FAKULTAS FARMASI
LAPORAN
ALDEHID DAN KETON
OLEH :
STAMBUK : 15020200144
KELAS : C7
KELOMPOK :1
FAKULTAS FARMASI
MAKASSAR
2021
ALDEHID DAN KETON
BAB I PENDAHULUAN
O O
|| ||
R-C-H R-C-R
Aldehid Keton
terdapat endapan
merah bata
4.2 PEMBAHASAN
Pada pengujian yang kedua yaitu uji reaksi fehling yang dimana Pada
uji reaksi fehling dengan menggunakan pereaksi fehling A dan B
terdapat perbedaan yaitu pada tabung A yang berisikan pereaksi fehling
A + fehling B + formaldehid menghasilkan endapan berwarna merah
bata setelah dipanaskan dengan menggunakan penangas air
sedangkan tabung B yang berisikan fehling A + fehling B + Aseton tidak
menghasilkan endapan atau tidak mengalami perubahan. Fehling A
adalah CuSO4 dan fehling B adalah campuran dari NaOH dan Na-K-
tatrat. Dalam reaksi ini terjadi reaksi reduksi dan oksidasi. Aldehid
dioksidasi membentuk asam karboksilat sementara ion Cu2+ akan
tereduksi menjadi Cu+ dan menghasilkan uji positif yaitu sampel
membentuk endapan merah bata. Pada sampel aseton, merupakan
gugus keton dan tidak memiliki gugus OH atau H bebas sehingga tidak
bereaksi dalam uji fehling.
Pada pengujian yang ketiga yaitu pada uji benedict yaitu pada tabung A
yang berisikan formaldehid + benedict mengalami perubahan warna
merah bata dan terdapat endapan merah bata setelah dipanaskan
dengan menggunakan penangas air sedangkan untuk tabung B yang
berisikan Aseton + benedict tidak mengalami perubahan. Proses
Pada pengujian yang keempat yaitu pada uji reaksi tollens perbedaan
yang dimana tabung A yang berisikan AgNO3 + NH4OH + formaldehid
menghasilkan endapan cermin perak pada dinding tabungnya setelah
dipanaskan menggunakan penangas air sedangkan untuk tabung B
yang berisikan AgNO3 + NH4OH + Aseton tidak menghasilkan endapan
atau tidak mengalami perubahan. Pada reaksi tollens akan terjadi reaksi
reduksi oksidasi. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+
dalam reagensia tollens akan direduksi menjadi Ag. Pemanasan
dilakukan untuk mengoksidasi aldehid sehingga terbentuk gugus
karboksil (COO-). Penambahan AgNO3 akan mengoksidasi sampel dan
membentuk cermin perak akibat ion Ag+ yang tereduksi menjadi perak
yang menjadi tanda bahwa suatu sampel memiliki gugus aldehid
Pada pengujian yang kelima yaitu pada uji reaksi schiff, tabung reaksi
A yang berisikan formaldehid + perekasi schiff mengalami perubahan
warna yaitu berwarna merah ungu setelah dihomogenkan sedangkan
tabung reaksi B yang berisikan Aseton + pereaksi schiff tidak
mengalami perubahan warna. Pararosaniline dan bisulfite bergabung
untuk menghasilkan hasil adisi “dekolorisasi” dengan sulfonasi pada
karbon pusat. Gugus amina aromatic yang bebas dan tidak bermuatan
kemudian bereaksi dengan aldehida yang diuji untuk membentuk dua
gugus aldimin (basa Schiff atau azomethines) dengan perantara
karbinolamin (hemiaminal) biasa yang sedang dibentuk dan mengalami
Pada pengujian yang terakhir yaitu pada uji reaksi asam kromat, tabung
reaksi A yang berisikan formaldehid + H2CrO4 (Kalium dikromat +
H2SO4 + Aquades) membentuk warna hijau setelah dihomogenkan
sedangkan tabung B yang berisikan Aseton + H2CrO4 (Kalium dikromat
+ H2SO4 + Aquades) tidak mengalami perubahan warna. Aldehid dapat
dioksidasi oleh asam, sedangkan keton tidak dapat dioksidasi oleh
asam. Ketika aldehid teroksidasi menjadi asam karboksilat, akan terjadi
perubahan warna dari coklat menjadi hijau karena kromat tereduksi
menjadi Cr+3.
5.1 KESIMPULAN
Aldehida merupakan suatu senyawa yang mengandung sebuah gugus
karbonil yang terikat pada sebuah atau dua buah atom hydrogen sedangkan
keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus
karbonil terikat pada dua gugus alkil. Keduanya sama-sama memiliki gugus
fungsi karbonil (-C=O) yaitu atom karbon yang berikatan rangkap dua
dengan oksigen. Adapun beberapa perbedaan antara aldehida dan keton
pada sifat dan strukturnya yaitu Aldehid sangat mudah untuk beroksidasi
sedangkan Keton mengalami kesukaran dalam beroksidasi dan biasanya
aldehid lebih reaktif daripada keton terhadap suatu reagen yang sama.
Adapun beberapa pengujian yang dilakukan pada senyawa aldehid dan
keton yaitu Uji 2,4-dinitrofenilhidrazin atau Uji Brady yang digunakan untuk
mendeteksi kualitatif fungsionalitas karbonil dari gugus fungsi keton dan
aldehida, Uji pereaksi Fehling yang digunakan untuk membedakan gugus
aldehid dan keton dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen
fehling A dan fehling B serta digunakan juga untuk mendeteksi gula
pereduksi, Uji pereaksi Benedict yang digunakan untuk mengetahui reaksi
pada aldehid dan keton dengan penambahan pereaksi benedict, Uji
pereaksi Tollens digunakan untuk mendeteksi adanya keberadaan aldehid
dalam sampel uji, Uji pereaksi Schiff digunakan untuk menunjukkan adanya
gugus aldehid pada sampel, dan uji yang terakhir yaitu Uji Asam Kromat
yang digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan juga keton.
5.2 SARAN
Kami berharap agar praktikan senantiasa memperhatikan dan memahami
materi dan juga percobaan pada Aldehid dan Keton serta teliti dan berhati-
hati dalam melakukan pengujiannya agar hasil yang didapatkan efektif dan
terhindar dari kesalahan atau kecelakaan dalam melakukan suatu
percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Suzana, Budiati, T. 2010. “ Pengaruh Gugus Nitro dengan Posis Para (p)
(1).
Erlangga
Achmadi, Suminar. 1989. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Fessenden & Fessenden. 1992. Kimia Organik Edisi III. Erlangga : Jakarta
RI : Jakarta