Anda di halaman 1dari 17

JURNAL

PRAKTIKUM ANALISIS BIOMEDIK DAN FORENSIK


“Analisis Natrium dan Kalium dalam Darah”

Hari/Jam Praktikum : Selasa, 23 April 2019 (13.00-16.00)


Asisten Lab : 1. Ayu Sholihat
2. Risda Rahmi

SHIFT B 2016
SAQILA ALIFA RAMADHAN
260110160047

LABORATORIUM ANALISIS KIMIA


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
I. Tujuan
Menentukan kadar natrium dan kalium dalam darah dengan menggunakan Flame
Atomic Emission Spectroscopy (F-AES)

II. Prinsip
2.1 Spektroskopi Emisi Atom
Spektroskopi emisi atom atau Atomic Emission Spectroscopy (AES) adalah
suatu metode pengukuran yang dapat digunakan untuk analisa logam secara
kualitatif maupun kuantitatif yang didasarkan pada pemancaran atau emisi
sinar dengan panjang gelombang yang karakteristik untuk unsur yang
dianalisa (Skoog, 2004).
2.2 Eksitasi Elektron
Eksitasi electron adalah proses penyerahan energi radiasi ke suatu atom atau
molekul tanpa mengakibatkan ionisasi. Energi radiasi mungkin diserap oleh
inti atau elektron, dan mungkin pula dibebaskan dalam bentuk radiasi
(BATAN, 2015).
2.3 Sentrifugasi
Sentrifugasi merupakan proses pemisahan partikel berdasarkan berat partikel
dikarenakan adanya gaya sentrifugal ( gaya yang terjadi akibat perubahan
berat partikel dari keadaan normal yang meningkat seiring meningkatnya
kecepatan dan sudut kemiringan putaran patikel). Pada pemisahan
menggunakan sentrifugasi, partikel dengan densitas yang lebih tinggi dari
pelarut akan mengendap dan partikel yang lebih ringan akan mengapung ke
atas (Waharawichanant, 2010)

III. Reaksi
-
IV. Teori Dasar

Zat terlarut yang ada didalam cairan tubuh terdiri dari cairan elektrolit dan
non elektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terlarut dan tidak
bermuatan listrik yang terdiri dari protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida
dan asam-asam organik lainnya. Sedangkan, elektrolit tubuh terdiri dari natrium
(Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+), magnesium (Mg2+), klorida (Cl- ), bikarbonat
(HCO3-), fosfat (HPO42-), dan sulfat (SO42-). Ion yang bermuatan positif disebut
kation dan yang bermuatan negatif disebut anion (Butterworth, 2013).
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa
mencapai 60 mEq per kilogram berat badan. Jumlah natrium dalam tubuh
merupakan gambaran keseimbangan antara natrium yang masuk dan natrium yang
dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui epitel mukosa
saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau saluran
cerna atau keringat di kulit. Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari
mencapai 48-144 mEq (Yaswir, 2012)
Nilai Rujukan Natrium
Nilai rujukan kadar natrium pada:
- serum bayi : 134-150 mmol/L
- serum anak dan dewasa : 135-145 mmol/L
- urine anak dan dewasa : 40-220 mmol/24 jam
- cairan serebrospinal : 136-150 mmol/L
- feses : kurang dari 10 mmol/hari (Reilly and Perazella, 2007).
Gangguan natrium dalam plasma merupakan gangguan elektrolit yang paling
sering terjadi. Hipernatremia adalah kondisi tingginya kadar ion natrium dalam
darah yaitu ketika kadarnya melebihi 145 mmol/L, namun gejala parah biasa
muncul ketika kadar natrium sudah berada diatas 160 mmol/L. Sedangkan,
hiponatremia adalah kondisi kadar ion natrium rendah dalam darah ketika kadar
natrium kurang dai 135 mmol/L (Rebecca, 2006)
Terdapat beberapa metode pengukuran yang bisa digunakan untuk mengukur
kandungan elektrolit seperti logam natrium, kalium, magnesium dan kalsium
dalam suatu larutan. Metode-metode tersebut diantaranya adalah menggunakan
Flame Photometry, AAS (Spektofotometer Serapan Atom), Electrolysis dan lain
– lain (Pratama, 2015)
Spektroskopi emisi atom atau Atomic Emission Spectroscopy (AES) adalah
suatu metode pengukuran yang dapat digunakan untuk analisa logam secara
kualitatif maupun kuantitatif yang didasarkan pada pemancaran atau emisi sinar
dengan panjang gelombang yang karakteristik untuk unsur yang dianalisa.
Spektroskopi emisi merupakan spektroskopi atom dengan menggunakan sumber
eksitasi plasma, nyala atau laser bertenaga tinggi. Sumber eksitasi sangat
berpengaruh terhadap bentuk dan intensitas emisi. Selain menyediakan energi
yang cukup untuk menguapkan sampel, sumber juga menyebabkan eksitasi
elektronik partikel-partikel elementer dalam gas. Garis spektrum yang terakhir
yang digunakan untuk analisis spektroskopi emisi. Molekul tereksitasi pada fase
gas mengemisi spektrum, yaitu akibat transisi dari suatu energi tereksitasi (E2) ke
suatu tingkat energi yang lebih rendah (E1) dengan pemancaran (emisi) foton
dengan energi hv (Skoog et al., 2004).
AES (Atomic Emission Spectoscopy) digunakan untuk pengukuran kadar
natrium pada praktikum kali ini. Penggunaan spektrofotometer emisi nyala di
laboratorium berlangsung tidak lama, selanjutnya penggunaannya dikombinasi
dengan elektrokimia untuk mempertahankan penggunaan dan keamanan
prosedurnya. Prinsip pemeriksaan spektrofotometer emisi nyala adalah sampel
diencerkan dengan cairan pengencer yang berisi litium atau cesium, kemudian
dihisap dan dibakar pada nyala gas propan. Ion natrium, kalium, litium, atau
sesium bila mengalami pemanasan akan memancarkan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu (natrium berwarna kuning dengan panjang gelombang 589
nm, kalium berwarna ungu dengan panjang gelombang 768 nm, litium 671 nm,
sesium 825 nm). Pancaran cahaya akibat pemanasan ion dipisahkan dengan filter
dan dibawa ke detektor sinar (Klutts and Scott, 2006)

