Anda di halaman 1dari 18

Mini Riset (MR)

Kimia Teknik
DOSEN PEMBIMBING
(Jasmidi)
(Ayi Darmana)

OLEH: kelompok 4

Bobby Hernando(5193230003)
Farras Tamim(5193230008)
M. Fadlur R(5193530026)
Muhammad Wahyu(5192530003)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita rahmat kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa menyusun atau
menyelesaikan penyusunan makalah Pengantar Teknik Elektro mengenai
“Pengamatan reaksi sel elektrolisis”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ayi yang telah
membimbing penulis dan pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Makalah ini penulis yakini bahwa jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangannya seperti pepatah yang mengatakan “tak ada gading
yang tak retak”, baik isi maupun penyusunnya. Penulis juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga dapat
bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, 23 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
BAB I............................................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................3
C. Tujuan..................................................................................................................................................3
BAB II...........................................................................................................................................................4
A. Pengertian Elektrokimia......................................................................................................................4
B. Jenis-Jenis Sel Elektrokimia..................................................................................................................4
C. Unsur-unsur Pokok Proses Elektroplating..........................................................................................10
BAB III........................................................................................................................................................14
A. KESIMPULAN..................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................15

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode elektrokimia merupakan salah satu hal yang penting dalam bidang kimia.
Pengukuran secara elektrokimia dilakukan dengan menggunakan sel elektrokimia. Terdiri dari
dua atau lebih elektroda dan elektronik untuk mengontrol serta menentukan arus dan potensial.
Elektrokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari hubunganan tara reaksi kimia
dengan arus listrik. Elektrokimia dapat diaplikasikan dalam berbagai keperluan manusia, seperti
keperluan sehari-hari dalam skala rumah tangga dan industri-industri besar seperti industri yang
memproduksi bahan-bahan kimia baik organic maupun anorganik, farmasi, polimer, otomotif,
perhiasan, pertambangan, pengolahan limbah, bidang analisis, gas maupun minyak.
Di industry, proses elektrolisis untuk logam meliputi pembentukan logam dari senyawanya,
biasanya disebut elektrowinning atau pemurnian logam dengan elektrolisis, dan deposisi atau
electroplating logam pada permukaan yang mengkonduksi. Pada ketiga proses elektrolisis
tersebut terjadi reaksi reduksi ion logam dalam larutan yang mengandung senyawa elektrolit
tertentu.
Proses electroplating logam juga banyak dilakukan di industri. Biasanya proses electroplating ini
dilakukan untuk meningkatkan tampilan atau resistansi terhadap korosi dari suatu permukaan
logam yang dilapisi lapisan tipis logam lain di atasnya.

B. Rumusan Masalah
1). Bagaimana reaksi yang terjadi pada jenis-jenis sel elektrokimia?
2). Bagaimana penerapan proses Elektroplating dalam minyak?

C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai melalui penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari pengertian elektrokimia, jenis-jenis sel elektrokimia, elektroda, potensial elektroda,
sel elektrolisis, dan unsur-unsur Pokok Proses Elektroplating dalam minyak.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Elektrokimia
Elektrokimia merupakan reaksi yang mengubah reaksi kimia dan menghasilkan energy
listrik atau sebaliknya. Pengubahan energy kimia menjadi energi listrik dapat berlangsung dalam
sebuah sel volta berlangsung secara proses spontan, sebaliknya dalam sel elektrolisis merupakan
proses tak spontan. Berdasarkan sifat listriknya, zat-zat dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu konduktor dan isolator. Konduktor dapat menghantarkan listrik sedangkan isolator tidak
dapat. Terjadinya aliran listrik dapat disebabkan oleh gerakan elektron, bila gerakan elektron itu
terjadi didalam logam disebut penghantaran metalik dalam hal ini tidak mengakibatkan
terjadinya reaksi kimia. Larutan elektrolit dapat pula menghantarkan listrik, hal ini terjadi karena
tersalurnya arus listrik bukan disebabkan oleh gerakan elektron didalam larutan, dalam hal ini
disertai dengan terjadinya reaksi kimia.
Reaksi elektrokimia seperti reaksi reduksi dapat digunakan untuk menngubah energi
kimia menjadi energy listrik. Dalam sebuah sel, energy listrik dihasilkan dengan jalan pelepasan
elektron pada sebuah elektroda (oksidasi), dan penerimaan elektron pada elektroda lainnya
(reduksi). Elektroda yang melepaskan elektron dinamakan anoda sedangkan elektroda yang
menerima elektron dinamakan katoda. Jadi sebuah sel selalu terdiri dari dua bagian atau dua
elektroda, setengah reaksi oksidasi akan berlangsung pada anoda dan setengah reaksi reduksi
akan berlangsung pada katoda. Dengan kata lain, pada sel elektroda kimia, kedua setengah reaksi
dipisahkan dengan maksud agar aliran listrik yang ditimbulkan dapat dipergunakan. Salah satu
sebuah faktor yang mencirikan sebuah sel adalah perbedaan potensial listrik antara anoda dan
katoda.

