Anda di halaman 1dari 16

SEL KIMIA TANPA PERINDAHAN SEL KONSENTRASI

(Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Ketika dan Kesetimbangan)
Dosen Pengampu: Dr. Risa Rahmawati Sunarya, S.Si, M.PKim

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Diana Elda Safitri (1182080017)
Fitri Amalia Hasanah (1192080029)
Lutfi Siti Nurpajriah (1192080039)
Nadia Tsalisa (1192080045)
Siti Lukmanah Muaidah (1192080065)
Vania Hardianti Putri (1192080075)

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Bismillahirrohmanirrohim, dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah
SWT, karena atas limpahan rahmat, taufik, hidayah nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Sel Kimia Tanpa Perpindahan Sel Konsentrasi ”.

Kami ucapkan pula terimakasih kepada dosen mata kuliah Kinetika dan
Kestimbangan, serta seluruh staff, kepada orang tua, kepada teman-teman pula yang
telah memberi do’a, inspirasi, serta motivasi bagi kami. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat serta memberi wawasan khususnya bagi penyusun umumnya bagi
seluruh pembaca.

Bandung, 1 Mei 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. PENDAHULUAN ...................................................................... 1
BAB II .................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .................................................................................. 2
A. DEFINISI SEL KIMIA TANPA PERPINDAHAN ..................... 2
B. REAKSI-REAKSI SEL KIMIA TANPA PERPINDAHAN ...... 3
a. sel accumulator (aki)............................................................... 3
b. sel lelanche .............................................................................. 4
c. sel bahan bakar ....................................................................... 6
C. PENERAPAN SEL KIMIA TANPA PERPINDAHAN .............. 8
BAB III .............................................................................................. 12
PENUTUP ......................................................................................... 12
A. KESIMPULAN ........................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari reaksi kimia
suatu larutan yang melibatkan konduktor (logam atau semikonduktor) dan
konduktor ionik (elektrolit), yang melibatkan pertukaran elektron antara elektroda
dan elektrolit. Bidang ini termasuk bidang ilmu, yaitu proses kimiawi yang
melibatkan transfer semua elektron antar zat untuk mengubah energi kimia
menjadi energi listrik. Ketika proses ini terjadi, maka akan menyebabkan
transmisi elektron secara spontan dan menghasilkan arus saat dihubungkan ke
rangkaian, sehingga menciptakan beda potensial atau beda potensial antara dua
kutub, disebut baterai atau baterai (biasanya terdiri dari banyak sel).
Sel elektrolisis tidak memerlukan jembatan garam. Komponen utamanya
adalah sebuah wadah, elektroda, elektrolit dan sumber arus searah. Proses
elektrokimia membutuhkan media pengantar sebagai tempat terjadinya serah terima
elektron dalam suatu sistem reaksi yang dinamakan larutan. Larutan dapat
dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit
lemah dan larutan bukan elektrolit . Larutan elektrolit kuat merupakan larutan yang
mengandung ion-ion terlarut yang dapat mengantarkan arus listrik sangat baik
sehingga proses serah terima elektron berlangsung cepat dan energi yang dihasilkan
relatif besar. Sedangkan larutan elektrolit lemah merupakan larutan yang
mengandung ion-ion terlarut cenderung terionisasi sebagian sehingga dalam proses
serah terima elektron relatif lambat dan energi yang dihasilkan kecil. Namun
demikian proses elektrokimia tetap terjadi. Untuk larutan bukan elektrolit, proses
serah terima elektron tidak terjadi. Pada proses elektrokimia tidak terlepas dari
logam yang dicelupkan pada larutan disebut elektroda. Terdiri dari katoda dan
anoda.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sel Kimia Tanpa Perpindahan