V. Alat dan Bahan


5.1 Alat
a. Bulb
b. Eppendorf
c. Gelas baeker
d. Labu ukur
e. Mikropipet
f. Pipet volume
g. Timbangan analitik
h. Sentrifugator
i. Tabung sentrifugasi
j. Vial polietilen
k. Flame atomic emission spectroscopy

5.2 Bahan
a. Air suling (aquades)
b. Asetonitril
c. Kalium klorida
d. Natrium klorida
e. Sampel darah
VI. Prosedur dan Data Pengamatan

No Prosedur Hasil Foto


6.1 Pembuatan larutan stok Natrium dan Kalium 100 ppm
1 Menimbang 12,7 mg Ditimbang NaCl
NaCl baku dan 9,55 mg sebanyak 12,7 mg
KCl dalam wadah plastic dan KCl sebanyak
9,55 mg
2 Memindahkan masing – Kedua zat
masing zat secara hati – dipindahkan ke labu
hati ke labu ukur 50 ml ukur 50 ml yang telah
yang telah dibilas dengan dibilas dengan air
air deionisasi deionisasi
3. Menambahkan air Didapatkan larutan
deionisasi ke labu, stok Natrium 100
dikocok hingga larut, ppm dan larutan stok
kemudian menambahkan Kalium 100 ppm
hingga tanda batas
6.2 Pembuatan larutan standar kalibrasi NaCl
1 Menggunakan air Digunakan air
deionisasi sebagai blanko deionisasi sebagai
blanko
2 Memipet standar NaCl Dipipet standar NaCl
100 ppm ke lima labu 100 ppm ke lima labu
ukur 10 mL untuk ukur 19 mL untuk
membuat konsentrasi ke 1 membuat konsentrasi
ppm, 2 ppm, 4 ppm, 8 ke 1 ppm, 2 ppm, 4
ppm, 16 ppm dan 32 ppm ppm, 8 ppm,16 ppm
dan 32 ppm
3 Melarutkan dengan air Didapatkan larutan
deionisasi hingga tanda NaCl dengan
batas, mengocok sampai konsentrasi 1 ppm, 2
homogen ppm, 4 ppm, 8 ppm,
16 ppm dan 32 ppm
6.3 Pembuatan larutan standar kalibrasi KCl
1 Menggunakan air Digunakan air
deionisasi sebagai blanko deionisasi sebagai
blanko
2 Memipet standar KCl 100 Dipipet standar KCl
ppm ke lima labu ukur 20 100ppm ke lima labu
mL untuk membuat ukur 20 mL untuk
konsentrasi ke 0,25 ppm, membuat konsentrasi
0,5 ppm, 0,75 ppm, 1 ke 0,25 ppm, 0,5
ppm, 1,25 ppm dan 1,5 ppm, 0,75 ppm, 1
ppm ppm, 1,25 ppm dan
1,5 ppm
3 Melarutkan dengan air Didapatkan larutan
deionisasi hingga tanda KCl dengan
batas, mengocok sampai konsentrasi 0,25
homogen ppm, 0,5 ppm, 0,75
ppm, 1 ppm, 1,25
ppm dan 1,5 ppm
6.4 Preparasi Sampel Darah (Serum)
1 Melakukan sentrifugasi Didapatkan serum
sampel darah pada darah di bagian atas
kecepatan 3500 rpm dan endapan di
selama 15 menit bagian bawah
2 Mengambil supernatan Supernatan (serum)
dan memindahkannya berada di tabung
pada eppendrof eppendorf

