A. Tujuan Praktikum
Mengetahui hubungkan polaritas molekuler dengan kekuatan antarmolekul di dalam
molekul
B. Waktu pelaksanaan
Hari / Tanggal : Jumat / 14 Februari 2020
Pukul : 07.00 – 09.40 WIB
Tempat : Laboratorium kimia anorganik, FMIPA UNP
C. Dasar Teori
Atom logam dan nonlogam membentuk molekul dengan gaya antarmolekul lemah.
Atom logam dan nonlogam dapat membentuk molekul (benar). Gaya antar molekul dalam
molekul yang dibentuk dari atom logam dan nonlogam adalah lemah (salah). Pemahaman
konsep prasyarat yang Senyawa yang terdiri atas atom logam dan nonlogam dengan
perbedaan keelektronegatifan kurang dari 1,7 berdasarkan skala Pauling merupakan senyawa
kovalen misalnya BeCl2,AlBr3, dan AgCl . Gayaantarmolekul terjadi pada molekul-molekul
senyawa kovalen baik polar maupun nonpolar. AgCl merupakan senyawa kovalen polar yang
memiliki gaya antar molekul dipol-dipol dan gaya London. Gaya London adalah gaya
antarmolekul yang terjadi baik pada molekul polar maupun nonpolar hanya persentasenya
berbeda pada setiap senyawa. Kekuatan gaya London tergantung pada jumlah elektron dalam
molekul atau besarnya massa molekul zat. Gaya dipol-dipol merupakan gaya antar molekul
kuat dibandingkan dengan gaya dipol-dipol induksian dan gaya London. (Winarni &
Syahrial, 2016)
Dalam beberapa senyawa hidrogen, atom hidrogen menjembatani dua atom yang
keelektronegatifannya besar, membentuk ikatan yang disebut ikatan hidrogen. Ikatan
hidrogen terjadi antara atom yang kecil dan sangat elektronegatif seperti fluor, oksigen, dan
nitrogen. Senyawa HF, H2O, dan NH3 mempunyai ikatan hidrogen baik dalam keadaan padat
maupun cairan. Karena ikatan ini dalam keadaan gas pun terjadi polimer HF . Oleh karena
pada proses pelelehan dan penguapan sejumlah ikatan hidrogen perlu diputuskan, senyawa ini
mempunyai titik didih yang tinggi. Oleh karena itu urutan titik didih sebagai berikut:
H2O > H2S < H2Se < H2Te
Meskipun ikatan hidrogen relatif lemah (~20 kJ) dibandingkan dengan ikatan kimia
lainnya (~20 kJ), ikatan hidrogen ini sangat penting dalam sistem kehidupan misalnya dalam
protein yang terdapat pada iktan hidrogen dalam gugus –CO dan gugus –NH (Putra, 2012)
Atom hidrogen sederhana memiliki pengaruh yang besar pada perkembangan teori
kuantum, terutama pada paruh pertama abad XX ketika dasar- dasar mekanika kuantum mulai
diperkenalkan. Atom hidrogen memiliki energi yang sangat besar, seperti halnya yang ada
dalam bom hidrogen. Bom hidrogen mempunyai tenaga dari reaksi fusi inti atom hidrogen
yang disebut deuteron.
Hal ini membuktikan bahwa ikatan antar atom hidrogen memainkan peran yang
sangat penting dalam perkembangan mekanika kuantum. Dalam permasalahan fisika nuklir,
interaksi antar dua atom hidrogen dengan gaya tarik mutual sangatlah sering terjadi. Pada
keadaan standar inti atom hidrogen bermuatan positif , yang berperan sebagai pencegah agar
inti suatu atom hidrogen tidak bergerak terlalu dekat dengan inti hidrogen lainnya. Sehingga
terlihat bahwa antara satu atom hidrogen dengan atom hidrogen lainnya mengalami gaya
tolak-menolak yang membuat inti atom satu dan inti lainnya tidak saling bertumbukan.
