Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL

SEMESTER GANJIL 2016 - 2017


IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI

Hari / Jam Praktikum : Kamis / pukul 07.00-10.00

Tanggal Praktikum : 10 November 2016

Kelompok : B-1

Asisten : 1. Ayu Brillany Firsty

2. Hazrati Ummi

3. Masayu Puji Maharani

SAQILA ALIFA RAMADHAN

260110160047

LABORATORIUM KIMIA MEDISINAL

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2016
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI

I. Tujuan

Mengetahui cara identifikasi alkena, alkohol, keton, aldehid, dan alkil


halida

II. Prinsip

2.1 Gugus Fungsi

Gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang melekat
pada suatu senyawa dan kimia senyawa tersebut (Prasojo,2010)

2.2 Hidrokarbon

Hidrokarbon dengan kation kation yang mempunyai satu ikatan


dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih
atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan
hidrokarbon tidak jenuh (Fessenden,1986)

2.3 Substitusi

Reaksi yang berlangsung karena pergantian (substitusi) satu atom


atau gugus atom dalam suatu senyawa oleh atom atau gugus lain
disebut reaksi substitusi (Suja,2013)

2.4 Ikatan Rangkap

Ikatan rangkap adalah keadaan yang terjadi dalam senyawa tak jenuh
yang di dalamnya dua ikatan tunggal menggabungkan dua atom dan
mudah dijenuhkan dengan penambahan dua atom yang lain
(Pudjaatmaka,2002)
III. Reaksi

3.1 Gugus Alkena

KMnO4 + + MnO2

(Hoffman, 2004)

3.2 Gugus Alkohol

+ H2CrO4 + Cr2O3

(Hoffman, 2004)

3.3 Gugus Keton

(Hoffman, 2004)
3.4 Gugus Aldehida

(Hoffman, 2004)

IV. Teori Dasar

Gugus fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu


kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukkan gejala
reaksi yang sama. Sesuai kesamaan gejala reaksi tersebut, maka dapat
dikelompokkan pada pengelompokkan senyawa (Fessenden,1986).

Penggolongan senyawa organik dapat dibedakan menurut gugus


fungsi yang dikandungnya. Gugus fungsi (fuctional group) adalah
sekelompok atom yang menyebabkan perilaku kimia molekul organik
induk (Chang, 2005)

Etanol mempunyai penerapan tidak terbilang sebagai pelarut untuk


bahan kimia organik dan sebagai senyawa awal untuk pembuatan zat
warna, obat-obatan sintesis, kosmetik, dan bahan peledak. Etanol adalah
satu-satunya jenis alkohol rantai lurus yang tidak beracun (lebih tepatnya,
paling sedikit beracun) (Chang, 2005)

Aldehid dan keton memiliki gugus fungsi karbonil (yaitu atom karbon
yang berikatan rangkap dua dengan oksigen. Pada keton, terdapat dua
atom karbon lain yang terikat pada gugus karbonil. Aldehid dan keton
sama-sama mengalami reaksi yang disebut adisi nukleofilik. Aldehid dan
keton memiliki sifat-sifat fisik yaitu karena aldehid dan keton tidak
mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak bias menjadi
ikatan hidrogen seperti pada alcohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah
polar dan membentuk gaya tarik menarik elekstatif yang relative kuat
antara molekulnya, bagian negative dari suatu molekul akan tertarik pada
bagian negative dari yang lain (Sari, 2010).

Penelitian dengan analisis fungsi sampel bensin menunjukkan bahwa


terdapat gugus fungsi metil ,gugus alkana, senyawa benzena yang
ditunjukkan dengan vibrasi aluran C H dan cincin aromatik dan gugus
lain yang tidak dapat diidentifikasi dengan tepat.. Pita uluran C H
kemungkinan tertutup dan uluran gugus hidroksil, sehingga muncul
sebagai pita dengan intensitas yang lemah. Analisis pada gugus fungsi
pada sampel uji mengandung gugus hidroksil dari jenis alkohol primer,
gugus alkil yang kemungkinan adalah metil, ikatan rangkap tiga, gugus
nitril (Z), ikatan rangkap dua antara karbon dan karbon dengan nitrogen
(Anam, 2007).

