah reaksi kelarutan, yaitu
senyawa organik yang diuji akan larut atau tidak larut dalam pelarut yang
berbeda. Ketika senyawa organik dilarutkan dalam pelarut, interaksi antara
molekul senyawa dan pelarut akan terjadi, sehingga senyawa organik akan
terlarut atau tidak terlarut. Jika interaksi antara senyawa organik dan pelarut
lebih kuat daripada interaksi antara molekul senyawa itu sendiri, maka
senyawa organik akan larut dalam pelarut. Sebaliknya, jika interaksi antara
molekul senyawa itu sendiri lebih kuat daripada interaksi antara senyawa
organik dan pelarut, maka senyawa organik tidak akan larut dalam pelarut.
Jika senyawa organik terlarut dalam pelarut, maka campuran akan homogen
dan tidak terlihat lapisan atas. Sedangkan jika senyawa organik tidak terlarut
dalam pelarut, maka campuran akan heterogen dan terlihat lapisan atas yang
berbeda dengan lapisan bawah.
Hasil pengamatan perubahan yang terjadi dapat dilihat pada Tabel I.
Terdapat pada perubahan warna, kejernihan, dan fase. Pengamatan perubahan
warna, kejernihan, dan fase pada campuran yang terbentuk dapat memberikan
petunjuk tentang kelarutan senyawa organik dalam pelarut yang berbeda. Dari
hasil pengamatan ini, dapat diketahui n-heksana bersifat non-polar, kloroform
bersifat semi polar, etanol bersifat polar dan etil asetat bersifat polar.
Senyawa polar akan lebih mudah larut dalam pelarut polar seperti air,
sedangkan senyawa nonpolar akan lebih mudah larut dalam pelarut nonpolar
seperti dietil eter.
n-Heksana termasuk senyawa non-polar karena memiliki ikatan kovalen
yang homopolar antara karbon dan hidrogen. Seperti yang dijelaskan oleh
McMurry (2015), "Because the bonds between carbon and hydrogen are
nonpolar covalent bonds, n-hexane has no permanent dipole moment and is
therefore nonpolar.". Kloroform termasuk senyawa polar karena memiliki
gugus fungsional kloro (Cl) yang bersifat elektronegatif. Seperti yang
dijelaskan oleh Clayden et al. (2017), "The polarity of chloroform comes from
the polarity of the C-Cl bond: the chlorine is more electronegative than
carbon and so attracts the shared electrons towards itself.". Etanol termasuk
senyawa polar karena memiliki gugus fungsional hidroksil (OH) yang bersifat
polar. Seperti yang dijelaskan oleh Wade (2017), "The polarity of ethanol
comes from the polarity of the O-H bond: the oxygen is more electronegative
than hydrogen and so attracts the shared electrons towards itself.". Etil asetat
termasuk senyawa polar karena memiliki gugus fungsional ester (COO) yang
bersifat polar. Seperti yang dijelaskan oleh Vollhardt dan Schore (2014), "The
oxygen atom in the carbonyl group of an ester is more electronegative than
the carbon atom, and so the carbon-oxygen bond is polar."
Hasil yang didapatkan dari hasil pengamatan dengan literatur terdapat
perbedaan. Dapat disebabkan karena saat melakukan praktikum terjadi
kurangnya ketelitian dalam pengamatan dan kemungkinan saat membersihkan
tabung reaksi masih terkandung bahan lain yang belum hilang.
Percobaan kedua melakukan pengamatan reaksi-reaksi Senyawa
Organik pada n-heksana dengan KMnO4, etanol dengan KMnO4, dan
kloroform dengan aseton. Dapat dilihat pada Tabel II pada hasil pengamatan
reaksi-reaksi senyawa organik. Beriku merupakan penjabaran dari hasil
pengamatan pada reaksi yang mungkin terjadi :
1. n-heksana dengan KMnO4, reaksi yang mungkin terjadi:
n-heksana + KMnO4 + H2O heksan-2,5-dion + MnO2 + KOH
Fungsi penambahan KMnO4 sebanyak 2 tetes ditambahkan ke dalam
larutan n-heksana 0,5 ml sebagai bahan uji dalam reaksi oksidasi senyawa
hidrokarbon. Larutan n-heksana yang berwarna putih bening akan berubah
menjadi ungu karena terjadi reaksi oksidasi senyawa hidrokarbon. Warna
ungu tersebut menunjukkan adanya pengurangan ion MnO4- menjadi ion
Mn2+. Bentuk lapisan atas yang berwarna ungu (KMnO 4) dan lapisan bawah
yang berwarna bening (n-heksana).