3 Mengambil 500 µl serum Didapatkan endapan


dan menambahkan 1.5 putih dan larutan
mL asetonitril kemudian bening
melakukan sentrifugasi
kembali

4 Menggunakan supernatan Sampel siap untuk


untuk dianalisis dianalisis
5 Memasukkan serum 250
µl dan mengadd dengan
menggunakan aquades
pada labu ukur 25 mL
(pengenceran 100 kali)

6.4 Pengujian Natrium dan Kalium dalam Darah dengan Spektrofotometri


Emisi Atom
1 Menyalakan instrumen Instrumen AES
AES, dan kemudian dinyalakan dan
menyalakan api selama disiapkan untuk
15 menit sebelum pengujian
digunakan
2 Membilas AES yang akan Peralatan AED
digunakan dengan dibilas dengan air
aquadest deionisasi dengan
cara memasukan
aquadest melalui
selang AES
3 Mengisi wadah botol Wadah diisi dengan
polietilen dengan larutan air deionisasi,
aquadest, larutan standar larutan standar dan
natrium (1,2,4,8, 16 dan larutan sampel yang
32 ppm), dan larutan sudah diencerkan
standar kalium (0,25; 0,5;
0,75 ; 1 ; 1,25 dan 1,5
ppm) serta larutan
sampel serum darah yang
sudah diencerkan 100x
secara tepisah.
Sebelumnya wadah
dibilas dengan larutan
tersebut minimal 3 kali
dengan 1-2mL larutan.
4 Memasukkan aquadest Dimasukkan air
sampai detektor membaca deionisasi ke dalam
dengan stabil (sekitar 30- detektor hingga
90 detik). Mengatur sinyal menunjukkan
putaran blank knop untuk pada skala 0 untuk
mengatur pembacaan aquadest
awal di 0,00
5 Memasukkan larutan Dimasukkan larutan
baku kalium dan natrium baku ke dalam
mulai dari konsentrasi detektor, angka fine
terendah, diukur hingga berada pada angka 50
detektor stabil membaca. lalu sinyal kembali
Digunakan fine menunjukkan pada
sensitivity knob untuk skala 0
mengatur pembacaan
hingga angka
50
6 Mengukur larutan sampel Didapatkan emisi
sesuai urutan kalium dan natrium
dari setiap sampel
7 Setelah pengukuran Alat dibersihkan
selesai, masukkan dengan
aquadest melalui selang dimasukannya
untuk membersihkan aquadest melalui
aspirator / burner, selang AES
bersihkan area kerja
sampai tuntas, dan beri
tahu tenaga ahli bahwa
instrumen tersebut siap
untuk dimatikan.
8 Membilas semua gelas Semua alat dibilas
dan plastik yang dengan aquadest
disediakan untuk
percobaan dengan
aquadest

VII. Perhitungan
7.1 Pembuatan Larutan Baku Natrium 100 ppm
100 ppm =  Massa = 1000 μg = 1 mg

x1

x1
= 2,54 mg dalam 10 mL
Akan dibuat 50 mL = 2,54 x 5 = 12,7 mg ~ 0,0127 gram.

