Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR KIMIA MEDISINAL

SEMESTER GANJIL 2016 – 2017

IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI

Hari / Jam Praktikum : Rabu, pukul 07.00 – 10.00


Tanggal Praktikum : 2 November 2016
Kelompok : A5
Asisten : 1. Theresia Ratnadevi
2. Tanti Juwita

IRA MAYA
260110160037

LABORATORIUM KIMIA MEDISINAL


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI
I. Tujuan
Mengidentifikasi cara identifikasi gugus alkena, alkohol, keton, aldehid dan
alkil hailida.

II. Prinsip
2.1 Ikatan rangkap
Keadaan yang terjadi dalam senyawa tak jenuh yang di dalamnya terdaat 2
ikatan tunggal menghubungkan 2 atom dan mudah dijenuhkan dengan
penambahan 2 atom lain (Pudjaatmaka, 2002).

2.2 Subtitusi
Reaksi yang berlangsung antara atom-atom karena pergantian satu atom
atau gugus atom dalam suatu senyawa oleh atom ataupun gugus lain
(Suja, 2003).

2.3 Adisi
Penambahan jumlah atom yang diikat oleh atom C yang semula berikatan
rangkap (Hart, 2003).

2.4 Oksidasi
Proses pelepasan molekul, ion, atau electron atom oleh oksigen di udara
(Hudlicky, 1990).

2.5 Eliminasi
Reaksi organik dimana dua substituen dilepaskan dari sebuah molekul
baik dalam satu atau dua langkah mekanisme, atau dapat disebut juga
penyingkiran atau penghilangan beberapa atom yang terjadi pada suatu
senyawa (Atkins, 2006).
III. Reaksi

(Hoffman, 2004)
3.5 Gugus Alkil Halida

CH3Cl + AgNO3 → CH3+ + NO3- + AgCl ( Putih )