Sel elektrokimia terdiri atas gabungan dua buah elektroda yang saling dihubungkan satu dengan
yang lainnya. Sel elektrokimia dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:
1. Sel kimia (tanpa dan dengan transference)
2. Sel konsentrasi (tanpa dan dengan ransference)
Sel Kimia
Pada sel ini kedua elektroda yang digunakan berbeda sehingga reaksi elektrokimia pada kedua
setengah sel berbeda dan reaksi keseluruhannya merupakan reaksi kimia.Yang terdiri dari sel
kimia tanpa sambungan (tanpa transference / tanpa jembatan garam) dan sel kimia dengan
sambungan (dengan transference / jembatan garam)
Yang akan di bahas kali ini yaitu, sel kimia tanpa perpindahan atau tanpa transference, dimana Sel
ini terdiri atas dua elektroda dan sebuah elektrolit. Pada sel ini, elektroda yang satu reversible
terhadap kation dan elektroda lainnya reversible terhadap anion dari elektrolit yang digunakan.
Contoh :
1. Jika elektrolitnya larutan HCl, satu elektroda harus reversible terhadap ion 𝐻! dan elektroda
lainnya harus reversible terhadap ion 𝐶𝑙 "
- Elektroda yang reversible terhadap 𝐻! : elektroda hidrogen
- Elektroda yang reversible terhadap 𝐶𝑙 " : elektroda klor, kolomel, atau perak- perak
klorida.
Sel dengan diagram : Pt | H2(g) | HCl (aq) | AgCl(aq) | Ag
2. Jika elektrolitnya larutan 𝑍𝑛𝐵𝑟# , satu elektroda harus reversible terhadap ion 𝑍𝑛#! dan
elektroda lainnya harus reversible terhadap ion 𝐵𝑟 "
- Elektroda yang reversible terhadap 𝑍𝑛#! : elektroda Zn
- Elektroda yang reversible terhadap 𝐵𝑟 " : elektroda 𝐵𝑟# , Ag/AgBr, Hg/𝐻𝑔𝐵𝑟#
Sel dengan diagram : Pt | H2(atm) | H2SO4 (aq) |Hg2SO4 (s) | Hg
Sel kimia tanpa perpindahan dapat digunakan untuk penentuan potensial elektroda standar dan
penentuan koefiseien aktivitas elektrolit.

2
B. Reaksi-Reaksi Sel Kimia Tanpa Perpindahan
a. Sel Accumulator (AKI)
Accmulator (accu, aki) adalah sebuah alat yang dapat menyimpan energi
(umumnya energi listrik) dalam bentuk energi kimia. Contoh-contoh
akumulator adalah baterai dan kapasitor. Pada umumnya di Indonesia, kata
akumulator (sebagai aki atau accu) hanya dimengerti sebagai "baterai" mobil.
Sedangkan di bahasa Inggris, kata accumulator dapat mengacu kepada baterai,
kapasitor, kompulsator, dll. Selain menggerakkan motor starter dan sumber
tenaga penerangan lampu kendaraan di malam hari, aki juga penyimpan listrik
dan penstabil tegangan serta arus listrik kendaraan.
Ketika baterai dipakai, terjadi reaksi kimia yang mengakibatkan endapan
pada anoda (reduksi) dan katoda (oksidasi). Akibatnya, dalam waktu tertentu
antara anoda dan katoda tidak ada beda potensial, artinya baterai menjadi
kosong. Supaya Baterai dapat dipakai lagi, harus diisi dengan cara mengalirkan
arus listrik ke arah yang berlawanan dengan arus listrik yang dikeluarkan baterai
itu. Ketika baterai di isi akan terjadi pengumpulan muatan listrik. Pengumpulan
jumlah muatan listrik dinyatakan dalam ampere jam disebut tenaga baterai.
Pada kenyataannya, pemakaian baterai tidak dapat mengeluarkan seluruh
energy yang tersimpan baterai itu. Oleh karenanya, baterai mempunyai
rendemen atau efisiensi.
Pada saat Accu disetrum (recharge), cairan elektrolit akan bereaksi dengan
material pada lempengan, dan merubah permukaannya menjadi lead sulphate.
Pada saat Accu digunakan (discharge), akan terjadi reaksi terbalik, yaitu lead
sulphate akan kembali berubah menjadi bentuk semula yaitu lead oxide dan
lead. (Kosasih, 2018)