B. Jenis-Jenis Sel Elektrokimia


Elektrokimia adalah hubungan antara reaksi kimia menjadi energy listrik, jika suatu
reaksi kimia menghasilkan arus listrik dikenal sebagai sel galvani atau sel volta sebaliknya jika
arus listrik menghasilkan reaksi kimia disebut sel elektrolisis.
Sel elektrokimia ada dua jenis, yaitu:
1. Teori Sel Volta atau Galvani.
Dasar Teori Sel volta atau sel galvani adalah sel elektrokimia yang melibatkan reaksi redoks
dan menghasilkan arus listrik. Sel volta terdiri atas elektroda, tempat berlangsungnya reaksi
oksidasi disebut anoda (elektrode negative), dan tempat berlangsungnya reaksi reduksi disebut
katoda (elektrode positif). Prinsip-prinsip Sel Volta (Sel Galvani) 1. Didalam sel volta reaksi
kimianya mengandung arus listrik dan terjadi reaksi spontan. Terjadi perubahan dari energy
4
kimia menjadi energy listrik. Pada anoda, terjadi reaksi oksidasi dan bermuatan negatif. Pada
katoda, terjadi reaksi reduksi dan bermuatan positif. Elektron mengalir dari anoda menuju
katoda. Rangkaian sel volta terdiri atas elektrode Zn (logam Zn) yang dicelupkan ke dalam
larutan ZnSO dan elektrode Cu (logam Cu) yang dicelupkan ke dalam larutan CuSO. Kedua
larutan itu dihubungkan dengan jembatan garam yang berbentuk huruf U yang diisi dengan
garam NaCl atau KNO dalam agar-agar (gelatin). Sedangkan, kedua elektrode dihubungkan
dengan alat petunjuk arus, yaitu voltmeter melalui kawat.
Bila elektrode Zn dan Cu dihubungkan dengan sebuah kawat maka akan terjadi energi
listrik (menghasilkan energi listrik). Untuk menjaga kenetralan listrik dari kedua larutan di atas
maka kedua larutan tersebut dihubungkan dengan jembatan garam. Jembatan garam
menyebabkan elekton mengalir secara terus menerus melalui kawat. Potensial sel (E˚sel) adalah
potensial listrik yang dihasilkan oleh suatu sel volta. Besarnya potensial sel dari suatu reaksi
redoks dalam sel volta dapat ditentukan melalui: 1. Percobaan dengan menggunakan voltmeter
atau potensiometer. 2. Perhitungan berdasarkan data potensial elektroda unsur-unsur sesuai
dengan reaksinya.