Ketika atom-atom hidrogen berada di bawah suhu jutaan derajat celcius, inti hidrogen yang
bermuatan positif mendapatkan energi kinetik yang cukup besar untuk mengayasi gaya tolak
menolak tersebut sehingga cukup dekat satu sama lain untuk menggabungkan diri di bawah
gaya tarik mutual dalam kekuatan nuklir jarak pendek. (LAVENDA, 2013)
Air dapat mengalami perubahan fasa dari es menjadi air cair, dan kemudian menjadi
uap air. Wujud es adalah padat, sementara air adalah cair, dan uap air adalah gas, padahal
ketiga materi tersebut me- ngandung molekul-molekul yang sama, yaitu H2O. Molekul-
molekul H2O mengalami interaksi yang berbeda dalam ketiga wujud air tersebut. Molekul-
molekul H2O dalam es saling berinteraksi melalui ikatan hidrogen yang kemudian
membentuk jaringan tiga dimensi. Jaringan tiga dimensi mengakibatkan mole- kul-molekul
H2O terikat secara kuat satu sama lain dan tidak memungkinkan untuk bergerak bebas dan
random, sehingga air berwujud padat. Molekul-molekul H2 O dalam air cair saling
berinteraksi melalui ikatan hidrogen tanpa membentuk jaringan tiga dimensi. Ikatan hidrogen
tanpa jaringan tiga dimensi lebih lemah dibandingkan ikatan hidrogen dengan jaringan tiga
dimensi. Hal terserbut mengaki- batkan molekul-molekul H2O dapat bergerak bebas dan
random, sehingga air berwujud cair. Interaksi antar molekul H2O dalam uap air sangat lemah.
Hal tersebut mengakibatkan molekul-molekul H2O dapat bergerak tanpa batas, sehingga air
berwujud gas. Se- bagian besar pebelajar masih mengalami kesulitan dalam memahami
fenomena perubahan fasa seperti dijelaskan pada contoh tiga wujud air di atas. Kesulit- an
tersebut diakibatkan para pebelajar tidak memaha- mi bahwa perubahan fasa adalah
fenomena makroso- pik yang dipengaruhi oleh fenomena mikroskopik gaya antarmolekul.
(Muchson, 2013)
Gaya dipol-dipol adalah gaya yang terjadi di antara molekul-molekul yang memiliki
sebaran muatan tidak homogen, yakni molekul-molekul dipol atau molekul polar. Molekul-
molekul polar memiliki dua kutub muatan yang berlawanan. Oleh karena itu, di antara
molekul-molekulnya akan terjadi antaraksi yang disebabkan kedua kutub muatan yang
dimilikinya.Pada antaraksi dipol-dipol, ujung-ujung parsial positif suatu molekul
mengadakan tarikan dengan ujung-ujung parsial negatif dari molekul lain yang
mengakibatkan orientasi molekul-molekul sejajar(Fariza et al., 2012)
A. Alat
a. Termometer
b. Beaker glass
c. Batang pengaduk
d. Kertas saring
e. Statip
B. Bahan
a. Air
b. Aseton
c. Heksana
d. Etanol
E. CARA KERJA
A. Memprediksi polaritas berdasarkan bentuk struktur molekul air, heksana, etanol dan
aseton.
membuat sketsa bentuk 3-D menggunakan notasi wedge dan dashstruktur Lewis
melihat bentuk molekul untuk melihat apakah molekul itu polar atau non pola
r yang polar dashstruktur Lewis
melihat bentuk molekul untuk melihat apakah molekul itu polar atau non polar
yang polar dashstruktur Lewis
B. Laju Evaporasi
celupkan ke tabung reaksi yang berisi senyawa yang akan diteliti (heksana, air, etanol, atau aseton)
Ketika suhu telah stabil, catat suhu saat kertas pada termometer masih terendam dalam cairan.
Ketika suhu telah stabil, catat suhu saat kertas pada termometer masih terendam dalam cairan.
meletakkan thermometer diatas meja dimana bagian ujung thermometer yang ada kertas saringnya t
erletak menggantung, sehingga Anda dapat membaca termometer.
Mencatat suhu dan angka signifikan yang benar setiap tiga puluh detik selama 8 menit.
Perhatikan gambar berikut :
Catatan: Jika ada setetes cairan yang tergantung dari kertas saring saat Anda
menariknya keluar, hilangkan tetesan tersebut dengan cara menyentuhkannya
pada sisi tabung reaksi.
F. TABEL PENGAMATAN
A. Memprediksi polaritas berdasarkan bentuk struktur bentuk struktur molekul air,
heksana, etanol, dan aseton
MOLEKUL POLAR ATAU
NON POLAR
SENYAWA GAMBARKAN BENTUK
MOLEKUL POLAR NONPOLAR
Air Polar
etanol Polar
B. Laju Evaporasi
30 30 16 20 20
60 28 13 17 15
90 27 14 17 14
120 26 15 17 15
150 26 16 17 18
180 26 17 18 20
210 26 18 19 21
240 26 19 19 22
270 26 21 19 23
300 26 21 20 23
330 26 22 20 24
360 26 23 20 25
390 26 24 21 25
420 26 24 21 25
450 26 24 21 26
480 25 25 21 26
510 25 25 22 26
G. PEMBAHASAN
Laju evaporasi adalah laju perubahan molekul dalam keadaan cair menjadi gas atau uap.