3
Ketika akumulator (aki) digunakan terjadi reaksi antara larutan elektrolit
denga timbal dioksida dan timbal murni, sehingga menghasilkan elektron da air.
Reaksi pada akumulator yang dikosongkan adalah sebagai berikut :
Pada elektrolit : H2SO4(aq) → 2H+(aq) + SO42-(aq)

Pada Anode : PbO2(s) + 2H+(aq) + 2e- + H2SO4(aq) → PbSO4(aq) + 2H2O(l)

Pada katode : Pb(s) + SO42-(aq) → PbSO4 (s)

Reaksi Kimia saat akumulator (aki) diisi yaitu :

Pada elektrolit : H2SO4(aq) → 2H+(aq) + SO42-(aq)

Pada Anode : PbSO2 (s) + SO42-(aq) + 2H2O(l) → PbO2(s) + 2H2SO4(aq)

Jadi, saat pengisian kembali akumulator pada prinsipnya mengubah anode dan
katode yang berupa timbal sulfat (PbSO4) menjadi timbal dioksida (PbO2) dan
timbal murni (Pb)O. (Sationo, 2015)

b. Sel Lelanche
Baterai yang paling umum digunakan orang disebut sel atau baterai kering.
Baterai ini disebut “kering” karena kandungan air relatif rendah, meskipun
demikian kelembaban mutlak diperlukan agar ion-ion dalam larutan dapat
berdifusi diantara elektrode - elektrode itu. Jika baterai memberikan arus, maka
reaksi pada elektrode negatif melibatkan oksidasi seng.
Sel Lelanche Merupakan jenis baterai yang banyak digunakan sejak
beberapa puluh tahun yang lalu. Satu sel batere berkapasitas 1,5 volt. Kutub
positif (Anoda) mengunakan Zn, Kutub negatip (Katoda) menggunakan MnO2
Pada suhu tinggi kapasitas sel leclanche akan turun dengan drastis, oleh sebab
itu penyimpanan batere ini harus ditempat yang bersuhu rendah. Baterai kering
(sel Lechlance) terdiri atas suatu silinder seng sebagai anode dan batang karbon
sebagai katode. Silinder diisi pasta yang terdiri atas campuran batu kawi
(MnO2), salmiak (NH4Cl), sedikit air, dan di tengah pasta itu diletakkan batang
karbon. Karena karbon merupakan electrode inert(sukar bereaksi), pasta
berfungsi sebagai oksidator(katode). Baterai yang paling umum digunakan
orang disebut sel atau baterai kering.
Susunan baterai kering diperlihatkan dalam gambar. Logam seng bertindak
sebagai electrode negative dan juga sebagai wadah untuk komponen baterai

4
yang lain. Electrode positif adalah karbon tak reaktif yang diletakan di pusat
kaleng, Baterai ini disebut “kering” karena kandungan air relative rendah,
meskipun demikian kelembaban mutlak diperlukan agar ion-ion dalam larutan
dapat berdifusi di antara electrode-elektrode itu. Sel Leclanché ditemukan oleh
insinyur Perancis Georges Leclanché (1839-1882) lebih dari seratus tahun yang
lalu yang mendapat hak paten pada tahun 1866. Berbagai usaha peningkatan
telah dilakukan sejak itu, tetapi, yang mengejutkan adalah desain awal tetap
dipertahankan, yakni sel kering mangan. Sel kering mangan terdiri dari bungkus
dalam zink (Zn) sebagai elektroda negatif (anoda), batang karbon/grafit (C)
sebagai elektroda positif (katoda) dan pasta MnO2 dan NH4Cl yang berperan
sebagai larutan elektrolit.