E˚sel = E˚katode – E˚anode


atau
E˚sel = E˚reduksi - E˚oksidasi

Potensial elektroda merupakan ukuran besarnya kecenderungan suatu unsur untuk


melepas atau menyerap elektron. Untuk membandingkan kecenderungan oksidasi atau reduksi
dari suatu elektroda pembanding yaitu elektroda hidrogen. Potensial yang dihasilkan oleh suatu
elektroda yang dihubungkan dengan elektroda hidrogen disebut potensial elektroda. Ada dua
kemungkinan: - Jika potensial electrode bertanda (+) maka electrode lebih mudah mengalami
reduksi. - Jika potensial electrode bertanda (-) maka electrode lebih mudah mengalami oksidasi.
Harga potensial sel tergantung pada jenis elektroda, suhu, konsentrasi ion dalam larutan, dan
jenis ion dalam larutan. Perlu diingat bahwa: Unsur/electrode yang mempunyai E lebih kecil
akan mengalami oksidasi dan berfungsi sebagai anoda, dengan E˚ oksidasi = - E˚ reduksi.
Syarat reaksi redoks berlangsung spontan, yaitu logam untuk anoda terletak sebelah kiri
logam untuk katoda dalam deret volta. Deret Volta merupakan urutan logam-logam(ditambah
hidrogen) berdasarkan kenaikan potensial elektroda standarnya. Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn
Cr Fe Ni Co Sn Pb H Cu Hg Ag Pt Au
Semakin ke kiri letak suatu logam dalam deret volta, maka logam tersebut semakin
mudah teroksidasi. Sebaliknya, semakin ke kanan suatu logam dalam deret volta, maka logam
tersebut semakin mudah tereduksi. Oleh karena itu, untuk melindungi suatu logam dari reaksi
oksidasi (perkaratan) maka logam tersebut perlu dihubungkan dengan logam yang letaknya lebih
kiri dari logam tersebut dalam deret volta atau disebut sebagai perlindungan katodik
Pembagian Sel Volta atau Galvani.
Contoh rangkaian sel galvani.
sel galvani terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
5
- voltmeter, untuk menentukan besarnya potensial sel.
- jembatan garam (salt bridge), untuk menjaga kenetralan muatan listrik pada larutan.
- anoda, elektroda negatif, tempat terjadinya reaksi oksidasi. pada gambar, yang bertindak
sebagai anoda adalah elektroda Zn/seng (zink electrode).
- katoda, elektroda positif, tempat terjadinya reaksi reduksi. pada gambar, yang bertindak sebagai
katoda adalah elektroda Cu/tembaga (copper electrode).
Proses dalam Sel Galvani
Pada anoda, logam Zn melepaskan elektron dan menjadi Zn2+ yang larut.
Zn(s) → Zn2+(aq) + 2e-
Pada katoda, ion Cu2+ menangkap elektron dan mengendap menjadi logam Cu.
Cu2+(aq) + 2e- → Cu(s)
hal ini dapat diketahui dari berkurangnya massa logam Zn setelah reksi, sedangkan massa logam
Cu bertambah. Reaksi total yang terjadi pada sel galvani adalah:
Zn(s) + Cu2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu(s)

Sel Volta dalam kehidupan sehari – hari :


1). Sel Kering (Sel Leclanche)
Dikenal sebagai batu baterai. Terdiri dari katode yang berasal dari karbon(grafit) dan anode
logam zink. Elektrolit yang dipakai berupa pasta campuran MnO2, serbuk karbon dan NH4Cl.
Persamaan reaksinya :
Katode : 2MnO2 + 2H+ + 2e ” Mn2O3 + H2O
Anode : Zn ” Zn2+ + 2e
Reaksi sel : 2MnO2 + 2H+ + Zn ” Mn2O3 + H2O + Zn2
2). Sel Aki
Sel aki disebut juga sebagai sel penyimpan, karena dapat berfungsi penyimpan listrik dan pada
setiap saat dapat dikeluarkan . Anodenya terbuat dari logam timbal (Pb) dan katodenya terbuat
dari logam timbal yang dilapisi PbO2.Reaksi penggunaan aki :
Anode : Pb + SO4 2- ” PbSO4 + 2e
Katode : PbO2 + SO42-+ 4H++ 2e ” PbSO4 + 2H2O
Reaksi sel : Pb + 2SO4 2- + PbO2 + 4H+ ” 2PbSO4 + 2H2O
Reaksi Pengisian aki :
2PbSO4 + 2H2O ” Pb + 2SO4 2- + PbO2 + 4H+
3). Sel Perak Oksida
Sel ini banyak digunakan untuk alroji, kalkulator dan alat elektronik. Reaksi yang terjadi :
Anoda : Zn(s) + 2OH-(l) ” Zn(OH)2(s) + 2e
Katoda : Ag2O(s) + H2O(l) + 2e ” 2Ag(s) + 2OH-(aq)
Reaksi Sel : Zn(s) + Ag2O(s) + H2O(l) ” Zn(OH)2(s) + 2Ag(s)
Potensial sel yang dihasilkan adalah 1,34 V

