Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

DIALISIS

DISUSUN OLEH :
NAMA : FITRI MUNIFA CORI
NIM : I1C019075
KELAS : FARMASI A 2019

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO

2020
DAFTAR PUSTAKA

I. TUJUAN ............................................................................................................ 1
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 1
III. METODOLODI PERCOBAAN .................................................................... 3
III.1 Alat ........................................................................................................... 3
III.2 Bahan ....................................................................................................... 3
III.3 Prosedur Percobaan ............................................................................... 3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 4
IV.1 Data Pengamatan ..................................................................................... 4
IV.2 Data Perhitungan .................................................................................... 6
IV.3 Pembahasan ............................................................................................. 6
V. KESIMPULAN ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 12
LAMPIRAN ..................................................................................................... 13

i
I. Tujuan
Memisahkan zat warna berdasarkan muatan pada pH tertentu menggunakan
elektroforesis kertas.

II. Tinjauan Pustaka


Karena kebanyakan zat dapat berada dalam keadaan koloid, semua
cabang ilmu kimia berkepentingan dengan kimia koloid dalam satu atau lain
cara. Semua jaringan hidup bersifat koloidal. Banyak reaksi kimia yang
kompleks yang perlu untuk kehidupan, harus ditafsirkan secara kimia koloid.
Bagian kerak bumi yang dikatakan sebagai tanah yang bisa dicangkul terdiri
dari bagian-bagian yang bersifat koloid, oleh karena itu ilmu tanah harus
mencakup penerapan kimia kolois pada tanah. Ilmu kimia koloid di terapkan
dalam Proses seperti memutihkan, menghilangkan bau, menyamak,
mewarnai dan pemurnian, pembuatan tinta, gel, mentega dan produk makan
lainnya itu menggunakan prinsip kerja koloid sampai pada kesehatan saja
seperti penucian darah itu menggunakan sistem kerja sifat koloid yaitu dialisis
untuk itu ilmu kimia koloid berfungsi bagi kehidupan sehari-hari (Ari, 2009).
Dialisis/ dialisa (pemurnian koloid) adalah salah satu sifat koloid
yang merupakan cara untuk mengurangi ion-ion pengganggu yang terdapat
dalam sistem koloid dengan menggunakan selaput semipermeabel. Atau dari
kata lain proses penghilangan ion-ion pengganggu dengan cara menyaring
menggunakan membran / selaput semipermeabel itu bisa disebut dialisis.
Selaput semipermeabel adalah sejenis alat saring yang dibuat khusus untuk
keperluan dialisis koloid yang memiliki daya saring sangat tinggi. Selaput
semipermeabel ini hanya melewatkan molekul air dan ion-ion saja, sedangkan
partikel koloid tetap tinggal. Ion-ion pengganggu yang terdapat pada sistem
kolid tersebut, berasal dari larutan elektrolit yang ditambahkan ke dalam
koloid untuk mempertahankan kestabilan koloid, koloid dapat dipertahankan
dengan penambahan sedikit elektrolit dengan konsentrasi tepat. Apabila
konsentrasi elektrolit tidak tepat akan terbentuklah ion-ion yang mengganggu
kestabilan koloid. Adanya ion-ion pengganggu ini dapat dicegah atau
dihilangkan dengan cara dialisis. Alat yang digunakan disebut dengan

