Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

PENENTUAN KADAR GLUKOSA DALAM DARAH

DISUSUN OLEH :
NAMA : FITRI MUNIFA CORI
NIM : I1C019075
KELAS : FARMASI A 2019

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO

2020
DAFTAR PUSTAKA

I. TUJUAN ........................................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 1
III. METODOLODI PERCOBAAN .................................................................... 2
III.1 Alat ........................................................................................................... 2
III.2 Bahan ....................................................................................................... 2
III.3 Prosedur Percobaan ............................................................................... 3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 4
1V.1 Data Pengamatan ..................................................................................... 4
IV.2 Data Perhitungan .................................................................................... 6
IV.3 Pembahasan ............................................................................................. 6
V. KESIMPULAN ................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 11
LAMPIRAN ............................................................................................................ 12

i
I. Tujuan
Mahasiswa dapat menentukan kadar glukosa darah menggunakan dengan
metode spektrometri.

II. Tinjauan Pustaka


Glukosa merupakan manosakarida yang yang tersusun dari atom karbon,
hidrogen, dan oksigen. Glukosa berfungsi sebagai sumber tenaga bagi hewan
dan tumbuhan. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus –CHO)
dengan bentuk paling stabil berupa aldosa. Glukosa dapat di gambarkan secara
rantai lurus (Fischer) maupun rantai siklik (Howarth). Rumus molekul glukosa
adalah C6H12O6. Glukosa memiliki gugus pereduksi sehingga bisa bereaksi
dengan gula lain membentuk gula disakarida (Jespersen et al, 2012).
Gula darah dapat diartikan menjadi tingkat glukosa yang ada di dalam
darah. Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang
mengalami glukogenesis. Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan akan
glukosa pada saat karbohidrat tidak tersedia. Glukosa terus menerus
diperlukan sebagai sumber energi bagi tubuh, khususnya bagi sistem saraf
dan eritrosit, sebagai sumber gliseralida-gliserol, dan mempertahankan
kadar intermediet pada siklus asam sitrat di seluruh jaringan tubuh.
Glukosa juga merupakan satu-satunya bahan bakar yang memasok energi
bagi otot rangka pada keadaan anaerob (Murray, 2006).
Kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh hormon insulin dan glukogen
yang berasal dari pankreas. Insulin dibutuhkan untuk permeabilitas membran
sel terhadap glukosa untuk transportasi glukosa ke dalam sel. Glukagon
dibutuhkan tubuh untuk mengubah glukosa (gula), yang salah satunya
diperoleh dari makanan, menjadi simpanan gula (glikogen). Glikogen
merupakan sumber energi cadangan yang akan dikonversi kembali menjadi
glukosa pada saat dibutuhkan lebih banyak energi. Fruktosa dan galaktosa
lain yang dihasilkan dari pemecahan karbohidrat, langsung diangkut ke
hati yang mengkonversinya menjadi glukosa (Pavia et al, 2015; Suarsana
2010).

1
Nilai rujukan kadar glukosa dalam darah adalah 70-110 mg/dL. Gula 2
jam past prandial ≤ 140 mg/dL dan gula darah sewaktu adalah ≤ 110 mg/dL.
Kadar glukosa darah tergantung dengan waktu setelah makan. Satu jam
pertama setelah makan, kadar gula darah meningkat menjadi sekitar 130
mg/dL. Setelah 2-3 jam berikutnya kadarnya akan menurun setelah glukosa
tersebut digunakan dalam berbagai jaringan. Penurunan kadar glukosa
disebut dengan hipoglikemia yang terjadi akibat darah mengandung banyak
insulin. Peningkatan kadar glukosa darah disebut hiperglikemia yang terjadi
akibat kekurangan insulin yang diproduksi oleh pankreas (Adnan et. al., 2013;
Suarsana, 2010).
Terdapat dua metode utama yang digunakan untuk mengukur glukosa.
Metode yang pertama adalah metode kimiawi yang memanfaatkan sifat
mereduksi dari glukosa, dengan bahan indikator yang akan berubah warna
apabila tereduksi. Metode ini tidak spesifik karena senyawa-senyawa lain
yang ada dalam darah juga dapat mereduksi. Metode yang kedua
adalah enzimatik yang umumnya menggunakan kerja enzim glukosa
oksidase atau heksokinase, yang bereaksi pada glukosa, tetapi tidak pada
gula lain dan pada bahan pereduksi. Contoh metode yang menggunakan
kerja enzim adalah GOD – PAP dan cara strip (Sacher dan Mcpherson
2004).