Semakin besar tekanan uap maka semakin besar laju reaksinya (berbanding lurus). Laju
evaporasi mempengaruhi ikatan. Jika ikatannya kuat maka laju evaporasi lambat dan
sebaliknya. Semakin tinggi temperatur maka energi dari molekul akan membesar dan laju
evaporasi meningkat. Faktor-faktor yang memperngaruhi laju evaporasi adalah: perbedaan
tekanan uap, suhu udara, angin, tekanan atmosfer, kualitas air dan permukaan bidang
evaporasi.
Kertas saring digunakan agar cairan atau bahan (air, aseton, heksana, dan etanol) masih
terdapat dikertas saringnya. Kertas saring dipasang diujung thermometer untuk mengukur
suhu cairan atau zat yang diuji. Berdasarkan dari data yang telah didapat laju evaporasi air
cenderung konstan. Sedangkan untuk laju evaporasi dari aseton, etanol dan heksana yang
semula turun menjadi naik kembali. Suhu zat yang awalnya dingin cepat berubah menjadi
suhu ruang kembali karena lagi evaporasi atau penguapannya yang besar, sedangkan laju
evaporasi air tidak begitu cepat. Berdasarkan pengamatan urutan laju evaporasi dari yang
tercepat yaitu heksana, aseton, etanol, dan air. Berdasarkan ikatan, air dan etanol memiliki
ikatan hidrogen sehingga gaya tarik antarmolekulnya tinggi maka evaporasinya lambat.
Sedangkan pada aseton dan heksana ikatannya lebih lemah dari ikatan hidrogen sehingga
evaporasinya cepat.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Apakah suatu zat yang menguap lebih cepat (sehingga membuat ΔT yang lebih besar)
memiliki daya tarik yang lebih tinggi atau lebih rendah untuk molekul lain dalam cairan
dibandingkan dengan zat yang menguap lebih lambat (ΔT lebih kecil)? Jelaskan!
Jawab :
Suatu zat yang menguap lebih cepat tidak memiliki daya tarik antar molekul yang
lebih tinggi melainkan sebelaliknya. Zat tersebut memiliki daya tarik antar molekul yang
lemah. Hal ini dikarenakan alasan zat tersebut dapat menguap lebih cepat adalah ketika
diberikan suhu yang tinggi ikatan antar molekul zat tersebut tidak dapat mempertahankan
ikatannya karena terlalu lemah, sehingga ikatan mudah terputus. Hal ini lah yang
menyebabkan suatu zat dapat menguap lebih cepat dikarenakan ikatan antar molekulnya
mudah putus. Jika ΔT besar, gaya tariknya antarmolekulnya rendah sehingga evaporasinya
cepat, begitu sebaliknya.
2. Bagaimana hubungan kepolaran dengan gaya antarmolekulnya?
Jawab :
Kepolaran itu terdiri dari molekul yang berisfat polar ataupun bersifat non polar.
Maka dari sinilah dapat kita lihat bahwa kepolaran memiliki hubungan dengan gaya
antarmolekul. Hal ini dikarenakan suatu zat dapat dinyatakan polar ataupun non polar
dikarenakan gaya antar molekul didalamnya dimana molekul non polar electron positif telah
memiliki pasanga electron negative yang jumlahnya sama, sehingga tidak ada kutub yang
terbuka. Sedangkan molekul polar memperlihatkan adanya kutub positif dan kutub negative
dalam molekulnya yang terjadi karena perbedaan sifat keelektronegatifannya
G. KESIMPULAN
Fariza, A., Martiana, E. K., & Wahyunigtyas, E. (2012). Aplikasi flash liteuntuk
pembelajaran kimia (materi: ikatan kimia & struktur atom). 1–8.
http://repo.pens.ac.id/1577/1/Makalah_Elok_7410040754.pdf
LAVENDA, S. (2013). Persamaan Schrödinger Pada Dua Atom Hidrogen Dengan Gaya Tarik
Mutual. MATHunesa, 2(2), 1–8.
Putra, A. M. (2012). Analisis Produktifitas Gas Hidrogen Dan Gas Oksigen Pada Elektrolisis
Larutan Koh. Jurnal Neutrino, 2(2), 141–154. https://doi.org/10.18860/neu.v0i0.1642
Winarni, S., & Syahrial, S. (2016). Miskonsepsi Kimia yang Disebabkan Pernyataan
Nonproposisi. JPS (Jurnal Pendidikan Sains), 4(4), 122–129.
https://doi.org/10.17977/jps.v4i4.8195