1
dialisator contoh proses dialisis ini pada pencucian darah pada ginjal
(Paryanto & Ruratno, 2006).
Proses dialisis dilakukan dengan cara melewatkan pelarut pada
sistem koloid melalui membran semipermeabel. Kemudian dialiri cairan
murni secara terus-menerus, maka molekul kecil atau ion yang terdapat dalam
koloid akan menembus selaput semipermeabel dan terbawa keluar, sehingga
koloid akan tetap stabil dan murni kembali.
1. Koloid dimasukkan ke dalam sebuah kantong yang terbuat dari selaput
semipermeabel.Selaput ini hanya dapat melewatkan molekul-molekul air
dan ion-ion, sedangkan partikel koloid tidak dapat melewatinya.
2. Jika kantong berisi koloid tersebut dimasukkan ke dalam sebuah tempat
berisi air yang mengalir, maka ion-ion pengganggu akan menembus
selaput bersama-sama dengan air, Ion-ion yang keluar melalui selaput
semipermeabel tersebut kemudian larut dalam cairan murni. Dengan
mengalirkan terus menerus cairan murni, ion-ion yang berada dalam
kantong semipermeabel akan menembus keluar.
3. Keluarnya ion-ion dari kantong semipermeabel dapat dipercepat dengan
cara elektrodialisis yaitu suatu alat untuk mempercepat proses dialisis
mnggunakan elektrode-elektrode. Elektrode-elektrode ini berguna untuk
menarik ion-ion di sekitar kantong.
Prinsip dialisis diterapkan dalam proses cuci darah bagi penderita
gagal ginjal. Proses ini dikenal dengan nama hemodialisis. Dimana darah
disini adalah sebagai koloidnya, sedangkan ion-ion pengganggunya seperti
urea, air, molekul sederhana (glukosa, protein). Prinsip dialisis ini digunakan
dalam proses pencucian darah orang yang ginjalnya (alat dialisis darah dalam
tubuh) tidak berfungsi lagi.

III. Metodologi Percobaan


3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas
piala, stirer, batang pengaduk, taung selofan, benang kasur, tabung
reaksi, plat, kompor, dan pipet tetes.

2
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
buffer fosfat 0,02 N pH 6,8, larutan pati, air liur segar, larutan iodium
0,01 N, pereaksi benedict, asam aseat 1%, EDTA 0,01 N, Na2CO3
1%, dan akuades.
3.3 Prosedur Percobaan
a. Persiapan Dialisis
 Disiapkan tabung selofan dan dipotong dengan panjang 20 cm
kemudian direndam ke dalam asam asetat 1% selama 1 jam.
 Diangkat dan direndam dalam akuades selama 15 menit.
 Diangkat kemudian direndam dalam 0,01 N EDTA 1% Na2CO3
selama 30 menit.
 Dingkat lalu dimasukkan ke dalam air dan dipanaskan dengan
suhu 75oC dengan akuades.
b. Percobaan
 Disiapkan 2 kantong dialisis, kantong A berisi 9 ml larutan
amilum dan 1 ml air liur, larutan B berisi 9 ml air liur dan
akuades.
 Diikatkan selfon pada batang pengaduk menggunakan benang
kasur .
 Ditempatkan kantong A dan kantong B pada gelas piala yang
berisi 75 ml larutan penyangga sehingga kantong tenggelam dan
bebas bergerak.
 Dialisis dilakukan selama 2 jam.
 Dipipet larutan cairan di luar dan di dalam kantong untuk
diperiksa adanya molekul besar dengan uji benedict dan amilum
dengan uji iodium.
 Sampel diambil setiap 30 menit dimana sampel terdiri dari 2
jenis yaitu larutan di luar kantong dengan masa inkubasi 0, 30,
60, 90, dan 120 menit dan di dalam kantong dengan masa
inkubasi setelah dialisis selama 2 jam.
c. Dilakukan uji benedict

3
 Diambil 0,5 ml reagen benedict.
 Ditambahkan 5 tetes larutan yang akan diuji.
 Dipanaskan dalam penangas selama 5 menit.
 Dikeluarkan dan didiamkan beberapa menit.
 Diamati perubahan yang terjadi setiap 30 menit selama 2 jam.
d. Dilakukan uji iodium
 Diteteskan sampel dari larutan luar dan dalam kantong pada
cawan porselen kering.
 Ditambahakn larutan iod 1 tetes dan dicatat warna yang terjadi.

IV. Hasil dan Pembahasan


4.1 Data Pengamatan
No. Perlakuan Pengamatan
1. 1) Disiapkan tabung selofan - Telah disiapkan tabung
dan dipotong dengan selofan dan telah dipotong
panjang 20 cm kemudian dengan panjang 20 cm
direndam ke dalam asam kemudian telah direndam
asetat 1% selama 1 jam. ke dalam asam asetat 1%
selama 1 jam.
2) Diangkat dan direndam - Telah diangkat dan telah
dalam akuades selama 15 direndam dalam akuades
menit. selama 15 menit.
3) Diangkat kemudian - Telah diangkat kemudian
direndam dalam 0,01 N telah direndam dalam 0,01
EDTA 1% Na2CO3 selama N EDTA 1% Na2CO3
30 menit. selama 30 menit.
4) Dingkat lalu dimasukkan - Telah diangkat lalu
ke dalam air dan dimasukkan ke dalam air
dipanaskan dengan suhu dan dipanaskan dengan
75oC dengan akuades. suhu 75oC dengan
akuades.