III. Metodologi Percobaan


3.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum penentuan kadar
glukosa dalam darah ini adalah tabung reaksi, tabung sentrifus,
perangkat sentrifus klinik, pipet volumetrik, dan spektofotometer.
3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum penentuan
kadar glukosa dalam darah ini adalah darah sapi, larutan
ZnSO4.7H2O 5%, larutan Ba(OH)2 0,3 N, larutan glukosa standar
0,06; 0,08; 0,1 dan 0,3 mg/ml, pereaksi warna arseno molibdat,
larutan Nelson A, larutan Nelson B, larutan Cu 2+ alkalis (25 vol,

2
larutan Nelson A + 1 vol, larutan Nelson B; baru dibuat waktu akan
digunakan).
3.3. Prosedur Percobaan
A. Pembuatan filtrat darah bebas protein
1. Dimasukkan 0,1 ml darah yang telah diberi oksalat ke dalam
tabung sentrifus yang sudah diisi 1,90 ml aquades dan diaduk
perlahan-lahan.
2. Ditambahkan 1,5 ml Ba(OH)2 0,3 N ke dalam tabung sentrifus
dan ditambahkan 1,5 ml ZnO4 5% kemudian diaduk baik-baik
dan dibiarkan selama 3 menit.
3. Ditimbang tabung sentrifus, kemudian diputar selama 20 menit
dengan alat sentrifus klinik.
4. Diperoleh supernatan bening yang merupakan filtrat darah
bebas protein untuk penentuan kadar glukosa.
B. Penentuan kadar glukosa
1. Dimasukkan 1,0 ml sampel filtrat darah, 1,0 ml larutan standar
yang mengandung 0,01 mg, 0,03 mg, 0,05 mg, dan 0,07 mg
glukosa per ml, dan 1 ml akuades berturut-turut ke dalam 6
tabung reaksi.
2. Ditambahkan 1,0 ml larutan Cu2+ alkali ke dalam masing-
masing keenam tabung reaksi tersebut.
3. Dimasukkan kelima tabung tadi ke dalam air mendidih selama
20 menit kemudian dimasukkan ke dalam air dingin.
4. Ditambahkan 1 ml pereaksi warna arseno molibdat dan 7 ml
akuades ke dalam semua tabung reaksi kemudian diaduk baik-
baik.
5. Diukur serapan masing-masing tabung reaksi dengan
spektofotometer dengan panjang gelombang 660 nm.

3
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1. Data Pengamatan
No. Perlakuan Pengamatan
1. 1) 10 ml darah yang sudah - 10 ml darah yang sudah
diberi oksalat dimasukkan diberi oksalat telah
ke dalam labu erlenmeyer dimasukkan ke dalam labu
125 ml yang sudah diisi erlenmeyer 125 ml yang
akuades 70 ml. sudah diisi akuades 70 ml.
2) Erlenmeyer digoyang - Erlenmeyer telah digoyang
perlahan-lahan. perlahan-lahan.
3) Natrium wolframat 10% - Natrium wolframat 10%
ditambahkan sebanyak 10 sebanyak 10 ml telah
ml ditambahkan ke dalam ditambahkan ke dalam
erlenmeyer dan dicampur erlenmeyer dan telah
serta diaduk perlahan- dicampur serta diaduk
lahan. perlahan-lahan.
4) 10 ml H2SO4 2/3 N - 10 ml H2SO4 2/3 N telah
ditambahkan ke dalam ditambahkan ke dalam
erlenmeyer dan digoyang erlenmeyer dan digoyang
pelan-pelan. pelan-pelan.
5) Erlenmeyer didiamkan - Erlenmeyer telah
selama 15 menit. didiamkan selama 15
menit.
6) Disaring dan diambil - Didapatkan supernatan
supernatannya. berupa filtrat bebas protein
bening