2. Etanol dengan KMnO4, reaksi yang mungkin terjadi:
KMnO4: 3CH3CH2OH + 4KMnO4 + 4H2O 3CH3COOH + 4MnO2 +
4KOH + 11H2O
KMnO4 sebanyak 2 tetes ditambahkan ke dalam larutan etanol 0,5 ml
sebagai bahan uji dalam reaksi oksidasi senyawa alkohol. Larutan etanol yang
berwarna ungu akan berubah menjadi merah karena terjadi reaksi oksidasi
senyawa alkohol. Warna merah tersebut menunjukkan adanya pengurangan
ion MnO4- menjadi ion Mn2+.
3. Kloroform dengan aseton, reaksi yang mungkin terjadi:
CHCl3 + 4(CH3)2CO + 3NaOH 3(CH3)2CO + NaCO3 + NaCl + 2H2O
Aseton sebanyak 30 tetes ditambahkan ke dalam larutan kloroform 0,5
ml sebagai bahan uji dalam reaksi uji identifikasi senyawa kloroform.
Kloroform akan membentuk endapan. Hal ini menunjukkan bahwa kloroform
adalah senyawa yang tidak larut dalam aseton.
Senyawa n-Heksana merupakan hidrokarbon alifatik tak jenuh dan
bersifat nonpolar. n-Heksana tidak larut dalam air, namun larut dalam pelarut
organik seperti etanol atau kloroform. Senyawa ini memiliki titik didih yang
relatif rendah, yaitu sekitar 69 °C. Senyawa KMnO 4 merupakan senyawa
oksidator kuat dan sering digunakan sebagai agen pengoksidasi dalam reaksi
kimia. KMnO4 berwarna ungu kecoklatan dan bersifat larut dalam air.
Senyawa Etanol merupakan senyawa alkohol dengan gugus hidroksil ( -OH)
dan bersifat polar (Mohan, N., & Nagarajan, K., 2017).
Etanol bersifat larut dalam air dan pelarut organik polar lainnya, seperti
metanol atau aseton. Senyawa ini memiliki titik didih yang relatif rendah,
yaitu sekitar 78 °C.Senyawa Kloroform merupakan senyawa organik yang
memiliki gugus klor (Cl) dan bersifat nonpolar. Kloroform bersifat larut
dalam pelarut organik nonpolar, seperti n-heksana atau eter. Senyawa ini
memiliki titik didih yang relatif rendah, yaitu sekitar 61 °C. Senyawa aseton
merupakan senyawa keton dan memiliki gugus karbonil (C=O) yang bersifat
polar. Aseton bersifat larut dalam air dan pelarut organik polar lainnya,
seperti etanol atau metanol. Senyawa ini memiliki titik didih yang relatif
rendah, yaitu sekitar 56 °C (Wang, Y., Li, S., & Li, G., 2020).
Hasil yang didapatkan dari hasil pengamatan dengan literatur terdapat
perbedaan. Dapat disebabkan karena saat melakukan praktikum terjadi
kurangnya ketelitian dalam pengamatan dan bahan yang digunakan saat
praktikum dengan literatur mungkin mempunyai jenis yang berbeda.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Gambar 1a. Sebelum uji Kelarutan Gambar 1b. Sesudah uji kelarutan
dengan pelarut Akuades (air) dengan pelarut Akuades (air)
Gambar 2a. Sebelum uji Kelarutan Gambar 2b. Sesudah uji Kelarutan
dengan pelarut Dietil eter dengan pelarut Dietil eter