Anda di halaman 1dari 9

ACARA V

REAKSI SENYAWA HIDROKARBON

A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Kimia Dasar Acara V “Reaksi Senyawa
Hidrokarbon” adalah :
a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi senyawa hidrokarbon jenuh dan
tidak jenuh dengan Uji Bayer.
b. Mahasiswa mampu mengamati dengan seksama perubahan reaksi yang
terjadi.
c. Mahasiswa mampu menuliskan reaksi yang terjadi.

B. METODOLOGI
1. Alat
a. Alumunium foil
b. Pipet tetes
c. Pipet volume 5 ml
d. Propipet
e. Rak tabung reaksi
f. Stopwatch
g. Tabung reaksi
2. Bahan
a. Larutan Benzena 5 ml
b. Larutan n-Heksana 5 ml
c. Larutan KMnO4 1%
3. Cara kerja
a. Uji Bayer pada Larutan Benzena

5 ml larutan benzena

Tetesan larutan KMnO4 Pemasukan kedalam tabung


1% reaksi

Pendiaman selama 2 menit


dan pengamatan perubahan
reaksi

Penetesan larutan KMnO4


kembali apabila belum terjadi
perubahan

Pengamatan perubahan
warna dari endapan yang
terjadi

Gambar 5.1 Diagram Alir Uji Bayer pada Larutan Benzena


b. Uji Bayer pada Larutan n-Heksana

5 ml larutan n-heksana

Tetesan larutan KMnO4 Pemasukan kedalam tabung


1% reaksi 2

Pendiaman selama 2 menit


dan pengamatan perubahan
reaksi

Penetesan larutan KMnO4


kembali apabila belum terjadi
perubahan

Pengamatan perubahan
warna dari endapan yang
terjadi

Gambar 5.2 Diagram Alir Uji Bayer pada Larutan n-Heksana


C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Seyawa Hidrokarbon adalah senyawa organik paling sederhana yang
terdiri dari karbon dan hidrogen yang berikatan pada kerangka dasarnya
yaitu karbon (Effendi, 2003). Berdasarkan strukturnya, hidrokarbon
dibedakan menjadi tiga kelompok besar yaitu hidrokarbon alifatik,
hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik dan hidrokarbon aromatik
(Peng et al., 1988). Hidrokarbon pada sistem akuatik dapat dibagi menjadi
dua yaitu hidrokarbon dengan berat molekul rendah (C14) sulit menguap
atau penguapan rendah (non–volatile) (Chester, 1990).
Senyawa hidrogen alifatik adalah senyawa yang dapat berubah gugus
fungsinya dan merupakan kelompok senyawa yang berantai lurus, berantai
cabang, dan rantai melingkar. Hidrokarbon alifatik terdiri atas rantai karbon
yang tidak mencakup bangun siklik. Golongan ini sering disebut
hidrokarbon rantai terbuka (Cahyono dan Tuhu, 2012). Senyawa alifatik
dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu senyawa alifatik jenuh dan
senyawa alifatik tak jenuh. Senyawa alifatik jenuh adalah senyawa alifatik
yang rantai C-nya hanya bersifat ikatan-ikatan tunggal, dan yang termasuk
di dalamnya adalah senyawa alkana. Sedangkan senyawa alifatik tak jenuh
adalah senyawa alifatik yang rantai C-nya terdapat ikatan rangkap dua
(alkena) atau rangkat tiga (alkuna). Contoh dari hidrokarbon alifatik antara
lain, butana, heksadekana, isopentana, propena, dan lain-lain
(Marsaoli, 2004).
Senyawa siklik adalah senyawa dengan rantai karbon melingkar yang
terdiri dari kombinasi lima atau enam karbon yang biasa ditemukan pada
petroleum (Firmansyah dan Perry, 2011). Apabila rantai lingkar (cincin)
terdiri atas sejenis atom (karbon) maka disebut hemosiklik (karbosiklik),
sedangkan apabila terdapat satu atom lain (atom hetero) disebut
heterosiklik. Senyawa siklik seperti benzena, yang dalam molekulnya
terdapat ikatan konjugat (ikatan tunggal dan ikatan rangkap silih berganti)
memperlihatkan sifat yang khas. Golongan senyawa ini disebut golongan
aromatik. Semua senyawa siklik yang tidak tergolong senyawa aromatik
disebut senyawa alisiklik (Maioli et al., 2011).
Uji baeyer merupakan suatu uji untuk menunjukkan kereaktifan
hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatik terhadap oksidator KMnO4
yang merupakan katalis. Prinsip uji baeyer adalah untuk mendeteksi ikatan
rangkap dua dan tiga suatu senyawa hidrokarbon berdasarkan hilangnya
warna ungu dari ion MnO4 karena bereaksi dengan alkena atau alkuna
membentuk glikol (diol) dan endapan coklat dari MnO
(Wang and Fingas, 2003).
Tujuan ditambahkannya KMnO4 dalam uji bayer pada praktikum kali
ini yaitu sebagai oksidator yang akan menentukan senyawa hidrokarbon
jenuh atau tidak jenuh. KMnO4 adalah oksidator penting yang banyak
digunakan dalam berbagai reaksi organik dan anorganik karena
permanganat mampu mengoksidasi berbagai macam gugus fungsi
(Rosalina dkk, 2015).

Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Perubahan pada Senyawa Hidrokarbon dengan


Uji Bayer
Perlakuan Pengamatan
n-Heksana Benzena
Sebelum ditambahkan Warna: bening Warna: bening
Reagen KMnO4 0,1 % Endapan: tidak ada Endapan: tidak ada
Sesudah ditambahkan Warna: ungu Warna: coklat
Reagen KMnO4 0,1% Endapan: tidak ada Endapan: tidak ada
Sumber: hasil pengamatan

Berdasarkan Tabel 5.1 hasil pengamatan uji Bayer pada n-heksana


sebelum ditambahkan Reagen KMnO4 1% berwarna bening dan tidak ada
endapan. Setelah ditambahkan Reagen KMnO4 1% hasilnya berwarna ungu
serta tidak ada endapan. Hasil pengamatan uji bayer pada benzena sebelum
ditambahkan Reagen KMnO4 1% berwarna bening dan tidak ada endapan.
Sedangkan setelah ditambahkan Reagen KMnO4 1% hasilnya berwarna
coklat dan tidak ada endapan. Maka dapat disimpulkan bahwa benzena
memberikan hasil negatif pada uji Bayer, karena tidak terlihat adanya
endapan berwarna setelah ditambahkan Reagen KMnO4 sebagai oksidator
yang merupakan katalis. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang ada yaitu uji
Bayer untuk ikatan rangkap; gugus apa saja yang mudah dioksidasi
(aldehida, alkena, alkuna) akan menunjukkan hasil positif. (Day, 1990). Hal
ini disebabkan oleh kesalahan sistematik yang terbagi menjadi tiga, yaitu
kesalahan alami yang timbul dari gejala-gejala alam, kesalahan alat-alat
praktikum, dan kesalahan peorangan (Riyanto, 2016).
Senyawa n-heksana, adalah suatu hidrokarbon alkana dengan rumus
kimia C6H14. Senyawa n-heksana merupakan hasil refining minyak
mentah, komposisi dan fraksinya dipengaruhi oleh sumber minyak. Isomer
n-heksana sering digunakan sebagai pelarut organik yang bersifat inert
karena non-polarnya. Senyawa n-heksana banyak dipakai untuk ekstraksi
minyak dari biji, contoh nya seperti kacang-kacangan dan flax. Dalam
industri, senyawa n-heksana digunakan dalam formulasi lem untuk sepatu,
produk kulit, serta untuk pembersihan. Senyawa n-heksana juga dipakai
sebagai pembersih produk tekstil, meubeler, sepatu dan percetakan
(Atkins, 1987).
Senyawa benzena adalah senyawa hidrokarbon aromatik. Benzena
tidak berwarna, mudah menguap dengan bau aromatik yang khas. Senyawa
benzena tidak mudah larut dalam air, tetapi sangat mudah larut dalam
pelarut organik. Benzena mendidih pada suhu 80,1℃ , senyawa ini sangat
mudah terbakar dan menyambar ke sumber api, uap senyawa ini sangat
mudah meledak. Benzene memiliki titik leleh 5,5℃ dan spotan terbakar
pada suhu 498℃ (ATSDR, 2007).
Aplikasi uji bayer dalam dunia sains banyak digunakan untuk
mengetahui ketidak jenuhan serta ikatan rangkap yang tidak diketahui
strukturnya dengan menggunakan larutan KMnO4 yang dicampurkan pada
berbagai jenis larutan. Contoh nya uji bayer dilakukan untuk mengetahui
tingkat kejenuhan pada minyak (Mohammed dkk., 2018).

