Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
ACARA V

MUHAMMAD NAUFAL SALMAN


H0919068
KELOMPOK 4

PROGRAM STUDI ILMU TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
ACARA V
REAKSI SENYAWA HIDROKARBON

A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Kimia Dasar Acara V “Reaksi Senyawa
Hidrokarbon” adalah :
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi senyawa hidrokarbon jenuh dan tidak
jenuh dengan Uji Bayer.
2. Mahasiswa mampu mengamati dengan seksama perubahan reaksi yang
terjadi.
3. Mahasiswa mampu menuliskan reaksi yang terjadi.

B. METODOLOGI
1. Alat
a. Alumunium foil
b. Pipet tetes
c. Pipet volume 5 ml
d. Propipet
e. Rak tabung reaksi
f. Stopwatch
g. Tabung reaksi
2. Bahan
a. Larutan benzene 5 ml
b. Larutan n-Heksana 5 ml
c. Larutan KMnO4 1%
3. Cara Kerja
a. Uji Bayer pada Larutan Benzena
5 ml larutan Benzena

Tetesan larutan
Pemasukan ke dalam tabung reaksi 1
KMnO4 1%

Pendiaman selama 2 menit dan


pengamatan pebuhanan reaksi

Penetesan larutan KMnO4 kembali


apabila belum terjadi perubahan

Pengamatan perubahan warna dan


endapan yang terjadi

Gambar 5.1 Diagram Alir Uji Bayer pada Larutan Benzena


b. Uji Bayer pada Larutan n-Heksana

5 ml larutan n-Heksana

Tetesan larutan
Pemasukan ke dalam tabung reaksi 2
KMnO4 1%

Pendiaman selama 2 menit dan


pengamatan pebuhanan reaksi

Penetesan larutan KMnO4 kembali


apabila belum terjadi perubahan

Pengamatan perubahan warna dan


endapan yang terjadi

Gambar 5.2 Uji Bayer pada Larutan n-Heksana


C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang mengandung ikatan
karbon dan hidrogen. Antara atom arbon (C) dapat saling berikatan membentuk
rantai C tunggal maupun rangkap (Rangkap dua – maupun tiga). Atom karbon
mempunyai kekhasan yaitu kemampuan membentuk empat ikatan dengan ikatan
kovalen sehingga mampu membentuk berbagai macam senyawa. Atom karbon
juga memiliki kemampuan untuk berikatan dengan atom-atom karbon untuk
membentuk suatu rantai karbon (Fessenden dan Fessenden, 1982).
Sifat umum dari senyawa hidrokarbon adalah tidak larut dalam air dan
pembakaran sempurnanya menghasilkan karbon dioksida dan air. Berdasarkan
macam ikatan antar atom karbonnya, hidrokarbon dibagi menjadi hidrokarbon
jenuh (mengandung ikatan tunggal) dan hidrokarbon tak jenuh (mengandung
ikatan rangkap dan rangkap tiga). Alkana merupakan hidrokarbon jenuh,
sedangkan alkena dan alkuna merupakan hidrokarbon tak jenuh. Hidrokarbon
aromatik juga merupakan hidrokarbon tak jenuh karena dalam struktur cincin
benzena terdapat ikatan rangkap. Walaupun demikian, benzena tidak menunjukan
sifat yang sama dengan sifat alkena dengan tiga ikatan rangkap. Benzena tidak
mengalami reaksi adisi dan stabil terhadap oksidator. Hal tersebut disebabkan
ikatan rangkap antar atom karbon dalam cincin benzena tidak terlokalisasi tetapi
terdelokalisasi (Banerjee dkk., 2016).
Pada umumnya, senyawa karbon terbagi menjadi dua golongan besar
berdasarkan susunan atom karbon dalam molekulnya. Dua golongan tersebut
adalah senyawa alifatik dan senyawa siklik. Senyawa hidrokarbon alifatik adalah
senyawa karbon yang rantai C nya terbuka dan bisa bercabang. Berdasarkan jenis
ikatan antaratom karbon, senyawa hidrokarbon alifatik terbagi lagi menjadi dua,
yaitu senyawa alifatik jenuh dan tidak jenuh. Senyawa alifatik jenuh adalah
senyawa alifatik yang rantai C nya hanya berisikan ikatan-ikatan tunggal saja,
contoh dari golongan tersebut adalah alkana dan sikloalkana. Sementara itu,
senyawa alifatik tak jenuh merupakan senyawa alifatik yang rantai C nya
terdapat ikatan rangkap dua atau rangkap tiga. Apabila memiliki rangkap dua
dinamakan alkena dan memiliki rangkap tiga dinamakan alkuna (Sugiyanti dan
Burhan, 2012). Senyawa alifatik juga dikenal sebagai senyawa non-aromatik,
dapat berupa siklik atau non siklik. Senyawa ini dinamakan “alifatik” karena tidak
mengandung cincin jenis apa pun. Sedangkan senyawa yang dapat mengandung
cincin atom yang stabil disebut sebagai senyawa aromatik, contohnya adalah
benzena (Bhimabhai, 2018).
Senyawa hidrokarbon siklik merupakan senyawa hidrokarbon yang
rantainya tersusun melingkar menyerupai cincin dan memungkinkan terjadinya
ikatan rantai samping. Struktur siklik pada umumnya dinyatakan oleh rumus
poligon atau segi banyak yang merupakan jenis lain dari rumus struktur
termampatkan (Indarto dan Handojo, 2020). Senyawa siklik dibagi menjadi 3
golongan, yaitu (1) Alisiklik adalah senyawa organik dengan struktur cincin
berikatan tunggal. Senyawa alisiklik memiliki cincin beranggotakan tiga atau lebih
atom karbon dan terbagi menjadi sikloalkana dan sikloalkena. (2) Polisiklik adalah
senyawa dengan cincin yang lebih dari satu dan cincinnya itu sendiri saling
terhubung/menyatu (Syafar, 2004).
Jenis senyawa hidrokarbon siklik yang pertama adalah alisiklik, yaitu