Sel kering yaitu sel tanpa komponen, yang paling lazim, ialah sel
Leclanche yang digunakan di lampu senter dan radio transistor. Anoda sel
terbuat dari sebuah kaleng atau wadah seng yang bersentuhan dengan mangan
dioksida dan sebuah elektrolit. Elektrolit ini terdiri atas amonium klorida dan
seng klorida dalam air, yang ditambahkan pati sebagai pengental agar larutan
menyerupai pasta sehingga tidak mudah bocor. Sebatang karbon berfungsi
sebagai katoda, yang direndam dalam elektrolit bagian tengah dari sel,
reaksinya ialah :
Anode : Zn(s) ---> Zn2+(aq) + 2e-

Katode : 2MnO2(s) + 2H2O(l) + 2e- ---> 2MnO(OH+)(s) + 2OH+(aq)

Zn(s) + 2MnO2(s) + 2H2O(l) ---> Zn2+(aq) + 2MnO(OH+)(s) + 2OH-(aq)

5
Sebuah baterai kering mempunyai potensial sebesar 1,5 votl dan tidak dapat di
isi ulang. Baterai ini banyak digunakan untuk peralatan yang menggunakan arus
kecil seperti radio dan kalkulator.
Kelebihan Dan Kekurangan Baterai Kering
Kelebihan bateray kering:
1. Dapat menyimpan energy listrik.
2. Bentuknya bervariasi.
3. Portable (mudah dibawa).
4. Harga terjangkau.
Kekurangan bateray kering:
1. Kapasitas terbatas.
2. Tidak bias digunakan sebagai suplay utama listrik.
3. Tidak bias ditransmisikan.
4. Tidak bias untuk tegangan tinggi.
5. Sifatnya searah.
Contoh Sel Baterai Kering :
• Baterai Nikel Kadmium
Baterai Nikel Kadmium adalah baterai kering yang dapat diisi kembali. Sel
jenis ini dapat menghasilkan potensial ±1,4 V dan dapat digunakan untuk
baterai alat elektronik.
• Baterai Merkurium
Baterai merkurium merupakan baterai kecil pertama yang dikembangkan
secara komersil pada awal tahun 1940-an. Anoda berupa logam seng dan
katoda berupa merkurium (II) oksida
elektrolit yang digunakan larutan potassium hidroksida (KOH) pekat.
Potensial yang dihasilkan ± 1,35 V. Keuntungan baterai ini adalah
potensial yang dihasilkan mendekati konstan.
c. Sel Bahan Bakar
Sel bahan bakar adalah piranti yang mengubah secara langsung enerfi
dalam suatu reaksi kimia menjadi energy listrik. Struktur dasar dari sel bahan
bakar ini terdiri dari lapisan elektrolit yang diapit oleh elektroda berpori di
masing-masing sisi. Sel bahan bakar ini biasanya menggunakan oksigen pada

6
kotoda dan suatu gas yang dapat dioksidasi pada anoda, biasanya gas hidrogen.
Reaksinya adalah:
Anoda : 𝐻# → 2𝐻! + 2𝑒
Katoda : ½ 𝑂# + 2𝐻! + 2𝑒 → 𝐻# 𝑂
Reaksi total : 𝐻# + ½ 𝑂# → 𝐻# 𝑂
Sel elektrolit adalah sel yang mengalami reaksi kimia ketika tegangan listrik
diterapkan. Sel elektrolisis merupakan kebalikan dari sel volta, yaitu perubahan
energi listrik menjadi energi kimia. Sel elektrolisis juga memerlukan elektroda-
elektroda (Wahad dan Naie 2014: 43).
Wahad dan Naie (2014: 44), Ada 2 elektroda yang digunakan dalam
elektrolisis, yaitu:
a. Elektroda inert yaitu elektroda yang tidak dapat bereaksi (Pt,C, Au).
b. Elektroda tak inert yaitu elektroda yang dapat bereaksi (Cu dan Ag).
Sel elektrolisis tidak memerlukan jembatan garam. Komponen utamanya
adalah sebuah wadah, elektroda, elektrolit dan sumber arus searah. Pada sel
elektrolisis digunakan elektroda inert yang hanya menyediakan permukaannya
sebagai tempat berlangsungnya reaksi. Dua batang platinum (Pt) atau karbon
dicelupkan dalam larutan elektrolit. Masing-masing batang bertindak sebagai
anoda (tempat berlangsungnya oksidasi) dan katoda (tempat berlangsungnya
reduksi), karena kation (ion positif) menuju katode maka katode merupakan
elektroda negatif. Dan sebaliknya anode merupakan elektroda positif karena
didatangi oleh anion (ion negatif) (Wahad dan Naie 2014: 44).
Penerapan prinsip kerja elektrokimia saat ini sudah masuk kedalam bidang
sensor, salah satunya dalam bidang sensor kimia. Dalam bidang kimia telah
dibuat berbagai macam sensor kimia seperti sensor potensiometer,
konduktometri, voltametri, kulometri dan elektrogravimatri. Pada buku ini kita
akan membatasi pembahasan pada sensor kimia potensiometri, konduktometri
dan voltametri karena ketiga jenis sensor ini adalah sensor yang paling banyak
digunakan saat ini (Wahad dan Naie 2014: 46).