D. KESIMPULAN
Pada Praktikum Kimia Dasar Acara V “Reaksi Senyawa Hidrokarbon”
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji bayer yang dilakukan, yang merupakan senyawa
hidrokarbon jenuh adalah n-heksana dan benzena
2. Terjadi perubahan warna pada n-heksana dan benzena setelah dilakukan
uji bayer, tetapi tidak ada endapan pada n-heksana dan benzena.
3. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
ATSDR. 2007. Toxixological Profile For Benzena. U.S. Department of health and
human service.
Cahyono, Ari Dwi dan Tuhu Agung R. 2012. Pemanfaatan Fly Ash Batubara
sebagai Adsorben dalam Penyisihan Cod dari Limbah Cair Domestik Rumah
Susun Wonorejo Surabaya. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan.4(1): 34-40.
Chester R. 1990. Marine Geochemistry. Unwik Hyman. London.
Day, R. A and Underwood, A.L. 1990. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius : Yogyakarta.
Firmansyah, R. Arizal dan Perry Burhan. 2011. Kematangan Molekuler Fraksi
Hidrokarbon Aromatik Core Badak 1/208 Muara Badak, Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur : Suatu Tinjauan Kualitatif. Jurnal Phenomenon. 2(1) : 69-
83.
Maioli OLG, Rodrigues KC, Knoppers BA, Azevedo DA. 2011. Distribution and
Sources of Aliphatic and Polycyclic Aromatic Hydrocarbons in Suspended
Particulate Matter in Water from Two Brazilian Estuarine Systems. Journal
of Cont Shelf Res. 31(10): 1116-1127.
Marsaoli M. 2004. Kandungan Bahan Organik, n-Alkana, Aromatik dan Total
Hidrokarbon dalam Sedimen di Perairan Raha Kabupaten Muna, Sulawesi
Tenggara. Jurnal Makara Sains. 8 (3): 116-122.
Mohammed, M., Aljamali, N. M., Shubber, W. A., & Abdalrahman, S. A. (2018).
New Azomethine-Azo heterocyclic ligands via cyclization of ester. Research
Journal of Pharmacy and Technology, 11(6), 2555-2560.
Peng X, Wang Z, Yu Y, Tang C, Lu H, Xu S, Chen F, Mai B, Chen S, Li K, Yang
C. 2008. Temporal Trends of Hydrocarbons in Sediment Cores from The
Pearl River Estuary and The Northern South China Sea. Environ Poll. 156
(2): 442- 448.
Riyanto, E. (2016). Identifikasi Kesalahan Mahasiswa dalam Melaksanakan
Praktikum pada Matakuliah Konsep IPA 2 di Prodi PGSD FIP IKIP PGRI
Madiun. Premiere Educandum: Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran,
2(02).
Rosalina, R; Anita Alni, Didin Mujahidin, dan Joko Santoso. 2015. Reaksi Oksidasi
dengan Kalium Permanganat (Kmno4 ) pada Senyawa Kinin. Jurnal
Penelitian Teh dan Kina, (18)2 : 151-158.
Wang, Z. and Fingas, M.F. 2003. Development of Oil Hydrocarbon Fingerprinting
and Identification Techniques. Mar Poll Bull. 47(9): 423 – 452.

Anda mungkin juga menyukai