Penelitian lainnya yaitu berdasarkan hasil analisis gugus fungsi dapat


dinyatakan bahwa tidak terdapat gugus perbedaan gugus fungsi antara
kitin, kitin koloidal, dan kitin superfine. (Tamimi, 2013).

Gugus fungsi adalah gugus atom dalam molekul yang menentukan ciri
atau sifat suatu senyawa. Gugus fungsi ini merupakan atom selain atom
karbon dan atom hidrogen dalam senyawa hidrokarbon dan membentuk
ikatan rangkap. Adapun bagian-bagian dari molekul yang hanya terdiri
dari atom karbon dan hidrogen saja serta hanya mengandung ikatan
tunggal saja disebut gugus-gugus non fungsional (Ahmad, 2016).

Tujuan dari identifikasi adalah untuk mengenali gugus fungsi tertentu


yang terdapat dalam suatu senyawa melalui reaksi kimia tertentu yang
spesifik, yaitu reaksi kimia yang hanya dapat bereaksi dengan senyawa
yang mengandung gugus fungsi tertentu dan tidak dapat bereaksi dengan
gugus fungsi lain. Masing-masing senyawa organik memiliki sifat tertentu
yang bergantung pada gugus fungsional yang dimilikinya. Beberapa
senyawa dengan gugus fungsi berbeda dapat memiliki sifat yang
sama/mirip (Prasojo, 2010).

V. Alat dan Bahan

5.1 Alat

a. Batang kawat beilstein

b. Bunsen

c. Cawan pereaksi

d. Pipet tetes

e. Rak tabung reaksi

f. Tabung reaksi

5.2 Bahan

a. 2,4-DNPH
b. Aseton
c. Etanol
d. Heksana p.a
e. Heksanal
f. KMnO4
g. Metilen klorida
h. Pentena
5.3 Gambar Alat

Batang kawat belstein Bunsen Cawan Pereaksi

Pipet tetes Rak tabung reaksi Tabung reaksi

VI. Prosedur

6.1 Uji Gugus Alkena

Pertama-tama, dua buah tabung reaksi disiapkan dan pada


tabung 1 diisi larutan heksana sedangkan tabung 2 larutan Ibuprofen.
Kemudian pada kedua tabung ditambahkan 2 tetes etanol dan 2 tetes
larutan KMnO4 2% lalu kedua tabung dikocok dan diamatii perubahan
yang terjadi.

6.2 Uji Gugus Alkohol

Pertama-tama, dua buah tabung reaksi disiapkan dan pada


tabung 1 diisi 2 tetes heksana sedangkan pada tabung 2 diisi 2 tetes
etanol. Kemudian pada tiap tabung ditambahkan 1 tetes etanol, 1 mL
aseton, dan 1 tetes asam kromat (H2CrO4) lalu perubahan yang terjadi
pada kedua tabung diamati.

6.3 Uji Gugus Keton

Dua tabung reaksi yang bersih disiapkan dalam rak tabung


reaksi. Tabung 1 diisi 2 tetes heksana dan tabung 2 diisi 2 tetes aseton.
Kemudian kedua tabung ditambah 2 ml etanol dilanjutkan 3 ml
pereaksi 2,4 DNPH. Lalu dikocok dan didiamkan 15 menit.

6.4 Uji Gugus Aldehida

Dua tabung reaksi yang bersih disiapkan dalam rak tabung


reaksi. Tabung 1 diisi 1 tetes glukosa,1 ml aseton, dan 1 tetes asam
kromat dan digoyang goyang tabungnya. Pada tabung 2 diisi oleh 2
tetes glukosa,2 ml etanol dan 3 ml pereaksi 2,4 DNPH. Hentikan
reaksi dan tabung digoyangkan lalu tabung 2 didiamkan 15 menit.