6
4). Sel Nikel Cadmium (Nikad)
Sel Nikad merupakan sel kering yang dapat diisi kembali (rechargable). Anodenya terbuat dari
Cd dan katodenya berupa Ni2O3 (pasta). Beda potensial yang dihasilkan sebesar 1,29 V.
Reaksinya dapat balik :
NiO(OH).xH2O + Cd + 2H2O → 2Ni(OH)2.yH2O + Cd(OH)2
5). Sel Bahan Bakar
Sel Bahan bakar merupakan sel Galvani dengan pereaksi – pereaksinya (oksigen dan hidrogen)
dialirkan secara kontinyu ke dalam elektrode berpori. Sel ini terdiri atas anode dari nikel, katode
dari nikel oksida dan elektrolit KOH.
Reaksi yang terjadi :
Anode : 2H2(g) + 4OH-(aq) → 4H2O(l) + 4e
Katode : O2(g) + 2H2O(l) + 4e → 4OH-(aq)
Reaksi sel : 2H2(g) + O2 → 2H2O(l)

2. Sel Elektrolisa.
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis oleh arus listrik.
Dalam sel volta/galvani, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan spontan, dan energi kimia
yang menyertai reaksi kimia diubah menjadi energi listrik. Sedangkan elektrolisis merupakan
reaksi kebalikan dari sel volta/galvani yang potensial selnya negatif atau dengan kata lain, dalam
keadaan normal tidak akan terjadi reaksi dan reaksi dapat terjadi bila diinduksi dengan energi
listrik dari luar.
Contoh sel Volta adalah sel Daniel, reaksi total sel Daniell adalah :

Zn + Cu2+ → Zn2+ + Cu E0 = 1,1 V


Andaikan potensial lebih tinggi dari 1,1 V diberikan pada sel dengan arah kebalikan dari
potensial yang dihasilkan sel, reaksi sebaliknya akan berlangsung. Jadi, zink akan mengendap
dan tembaga akan mulai larut.
Zn2+ + Cu → Zn + Cu2+
Elektroda positif (+) dari sel dihubungkan dengan kutub positif (+) dari sumber arus listrik.
Elektroda negatif (-) dari sel dihubungkan dengan kutub negatif (-) dari sumber arus listrik.
Pada elektroda positif (+)/anoda karena dihubungkan dengan kutub positif (+) yang
potensialnya lebih besar menyebabkan terjadi reaksi oksidasi dan elektron mengalir dari
elektroda ini menuju ke sumber arus listrik. Elektron bergerak dari kutub negatif (-) sumber arus
listrik ke elektroda negatif (-)/katoda sehingga menyebabkan terjadi reaksi reduksi.

Persamaan dan perbedaan sel volta dan sel elektrolisis:

7
Persamaan :Anoda selalu terjadi reaksi oksidasi dengan kata lain elektroda yang terjadi reaksi
oksidasi disebut anoda. Katoda selalu terjadi reaksi reduksi dengan kata lain elektroda yang
terjadi reaksi reduksi disebut katoda
Perbedaan :
Pada Sel Volta
merubah energi kimia menjadi energi listrik.
Anoda (oksidasi) adalah elektroda negatif (-) dan katoda (reduksi) adalah elektroda positif (+)
Pada Sel Elektrolisis
merubah energi listrik menjadi energi kimia
Anoda (oksidasi) adalah elektroda positif (+) dan katoda (reduksi) adalah elektroda negatif (-)