senyawa organik dengan struktur cincin berikatan tunggal. Senyawa alisiklik
setidaknya memiliki cincin beranggotakan tiga atau lebih atom karbon dan terdiri
atas dua jenis, contohnya sikloalkana dan sikloalkena. Sikloalkana merupakan
siklik jenuh, sedangkan sikloalkena merupakan siklik tak jenuh. Selanjutnya ada
senyawa yang disebut polisiklik, yaitu senyawa dengan cincin yang lebih dari satu
dan cincinnya itu sendiri saling terhubung/menyatu. Senyawa polisiklik terbagi
menjadi empat, diantaranya adalah monosiklik, bisiklik, trisiklik, dan tetrasiklik.
Senyawa siklik yang ketiga adalah senyawa aromatik. Senyawa ini merupakan
senyawa organik dengan cincin benzena (C6H6) yang terdiri atas enam atom
karbon. Senyawa aromatik sendiri memiliki ikatan tunggal dan ikatan rangkap
pada atom-atom karbonnya. Lalu, senyawa siklik yang terakhir
merupakan senyawa siklik yang memiliki senyawa heteroatom, yaitu unsur yang
dapat menggantikan satu atau lebih atom hidrogen. Misalnya seperti nitrogen,
oksigen, sulfur dan unsur golongan halogen. Nama dari senyawa yang terakhir ini
adalah senyawa heterosiklik (Wheeler, 1955).
Salah satu cara untuk dapat mengetahui larutan yang mengandung senyawa
hidrokarbon jenuh adalah dengan menggunakan uji bayer. Uji bayer merupakan
suatu metode yang dapat digunakan untuk menguji kereaktifan hidrokarbon
alifatik, alisiklik, dan aromatik tehadap oksidator KMnO4 yang berperan sebagai
katalis. Uji bayer ini dilakukan dengan cara mencampurkan larutan alkohol absolut
dengan larutan KMnO4 5%. Larutan KMnO4 akan secara otomatis mengoksidasi
senyawa yang tidak jenuh. Prinsip dari uji bayer sendiri adalah untuk mendeteksi
ikatan rangkap dua atau tiga suatu senyawa hidrokarbon berdasarkan hilangnya
warna ungu dari ion MnO4. Hilangnya warna tersebut disebabkan oleh reaksi ion
MnO4 dengan alkena atau alkuna yang pada akhirnya membentuk glikol dan
endapan coklat dari MnO (Petrucci, 1987). Seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya, KMnO4 merupakan oksidator kuat yang memiliki
potensial reduksi sebesar = 1,679. Lalu, alasan dari penambahan KMnO4 pada
reaksi ini adalah untuk dapat memunculkan reaksi oksidasi yang memang
diharapkan (Rosalina dkk., 2015).
Fungsi dari Kalium Permanganat (KMnO4) adalah sebagai katalis
oksidator (Arini dkk., 2015). Senyawa tersebut memiliki ikatan rangkap sehingga
dapat dioksidasi menjadi senyawa diol. Larutan KMnO4 berwarna ungu, ketika
reaksi berjalan warna ungu menghilang dan muncul endapan berwarna coklat,
karena warna ungu dari ion permanganat tergantikan oleh endapan berwarna
coklat dari mangan dioksida (Swinehart, 1964).
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Uji Bayer
Perlakuan n-Heksana Benzena
Sebelum Warna : bening Warna : bening
ditambahkan 3 Endapan : tidak ada Endapan : tidak ada
tetes KMnO4 1%
Setelah Warna : bening Warna : bening
ditambahkan 3 Endapan : tidak ada Endapan : berwarna
tetes KMnO4 1% coklat
Sumber : Laporan Sementara
Berdasarkan Tabel 5.1 hasil pengamatan Uji Bayer pada lautan Benzena
dan n-Heksana sebelum ditambahan reagen KmnO4 1% kedua larutan tersebut
berwarna bening dan tidak terdapat endapan. Setelah dilakuka penetesan ragen
KMnO4 1% sebanyak 3 tetes ke dalam larutan Benzena 5 mL terbentuk endapan
berwarna coklat. Sedangkan pada larutan n-Heksana setelah dilakukan penetesan
reagen KMnO4 1% sebanyak 3 tetes ke dalam larutan tidak terjadi peruahan warna
dan tidak terdapat endapan. Al ini sesuai dengan teori bahwa benzena merupakan
senyawa hidrokarbon aromatik tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap sehingga
mengalami adisi denan KMnO4 yang membentuk endapan MnO2 yang berwarna
coklat. Pada Uji Bayer yang reaksinya positif menghasilkan MnO2 yang berwarna
coklat (Keenan et al., 1992).
Berdasarkan video, diketahui bahwa uji yang dilakukan praktikan adalah
uji bayer. Uji ini bertujuan untuk menentukan ketidakjenuhan senyawa
hidrokarbon. Alat yang digunakan antara lain, yaitu tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pipet tetes, dan pipet volume. Bahan yang digunakan adalah n-heksana dan
Kalium Permanganat (KMnO4). Prosedur kerja dalam uji ini yaitu pertama,
memasukkan larutan n-heksana ke dalam tabung reaksi. Setelah itu, penambahan
larutan KMnO4 sebagai katalis dan oksidator pada reaksi. Tabung reaksi kemudian
digoyang-goyangkan dan dilakukan pengamatan secara bertahap
hingga terjadi perubahan warna. Pada uji bayer, lenyapnya warna ungu pada
larutan dan munculnya endapan berwarna cokelat menunjukkan bahwa hasil yang
diperoleh ialah positif (Aljamali, 2015). Hal yang dimaksudkan bahwa prinsip dari
uji bayer adalah untuk mengidentifikasi hidrokarbon jenuh dan tak jenuh. Namun,
berdasarkan video tidak terjadi perubahan warna yang signifikan pada larutan. Hal
ini disebabkan karena KMnO4 tidak mampu mengoksidasi senyawa hidrokarbon
jenuh yaitu n-heksana.