6.5 Uji Gugus Alkil Halida

Pertama-tama, kawat beilstain dibersihkan dengan HNO3


dengan dibakar selama 30 detik lalu didinginkan selama 30 deik.
Kemudian kawat dicelupkan pada heksana dan dibakar kembali
selama 30 detik dan hasil yang terlihat dicatat. Setelah itu, kawat
dibersihkan kembali dengan HNO3 dan dibakar sampai warna hijau
hilang. Setelah itu, kawat dicelupkan pada kloroform dan dibakar
kembali selama 30 detik dan warna yang terlihat dicatat.
VII. Data Pengamatan

No. Perlakuan Hasil Keterangan Gambar

1. Uji Gugus
Alkena
1. Tabung 1: 1. Tidak
Dua tabung reaksi
Terdapat mengandung
disiapkan dalam
endapan ikatan rangkap
rak tabung yang
coklat ungu
bersih. Tabung 1
ditetesi 4 tetes
kehitaman

heksana dan dalam larutan

tabung 2 ditetesi berwarna

4 tetes pentena, kuning.

kemudian 2. Karena
2. Tabung 2:
keduanya ditetesi KMnO4
larutan
2 tetes etanol dan mengoksidasi
berwarna
2 tetes KMNO4 gugus ikatan
coklat.
2%. Kemudian rangkap
dikocok dan
(ibuprofen)
diamati
yang
perubahannya.
menghasilkan
MnO2
berwarna
cokelat.

2. Uji Gugus
Alkohol
1. Tabung 1: 1. Karena kromat
Dua tabung reaksi
terdapat tidak
disiapkan dalam larutan mengoksidasi
rak tabung yang berwarna heksana yang
bersih. Tabung 1 kuning. tidak
ditetesi 2 tetes mengandung
heksana dan
2. Tabung 2:
gugus alkohol.
tabung 2 ditetesi terdapat

2 tetes etanol. larutan 2. Karena

Kemudian, pada berwarna terdapat asam

keduanya hijau. kromat yang


dimasukkan 1 mengoksidasi
tetes etanol, 1 mL etanol menjadi
aseton, dan 1 karbonil dan
tetes asam mengandung
kromat. alkohol.
Kemudian,
diamati
perubahannya.

3. Uji Gugus Keton


Dua tabung reaksi
1. Tabung 1: 1. Karena 2,4-
disiapkan dalam
larutan DNHP tidak
rak tabung yang
bersih. Tabung 1
berwarna bereaksi (tidak

ditetesi 2 tetes kuning. ada gugus

heksana dan karbonil).


2. Tabung 2:
tabung 2 ditetesi Tidak
larutan
2 tetes aseton. mengandung
berwarna
Kemudian, gugus keton.
orange
keduanya
kemerahan. 2. Karena 2,4-
ditambahkan 2 DNHP
mL etanol dan 3 bereaksi
mL pereaksi 2,4- dengan gugus
DNPH. Kemudian karbonil yang
dikocok dan ada pada
dibiarkan selama aseton.
15 menit serta Mengandung
diamati gugus keton.
perubahannya.

4. Uji Gugus
Aldehida
1. Tabung 1: 1. Tidak
Dua tabung reaksi
terdapat mengandung
disiapkan dalam
larutan gugus
rak tabung yang
berwarna karbonil.
bersih. Pada
hijau tosca. Karena asam
tabung 1
ditambahkan 1 kromat
2. Tabung 2: mengoksidasi
tetes heksanal, 1
terdapat dan mereduksi
mL aseton, dan 1
larutan atom Cr3+
tetes asam
berwarna yang semula
kromat lalu
digoyang-goyang
orange. berwarna
tabungnya. Pada cokelat
tabung 2 menjadi hijau
ditambahka 2 tosca
tetes heksanal, 2
2. Karena
mL etanol, dan 3
mL pereaksi 2,4-
terdapat gugus

DNPH. Tabung karbonil

digoyang- (C=C).

goyangkan dan
ditunggu 15 menit
untuk tabung
kedua.
Perubahannya
diamati dan
dibandingkan
antara kedua
tabung tersebut.