CH3Br + AgNO3 → CH3+ + NO3- + AgBr ( Kuning Pucat )
CH3I + AgNO3 → CH3+ + NO3- + AgI ( Kuning )
(Hoffman, 2004)
IV. Teori Dasar
Senyawa organik adalah senyawa kimia yang molekulnya mengandung
karbon, kecuali karbida, karbonat dan oksida karbon. Penggolongan
senyawa organik dapat dibedakan menurut gugus fungsi yang dimiliki oleh
suatu senyawa. Gugus fungsi akan menentukan kereaktifan kimia dalam
molekul. Senyawa dengan gugus fungsi yang sama cenderung mengalami
reaksi kimia yang sama (Chang, 2005).
Gugus Fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam
molekul satu kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu
menunjukan gejala reaksi yang sama. Sesuai kesamaan gejala reaksi
tersebut, maka dapat dikelompokan pada pengelompokan senyawa
(Fessenden & Fessenden, 1986).
Gugus fungsional berbeda dalam elektronegativitas, maka gugus
fungsional mempunyai polaritas tinggi dan sangat aktif (Suarsana, 2010).
Alkohol adalah kelompok senyawa yang mengandung satu atau
lebih gugus fungsi hidroksil (-OH) pada suatu senyawa alkane. Alcohol
dapat dikenali dengan rumus umumnya R- OH. Penggolongan alkohol
menurut letak gugus hidroksilnya (-OH), yaitu: alkohol primer, sekunder
dan tersier (Petrucci,1992).
Alkohol mengandung gugus fungsi hidroksil, −OH. Etanol mempunyai
penerapan tidak terbilang sebagai pelarut untuk bahan kimia organik dan
sebagai senyawa awal untuk pembuatan zat warna, obat-obatan sintesis,
kosmetik, dan bahan peledak. Etanol juga merupakan bagian dari minuman
beralkohol. Etanol adalah satu-satunya jenis alkohol rantai lurus yang tidak
beracun (lebih tepatnya, paling sedikit beracun) (Chang, 2005).
Sifat fisik alkohol yaitu alkohol memiliki rantai pendek yang bersifat
polar sehingga dapat dengan baik larut dalam air serta memiliki titik didih
lebih tinggi dibandingkan dengan alkena. Dalam hal ini kepolaran dan titik
didih,alkohol rantai pendek memiliki kemiripan sifat dengan air hal tersebut
disebabkan karena air dan alkohol keduanya memiliki gugus –OH. Gugus-
OH ini bersifat polar pula. Adapun titik didih yang tinggi disebabkan oleh
adanya ikatan hidrogen antara molekul air ,antara molekul alkohol atau
molekul air dan alkohol. Ikatan hidrogen ini juga menyebabkan alkohol
larut dalam air. Sifat kimia alkohol yakni mengalami dehidrasi (reaksi yang
melibatkan hilangnya H dan OH dalam membentuk H2O ) untuk
membentuk alkena/eter, oksidasi terkendali untuk menghasilkan
aldehida dan keton (Keenan, 1980).
Sintesis alkohol menjadi ester dapat dilakukan melalui reaksi
esterifikasi menggunakan asam karboksilat dengan alkohol. Faktor-faktor
yang mempengaruhi reaksi esterifikasi yaitu katalis, waktu dan rasio mol
yang digunakan (Zeki et al, 2010). Reaksi esterifikasi yang dilakukan
tanpa menggunakan katalis berlangsung sangat lambat dan
memerlukan waktu beberapa hari untuk memperoleh produk. Katalis yang
dapat digunakan berupa asam, basa dan enzim (Nurita dkk, 2014).
Haloalkana disebut juga alkil halida. Haloalkana merupakan senyawa
karbon yang mengandung halogen. Atom halogen ini menggantikan posisi
atom hidrogen. Haloalkana mempunyai rumus struktur yang sama dengan
alkana, hanya satu atau lebih atom H-nya diganti dengan atom halogen (X =
F,Cl,Br,I). Haloalkana dapat mengalami reaksi hidrolisis menjadi alkohol.
(Sutresna, 2006).
Alkena adalah suatu hidrokarbon yang mengandung satu ikatan
rangkap. Alkena disebut olefin yang artinya gas yang membentuk minyak.
Alkena memiliki sifat fisis praktis identik dengan alkana induknya. Allkena
dianggap nonpolar akan tetapi alkena sedikit mudah larut dalam air daripada
padanan alkananya, sebab elektron pi, yang agak terbuka ditarik oleh
hidrogen (dari air) yang bermuatan parsial (sebagian). Alkena dapat dibuat
dengan reaksi eliminasi alkohol (dalam asam kuat) atau alkl halida (dalam
basa) (Fessenden, 1986).
Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus
karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hidrogen.
Nama IUPEC dari aldehida diturunkan dari alkana dengan mengganti
akhiran “ana“ dengan “al“. Nama umumnya didasarkan nama asam
karboksilat ditambahkan dengan akhiran dehida (Petrucci, 1987).
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah atom
C sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama.
Pembuatan aldehida adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer,
reduksi klorida asam, dari glikol, hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan
untuk pembuatan aldehida aromatik (Fessenden, 1997).
Salah satu reaksi untuk pembuatan aldehid adalah oksidasi
dari alkohol primer. Kebanyakan oksidator tak dapat dipakai karena akan
mengoksidasi aldehidnya menjadi asam karboksilat. Oksidasi khrompiridin
komplek seperti piridinium khlor kromat adalah oksidator yang dapat
merubah alkohol primer menjadi aldehid tanpa merubahnya
menjadi asam karboksilat (Petrucci, 1987).
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus
karbonil terikat pada dua gugus alkil, dua gugus alkil, atau sebuah alkil.
Keton juga dapat dikatakan senyawa organik yang karbon karbonilnya
dihubungkan dengan dua karbon lainnya. Keton tidak mengandung atom
hidrogen yang terikat pada gugus karbonil (Wilbraham, 1992).
Pembuatan keton yang paling umum adalah oksidasi dari alkohol
sekunder. Hampir semua oksidator dapat dipakai. Pereaksi yang khas antara
lain khromium oksida (CrO3), phiridinium khlor kromat, natrium bikhromat
(Na2Cr2O7) dan kalium permanganat (KMnO4) (Respati, 1980).
Reaksi-reaksi pada aldehida dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi
reduksi. Reaksi oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehid
mudah sekali dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator.
Aldehida dapat dioksidasi dengan oksidator yang sangat lemah. Sedangkan
reaksi reduksi terbagi menjadi tiga bagian yaitu reduksi menjadi alkohol,
reduksi menjadi hidrokarbon dan reduksi pinakol (Wilbraham, 1992).
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak
mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi
ikatan hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton
adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik
yang relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan
tertarik pada bagian negatif dari yang lain (Fessenden, 1997).
Banyak aldehid dan keton yang memiliki bau khas yang
membedakannya adalah aldehid berbau merangsang dan keton berbau
harum. (Fessenden, 1986).