Reaksi-reaksi Sel Elektrolisis:


Reaksi pada Katoda ( Reduksi Kation)
1. Bila kation dari golongan Alkali/ IA (Li+, Na+, K+), Alkali tanah/ IIA (Mg2+, Ca2+, Sr2+,
Ba2+), Al3+ atau Mn2+ maka kation tersebut tidak direduksi namun air (H2O) yang direduksi.
hal ini karena E°red H2O lebih besar dari ion-ion teraebut. Reaksi yang terjadi :
2H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2OH-(aq)
2. H+ dari suatu asam akan direduksi menjadi gas hidrogen (H2). Reaksi yang terjadi :
2H+(aq) + 2e- → H2(g)
3. Ion-ion logam lainnya yang tidak termasuk kelompok di atas direduksi lalu mengendap
pada katoda.
Ni2+(aq) + 2e- → Ni(s)
Cu2+(aq) + 2e- → Cu(aq)
Ag+(aq) + e- → Ag(s)
4. Ion-ion lelehan atau leburan dari golongan alkali dan alkali tanah direduksi lalu mengendap
pada katoda (karena lelehan/leburan tidak mengandung air).
Li+(aq) + e- → Li(s)
Ca2+(aq) + 2e- → Ca(s)

Reaksi pada Anoda (Oksidasi Anion)


1. Bila elektrodanya non inert ( Ni, Cu, Ag dll) maka elektrodanya yang dioksidasi. contoh
reaksinya :
Ni(s) → Ni2+(aq) + 2e-
Cu(aq) → Cu2+(aq) + 2e-
Ag(s) → Ag+(aq) + e-
2. Bila elektrodanya inert ( C, Pt atau Au) maka elektrodanya tidak bereaksi dan bila anionnya :
a. Ion OH- dari basa maka reaksi yang terjadi :
4OH-(aq) → 2H2O(aq) + O2(g) + 4e-
b. Ion sisa asam yang mengandung oksigen (SO42-, NO3-, PO43- dll) tidak dioksidasi namun air
(H2O) yang dioksidasi. karena E°oks H2O lebih besar dari sisa asam yang mengandung oksigen.
Reaksi yang terjadi :
8
2H2O(aq) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e-
c. ion sisa asam yang tidak mengandung oksigen (Cl- , Br- , I- dll) akan dioksidasi.
2Cl-(s) → Cl2(g) + 2e-
2Br-(s) → Br2(g) + 2e-
setelah membaca dari beberapa sumber ternyata yang dituliskan dalam reaksi elektrolisis
bukan hanya reaksi di katoda (+) dan anoda (-) saja, tetapi reaksi penguraiannya juga. sebagai
gambaran saya beri beberapa contoh reaksi elektrolisis.
1. elektrolisis kalium iodida (KI) dengan elektroda C
KI → K+ + I- x2
Katoda (+) : 2H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2OH-(aq)
Anoda (-) : 2I-(s) → I2(g) + 2e-
2KI → 2K+ + 2I-
Katoda (+) : 2H2O(l) + 2e- → H2(g) + 2OH-(aq)
Anoda (-) : 2I-(s) → I2(g) + 2e-
--------------------------------------------------------
Reaksi sel : 2KI + 2H2O → 2K+ + 2OH- + I2 + H2
2KI + 2H2O → 2KOH + I2 + H2
Pada katoda reaksi K diganti oleh H2O karena K tergolong dalan logam alkali.
dikalikan 2 ( x2 ) untuk menyamakan ion sejenis dan/atau elektron di ruas kiri dan kanan.
kemudian setelah ion sejenis dan jumlah elektron di ruas kiri dan kanan sama dapat dicoret.
Yang tidak dicoret itulah reaksi selnya. Pada reaksi-reaksi selanjutnya tidak saya beri keterangan
yang penting perhatikan aturan-aturan reaksi pada katoda dan anoda yang telah dibahas
sebelumnya.

2. elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda Pt


AgNO3 → Ag+ + NO3- x4
Katoda (+) : Ag+(aq) + e- → Ag(s) x4
Anoda (-) : 2H2O(aq) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e- x1

4AgNO3 → 4Ag+ + 4NO3-


Katoda (+) : 4Ag+(aq) + 4e- → 4Ag(s)
Anoda (-) : 2H2O(aq) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e-
--------------------------------------------------------------------------
Reaksi sel : 4AgNO3(aq) + 2H2O(aq) → 4Ag(s) + 4H+(aq) + 4NO3- + O2(g)
4AgNO3(aq) + 2H2O(aq) → 4Ag(s) + 4HNO3 + O2(g)

3. elektrolisi leburan NaCl dengan elektroda Cu ( ingat Cu tidak inert)


NaCl → Na+ + Cl- x2
Katoda (+) : Na+(aq) + e- → Na(s) x2
Anoda (-) : Cu(aq) → Cu2+(aq) + 2e- x1
2NaCl → 2Na+ + 2Cl-
9
Katoda (+) : 2Na+(aq) + 2e- → 2Na(s)
Anoda (-) : Cu(aq) → Cu2+(aq) + 2e-
Reaksi sel : 2NaCl + Cu(aq) → 2Na(s) + Cu2+ + 2Cl-
2NaCl + Cu(aq) → 2Na(s) + CuCl2
C. Unsur-unsur Pokok Proses Elektroplating
Elektroplating merupakan suatu proses yang digunakan untuk memanipulasi
sifat suatu substrat dengan cara melapisinya dengan logam lain.Proses elektroplating banyak
dibutuhkan oleh industri penghasil benda logam, diantaranya industri
komponen elektronika, peralatan listrik, peralatan olah-raga, peralatan dapur, dan
sebagainya. Namun demikian proses elektroplating dalam prakteknya masih sulit dilakukan oleh
karena pengendaliannya masih membutuhkan tenaga ahli yang berpengalaman.
Hasil yang diperoleh dalam proses elektroplating dipengaruhi oleh banyak variabel, diantaranya
larutan yang digunakan, suhu larutan, durasi plating, tegangan antara kedua elektroda, keadaan
elektroda yang digunakan, dan sebagainya.

- ELEKTROLIT
Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya
larutan, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven.
Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan,
sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau
solvasi. menjadi konduktor elektrik, konduktor elektrik adalah material yang dapat
menghantarkan arus listrik dengan mudah. ion-ion merupakan atom-atom bermuatan elektrik.
Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa senyawa kimia lainnya. Elektrolit
umumnya berbentuk asam, basa atau garam. Beberapa gas tertentu dapat berfungsi sebagai
elektrolit pada kondisi tertentu misalnya pada suhu tinggi atau tekanan rendah. Elektrolit kuat
identik dengan asam, basa, dan garam kuat. Elektrolit merupakan senyawa yang berikatan ion
dan kovalen polar. Sebagian besar senyawa yang berikatan ion merupakan elektrolit sebagai
contoh ikatan ion NaCl yang merupakan salah satu jenis garam yakni garam dapur. NaCl dapat
menjadi elektrolit dalm bentuk larutan dan lelehan. atau bentuk liquid dan aqueous. sedangkan
dalam bentuk solid atau padatan senyawa ion tidak dapat berfungsi sebagai elektrolit.

- ANODA
Anoda adalah elektroda, elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan
dengan bagian atau media non-logam dari sebuah sirkuit (misal semikonduktor, elektrolit atau
vakum). Bisa berupa logam maupun penghantar listrik lain, pada sel elektrokimia yang
terpolarisasi jika arus listrik mengalir ke dalamnya. Arus listrik mengalir berlawanan dengan
arah pergerakan elektron. Pada proses elektrokimia, baik sel galvanik (baterai) maupun sel
elektrolisis, anoda mengalami oksidasi.

10
- KATODA
katoda adalah elektroda dalam sel elaktrokimia yang terpolarisasi jika arus listrik
mengalir keluar darinya. Pada baterai biasa (Baterai Karbon-Seng), yang menjadi katoda adalah
seng, yang juga menjadi pembungkus baterai. Sedangkan, pada baterai alkalin, yang menjadi
katoda adalah mangan dioksida (MnO2).