5. Uji Gugus Alkil


Halida
1. Percobaan 1: 1. Karena kawat
Kawat Bellstein
tidak Ni-Cr tidak
dibersihkan
berwarna. dapat
dengan asam
mendeteksi
nitrat, kemudian
2. Percobaan 2:
dibakar selama 30
suatu senyawa
warna api
detik dan yang
tidak berubah.
didinginkan mengandung

selama 30 detik. halogen, jadi

Kawat dicelupkan tidak ada


pada heksana, perubahan.
kemudian dibakar
2. Harusnya
lagi selama 30
warna hijau,
detik dan diamati
karena
warna nyalanya.
Selanjutnya kawat
kawatnya

dibersihkan lagi salah jadi

dengan asam tidak ada

nitrat dan dibakar warna.

sampai warna
hijaunya hilang.
Setelah dingin,
dicelupkan pada
metilen klorida
dan dibakar
selama 30 detik.
Warna nyalanya
diamati.

VIII. Pembahasan

Pada praktikum kali ini telah dilakukan percobaan untuk mengetahui


ada tidaknya gugus fungsi pada suatu senyawa. Gugus fungsi yang
dibuktikan keberadaannya pada praktikum kali ini adalah gugus alkena,
alkohol, keton, aldehida dan gugus alkil-halida. Setiap gugus fungsi
(alkena,alkohol,keton,aldehida, dan alkil halida) memiliki ciri tersendiri
yang dapat diidentifikasi dari sifat fisik dan sifat kimianya. Zat yang
digunakan adalah pentena untuk uji keberadaan gugus alkena, etanol
untuk uji keberadaan gugus alkohol, aseton untuk uji keberadaan gugus
keton, heksanal untuk uji keberadaan gugus aldehida dan metilen klorida
untuk uji keberadaan gugus alkil-halida.

Namun karena ketidaktersediaannya beberapa bahan di dalam


laboratorium, bahan tersebut diganti dengan senyawa yang mempunyai
gugus fungsi sama, sehingga tidak berpengaruh terhadap percobaan yang
dilakukan. Bahan-bahan yang diganti adalah, heksanal diganti dengan
glukosa, metilen klorida diganti dengan kloroform dan pentena diganti
dengan ibuprofen.

Pengujian yang pertama dilakukan adalah pengujian adanya gugus


alkena dalam ibuprofen. Alkena sendiri adalah suatu senyawa hidrokarbon
tak jenuh yang mengandung ikatan rangkap dua. Pengujian alkena
dilakukan dengan membandingkan reaksi antara ibuprofen dan heksana
yang ditambahkan pereaksi kalium permanganat (KMnO4). Dalam
penggunaan ibuprofen, ibuprofen serbuk terlebih dahulu diubah menjadi
bentuk larutan. Namun, karena ibuprofen memiliki sifat tidak larut dalam
air, maka pelarut yang digunakan adalah etanol yang merupakan pelarut
organik.. Heksana dalam percobaan ini merupakan larutan yang akan
menjadi larutan blanko, yaitu larutan yang diberi perlakuan sama namun
tidak mengandung analit dan berfungsi sebagai pembanding. Kemudian,
kalium permanganat digunakan dalam identifikasi ini karena kalium
permanganat (KMnO4) dapat bereaksi dan mengoksidasi senyawa tak
jenuh seperti alkena sedangkan alkana tidak reaktif dengan KMnO4.
KMnO4 akan bereaksi positif ketika direaksikan dengan senyawa
hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap dengan menghasilkan
MnO2 yang berwarna coklat dan uji ini dinamakan dengan uji bayer. Dan
setelah dilakukan percobaan dengan ditambahkannya etanol dan kalium
permanganat pada larutan ibuprofen dan heksana. Warna larutan ibuprofen
menunjukkan reaksi positif yaitu berubah menjadi coklat sedangkan pada
heksana tidak.