V. Alat dan Bahan


5.1 Alat
5.1.1 Batang Kawat Ni-cr
5.1.2 Bunsen
5.1.3 Cawan Pereaksi
5.1.4 Pipet Tetes
5.1.5 Rak Tabug Reaksi
5.1.6 Tabung Reaksi

5.2 Bahan
5.2.1 Aseton
5.2.2 Etanol
5.2.3 Formaldehid
5.2.4 Heksana
5.2.5 KMnO4
5.2.6 Kloroform
5.2.7 Ibu Profen
5.2.8 2,4-DNPH
5.3 Gambar Alat

Kawat Ni-Cr Bunsen Cawan Pereaksi

Pipet tetes Tabung Reaksi


Rak Tabung Reaksi

VI. Prosedur
6.1 Uji Gugus Alkena
Dua tabung reaksi yang telah dibersihkan diisi masing-masing
dengan 4 tetes heksana pada tabung 1 dan 4 tetes ibuprofen pada tabung
2. Pada masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes etanol, lalu 2 tetes
KMnO4. Kedua tabung dikocok dan diamati perubahan yang terjadi.

6.2 Uji Gugus Alkohol


Dua tabung reaksi yang telah disiapkan diisi masing-masing
dengan 2 tetes heksana pada tabung 1 dan 2 tetes etanol pada tabung 2.
Pada tabung 1 ditambahkan 1ml aseton dan 1 tetes heksena. Sedangkan
pada tabung 2 ditambahkan 1ml aseton dan 1 tetes asam kromat.

6.3 Uji Gugus Keton


Dua tabung reaksi disiapkan dan diisi masing-masing dengan 4
tetes heksana dan 2 tetes aseton. Pada kedua tabung ditambahkan 2 ml
etanol dan 3 ml 2,4-DNPH. Setelah penambahan tersebut kedua tabung
reaksi didiamkan selama 15 menit dan perubahan yang terjadi diamati.
6.4 Uji Gugus Aldehida
Dua tabung reaksi yang telah disiapkan diisi dengan formaldehid
ditambahkan 2 ml etanol dan 3 ml 2,4 DNPH pada tabung 1. Sedangkan
pada tabung 2 diisi dengan formaldehid ditambah dengan 1 ml aseton
dan 1 tetes asam kromat. Perubahan yang terjadi diamati.

6.5 Uji Gugus Alkil Halida


Dibersihkan kawat Ni-Cr dengan asam nitrat kemudian dibakar
selama 30 detik, lalu dinginkan selama 30 detik. Dicelupkan pada
heksana, kemudian dibakar selama 30 detik dan dicatat warna nyala
yang terjadi. Dibersihkan kawat Ni-Cr dengan asam nitrat dibakar
sampai warna hijau hilang. Ketika sudah dingin, dicelupkan pada
kloroform, lalu dibakar selama 30 detik. Dicatat warna nyala yang
terjadi.