No. Perlakuan Pengamatan


2. 1) Filtrat diencerkan dengan - Filtrat telah diencerkan
akuades dengan dengan akuades dengan
perbandingan 1:1. perbandingan 1:1

4
2) Filtrat dimasukkan ke - Filtrat telah dimasukkan ke
dalam 5 tabung reaksi dalam 5 tabung reaksi
masing-masing sebanyak 1 masing-masing sebanyak 1
ml. ml.
3) Ditambahkan 1 ml larutan - Telah ditambahkan 1 ml
standar yang mengandung larutan standar yang
0,02 glukosa ke tabung mengandung 0,02 ml
reaksi I, 1 ml larutan glukosa ke tabung reaksi I,
standar yang mengandung 1 ml larutan standar yang
0,04 ml glukosa ke tabung mengandung 0,04 ml
reaksi II, 1 ml larutan glukosa ke tabung reaksi
standar yang mengandung II, 1 ml larutan standar
0,06 ml glukosa ke tabung yang mengandung 0,06 ml
reaksi III, 1 ml larutan glukosa ke tabung reaksi
standar yang mengandung III, 1 ml larutan standar
0,08 ml glukosa ke tabung yang mengandung 0,08 ml
reaksi IV, dan 1 ml glukosa ke tabung reaksi
akuades ke dalam tabung IV, dan 1 ml akuades ke
reaksi V. dalam tabung reaksi V.
4) Cu2+ alkali ditambahkan - Terbentuk warna biru
ke masing-masing tabung. pucat
5) Kelima tabung - Kelima tabung telah
dimasukkan ke dalam air dimasukkan ke dalam air
mendidih selama 20 menit mendidih selama 20 menit
dan dimasukkan ke air dan dimasukkan ke air
dingin sampai suhu stabil. dingin sampai suhu stabil.
6) 1 ml arseno molibdat dan 7 - Terbentuk warna biru
ml akuades ditambahkan pekat
ke dalam masing-masing
tabung.
7) Diukur serapannya - Didapatkan data
menggunakan absorbansinya.

5
spektofotometer dengan
panjang gelombang 660
nm.
4.2. Data Perhitungan
a. Persamaan regresi linier
a = 0,432
b = 5,145
r = 0,999
y = a + bx  y = 0,432 + 5,145x
b. Perhitungan kadar glukosa darah sapi pada sampel
y = 0,432 + 5,145x
0,751 = 0,432 + 5,145x
x = 0,062 mg/ml = 6,2 mg/100 ml
Jadi kadar kadar glukosa darah sapi pada sampel adalah 6,2 mg/100
ml.

Kurva Standar Larutan Glukosa


1

0,8

0,6

0,4

0,2

0
0,02 0,04 0,06 0,08

4.3. Pembahasan
Karbohidrat adalah suatu senyawa yang terdiri dari atom
karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat merupakan sumber energi
utama bagi makhluk hidup. Karbohidrat dalam tubuh mengalami
perubahan atau metabolisme. Hasil metabolise karbohidrat yaitu
glukosa yang terdapat dalam darah dan glikogen yaitu karbohidrat
yang disintesis oleh sel-sel pada jaringan otot sebagai sumber energi
(Poedjiadi, 2007).