4
No. Perlakuan Pengamatan
2. 1) Disiapkan 2 kantong - Telah disiapkan 2 kantong
dialisis, kantong A berisi 9 dialisis, kantong A berisi 9
ml larutan amilum dan 1 ml larutan amilum dan 1
ml air liur, larutan B berisi ml air liur, larutan B berisi
9 ml air liur dan akuades. 9 ml air liur dan akuades.
2) Diikatkan selfon pada - Telah diikatkan selfon
batang pengaduk pada batang pengaduk
menggunakan benang menggunakan benang
kasur . kasur .
3) Ditempatkan kantong A - Telah ditempatkan
dan kantong B pada gelas kantong A dan kantong B
piala yang berisi 75 ml pada gelas piala yang
larutan penyangga berisi 75 ml larutan
sehingga kantong penyangga sehingga
tenggelam dan bebas kantong tenggelam dan
bergerak. bebas bergerak.
4) Dialisis dilakukan selama - Telah dialisis dilakukan
2 jam. selama 2 jam.
5) Dipipet larutan cairan di - Telah dipipet larutan
luar dan di dalam kantong cairan di luar dan di dalam
untuk diperiksa adanya kantong untuk diperiksa
molekul besar dengan uji adanya molekul besar
benedict dan amilum dengan uji benedict dan
dengan uji iodium. amilum dengan uji iodium.
6) Sampel diambil setiap 30 - Sampel telah diambil
menit dimana sampel setiap 30 menit dimana
terdiri dari 2 jenis yaitu sampel terdiri dari 2 jenis
larutan di luar kantong yaitu larutan di luar
dengan masa inkubasi 0, kantong dengan masa
30, 60, 90, dan 120 menit inkubasi 0, 30, 60, 90, dan

5
dan di dalam kantong 120 menit dan di dalam
dengan masa inkubasi kantong dengan masa
setelah dialisis selama 2 inkubasi setelah dialisis
jam. selama 2 jam.

No. Perlakuan Pengamatan


3. 1) Diambil 0,5 ml reagen - Telah diambil 0,5 ml
benedict. reagen benedict.
2) Ditambahkan 5 tetes - Telah ditambahkan 5 tetes
larutan yang akan diuji. larutan yang akan diuji.
3) Dipanaskan dalam - Telah dipanaskan dalam
penangas selama 5 menit. penangas selama 5 menit.
4) Dikeluarkan dan - Telah dikeluarkan dan
didiamkan beberapa menit. didiamkan beberapa menit.
5) Diamati perubahan yang - Diamati perubahan yang
terjadi setiap 30 menit terjadi setiap 30 menit
selama 2 jam. selama 2 jam.

No. Perlakuan Pengamatan


4. 1) Diteteskan sampel dari - Telah diteteskan sampel
larutan luar dan dalam dari larutan luar dan dalam
kantong pada cawan kantong pada cawan
porselen kering. porselen kering.
2) Ditambahakn larutan iod 1 - Telah ditambahakn larutan
tetes dan dicatat warna iod 1 tetes dan dicatat
yang terjadi. warna yang terjadi.