VII. Data Pengamatan


No Perlakuan Pengujian Keterangan

Literatur Hasil
Pengamatan
1 Alkena .
a. Tabung 1
Dimasukkan 4 tetes Larutan Larutan Larutan tetap berwarna
heksana dengan berwarna berwarna ungu tua yang berarti
ditambahkan 2 tetes ungu. ungu. tidak terjadi reaksi, hal
etanol dan 2 tetes ini disebabkan karena
KMnO4 2% ke heksana sifatnya jenuh
dalam tabung reaksi. sehingga tidak dapat
Kemudian, dikocok bereaksi dengan
sampai larutan KMnO4, selain itu
berubah warna. heksana juga tidak
Diamati perubahan bereaksi dengan etanol.
yang terjadi.
b. Tabung 2
Dimasukkan serbuk Larutan Larutan Terjadi karena adanya
ibu profen berwarna berwarna reaksi redoks, dimana
ditambahkan dengan coklat. coklat. senyawa hidrokarbon
etanol dan 1 tetes mengalami oksidasi
KMnO4 ke dalam dan KMnO4
tabung reaksi. mengalami reduksi,
Kemudian, dikocok merubah bilangan
sampai larutan oksidasi Mn dalam
berubah warna. KMnO4 yaitu +7 yang
Diamati perubahan memberi warna ungu
yang terjadi. menjadi senyawa
MnO4 dengan biloks
Mn +4 yang
memberikan warna
coklat. Selain itu, reaksi
oksidasi yang terjadi
mengakibatkan ikatan
rangkap dua terputus
dan diubah menjadi
ikatan tunggal.
2 Keton
a. Tabung 1
Dimasukkan 2 tetes Larutan Larutan Saat direaksikan
heksana berwarna berwarna dengan semua larutan
ditambahkan dengan oranye. oranye. berubah warna menjadi
2 ml etanol dan 3 ml larutan oranye tetapi
2,4-DNPH ke dalam saat heksana hanya
tabung reaksi. direaksikan dengan
Kemudian, dikocok etanol tidak bereaksi ini
dan didiamkan membuktikan bahwa
selama 15 menit pada tabung 1 negatif
sampai larutan gugus fungsi keton
berubah warna. karena seharusnya
Diamati perubahan sesuai literatur apabila
yang terjadi. pada larutan tersebut
mengandung gugus
fungsi keton maka akan
bereaksi dengan
alkohol, sebab alkohol
bereaksi dengan larutan
tak jenuh, dan hal ini
menunjukkan bahwa
pada tabung 1
mengandung gugus
fungsi senyawa jenuh.
b. Tabung 2
Dimasukkan 2 tetes Larutan Larutan Pada reaksi ini ikatan
aseton ditambahkan berwarna berwarna (C=O) atau karbonil
dengan 2 ml etanol oranye dan oranye dan tersubstitusi antara dua
dan 3 ml 2,4-DNPH. endapan endapan atom karbon kemudian
Kemudian, dikocok oranye. oranye. aseton bereaksi dengan
dan didiamkan 2,4-DNPH membentuk
selama 15 menit endapan warna oranye
sampai larutan selama beberapa menit
berubah warna. saat kedua tabung
Diamati perubahan yakni tabung 1 dan 2
yang terjadi. didiamkan selama 15
menit.
3 Alkohol
a. Tabung 1
Dimasukkan 2 tetes Larutan Larutan Pada saat ditambah
heksana dengan berwarna berwarna asam kromat
ditambahkan 1 ml kuning tua. kuning tua. menghasilkan warna
aseton dan 1 tetes kuning tua, dan dalam
asam kromat ke kelarutannya heksana
dalam tabung reaksi. tidak memiliki atom F,
Diamati perubahan O, atau N yang dapat
yang terjadi. membentuk ikatan
hidrogen, maka alkohol
tidak larut dalam
heksana.
b. Tabung 2
Dimasukkan 2 tetes Larutan Larutan Berwarna hijau karena
etanol ditambahkan berwarna berwarna alkohol dioksidasi
dengan 1 ml aseton hijau toska. hijau toska. dengan asm kromat,
dan 1 tetes asam menghasilkan gugus
kromat ke dalam karbonil dan senyawa
tabung reaksi. krom oksida yang
Diamati perubahan menimbulkan warna
yang terjadi. tersebut.
c. Tabung 3
Dimasukkan 2 tetes Larutan Larutan Pada saat ditambah
heksana dan 1 tetes oranye. oranye. asam kromat
asam kromat ke menghasilkan warna
dalam tabung reaksi. kuning tua, dan dalam
Diamati perubahan kelarutannya heksana
yang terjadi. membentuk ikatan
dengan asam kromat
sehingga terjad reaksi
antara kromat dengan
heksana.
4 Aldehida
a. Tabung 1
Dimasukkan 1 tetes Larutan Larutan Pada saat formaldehid
formaldehid dengan berwarna berwarna direaksikan dengan
ditambahkan 1 ml hijau toska hijau toska aseton menghasilkan
aseton dan 1 tetes dan dan endapan warna coklat
asam kromat ke endapan hijau. kemerahan kemudian,
dalam tabung reaksi. hijau. saat ditambahkan asam
Kemudian, reaksi kromat larutan berubah
dihentikan tabung warna menjadi hijau
digoyangkan dan toska dan terdapat
setelah itu endapan. Hal ini
didiamkan selama disebabkan ketika
15 menit sampai aldehid teroksidasi
larutan berubah menjadi asam
warna. Diamati karboksilat, akan
perubahan terjadi. terjadi perubahan
warna dari coklat
kemerahan menjadi
hijau, karena kromat
tereduksi dari Cr6+
menjadi Cr+3 .
b. Tabung 2
Dimasukkan 2 tetes Larutan Larutan Larutan berubah warna
formaldehid dengan oranye. oranye. menjadi warna oranye
ditambahkan 2 ml dan terdapat endapan
etanol dan 3 ml berwarna oranye, hal
pereaksi 2,4-DNPH ini dikarenakan etanol
ke dalam tabung yang bereaksi dengan
reaksi. Kemudian, aseton yang
reaksi dihentikan menunjukkan bahwa
tabung digoyangkan pada tabung 2
dan setelah itu merupakan senyawa
didiamkan selama tak jenuh. Hal ini
15 menit sampai dikarenakan pereaksi
larutan berubah 2,4- initrofenilhidrazin
warna. Diamati berfungsi untuk
perubahan terjadi. mengetahui adanya
gugus aldehid dan
keton. Uji ini mendapat
hasil saat oksidasi
alkohol pada
percobaan memberikan
hasil keton.
5 Alkil halida
a. Dibersihkan kawat Tidak Tidak Tidak dihasilkan nyala
Ni-Cr dengan asam dihasilkan dihasilkan warna disebabkan
nitrat kemudian warna. warna. karena kawat Ni-Cr
dibakar selama 30 hanya bereaksi dengan
detik, lalu dinginkan golongan logam
selama 30 detik. dengan memberikan
Dicelupkan pada warna nyala yang
heksana, kemudian spesifik karena pada uji
dibakar selama 30 nyala dengan kawat Ni-
detik dan dicatat Cr menggunakan HCl
warna nyala yang pekat sebelum
terjadi. dilakukan uji pada
sampel.
b. Dibersihkan kawat Tidak Tidak Kawat Ni-Cr
Ni-Cr dengan asam dihasilkan dihasilkan seharusnya dibersihkan
nitrat dibakar sampai warna. warna. dengan HCl karena
warna hijau hilang. HCl dapat melarutkan
Ketika sudah dingin, pengotor atau zat
dicelupkan pada pengganggu yang
kloroform, lalu menempel pada kawat
dibakar selama 30 nikrom sehingga
detik. Dicatat warna pengotor tersebut akan
nyala yang terjadi. mudah menguap dari
kawat, dan kawat
benar-benar bersih