D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan Acara V “Reaksi Senyawa Hidrokarbon”
dapat disimpulkan bahwa :
1. Uji Bayer digunakan untuk mengetahui ikatan rangkap atau tidak. Dengan kata
lain, Uji Bayer digunakan untuk menentukan ketidak jenuhan suatu senyawa.
2. Pada Uj Bayer, hasil yang positif terdapat pada larutan Benzena karena
terdapat endapan berwarna coklat, sedangkan pada larutan n-heksana tidak
menghasilkan endapan (MnO2).
3. Reaksi yang terbentuk :
2 MnO4- + 3 Mn2+ + 2 H2O ↔ 5 MnO2 +
4H+ Reaksi pada benzena :
C6H6 + 8 KMnO4 → 3 K2CrO4 + 8 MnO2 + 2 KOH + 2 H2O
DAFTAR PUSTAKA

Arini, Riza Linda, dan Mukarlina. 2015. Penggunaan Kalium Permanganat (KMnO4)
Untuk Menunda Pematangan Buah Pepaya (Carica papaya L. Var. Bangkok).
Jurnal Protobiont, 4 (3) : 36-40.
Banerjee, Anwesha, Atanu Roy, Suvakshan Dutta dan Sandhimita Mondal. 2016.
Bioremediation of Hydrocarbon – A Review. International Journal of
Advanced Research. 4 (6): 1303-1313.
Bhimabhai, Karmur Sheetal. 2018. Comparative study of aliphatic and aromatic
compounds. The Pharma Innovation Journal. 7 (9): 175-177.
Indarto, Antonius dan Lienda Handojo. 2020. Mekanisme Teoritis Pembentukan
Senyawa Siklik Hidrokarbon dari Reaksi C4H5 dan C4H2. Indonesian Journal
of Chemical Research. 7 (2): 101-107.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3.
Erlangga. Jakarta.
Rosalina, Reny, Anita Alni, Didin Mujahidin, dan Joko Santoso. 2015. Reaksi Oksidasi
dengan Kalium Permanganat (KMnO4) pada Senyawa Kinin. Jurnal Penelitian
Teh dan Kina. 18 (2): 151-158.
Sugiyanti, Dina dan R. Y. Perry Burhan. 2012. Karakterisasi Fraksi Hidrokarbon
Alifatik untuk Menentukan Lingkungan Pengendapan dan Kematangan Minyak
Mentah. Jurnal Sains. 40 (2): 36-48.
Swinehart, James A. 1964. The Docolorization of Bayer’s Reagent by Primary and
Secondary Alcohols. Journal of Chemical Education vol 4(7) : 392.
Syafar, Maizar. 2004. Karakterisasi Material Organik Larut Air Daun Pinus, Humus,
dan Air Tanah Secara Pirolisis-Kromatografi Gas-Spektrometri Massa. Jurnal
Sains Teknologi, 10 (1) : 16-25.
Wheeler, Owen H. 1955. Structure and Properties of Cyclic Compounds. The Journal
of Organic Chemistry. 20 (12): 1672-1675.

Anda mungkin juga menyukai