6
Karbohidrat memiliki tiga golongan utama yaitu
monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida.
 Monosakarida memiliki sifat tidak berwarna, kristal padat yang
bebas dan larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut non polar,
dan kebanyakan memiliki rasa manis. Monosakarida terdiri 3-6
rantai atom C. Monosakarida yang mengandung 1 gugus aldehid
disebut aldosa . Monosakarida yang mengandung 1 gugus keton
disebut ketosa. Monosakarida yang penting yaitu triosa (C3)
contoh gliseraldehida, tetrosa (C4) contoh eritrosa , pentose (C5)
contoh ribose , heksosa (C6) contoh galaktosa, glukosa, dan
fruktosa (Haribi, 2009).
 Disakarida mengandung dua unit monosakarida yang berikatan
secara kovalen terhadap sesamanya. Dua molekul sakarid disebut
disakarida. Jenis oligosakarida yaitu sukrosa (glukosa dan
fruktosa), laktosa (glukosa dan galaktosa) , dan maltosa (terdiri
dari 2 molekul glukosa) (Haribi, 2009).
 Polisakarida disebut juga glikan, yang berbeda dalam kandungan
unit monosakarida, panjang rantai, dan percabangan. Terdapat dua
jenis polisakarida yaitu homopolisakarida yang mengandung hanya
satu jenis unit monomer contoh pati yang mengandung hanya unit
D-glukosa, dan heteropoli sakarida yang mengandung dua atau
lebih jenis monosakarida yang berdeda, contoh asam hialuronat
pada jaringan pengikat, yang mengandung secara berganti-ganti
residu dari dua jenis gula. Polisakarida penyimpan yang paling
penting adalah pati yang khas sebagai polisakarida tanaman dan
glikogen pada hewan. Pati dan glikogen terdapat dalam sel dalam
bentuk gumpalan atau granula (Haribi, 2009).
Gula darah dapat diartikan menjadi tingkat glukosa yang
ada di dalam darah. Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa
glukogenik yang mengalami glukogenesis. Glukoneogenesis
memenuhi kebutuhan akan glukosa pada saat karbohidrat tidak
tersedia. Glukosa terus menerus diperlukan sebagai sumber

7
energi bagi tubuh, khususnya bagi sistem saraf dan eritrosit,
sebagai sumber gliseralida-gliserol, dan mempertahankan kadar
intermediet pada siklus asam sitrat di seluruh jaringan tubuh.
Glukosa juga merupakan satu-satunya bahan bakar yang
memasok energi bagi otot rangka pada keadaan anaerob
(Murray, 2006).
Metode Somogyi-Nelson merupakan metode penetapan
kadar gula pereduksi, dimana prinsipnya, gula pereduksi akan
mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+, kemudian ion Cu+ ini akan
mereduksi senyawa arseno molibdat membentuk kompleks
berwarna biru kehijauan yang menujukkan adanya gula dalam
sampel (Nelson, 1944).
Langkah pertama yang dilakukan pada praktikum kali ini
adalah membuat filtrat darah bebas protein. 10 ml darah yang sudah
diberi oksalat dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 125 ml yang
sudah diisi akuades 70 ml sebagai pelarut. Penambahan oksalat
pada darah dimaksudkan untuk mencegah penggumpalan darah.
Lalu menggoyangkan erlenmeyer tersebut perlahan-lahan supaya
tercampur. Kemudian menambahkan Natrium wolframat 10%
sebanyak 10 ml ke dalam erlenmeyer dan campur serta diaduk
perlahan-lahan. Fungsi penambahan Na wolframat adalah untuk
mengendapkan protein sehingga protein hilang. Selanjutnya
menambahkan 10 ml H2SO4 2/3 N yang bertujuan untuk
mengoptimalkan pengendapan protein tetes demi tetes dan
digoyang pelan-pelan. Kemudain didiamkan selama 15 menit
supaya proses pengendapannya benar-benar lalu disaring dan
diambil supernatannya.
Langkah kedua yang dilakukan yaitu menetapkan kadar
glukosa. Penetapan kadar glukosa ini menggunakan metode
Somogyi-Nelson dimana prinsipnya, kupri (Cu2O) akan
direaksikan menjadi kupro (CuO) yang kemudian direaksikan
dengan arseno molibdat membentuk molibdenum berwarna biru

8
yang menunjukkan adanya gula dalam sampel. Filtrat diencerkan
dengan akuades sebagai pelarut dengan perbandingan 1:1 yang
kemudian dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi masing-masing
sebanyak 1 ml. Kemudian menambahkan 1 ml larutan standar yang
mengandung 0,02 glukosa ke tabung reaksi I, 1 ml larutan standar
yang mengandung 0,04 ml glukosa ke tabung reaksi II, 1 ml larutan
standar yang mengandung 0,06 ml glukosa ke tabung reaksi III, 1
ml larutan standar yang mengandung 0,08 ml glukosa ke tabung
reaksi IV, dan 1 ml akuades ke dalam tabung reaksi V. Lalu pada
masing-masing tabung ditambahkan Cu2+ alkali. Penambahan Cu2+
alkali ini bertujuan untuk mengoksidasi gugus aldehid dalam
glukosa. Kemudian memasukkan kelima tabung ke dalam air
mendidih selama 20 menit agar cepat larut lalu dimasukkan ke air
dingin supaya suh dapat stabil. Lalu ditambahkan 1 ml arseno
molibdat untuk menstabilkan warna dan 7 ml akuades ke dalam
masing-masing tabung. Selanjutnya diukur serapannya
menggunakan spektofotometer dengan panjang gelombang 660 nm
yang kemudian didapatkan data absorbansi larutan untuk
menetapkan kadar glukosa dalam darah.