VIII. Perhitungan
Pembuatan KMnO4 2%
% = massa KMnO4 x 100%
massa air

=1 =m 1= m
v 49

2 = m x 100% m= 0,98 gr
49

2% KMnO4 = 1 ml KMnO4 + 49 ml air.


IX. Pembahasan
Gugus fungsi adalah kedudukan dimana reaksi terjadi dalam
molekul organik.Banyak kimia diubah menjadi molekul organik terjadi
sebagai gugus fungsi, karena ikatan C – H tidak reaktif dan memerlukan
aktivasi dari panas atau kalor atau cahaya untuk bereaksi. Kita
mengharapkan molekul organik yang mengandung gugus fungsi yang
sama akan menuju ke jenis reaksi yang sama.
Senyawa organik dikelompokkan berdasarkan gugus fungsi
tertentu, yang menjadikan gambaran dari sifat fisik dan sifat kimianya.
Sifat-sifat senyawanya yang tak jenuh akan berbeda dengan alkohol, eter,
aldehid, keton, atau kelompok senyawa lainnya. Pada praktikum kali ini
yang pertama dilakukan adalah mengidentifikasi gugus fungsi alkena.
Senyawa alkena merupakan senyawa tak jenuh yang mampu
mengalami reaksi adisi. Suatu senyawa tak jenuh dapat mengalami adisi
oleh oksidator KMnO4. Reaksi adisi adalah pemutusan ikatan rangkap dari
suatu senyawa organik yang berubah menjadi ikatan tunggal serta dari
pemutusan tersebut akan digantikan dengan penambahan unsur lainnya.
Percobaan yang dilakukan untuk mengidentifikasi gugus alkena ini
adalah dengan menggunakan 2 tabung reaksi yang keduanya diisi dengan
larutan KMnO4 2% dan etanol dan yang menjadi larutan pembandingnya
adalah heksana dan ibu profen. Heksana dimasukkan pada tabung 1 dan
ibu profen dimasukkan pada tabung 2. Hasil yang didapat pada tabung 1
adalah larutan tetap berwarna ungu tua yang berarti tidak terjadi reaksi, hal
ini disebabkan karena heksana sifatnya jenuh sehingga tidak dapat
bereaksi dengan KMnO4, selain itu heksana juga tidak bereaksi dengan
etanol. Lalu pada tabung 2 didapat hasil terjadi perubahan warna menjadi
coklat hal ini terjadi karena adanya reaksi redoks, dimana senyawa
hidrokarbon mengalami oksidasi dan KMnO4 mengalami reduksi,
merubah bilangan oksidasi Mn dalam KMnO4 yaitu +7 yang memberi
warna ungu menjadi senyawa MnO4 dengan biloks Mn +4 yang
memberikan warna coklat. Selain itu, reaksi oksidasi yang terjadi
mengakibatkan ikatan rangkap dua terputus dan diubah menjadi ikatan
tunggal. Dari percobaan tersebut diketahui bahwa sample pada tabung 2
tersebut adalah hidrokarbon tak jenuh yakni alkena. Pada uji gugus alkena
menggunakan pereaksi KMnO4 adalah karena KMnO4 dapat digunakan
dalam penentuan sifat kejenuhan dan ketakjenuhan senyawa hidrokarbon
juga karena KMnO4 merupakan katalisator yang sangat mudah
mengoksidasi senyawa hidrokarbon sehingga membentuk endapan.
Dengan oksidator ini, secara sederhana sifat kejenuhan dan ketakjenuhan
dapat ditentukan dengan mudah melalui ada tidaknya endapan berwarna
yang dihasilkan setelah pencampurannya dengan senyawa hidrokarbon.
Percobaan yang kedua adalah uji gugus alkohol, di mana percobaan
yang dilakukan adalah dengan menggunakan 3 tabung reaksi yang masing-
masing 2 tabung reaksi diisi dengan 1 ml heksana dan 1 tetes asam kromat
pada kedua tabung reaksi tersebut. Akan tetapi pada tabung 3 hanya diisi
dengan aseton dan asam kromat. Kemudian yang menjadi larutan
pembandingnya adalah heksana dan etanol. Heksana dimasukkan ke dalam
tabung 1 dan etanol dimasukkan ke dalam tabung 2. Hasil yang didapat
pada tabung 1 adalah larutan setelah ditambahkan asam kromat menjadi
warna oranye, hal ini membuktikan bahwa tabung 1 tidak mengandung
gugus alkohol, menurut literatur jika sampel mengandung alkohol maka
pada saat ditambahkan asam kromat akan menghasilkan larutan menjadi
