Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

FISIKA
OKSIDASI ETANOL OLEH
CHROM(VI)

PERCOBAAN 9
OKSIDASI ETANOL OLEH CHROM(VI)
A.

B.

C.

Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan orde reaksi dan konstanta laju reaksi
oksidasi etanol oleh chrom(VI).
Waktu dan Tempat :
Hari/Tanggal :
Waktu
:
Tempat
:
Dasar Teori

Etanol dapat dioksidasi menjadi asam asetat. Dalam percobaan ini zat
pengoksidasi yang digunakan adalah Cr(VI) dalam bentuk CrOCl yang disiapkan
dengan melarutkan Kalium Bikarbonat(KCrO) dalam asam klorida, yang menjadi :
CrO + 2HO + 2Cl

2CrOCl + 3HO...............(1)

Dalam oksidasi etanol oleh 2CrOCl, atom Cr dalam mengalami reduksi dari
Cr(VI) menjadi Cr(III), menurut reaksi :
12HO + 3CHCHOH + 4CrOCl
3CHCOOH + 4Cr + 4Cl +
21HO
Hukum laju reaksi oksidasi etanol oleh Chrom tersebut dapat ditulis:

r=

Jika konsentrasi asam klorida dan etanol jauh lebih besar dari konsentrasi Cr(VI)
12HO + 3CHCHOH + 4CrOCl
Banyak Banyak
Sedikit
Maka selama reaksi perubahan konsentrasi asam klorida dan etanol relatif kecil atau
mendekati konstan. Bila konsentrasi kedua reaktan tersebut mendekati konstan, maka
laju reaksi menjadi :
r = k

(3)

dengan
k =k

(4)

Persamaan (3) dapat ditulis


ln r = ln k + z ln

(5)

Persamaan ini menunjukkan bahwa, jika asam klorida dan etanol konstan
selama reaksi, maka pengaruh perubahan konsentrasi Cr(VI) terhadap laju reaksi (r)
dapat ditentukan tanpa memertimbangkan dua reaktan lain.

Persamaan (5) merupakan persamaan linear (y=ax+b) dengan ln r sebagai y


dan ln [Cr(VI)] sebagai x serta z terhadap slope (tg ) dan ln k sebagai b. Jika dalam
percobaan didapat data r dan [Cr(VI)] maka dengan cara grafik atau regresi dapat kita
tentukan nilai z. Nilai z inilah yang menjadi tujuan percobaan ini.
Yang jadi persoalan adalah menentukan nilai r pada setiap waktu, karena tidak
dapat diukur langsung, tetapi didapat dari grafik pasangan [Cr(VI)] dan waktu (t), yaitu
[Cr(VI)] sebagai sumbu y dan waktu sebagai sumbu x. Mula-muladidapatkan titik
sebanyak jumlah percobaan, misalkan ada 4 percobaan, maka akan ada 4 pasangan
data dan didapat 4 titikpada gambar 1
[Cr(VI)]

t
Setelah itu dibuat garis lengkung yang halus melalui ke empat titik itu secara
hati-hati sehingga didapat grafik [Cr(VI)] versus t pada gambar 2
[Cr(VI)]

t
Grafik antara [Cr(VI)] dan waktu (t) tidak linear tetapi melengkung kebawah.
Laju reaksi pada setiap titik adalah :
r=Nilai r reaksi pada setiap titik adalah nilai slope (tg ) pada titik yang
bersangkutan. Cara menentukan r sebuah titik, misalnya r, hanya secara manual ,
yaitu dengan membuat garis singgung pada titik dengan seakurat mungkin. Kemudian
ukur dengan teliti perpotongan garis singgung itu dengan kedua sumbu X dan Y,
misalnya pada X dan Y sehingga:
r = -

x
Slope dari grafik tersebut adalah -1, jika slope dikalikan dengan -1 maka didapat
harga r pada setiap waktu. Pada titik t 0 adalah [Cr(VI)] yang ada hitung berdasarkan
berat kalium bikromat yang digunakan.
Konsentrasi Cr(VI) untuk yang tinggal setelah setiap selang waktu ditentukan
dengan menambah sejumlah larutan kalium iodide yang berlebih sehingga terjadi
reaksi,
2CrOCl + 6I + 12 HO