7
B. Penerapan Sel Kimia Tanpa Perpindahan
Penerapan prinsip kerja elektrokimia saat ini sudah masuk kedalam bidang
sensor, salah satunya dalam bidang sensor kimia. Dalam bidang kimia telah dibuat
berbagai macam sensor kimia seperti sensor potensiometer, konduktometri,
voltametri, kulometri dan elektrogravimatri. (Wahad dan Nafie 2014 : 46).
Sel kimia tanpa perpindahan biasa digunakan untuk menentukan potensial
elektroda standar dan penentuan koefisien elektrolit. Dalam hal ini, dari reaksi
keseluruhan dicari perubahan energi Gibbs nya dan dengan menerapkan persamaan
DHLL (Debye-Huckel Limiting Law).
Potensiometri adalah suatu metode pengukuran ion dalam suatu larutan
secara kuantitatif yang berdasarkan prinsip elektrokimia. Metode potensiometri
digunakan untuk mengukur potensial sel, pH, dan menentukan konsentrasi ion
logam dan non logam dalam suatu larutan elektrolit (Bow, 2014). Potensiometri
memiliki keunggulan antara lain biaya analisisnya murah, dapat digunakan pada
larutan yang berwarna dan keruh, waktu analisis sangat cepat, akurasi dan
selektivitasnya tinggi, (Primaharinastiti, 2012). Salah satu kekurangan dalam
pengukuran potensiometri yaitu nilai potensial yang diukur dapat berubah secara
reversibel terhadap kereaktifan dari ion tertentu (Mulder, 1996).
Metode potensiometri terdiri dari beberapa komponen seperti elektroda
kerja, elektroda pembanding, rangkaian jembatan garam dan pengukur tegangan
(Voltmeter). Perhitungan metode potensiometri menggunakan Persamaan Nernst :
E = E0 - RTnF ln C
Keterangan :
E0 : potensial reduksi standar (volt)
R : konstanta (J. K -1. mol-1)
T : Temperatur (K)
C : Konsentrasi (mol L-1)
n : jumlah elektroda
F : konstanta faraday (96.487 coloumbs) (Andini, 2012).
Pada suatu sel elektrokimia, arus listrik yang terbaca pada potensiometer
adalah perbedaan potensial elektroda antara katoda dan anoda, bukan potensial
elektroda dari salah satu elektroda. Menjadi pertanyaan bagaimana cara untuk

8
mengukur potensial elektroda dari setiap logam? Secara logika, apabila ada
elektroda yang dapat diketahui dengan tepat harga potensial elektrodanya, maka
dengan mudah dapat diketahui harga potensial elektroda pasangannya dalam suatu
sel elektrokimia, melalui pembacaan potensial pada potensiometer, yang
merupakan perbedaan potensial elektroda. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih
pasangan elektroda yang harga salah satu potensial elektrodanya adalah nol, dan
digunakan sebagai rujukan. Dengan demikian maka semua pasangan lainnya dapat
dibandingkan terhadap elektroda rujukan ini. Elektroda rujukan dengan harga
potensial elektroda nol adalah elektroda hidrogen standar seperti yang dapat dilihat
pada Gambar 15-5, dimana harga potensial elektrodanya adalah nol volt.