warna hijau toska dikarenakan alkohol dapat dioksidasi oleh asam kromat
menghasilkan gugus karbonil (C=O) dan senyawa kromosida yang
berwarna hijau. Selain itu dalam kelarutannya heksana tidak memiliki
atom F, O, atau N yang dapat membentuk ikatan hidrogen, maka alkohol
tidak larut dalam heksana. Pada tabung 2 hasil yang didapat adalah warna
larutan setelah ditambahkan asam kromat menjadi hijau toska, ini berarti
positif mengandung gugus alkohol karena bilangan oksidasi Cr +6 pada
asam kromat, yang berwarna merah kecoklatan, tereduksi menjadi Cr +3,
yang berwarna hijau. Pada tabung 3 menghasilkan larutan warna oranye
hal ini sesuai dengan literatur di mana apabila heksana direaksikan dengan
asam kromat maka larutan yang akan dihasilkan adalah larutan berwarna
oranye, ini membuktikan bahwa tabung 3 merupakan negatif alkohol.
Percobaan ketiga adalah uji gugus fungsi keton, dengan
menggunakan 2 tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan 2 ml
etanol dan 3 ml 2,4-DNPH pada kedua tabung tersebut dan ditambahkan
larutan pembanding yakni heksana pada tabung 1 dan aseton pada tabung
2. Kemudian hasil yang didapat dari pengujian ini adalah pada tabung 1
saat direaksikan dengan semua larutan berubah warna menjadi larutan
oranye tetapi saat heksana hanya direaksikan dengan etanol tidak bereaksi
ini membuktikan bahwa pada tabung 1 negatif gugus fungsi keton karena
seharusnya sesuai literatur apabila pada larutan tersebut mengandung
gugus fungsi keton maka akan bereaksi dengan alkohol, sebab alkohol
bereaksi dengan larutan tak jenuh, dan hal ini menunjukkan bahwa pada
tabung 1 mengandung gugus fungsi senyawa jenuh. Selain itu, pereaksi
2,4-DNPH hanya dapat bereaksi dengan senyawa yang mengandung ikatan
C=O yaitu keton dan aldehid. Sehingga saat direaksikan dengan heksana
tidak akan bereaksi menghasilkan endapan warna kuning, oranye atau
kemerahaan. Kemudian pada tabung 2 menghasilkan larutan dan endapan
berwarna oranye dan saat etanol direaksikan dengan aseton bereaksi ini
membuktikan bahwa pada tabung 2 mengandung ikatan rangkap atau
senyawa tak jenuh. Selain dari hal tersebut, saat kedua tabung didiamkan
selama 15 menit, pada tabung 2 membentuk endapan selama beberapa
menit sedangkan pada tabung 1 tidak membentuk endapan. Hal ini
membuktikan bahwa tabung 2 positif mengandung gugus keton. Pada
reaksi ini ikatan (C=O) atau karbonil tersubstitusi antara dua atom karbon
kemudian aseton bereaksi dengan 2,4-DNPH membentuk endapan warna
oranye selama beberapa menit saat kedua tabung yakni tabung 1 dan 2
didiamkan selama 15 menit. Jadi dengan membandingkan heksana dan
aseton dapat terlihat secara jelas perbedaan hasil senyawa yang
mengandung ikatan rangkap.
Percobaan keempat adalah uji gugus fungsi aldehid, dengan
menggunakan 2 tabung reaksi yang masing-masing dimasukkan 1 tetes
formaldehid ditambah 1 ml aseton dan 1 tetes asam kromat pada tabung 1
dan 2 tetes formaldehid ditambah 2 tetes etanol kemudian terakhir 3 ml
2,4-DNPH. Hasil yang diperoleh dari percobaan kali ini adalah pada
tabung 1 pada saat formaldehid direaksikan dengan aseton menghasilkan
warna coklat kemerahan kemudian, saat ditambahkan asam kromat larutan
berubah warna menjadi hijau toska dan terdapat endapan. Hal ini
menunjukkan bahwa pada tabung 1 mengandung gugus aldehid, karena
aldehid memiliki sifat reaktif dan dapat mengalami reaksi adisi dan
oksidasi. Aldehid dapat dioksidasi menjadi asam dan dapat mengalami
reaksi polimerisasi. Untuk pengujian aldehid dengan uji ditambah asam