4.2 Data Perhitungan


Tidak dilakukan perhitungan.
4.3 Pembahasan
Dialisis adalah suatu teknik pemurnian koloid yang didasarkan
pada perbedaan ukuran partikel-partikel koloid yang dilakuan

6
dengan cara menempatkan dispersi koloid dalam kantong yang
terbuat dari membran semipermeabel seperti kertas, selofan, dan
perkamen. Selanjutnya merendam kantong tersebut ke dalam air
mengalir. Oleh karena ion-ion atau molekul memiliki ukuran lebih
kecil dari partikel koloid maka ion-ion tersebut dapat pindah melalui
membran dan keluar dari sistem koloid. Adapun partikel koloid akan
tetap berada di dalam kantong membran. Hal tersebut merupakan
prinsip dialisis (Yayan & Agus, 2007).
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dalam
alam yaitu sebagian besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun,
batang, dan biji-bijian (Poedjiadi, 2009). Amilum merupaka
senyawa organik yang tersebar pada kandungan tanaman. Amilum
dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan
sementara dari produk fotosintesis (Gunawan, 2004). Amilum terdiri
dari dua macam polisakarida yang keduanya adalah polimer dari
glukosa yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin.
Amilosa terdiri dari 250-300 unit D-glukosa yang berikatan dengan
ikatan α-1,4 glikosidik (Sumardjo, 2009).

Struktur amilosa

Amilopektin terdiri dari molekul D-glukosa yang sebagian


besar mempunyai ikatan 1,4 glikosidik dan sebagian besar 1,6
glikosidik. Adanya ikatan 1,6 glikosidik menyebabkan terjadinya
cabang sehingga molekul amilopektin berbentuk rantai terbuka
bercabang. Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul
amilosa karena terdiri atas lebih 1000 glukosa (Poedjiadi, 2009).

7
Struktur amilopektin

Uji benedict dilakukan untuk mengetahui adanya gula


pereduksi superglukosa acak maltosa. Prinsip uji benedict yaitu
untuk mengetahui kandungan gula pereduksi dan maltosa pada
sampel dan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang berwarna merah bata. Uji
benedict dilakukan pada larutan bagian luar dan menghasilkan
larutan warna merah bata karena gula reduksi sudah mengalami
difusi dari kantong selofan (Lehninger, 1982).
Uji iodium adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui jenis
karbohidrat yang ada apakah termasuk amilosa atau amilopektin.
Prinsip uji iodium adalah memberikan biru dan merupakan uji
identifikasi terhadap adanya karbohidrat khususnya golongan
polisakarida (Lehninger, 1982).
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas
piala, stirer, batang pengaduk, taung selofan, benang kasur, tabung
reaksi, plat, kompor, dan pipet tetes. Bahan-bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah buffer fosfat 0,02 N pH 6,8, larutan pati,
air liur segar, larutan iodium 0,01 N, pereaksi benedict, asam aseat
1%, EDTA 0,01 N, Na2CO3 1%, dan akuades.
Pada praktikum kali ini terdapat 4 percobaan yang
dilakukan. Yang pertama yaitu persiapan dialisis. Langkah pertama
yang dilakukan adalah menyiapkan tabung selofan dan
memotongnya dengan panjang 20 cm kemudian merendamnya ke
dalam asam asetat 1% selama 1 jam. Setelah tabung selofan
direndam dalam asam asetat 1 %untuk melenturkannya, kemudian

8
tabung selofan diangkat dan direndam dalam akuades selama 15
menit untuk mengikat asam asetat pada dinding kantong selofan lalu
diangkat. Kemudian direndam dalam 0,01 N EDTA 1% Na2CO3
selama 30 menit untuk mengikat logam pada dinding kantong
selofan yang dapat mengganggu proses dialisis dimana dapat
menjadi inhibitor enzim yang yang berakibat pada pemurnian oleh
utas enzim tersebut (Arief, 1975) lalu dimasukkan ke dalam air dan
dipanaskan dengan suhu 75oC dengan akuades untuk membuka pori-
pori kantong selofan (Bayen, 2000).

Percobaan kedua yaitu prosedur dialisis. Langkah pertama yang


dilakukan adalah menyiapkan 2 kantong dialisis, kantong A berisi 9
ml larutan amilum dan 1 ml air liur, larutan B berisi 9 ml air liur dan
akuades. Selanjutnya diikatkan selfon pada batang pengaduk
menggunakan benang kasur. Lalu ditempatkan kantong A dan
kantong B pada gelas piala yang berisi 75 ml larutan penyangga
sehingga kantong tenggelam dan bebas bergerak. Lalu dilakukan
dialisis selama 2 jam. Setelah didialisis larutan cairan di luar dan di
dalam kantong dipipet untuk diperiksa adanya molekul besar dengan
uji benedict dan amilum dengan uji iodium. Sampel diambil setiap
30 menit dimana sampel terdiri dari 2 jenis yaitu larutan di luar
kantong dengan masa inkubasi 0, 30, 60, 90, dan 120 menit dan di
dalam kantong dengan masa inkubasi setelah dialisis selama 2 jam.

