Anda di halaman 1dari 3

Tugas Rangkuman NDDS

Judul : Preparasi, Karakterisasi dan Profil Farmakodinamik dari Inhalasi Bubuk Kering Insulin
dengan pembawa mikropartikel Fumaryl Diketopiperazine

Abstrak :

Saat ini, populasi orang yang menderita diabetes mellitus semakin meningkat dengan
meningkatnya populasi orang yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas. Untuk
mengatasi diabetes, insulin (INS) seringkali digunakan sebagai agen penurun kadar gula darah
karena merupakan terapi yang sangat efektif dalam mengatasi peningkatan gula darah. Dalam
penelitian ini akan digunakan mikropartikel fumaryl diketopiperazine sebagai sistem
penghantaran atau pembawa insulin menuju paru – paru. Inhalasi bubuk kering insulin (INS)
yang dihantarkan menggunakan mikropartikel fumaryl diketopiperazine (FDKP) disiapkan
dengan metode spray drying dan kemudian dilakukan pengujian sifat fisiko kimia dari bubuk
kering insulin yang dihasilkan. Profil farmakodinamik dari sediaan diuji dalam tikus model
diabetes dimana sediaan ditransmisikan dengan insuflasi intratekal. Inhaler insulin (INS) yang
dihantarkan menggunakan mikropartikel fumaryl diketopiperazine (FDKP) menunjukkan
flowabilitas yang memuaskan dan deposisi in vitro dengan FPF 50,2% dan MMAD 3,45 +/- 0,131
m, kadar gula darah pada tikus turun secara signifikan dan tidak ada reaksi inflamasi

Pendahuluan :

Diabetes melitus merupakan gangguan endokrin dan metabolism yang disebabkan oleh
berkurangnya jumlah atau sensitifitas dari insulin yang dihasilkan. Saat ini, insulin (INS)
merupakan pilihan umum untuk mengatasi diabetes, terutama pada diabetes melitus tipe 1.
Metode terapi yang paling umum dalam pemberian insulin adalah dengan injeksi subkutan,
sedangkan metode injeksi subkutan ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien dan
dapat juga menyebabkan efek samping lain seperti atrofi lemak atau hyperplasia lemak di situs
injeksi. Hal ini membuat perlunya pengobatan non-injeksi untuk terapi insulin. Dibandingkan
dengan rute non injeksi lain (seperti oral dan transdermal), rute penghantaran obat melalui
paru lebih menguntungkan dikarenakan keunggulan fisiologinya. Keuntungan rute
penghantaran melalui paru ini dikarenakan karakteristik alveoli yang memiliki luas permukaan
besar, permeabilitas tinggi dan sirkulasi perfusi yang besar ketika obat terhirup ke dalam pari-
paru sehingga obat akan terabsorpsi secara cepat ke dalam sirkulasi darah. Selain itu,
penghantaran obat melalui paru-paru akan mencegah obat yang merupakan makromolekul
untuk terdegradasi oleh enzin pencernaan juga mencegah obat mengalami “first pass effect”
dalam hati.

Dry Powder Inhaler (DPI) atau inhalasi bubuk kering, seringkali dipilih sebagai rute
optimal penghantaran obat melalui paru karena formulasinya dapat dikontrol dan dapat dibuat
dalam ukuran dan bentuk khusus. Dalam pembuatan DPI, akan selalu ditambahkan eksipien
untuk meningkatkan flowabilitas, ketahanan kelembaban, dan deposisi. Sebagai eksipien baru,
FDKP dinilai inert secara kimia dan dapat dibuat dalam ukuran mikrosfer dengan ikatan
hidrogen dalam lingkungan asam dan dilarutkan dalam kondisi netral-basa. Mikropartikel
tersebut dapat menyerap insulin dengan interaksi elektrostatik untuk membentuk
mikropartikel bersama insulin. FDKP yang diserap akan secara langsung di eksresikan dari ginjal
tanpa adanya metabolism yang akan menyebabnya berkurangnya toksisitas dari hasil degradasi
FDKP.