7.2 Pembuatan Larutan Baku Kalium 100 ppm


x1

x1
= 1,91 mg dalam 10 mL

Akan dibuat 50 mL = 1,91 x 5 = 9,55 mg

7.3 Pengenceran Sampel Serum Darah 100x (diumpamakan 100 ppm)


V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 = 25 x 1
V1 = 0,25 ml = 250 μL di add aquades hingga 25 mL.
7.4 Pembuatan Larutan Kurva Baku
Kurva Baku Natrium Kurva Baku Kalium
1 ppm 0,25 ppm
V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 = 10 x 1 V1 x 1,5 = 20 x 0,25
V1 = 0,1 mL V1 = 3,33 mL

2 ppm 0,5 ppm


V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 = 10 x 2 V1 x 100 = 20 x 0,5
V1 = 0,2 mL V1 = 0,1 mL

4 ppm 0,75 ppm


V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2 V1
V1 x 100 = 10 x 4 x 100 = 20 x 0,75 V1
V1 = 0,4 mL = 0,15 mL

8 ppm 1 ppm
V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 = 10 x 8 V1 x 100 = 20 x 1
V1 = 0,8 mL V1 = 0,2 mL

16 ppm 1,25 ppm


V1 x N 1 = V 2 x N 2 V1 x N1 = V2 x N2 V1
V1 x 100 = 10 x 16 x 100 = 20 x 1,25 V1
V1 = 1,6 mL = 0,25 mL

32 ppm 1,5 ppm


V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 100 = 10 x 32 V1 x 100 = 20 x 1,5
V1 = 3,2 mL V1 = 0,3 mL
7.5 Perhitungan Kurva Baku
Tabel 7.1 Intensitas Emisi Larutan Kalibrasi Natrium

Konsentrasi
No. Intensitas Emisi
(ppm)
1 1 2
2 2 3
3 4 6
4 8 12
5 16 22
6 32 43

Kurva Baku Natrium


Intensitas Emisi

50
y = 1.3248x + 0.7562
40 R² = 0.9995

30

20 Linear (y)
10

0
0 10 20 30 40
Konsentrasi (ppm)

Gambar 7.1 Kurva Kalibrasi Natrium

Tabel 7.2 Kurva Baku Kalium

Konsentrasi
No. Intensitas Emisi
(ppm)
1 0,25 2
2 0,5 3
3 0,75 5
4 1,25 8
5 1,5 10
Kurva Baku Kalium
12
Intensitas Emisi 10 y = 6.4651x + 0.1047
R² = 0.9941
8
6
y
4Linear (y)
2
0

00.5 1 1.5 2
Konsentrasi (ppm)

Gambar 7.2 Kurva Kalibrasi Natrium

7.6 Perhitungan Kadar Natrium dan Kalium dalam Darah


NPM Kadar Natrium Kadar Kalium
260110160041 Intensitas Emisi : 6 Intensitas Emisi : 2
FP : 100x FP : 100x
= 1 3248 0 7562 = 6 4651 0 1047
6 = 1 3248 0 7562 2 = 6 4651 0 1047
6 - 0 7562 2 - 0 1047
= 1 3248 = 6 4651
x = 3,9581 x = 0,2932

Kadar Na (ppm) Kadar K (ppm)


= 3,9581 x 100 = 0,2932 x 100
= 395,81 ppm (mg/L) = 29,32 ppm (mg/L)

Kadar Na (mEq/L) Kadar K (mEq/L)


m m
= Na =
395 81 29 32
= 23 = 39
= 17,209 mEq/L = 0,752 mEq/L
260110160054 Intensitas Emisi : 7 Intensitas Emisi : 3
FP : 100x FP : 100x
= 1 3248 0 7562 = 6 4651 0 1047
7 = 1 3248 0 7562 3 = 6 4651 0 1047
7 - 0 7562 3 - 0 1047
= 1 3248 = 6 4651
x = 4,7130 x = 0,4478