Elektroda hidrogen standar melibatkan ion H3O+ dalam larutan pada unit keaktivan (a = 1), akan tetapi supaya sederhana
dituliskan H+ untuk H3O+ dan diasumsikan bahwa unit keaktivan adalah 1 M. Molekul H2 pada keadaan gas adalah pada
tekanan 1 atm. Bentuk teroksidasi (H+) dan tereduksi (H2) dari hidrogen bersentuhan dalam suatu permukaan logam
platinum yang inert dan memberi potensial karakteristik pada permukaan. Temperatur adalah tepat 25°C. Semua keadaan
ini dapat dinyatakan melalui persamaan atau melalui pasangan setengah sel.

Melalui persamaan
2 𝐻! (a=1) + 2 𝑒 " ⇄ 𝐻# (g,1 atm) E° = 0,0000 volt (V)
atau melalui pasangan setengah sel
𝐻! (a=1) | 𝐻# (g,1 atm), Pt E° = 0,0000 volt (V)
Sesuai perjanjian internasional, potensial elektroda standar, E°, didasarkan
pada kecenderungan proses reduksi yang terjadi di elektroda. Untuk elektroda
standar lainnya dapat dituliskan pernyataan sebagai berikut
𝐶𝑢#! (1 M) + 2 𝑒 " ⇄ Cu(s) E° = ?
𝐶𝑙# (g, 1 atm) + 2 𝑒 " ⇄ 2 𝐶𝑙 " (1 M) E° = ?

9
Pada semua kasus, spesies ionik ada dalam larutan air pada unit aktivitas (kira-kira
1 M), dan gas pada tekanan 1 atm. Kalau tidak ada senyawa padat, potensial
ditentukan pada elektroda inert seperti platinum. Untuk menentukan harga E° dari
elektroda pada kedua reaksi di atas, dilakukan perbandingan antara elektroda ini
dengan elektroda hidrogen standar. Pada diagram sel volta di bawah ini.

10
Terukur perbedaan potensialnya sebesar 0,337 V, dengan elektron mengalir dari 𝐻#
ke elektroda Cu. Karena harga potensial ini adalah harga potensial dari sel yang
terbentuk dari dua elektroda standar, maka merujuk pada potensial sel standar, E°sel.
Pt, 𝐻# (g, 1 atm) | 𝐻! (1 M) ǁ 𝐶𝑢#! (1 M) | Cu(s) E° = 0,337 V
Reaksi yang terjadi dalam sel volta di atas adalah
Oksidasi : 𝐻# (g,1 atm) ⇄ 2 𝐻! (a=1) + 2 𝑒 "
Reduksi : 𝐶𝑢#! (1 M) + 2 𝑒 " → Cu(s)
Total : 𝐻# (g, 1 atm) + 𝐶𝑢#! (1 M) → 2𝐻! (1 M) + Cu(s)
Reaksi sel di atas menunjukkan bahwa 𝐶𝑢#! (1 M) lebih mudah direduksi
dibandingkan dengan 𝐻! (1 M). Potensial elektroda standar yang menggambarkan
reduksi 𝐶𝑢#! (1 M) menjadi Cu(s) adalah + 0,337 V.
𝐶𝑢#! (1 M) + 2 𝑒 " → Cu(s) E° = 0,337 V
Ketika elektroda hidrogen standar digabung dengan elektroda seng (Zn)
standar, elektron ditemukan mengalir ke arah yang berlawanan, yaitu dari seng ke
elektroda hidrogen. Maka elektroda hidrogen standar bertindak sebagai katoda
(reduksi) dan elektroda seng bertindak sebagai anoda (oksidasi). Harga E°sel yang
terukur adalah 0,763 V.
Zn(s) | Zn (1 M) ǁ 𝐻! (1 M) | 𝐻# (g, 1 atm), Pt E°sel = 0,763 V
Reaksi yang terjadi dalam sel volta di atas adalah
Oksidasi : Zn(s) → 𝑍𝑛#! (1 M) + 2 𝑒 "
Reduksi : 2 𝐻! (1 M) + 2 𝑒 " → 𝐻# (g, 1 atm)
Total : Zn(s) +2𝐻! (1 M) → 𝑍𝑛#! (1 M) + 𝐻# (g, 1 atm) E°sel = 0,763 V
Karena oksidasi, bukan reduksi, terjadi pada elektroda seng, reduksi 𝑍𝑛#!
(1 M) harus terjadi pada kesulitan yang lebih besar dibandingkan dengan pada 𝐻! (1
M). E°sel menyatakan kecenderungan seng untuk teroksidasi. Kalau dikatakan
bahwa kecenderungan reduksi adalah lawan dari kecenderungan oksidasi, maka
𝑍𝑛#! (1 M) + 2 𝑒 " → Zn(s) E° sel = – 0,763 V