9
Percobaan ketiga yaitu uji benedict. Langkah pertama yang
dilakukan yaitu mengambil 0,5 ml reagen benedict dan
menambahkannya dengan 5 tetes larutan yang akan diuji. Kemudian
dipanaskan dalam penangas selama 5 menit lalu dikeluarkan dan
didiamkan beberapa menit untuk selanjutnya diamati perubahan
yang terjadi setiap 30 menit selama 2 jam.
Percobaan terakhr yaitu uji iodium. Langkah-langkah
yang dilakukan adalah meneteskan sampel dari larutan luar dan
dalam kantong pada cawan porselen kering yang kemudian
menambahkan larutan iod 1 tetes dan dicatat warna yang terjadi.
Uji benedict dilakukan untuk mengetahui adanya gula
pereduksi superglukosa acak maltosa. Prinsip uji benedict yaitu
untuk mengetahui kandungan gula pereduksi dan maltosa pada
sampel dan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang berwarna merah bata. Uji
benedict dilakukan pada larutan bagian luar dan menghasilkan
larutan warna merah bata karena gula reduksi sudah mengalami
difusi dari kantong selofan (Lehninger, 1982). Pada hasil praktikum
sampel positif pada uji benedict karena membentuk endapan merah
bata.

10
Uji iodium adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui jenis
karbohidrat yang ada apakah termasuk amilosa atau amilopektin.
Prinsip uji iodium adalah memberikan biru dan merupakan uji
identifikasi terhadap adanya karbohidrat khususnya golongan
polisakarida (Lehninger, 1982). Warna biru keunguan menunjukkan
hasil yang positif untuk hasil amilum karena iodin masuk ke dalam
rongga molekul amilosa membentuk rantai heliks karena adanya
ikatan dengan konfigurasi pada tiap unit glukosa (Jati, 2006).

V. Kesimpulan
Dialisis merupakan pemisahan molekul berdasarkan berat molekul.
Amilum terdiri atas maltosa, amilosa, dan amilopektin. Amilase dapat
merubah pati menjadi maltosa yang dapat menembus membran dialisis
karena memiliki berat molekul kecil.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ari, Sulistiorini. 2009. Buku Penuntun Biologi SMA kelas X. Jakarta: PT. Balai Pustaka.
Bayen, R. 2000. Matern Experimental of Biochemistry. San Fransisco: Addisum Wepky
Lengmany.
Jati, R. W. 2006.Pengaruh Waktu Hidrolisis dan Konsentrasi HCl terhadap Nilai
Dextrose Equivalent (DE) dan Karakterisasi Mutu Pati Termodifikasi pati
Tapioka dengan Metode Hidrolisis Analisis. Skripsi. IPB.
Lehninger, A. L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Paryanto dan Ruratno. 2006. Kimia SMK kelas XI.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Sumardjo, O. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: EGC.
Yayan, & Agus, S. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia. Bandung: PT. Setia Puna Inves.

12
LAMPIRAN

1. Amilum terdiri dari dua molekul berukuran besar, yaitu amilosa dengan BM 5,0 x 105
(50.000) dan amilopektin dengan BM 1,0 x 106 (1.000.000), apakah kedua molekul ini
akan melalui membran dialisis?
Jawab:
Tidak karena membran dialisis akan menahan molekul yang besar yaitu amilopektin
dan membran yang lebih kecil yaitu amilosa akan keluar dari membran dialisis.

2. Amilase, enzim yang ditemukan pada air liur akan merubah pati menjadi molekul-
molekul maltosa yang ber BM 360, apakah melalui selaput atau membran dialisis?
Jawab:
Iya, karena BMnya kecil.

13

Anda mungkin juga menyukai