kromat, pada prinsipnya hal ini bisa terjadi karena sifat aldehid yang dapat
dioksidasi oleh asam dalam hal ini asam kromat. Ketika aldehid
teroksidasi menjadi asam karboksilat, akan terjadi perubahan warna dari
coklat kemerahan menjadi hijau, karena kromat tereduksi dari Cr6+
menjadi Cr+3. Selanjutnya pada tabung 2 larutan berubah warna menjadi
warna oranye dan terdapat endapan berwarna oranye, hal ini dikarenakan
etanol yang bereaksi dengan aseton yang menunjukkan bahwa pada tabung
2 merupakan senyawa tak jenuh. Kemudian, ditambahkan 2,4-DNPH dan
menghasilkan larutan dan endapan berwarna oranye. Hal ini dikarenakan
pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin berfungsi untuk mengetahui adanya gugus
aldehid dan keton. Senyawa aldehid dan keton akan menghasilkan endapan apabila
direaksikan dengan 2,4-DNPH. Hasilnya akan memperlihatkan adanya ikatan
rangkap O dan C. Uji ini positif ditandai dengan larutan yang berwarna
kuning, jingga atau merah dan terdapat endapan. Akan tetapi oksidasi
alkohol pada percobaan ini memberikan hasil keton. Karena, jika
menunjukkan aldehid maka saat dioksidasi akan menunjukkan warna biru.
Dan uji gugus fungsi kelima, yang merupakan pengujian gugus
fungsi terakhir ini adalah pengujian gugus fungsi alkil halida. Pengujian
dilakukan dengan cara uji nyala menggunakan kawat Ni-Cr. Pengujian
awal yakni membersihkan kawat Ni-Cr dengan asam nitrat. Tujuannya
dibersihkan dengan asam nitrat adalah untuk membersihkan kawat
beilstein yang berguna untuk menghilangkan atau membersihkan peralatan
dari kerak zat pengotor atau zat pengganggu. Kemudian dibakar selama 30
detik, lalu dinginkan selama 30 detik. Dicelupkan pada heksana, kemudian
dibakar selama 30 detik dan tidak menimbulkan warna apapun.
Selanjutnya kawat Ni-Cr dibersihkan kembali dengan asam nitrat lalu
dibakar, menurut literartur dibakar sampai warna hijau hilang. Akan tetapi,
pada praktiknya tidak menimbulkan warna apapun. Ketika sudah dingin,
dicelupkan pada kloroform, lalu dibakar selama 30 detik. Menurut literatur
setelah dicelupkan pada kloroform akan menghasilkan nyala hijau yang
dihasilkan dari kloroform, akan tetapi tidak timbul warna apapun. Hal ini
disebabkan karena kawat Ni-Cr hanya bereaksi dengan golongan logam
dengan memberikan warna nyala yang spesifik karena pada uji nyala
dengan kawat Ni-Cr menggunakan HCl pekat sebelum dilakukan uji pada
sampel, contoh logam tersebut adalah K, As, Ba, Ca, Na, Cu, dan Sr. Pada
uji alkil halida ini negatif dengan menggunakan kawat Ni-Cr. Apabila
menggunakan kawat Cu atau Beilstein hasil yang didapat adalah positif
karena unsur yang memberikan nyala terhadap pengujian dengan
menggunakan kawat beilstein adalah unsur golongan halogenida, yaitu
florida, klorida, bromida dan iodida akan memberikan nyala hijau.
Selanjutnya fungsi dari penggunaan heksana pada percobaan ini adalah
untuk reduksi alkil halida karena warna hijau yang didapat itu berasal dari
kawat beilstein jadi warna hijau yang muncul bukan karena heksana.
Kemudian kawat Ni-Cr seharusnya dibersihkan dengan HCl karena HCl
dapat melarutkan pengotor atau zat pengganggu yang menempel pada
kawat nikrom sehingga pengotor tersebut akan mudah menguap dari
kawat, dan kawat benar-benar bersih. Kemudian digunakan asam nitrat
pada percobaan ini adalah untuk membersihkan kawat beilstein yang
berguna untuk menghilangkan atau membersihkan peralatan dari kerak zat
pengotor atau zat pengganggu. Dan didapat hasil bahwa uji alkil halida
dengan kawat Ni-Cr adalah negatif karena pada pengujian sama sekali
tidak menghasilkan warna.