Selanjutnya adalah identifikasi gugus alkohol menggunakan pereaksi


asam kromat. Alkohol merupakan suatu senyawa yang memiliki gugus
karbonil (OH) di dalamnya. Alkohol sendiri terbagi menjadi 3, yaitu
alkohol primer, sekunder dan tersier. Alkohol primer adalah alcohol yang
saat dioksidasi menghasilkan aldehida yang teroksidasi lebih lanjut
menjadi asam karboksilat. Hal ini ditandai dengan berubahnya warna
orange asam kromat menjadi hijau. Alkohol sekunder bila dioksidasi
menghasilkan keton yang ditandai dengan terbentuknya endapan. Alkohol
tersier tidak dapat dioksidasi sehingga alkohol tersier tidak bereaksi
dengan asam kromat. Pada percobaan ini, alkohol yang digunakan adalah
etanol yang merupakan alkohol primer yang artinya akan menghasilkan
warna hijau saat penambahan asam kromat. Setelah direaksikan
didapatkan hasil bahwa, sampel heksana menjadi berwarna kuning yang
berarti tidak ada gugus fungsi alkohol. Dan sampel etanol memberikan
hasil positif karena warna larutan berubah menjadi kehijauan. Pada
prinsipnya, asam kromat dapat mengoksidasi senyawa alkohol yang
memiliki gugus fungsi OH dan menghasilkan perubahan warna dari
Cr6+ yang berwarna kecoklatan menjadi hijau ketika tereduksi menjadi
Cr3+ . Selain penambahan asam kromat, pada larutan ditambahkan juga
etanol dan aseton. Penambahan aseton ini lah yang menyebabkan warna
heksana menjadi kuning.

Percobaan selanjutnya adalah identifikasi keton dengan mereaksikan


aseton dengan perekasi 2,4-DNPH. Aseton sendiri merupakan senyawa
berbentuk cairan yang tidak berwarna dan mudah terbakar. Aseton
merupakan keton yang paling sederhana. Selain mereaksikan 2,4-DNPH
dengan aseton, direaksikan juga dengan heksana dimana heksana tetap
sebagai larutan pembanding. Digunakannya 2,4-DNPH sebagai pereaksi
karena 2,4 dinitrofenilhydrazin menunjukkan hasil positif untuk keton, tapi
tidak untuk alkena, ester, amida ataupun asam. Hasil positifnya sendiri adalah
terbentuknya warna oranye saat 2,4-DNPH direaksikan dengan senyawa yang
memiliki gugus keton. Kemudian, dari hasil percobaan ketika heksana
ditambahkan etanol warna larutan tetap bening seperti awal namun ketika
ditambahkan 2-4 DNPH warna larutan menjadi orange dan setelah
didiamkan selama 10 menit warna larutan tetap orange dengan warna yang
sama seperti di awat penambahan pereaksi. Sedangkan ketika aseton
direaksikan dengan 2,4-DNPH menghasilkan warna larutan orange tua
setelah didiamkan selama 10 menit. Warna dari endapan yang terbentuk
dapat memberi informasi tertentu. Senyawa karbonil jenuh cenderung
memberikan warna kuning, sedangkan keton yang tidak jenuh
memberikan warna merah atau oranye. Eksperimen ini sangat baik sebagai
penguji ketika keberadaan keton tidak diketahui.

Kemudian, identifikasi yang ke empat adalah identifikasi aldehida. Uji


aldehid adalah suatu uji atau identifikasi yang dilakukan untuk
mengetahui keberadaan dari gugus aldehid di dalam suatu senyawa. Pada
tabung 1, glukosa direaksikan dengan aseton dan asam kromat. Dari reaksi
ini dihasilkan larutan dan endapan berwarna hijau pucat. Warna hijau pada
larutan ini mengindikasikan bahwa di dalam larutan tersebut positif
terdapat suatu gugus aldehid. Warna hijau dari larutan ini berasal dari
reaksi antara asam kromat dengan glukosa. Di dalam glukosa terdapat
suatu gugus aldehid yang menyebabkan hasil reaksi menjadi positif. Asam
kromat juga disebutkan bersifat oksidator, dalam hal ini, asam kromat
mengoksidasi glukosa tersebut. Ikatan rangkap karbonil tersubstitusi pada
atom karbon, pada aldehid, rangkap karbonil tersubstitusi pada karbon
nomor satu. Pada tabung 2, glukosa direaksikan dengan etanol dan 2,4-
DNPH menghasilkan suatu larutan berwarna oranye. Warna oranye yang
dihasilkan berasal dari reaksi antara glukosa dengan 2,4-DNPH. Warna
oranye menandakan bahwa larutan tersebut mengandung gugus aldehid
atau dapat dikatakan identifikasi positif dari aldehid.