3I + 2 Cr + 18 HO + 2Cl

Orange

coklat hijau

Warna I yang kuat akan menutup warna hijau pucat dan Cr. Kemudian
penambahan larutan kanji kedalam campuran akan menghasilkan kompleks I dengan
kanji yang berwarna biru kuat.
Jumlah I dalam campuran ditentukan dengan mentitrai, yaitu dengan larutan
natrium tiosulfat (NaSO) ehingga terjadi reaksi:
I + 2SO

2I + SO

Titik akhir titrasi ditandai pada saat hilangnya warna biru dan munculnya warna
hijau pucat Cr. Dari reaksi (6) terlihat bahwa jumlah Cr(VI) yang ada dalam larutan
dapat ditentukan dari jumlah I yang terbentuk pada reaksi (6), sehingga :
2CrOCl 3I
Pada reaksi (7) ternyata jumlah I itu dihitung dari jumlah NaSO yang habis
dalam titrasi
I 2SO
Pekerjaan lain yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah menstandarkan
larutan Cr(VI) karena larutan ini tidak termasuk larutan standar primer. Standarisasi
dilakukan sama dengan cara penentuan konsentrasi Cr(VI) diatas, yaitu melalui reaksi
(6) dan (7) menambahkan larutan KI dan setelah itu diberi larutan kanji. Mula-mula
ditambah larutan KI berlebih dan kelebihan KI dititrasi dengan larutan NaSO.(Tim
Kimia Fisika.2015)
Dalam sistem terttup yang konstan, laju reaksi didefinisikan secara sederhana
sebagai perubahan konsentrasi dari reaktan atau produk dalam setiap satuan waktu.
Namun, laju reaksi juga dapat diketahui melalui perubahan muatan, perubahan sudut
putar ataupun perubahan indeks bias yang dilakukan melalui analisa fisik
( IrmaMon.2012.32)
Kromium mempunyai konfigurasi elektron 3d 4s sangat keras, mempunyai titik
leleh dan titik didih tinggi diatas tiitik leleh dan titik didih unsur-unsur transisi deret
pertama lainnya. Bilangan oksidasi yang terpenting adalah +2, +3, dan +6, apabila

dalam keadaan murni dapat larut dengan lambat sekali dalam asam encer
membentuk garam kromium (II) (Hiskia,2001)
Kromium (II) bersifat mereduksi, kromium (III) sangat stabil dan penting, dan
kromium (VI) bersifat sangat mengoksidasi. Kromium mudah larut dalam HCl, HSO,
dan HClO tetapi menjadi oleh HNO3(Cotton dan Wilkinson.2007)
Proses penyepuhan juga dapat digunakan kromium (VI) oksida, CrO. Larutan
elektrolit dibuatdengan melarutkan kromium (VI) oksida, CrO dalam air sehingga
membentuk asam dikromat HCrO. Dalam penyepuhan ini dapat ditambhakan sedikit
HSO sebagia katalis agar mempercepat pelapisan kromium (Hiskia.2001)
D.
Alat

Alat dan Bahan


:
Buret
Gelas ukur
Batang pengaduk
Erlenmeyer
Piet hisap
Labu ukur
Stopwatch
Neraca analitik

Bahan :

Etanol 96%
Larutan KI 3%
Larutan NaSO
Larutan kanji 2%
Larutan KCrO
Larutan HCl 11,6 %
Larutan 2 %

KEPUSTAKAAN
Ahmad, Hiskia. 2001. Kimia Larutan. Bandung: Citra Aditya Bakti
Cotton,Wilkinson. 2007. Kimia Organik Dasar. Jakarta: UI Press
Mon, Irma. 2012. Kimia Fisika. Padang : UNP Press
Tim Kimia Fiika. 2015. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Padang : UNP Press

Anda mungkin juga menyukai