Metode

Sintesis FDKP
FDKP disintesis menggunakan 3 tahap reaksi, setelah itu strukturnya diidentifikasi
menggunakan NMR, FTIR dan MS

Preparasi DPI Insulin-FDKP mikropartikel


Preparasi dilakukan dengan metode spray drying, 250 mg FDKP dilarutkan dalam 10 mL larutan
ammonia 1% yang mengandung 0,3% polysorbate 80. Sebanyak 10 μL larutan asam asetat 10%
yang mengandung 0,3% polisorbate 80 di tambahkan ke FDKP lalu pH diatur ke 4,5. Suspensi
FDKP di homogenkan 9 menit pada tekanan 140 bar untuk membuat FDKP mikropartikel. 40 mg
insulin dilarutkan dalam 20 mL larutan asam asetat 2% dan ditambahkan ke dalam larutan
suspensi FDKP sembari di aduk selama 2 jam lalu disimpan dalam suhu 4oC.

Efek formulasi
Lima kelompok dari 3 batch disiapkan dan efek dari konsentrasi polisorbate (0,1 ; 0,2 dan 0,3)
lalu disentgrifugasi dengan kecepatan sentrifugasi berbeda (3000, 4000 dan 5000 rpm/ menit),
kecepatan pengadukan (100,300 dan 500 rpm/ menit) dan variasi tekanan (120,130 dan 140
bar), lalu dilihat karakteristik partikel yang terbentuk

Uji Kadar Insulin


DPI INS-FDKP dikumpulkan dengan cara mensentrifugasi suspensi yang terbentuk pada
kecepatan 4000 rpm/menit selama 10 menit. Mikropartikel dilarutkan dalam buffer PBS (pH
7,4) dan di encerkan 10 kali untuk mengukur kadar insulin menggunakan HPLC dengan detector
UV. Analisis dilakukan pada panjang gelombang 214 nm, suhu 40 derajat dan fase gerak
menggunakan buffer sulfat : asetonitril (74:26) dengan kecepatan alir 1.0mL/menit

Pengukuran ukuran partikel, densitas dan kandungan lembab


Ukuran partikel diukur menggunakan particle size analyzer. Kemudian, densitas dihitung
dengan rumus :

Sudut istirahat dan indeks carl digunakan untuk menganalisis daya alir.
Karakterisasi fisik
Karakter fisik dilihat dengan SEM (untuk melihat morfologi permukaan dari DPI). Kemudian,
dengan menggunakan XRPD dan DSC.

Evaluasi Kinerja Dispersi Aerosol

Kinerja bubuk kering dianalisis menggunakan perangkat atomisasi. Kapsul HPMC yang
mengandung 10 mg bubuk dimasukkan ke dalam alat atomisasi. Sifat dispersi dari bubuk kering
dicatat menggunakan kamera digital dengan jarak waktu 0.02 detik.

Studi farmakodnamik dalamm tikus


Tikus diabetes tipe 1 diinduksi dengan streptozocin (STZ) intraperitonial dengan dosis 65 mg/kg
BB. Kadar gula darah tikus dihitung pada 72, 96 dan 120 jam setelah induksi STZ.

30 tikus model diabetes dibagi menjadi 5 kelompok (masing2 = 6)

A : Kontrol, B : Treatment insulin injeksi (5 U/kg), C-E : intratecal insuflasi dengan dosis (5, 10
dan 20 U/kg). Kadar gula darah diukur pada 5,10,20,30,45,60,120,180,240 dan 360 menit
setelah pengobatan

Uji Keamanan
Uji dilakukan pada 12 tikus normal secara acak dikelompokkan pada 4 kelompok (masing2 3).
Kelompok 1 diberi insulin tanpa FDKP (untuk melihat apakah FDKP menimbulkan bahaya atau
tidak). Grup 2 dan 3 diberikan sediaan bubuk kering dan insulin glukosa biasa. Grup 4 diberikan
insulin ijeksi

Analisis Statistik
Semua analisis dilakukan 3 kali pada waktu yang berbeda, analisis statistic dilakukan
menggunakan SPSS dengan one-way ANOVA dimana nilai p<0.5 menandakan signifikan secara
statistic

Pembahasan

Anda mungkin juga menyukai