Kadar Na (ppm) Kadar K (ppm)


= 4,7130 x 100 = 0,4478 x 100
= 471,30 ppm (mg/L) = 44,78 ppm (mg/L)

Kadar Na (mEq/L) Kadar K (mEq/L)


m m
= Na =
471 30 44 78
= 23 = 39
= 20,491 mEq/L = 1,148 mEq/L
260110160055 Intensitas Emisi : 9 Intensitas Emisi : 3
FP : 100x FP : 100x
= 1 3248 0 7562 = 6 4651 0 1047
9 = 1 3248 0 7562 3 = 6 4651 0 1047
9 - 0 7562 3 - 0 1047
= 1 3248 = 6 4651
x = 6,2226 x = 0,4478

Kadar Na (ppm) Kadar K (ppm)


= 6,2226 x 100 = 0,4478 x 100
= 622,26 ppm (mg/L) = 44,78 ppm (mg/L)

Kadar Na (mEq/L) Kadar K (mEq/L)


m m
= Na =
622 26 44 78
= 23 = 39
= 27,055 mEq/L = 1,148 mEq/L
260110160060 Intensitas Emisi : 10 Intensitas Emisi : 4
FP : 100x FP : 100x
= 1 3248 0 7562 = 6 4651 0 1047
10 = 1 3248 0 7562 4 = 6 4651 0 1047
10 - 0 7562 4 - 0 1047
= 1 3248 = 6 4651
x = 6,9775 x = 0,6025

Kadar Na (ppm) Kadar K (ppm)


= 6,9775 x 100 = 0,6025 x 100
= 697,75 ppm (mg/L) = 60,25 ppm (mg/L)

Kadar Na (mEq/L) Kadar K (mEq/L)


m m
= Na =
697 75 60 25
= 23 = 39
= 30,336 mEq/L = 1,545 mEq/L

VIII. Simpulan
Setelah dilakukan penentuan kadar natrium dan kalium dalam sampel
darah menggunakan Flame Atomic Emission Spectroscopy (F-AES) dengan
prinsip pengukuran tingkat emisi elektron pada panjang gelombang yang
spesifik tiap atom, didapatkan bahwa pengukuran ion natrium pada semua
sampel darah bernilai kurang dari nilai normal yaitu 135-145 mEq/L dan untuk
ion kalium semua sampel kurang dari nilai normal 3,5-5,5 mEq/L.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Tenaga Nuklir Nasional. 2015. Model Atom Neils Bohr. Tersedia Online di
http://www.batan.go.id/index.php/id/infonuklir/atom/model-atom/813-model-at
om-niels-bohr [Diakses pada tanggal 30 Maret 2019].

Butterworth, J.F., Mackey, D.C., and Wasnick, J.D. 2013. Morgan & Mikhail’s
Clinical Anesthesiology Fifth Edition. USA : Mc Gaw Hill Education

Klutts, J. S. & Scott M. G. 2006. Physiology and Disorders of Waters, Electrolytes


and Acid-Base Metabolism. In Tietz Textbook of Clinical Chemistry and
Molecular Diagnostics. Edition 4th, Ed. Philadelphia: Burtis CA, Ashwood ER
and Bruns DE, Elsevier Saunders.

Pratama, D.S., Purna, P., Rinawati., Sophia, L.S., dan Ifan, R.S. 2015. Validasi
Metode Analisis Logam Na, K, Mg dan Ca pada Air Tua menggunakan
Microwave Plasma-Atomic Emission Spectrometer (MP-AES). Jurnal
Standarisasi, Vol 17(3) : 187-198

Rebecca, R., Paul, L.P., and Jonathan, R.S. 2006. Disorder Sodium Balance. BMJ,
Vol 322 : 702-705

Reilly R.F and Perazella M.A. 2007. In: Lange Acid- serta Pemeriksaan
Laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol 1(2) : 21-170.

Skoog, D.A. 2004. Fundamentals of Analitical Chemistry Eight Edition. Kanada :


Brooks/Cole

Waharawichanant, S. 2010. Centrifugal Separation Process. Chicago: The Scientific


Press.
Yaswir, R. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan
Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol 1(2) :
80-85

Anda mungkin juga menyukai