X. Kesimpulan
Dapat diidentifikasi gugus fungsi alkena, keton, alkohol, aldehid,
dan alkil halida dengan pereaksi tertentu ditandai dengan perubahan warna
dan endapan yang dihasilkan dari reaksi hasil percobaan masing-masing
gugus fungsi. Perubahan tersebut antara lain, alkena dengan penambahan
KMnO4 dan etanol berwarna coklat, alkohol dengan penambahan asam
kromat berwarna hijau toska, keton dengan penambahan 2,4-DNPH
berwarna oranye, aldehida dengan penambahan 2,4-DNPH berwarna
oranye serta pada uji gugus fungsi alkil halida tidak terjadi perubahan
nyala warna.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, Peter W. 2006. Physical Chemistry. Weinheim: Wiley-VCH


Chang, Raimond.2005. Kimia Dasar jilid 1.Jakarta: Erlangga
Fessenden, R, dan Fessenden, J. 1986. Organic Chemistry (Edisi ke-2). USA:
Willard Grant Press Publisher.
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasatr Kimia Organik.
Jakarta: Bina Aksara.
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik Edisi Ke11. Jakarta: Erlangga
Hoffman, Robert. 2004. Organic Chemistry Second Edition. America: John Wiley
and Sons.
Hudlicky, Milos. 1990. Oxidations in Organic Chemistry. Washington : American
Chemical Society
Ibrahim, Sanusi dan Sitorus, Mahram.1999. Teknik Laboratorium Kimia Organik.
Jakarta: Graha Ilmu.
Keenan and Kleinfelter, Wood. 1980. Kimia Universitas. Jakarta: Erlangga.
Nurita, Friska Devi Mella, dkk. 2014. Esterifikasi 2-isopropil-5- (l-mentol)
Menggunakan Asam Propionat. Kimia Studentjournal. Vol 1 No. 2 pp.
269-275.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1992. General Chemistry. Jakarta: Erlangga.
Pudjaatmaka, A Handayana. 2002. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka.
Respati, 1980. Pengantar Kimia Organik. Jakarta: Aksara Baru.
Suja, I Wayan dan Muderawan I Wayan. 2003. Buku Ajar Kimia Organik Lanjut
(Stereokimia, Struktur dan Reaktivitas Mekanisme Reaksi). Singaraja:
IKIP Negeri Singaraja.
Suarsana. 2010. Mata kuliah Gugus Fungsional. Tersedia Online di
http://staff.unud.ac.id/~suarsana/wp-content/uploads/2010/03/Matakuliah-
Gugus-Fungsional.pdf [diakses pada 08 Noveber 2016].
Sutresna, Nana. 2006. Kimia untuk SMA kelas III. Bandung: Grafindo.
Wilbraham, Antony C. 1992. Pengantar Kimia Organik 1. ITB. Bandung.
Zeki, N. S. A., M. H. Al-Hassani, dan H. A. Al-Jendeel. 2010. Kinetic study of
esterification reaction. Al-Khwarizmi Engineering Journal, 6, pp. 33-42.
Zeng Z., Li Cui, W. Xue, J. Chen dan Y. Che. 2012. Recent developments on the
mechanismand kinetics of eterification reaction promoted by various
catalysts. Chemical Kinetics, pp.255-282.
LAMPIRAN

Uji Gugus Alkena


Hasil reaksi antara heksana, Hasil reaksi antara ibu profen,
etanol, dan KMnO4 2%. etanol, dan KMnO4 2%.
(Larutan berwarna coklat). (Larutan berwarna ungu).

Uji Gugus Alkohol


Hasil reaksi antara Hasil reaksi antara Hasil reaksi antara
heksana, aseton dan etanol, aseton dan heksana dan asam
asam kromat. asam kromat. kromat. (Larutan
(Larutan berwarna (Larutan berwarna berwarna oranye).
oranye). hijau toska).
Uji Gugus Keton
Hasil reaksi heksana, etanol Hasil reaksi aseton, etanol dan
dan 2,4-DNPH. (Larutan 2,4-DNPH. (Larutan dan endapan
berwarna oranye). berwarna oranye).

Uji Gugus Aldehid


Hasil reaksi antara Hasil reaksi antara formaldehid
formaldehid, aseton dan asam etanol dan 2,4-DNPH. (Larutan dan
kromat. (Larutan dan endapan endapan berwarna oranye).
berwarna hijau toska).

Uji Gugus Alkil Halida


Dicelupkan pada heksana. Dicelupkan pada kloroform.

Anda mungkin juga menyukai