Kurva Standar Larutan Glukosa


1

0,8

0,6

0,4

0,2

0
0,02 0,04 0,06 0,08

Berdasarkan kurva dan data dapat dilihat sampel dengan


konsentrasi 0,02 mg/ml, 0,04 mg/ml, 0,06 mg/ml, dan 0,08 mg/ml
hasil absorbansinya berturut-turut 0,533, 0,642, 0,741, dan 0,843.
Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa absorbansi semakin

9
tinggi seiring dengan bertambahnya konsentrasi. Hal ini sesuai
dengan literatur karena konsentrasi dengan absorbansi berbanding
lurus yang artinya semakin besar konsenrasi, semakin tinggi pula
absorbansinya dan zat warna yang muncul berupa larutan pekat
dimana larutan pekat menunjukkan absorbansi yang tinggi karena
banyak sinar (Murray, 2003).

V. Kesimpulan
Gula darah dapat diartikan menjadi tingkat glukosa yang ada di
dalam darah. Penetapan kadar glukosa dapat dilakukan dengan metode
Somogyi-Nelson dimana prinsipnya, gula pereduksi akan mereduksi ion Cu2+
menjadi ion Cu+, kemudian ion Cu+ ini akan mereduksi senyawa arseno
molibdat membentuk kompleks berwarna biru kehijauan yang menujukkan
adanya gula dalam sampel. Hasil praktikum yang didapatkan yaitu
konsentrasi sampel 0,02 mg/ml, 0,04 mg/ml, 0,06 mg/ml, dan 0,08 mg/ml
hasil absorbansinya berturut-turut 0,533, 0,642, 0,741, dan 0,843. Hal ini
sesuai dengan literatur karena konsentrasi dengan absorbansi berbanding
lurus yang artinya semakin besar konsenrasi, semakin tinggi pula
absorbansinya. Serta didapatkan kadar kadar glukosa darah sapi pada sampel
adalah 6,2 mg/100 ml.

10
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, M., Mulyati, T., & Isworo, J. T. 2013. Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 Rawat Jalan
di RS Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi. 2 (1).
Haribi, Ratih. 2009. Biokimia 2 Metabolisme Karbohidrat dan Plasma Darah. Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan Univeritas Muhammadiyah Semarang.
Jespersen, N. D., Brady, J. E., & Hyslop, A. 2011. Chemistry: The Molecular Nature of
Matter. Wiley Global Education.
Murray, R.K., Granner, D.K., Rodwell, V.W. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta:
EGC.
Murray, R.K., Granner, D.K., Rodwell, V.W. 2006. Harper’s Illustrated Biochemistry
27th edition. New York (US): Mc Graw-Hill.
Nelson, N. 1944. A Photometric Adaption of The Somogyi Method for The
Determination of Glucose. J. Biol. Chem.
Pavia, D. L., Kriz, G. S., Lampman, G. M., & Engel, R. G. 2015. A Small Scale Approach
to Organic Laboratory Techniques. Nelson Education.
Poedjiadi, Ana. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Sacher, R. A, Mcpherson, R. A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. Jakarta: EGC.
Suarsana, IN. 2010. Sintesis Glikogen Hati dan Otot pada Tikus Diabetes yang Diberi
Ekstrak Tempe. J Veteriner. 11(3).

11
LAMPIRAN

Filtrat bebas protein yang sudah Larutan sampel setelah ditambah


diencerkan dengan akuades Cu2+ alkali

Larutan setelah didihkan Larutan setelah penambahan arseno


molibdat dan diencerkan

12

Anda mungkin juga menyukai