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sel kimia tanpa sambungan (tanpa transference / tanpa jembatan garam) terdiri atas dua
elektroda dan sebuah elektrolit. Pada sel ini, elektroda yang satu reversible terhadap kation dan
elektroda lainnya reversible terhadap anion dari elektrolit yang digunakan. Reaksi-Reaksi Sel
Kimia Tanpa Perpindahan salah satunya Sel Accumulator (AKI) Accmulator (accu,
aki) adalah sebuah alat yang dapat menyimpan energi (umumnya energi listrik)
dalam bentuk energi kimia. Contoh-contoh akumulator adalah baterai dan kapasitor,
Sel Lelanche disebut sel atau baterai kering karena kandungan air relatif rendah,
meskipun demikian kelembaban mutlak diperlukan agar ion-ion dalam larutan
dapat berdifusi diantara elektrode - elektrode itu. Jika baterai memberikan arus,
maka reaksi pada elektrode negatif melibatkan oksidasi seng. Sel Bahan Bakar
piranti yang mengubah secara langsung energi dalam suatu reaksi kimia menjadi
energy listrik. Struktur dasar dari sel bahan bakar ini terdiri dari lapisan elektrolit
yang diapit oleh elektroda berpori di masing-masing sisi. Sel bahan bakar ini
biasanya menggunakan oksigen pada kotoda dan suatu gas yang dapat dioksidasi
pada anoda, biasanya gas hydrogen. Sel kimia tanpa perpindahan biasa digunakan
untuk menentukan potensial elektroda standar dan penentuan koefisien elektrolit.
Dalam hal ini, dari reaksi keseluruhan dicari perubahan energi Gibbs nya dan
dengan menerapkan persamaan Debye-Huckel Limiting Law.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Wahid Wahad dan Nursiah La Nafie. (2014). Metode Pemisahan dan
Pengukuran 2. Makassar: FMIPA Universitas Hasanuddin
Atkins, P. W. 1989. Kimia Fisika Jilid 1 Edisi Keempat Jakarta : Erlangga
Castellan, G. W. 1982. Physical Chemistry Thrid Edition. New York : General
Grapic Service.
Kosasih, D. P. (2018). Pengaruh Variasi Larutan Elektrolite Pada Accumulator
Terhadap Arus Dan Tegangan. Mesa (Teknik Mesin, Teknik Elektro, Tehnik
Sipil, Arsitektur, 2(2), 33–45.
Leony Sanga Lamsari Purba. 2020. BUKU MATERI PEMBELAJARAN KIMIA
FISIKA I. Jakarta : UKI Press.
Mulder, Marcel. 1996. Basic Principles of Membrane Technology. Netherlands:
Kluwer Academic publisher
Sationo, I. (2015). Akumulator, Pemakain dan Perawatannya. METANA, 11(1), 31–
36.

13

Anda mungkin juga menyukai