Identifikasi yang kelima adalah identifikasi untuk menguji adanya


alkil halide. Pengujian ini tidak dilakukan dengan menambahkan peraksi
melainkan dengan membakar zat menggunakan kawat beilstein di atas
nyala api bunsen. Alkil halide sendiri adalah senyawa halogen karena itu
lah digunakan percobaan dengan uji nyala menggunakan kawat beilstein.
Namun, karena di laboratorium tidak terdapat kawat beilstein maka
digunakan kawat Ni-Cr dalam menggunakan uji nyala ini. Sebelum
melakukan percobaan uji nyala ini, kawat harus dicelupkan ke dalam asam
nitrat untuk menghilangkan zat pengotor yang mungkin menempel pada
kawat yang akan membuat percobaan menjadi terganggu. Pada percobaan
kali ini pensterilan kawat tidak menggunakan HCl yang biasanya juga
digunakan sebagai pensteril, hal ini dikarenakan HCl mengandung ion Cl-
yang merupakan senyawa halogen, sehingga digunakan HNO3 agar tidak
menghasilkan hasil yang bias. Selain itu, HNO3 juga memiliki kelarutan
yang lebih tinggi sehingga bekerja baik sebagai pensteril dan pembersih.

Setelah dibersihkan dan disterilkan serta dibakar, kawat dimasukkan


kedalam heksana lalu dibakar lagi, hal ini dilakukan sebagai control dalam
pengujian gugus alkil halide ini, namun setelah dibakar hasil yang
ditunjukkan negative dan tidak menunjukkan warna nyala apapun. Setelah
itu, membersihkan kembali kawat dengan HNO3 serta dibakar lalu baru
dicelupkan kembali ke senyawa yang mengandung gugus alkil halide
dalam hal ini kloroform. Namun saat pembakaran, tidak terjadi warna
apapun. Padahal seharusnya saat kawat yang mengadung gugus alkil
halide dibakar akan mengkasilkan warna nyala hijau.
Hal ini diduga karena penggunaan kawat yang tidak sesuai dengan
literature dan perbedaan kandungan yang dikandung oleh kedua kawat
tersebut, seharusnya kawat yang digunakan dalam uji nyala beilstein ini
adalah kawat beilstein tetapi kali ini karena ketidaktersediaannya kawat
beilstein maka digunakan kawat Ni-Cr. Dan menyebabkan warna nyala
menjadi tidak muncul sesuai dengan literatur.

IX. Kesimpulan

Dari praktikum kali ini, praktikan dapat melakukan pengujian adanya


gugus alkena, alkohol, keton, aldehid dan alkil halida yang ada pada
sampel.

X. Daftar Pustaka

Ahmad, Dadan. 2016. Pengertian Gugus Fungsi. Tersedia online di

http://www.sridianti.com/pengertian-gugus-fungsi.html [diakses pada


11 November 2016]

Anam, Choirul., Sirjuddin dan K Sofjan Firdausi. 2007. Analisis Gugus

Fungsi pada Sampel Uji, Bensin dan Spiritus Menggunakan Metode


Spektroskopi Ftir. Jurnal Berkala Fisika. Vol. 10. No.1

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Edisi Ke-3 Jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Fessenden, R.J dan Fessenden, J.S. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga

Jilid II. Jakarta : Erlangga

Hoffman, Robert V. 2004. Organic Chemistry Second Edition. America :

John Wiley andSons.


Prasojo. 2010. Kimia Organik I. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Pudjaatmaka, A Handayana. 2002. Kamus Kimia. Jakarta : Balai Pustaka

Sari, Diah Ratna. 2010. Aldehid dan Keton. Tersedia online di

http://www.chem-is-try.org. ( diakses pada 11 November 2016).

Suja, I Wayan dan Muderawan I Wayan. 2013. Buku Ajar Kimia

Organik Lanjut (Stereokimia, Struktur dan Reaktivitas Mekanisme


Reaksi). Singaraja : IKIP Negeri Singaraja

Tamimi, Mizan dan Nuniek Herdsyastuti. 2013. Analisi Gugus Fungsi

dengan Menggunakan Spektroskopi FT-IR Dari Variasi Kitin sebagai


Substart Kitinase Bakteri Pseudomonas Sp. TNH_54. Jurnal Kimia
UNESA. Vol. 2 No. 2

Anda mungkin juga menyukai