HUKUM FARADAY 1
Massa zat yang terbentuk pada masing-masing elektroda sebanding dengan kuat arus/arus
listrik yang mengalir pada elektrolisis tersebut.
Rumus:
m = e . i . t / 96.500
q=i.t
m = massa zat yang dihasilkan (gram)
e = berat ekivalen = Ar/ Valens i= Mr/Valensi
i = kuat arus listrik (amper)
t = waktu (detik)
q = muatan listrik (coulomb)

HUKUM FARADAY II
Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada masing-masing elektroda
(terbentuk pada masing-masing elektroda) oleh sejumlah arus listrik yang sama banyaknya akan
sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut.”
Rumus:
m1 : m2 = e1 : e2
m = massa zat (garam)
e = beret ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi

PELAPISAN NONTEKNOLOGI
Kromium heksavalen, Cr (VI), banyak digunakan oleh industri sebagai bahan pelapis
yang mencegah korosi. Logam ini juga banyak digunakan oleh industri pembuatan stainless
steel, welding, aplikasi cat & pigmen, electroplating, dan berbagai proses coating lainnya.
Logam yang terdapat secara alami di alam ini diketahui memiliki sifat toksik dan bersifat
karsinogen bagi manusia jika diinhalasi. Sebagai contoh, sebuah stasiun sistem pendinginan
secara berkala akan mengaplikasikan cat anti korosi pada koil pendinginnya dan melepas limbah
air yang mengandung kromium ke lingkungan. Walaupun Cr (VI) bersifat toksik, logam ini
masih merupakan bahan penting dalam industri logam hulu sebagai pengontrol korosi. Namun
dampak lingkungan dan kesehatan yang disebabkannya, dan semakin ketatnya regulasi yang
11
berkaitan, menyebabkan ilmuwan berinisiatif untuk mengembangkan sistem pelapisan generasi
baru.
Material baru yang sedang dikembangkan dan digunakan industri modern mensyaratkan
peningkatan sistem pelapisan yang sulit sehingga meningkatkan kinerja dan daya tahannya.
Dengan semakin menurunnya kualitas lingkungan akibat faktoraktifitas industri, keramahan
terhadap lingkungan merupakan aspek penting yang menjadi perhatian dalam perancangan
material baru – dan Cr (VI) tentunya tidak memenuhi persyaratan tersebut. Lebih lanjut lagi,
sementara pelapisan korosi konvensional hanya menjadi penghalang pasif yang mencegah
interaksi spesi korosif dengan logam, pelapisan nanoteknologi di masa datang merupakan materi
yang ‘pintar’, materi yang memiliki beberapa kegunaan sehingga memberi hasil berupa
kemampuan memperbaiki diri sendiri.
Keseluruhan konsep mengenai material ‘pintar’ yang dapat bereaksi terhadap dampak
eksternal (pH, perubahan kelembaban, atau distorsi kesatuan pelapis) dan dapat memperbaiki diri
telah mendapat perkembangan yang sangat besar dengan hadirnya nanoteknologi. Struktur
pelapisan multilayer skala nano, dimana komponen-komponennya terintegrasi dan saling reaktif,
adalah pokok utama dalam sistem proteksi korosi yang kuat dan rumit.
Para peneliti di Jerman telah mengembangkan metode baru untuk proteksi korosi
multilayer di dalamnya termasuk perlakuan awal terhadap permukaan logam dengan sonikasi
dan deposisi polielektrolit (polimer dengan gugus elektrolit) serta inhibitor. Hasil dari metode ini
adalah terbentuknya smart polymer nanonetwork (polimer dengan jaringan skala nano) ramah
lingkungan sebagai inhibitor korosi organik.
Sistem pelapisan baru ini memiliki daya tahan yang sangat tinggi terhadap serangan
korosi, kestabilan jangka panjang pada media yang agresif, ramah lingkungan dan prosedur
preparasi yang mudah dan ekonomis.
Tes korosi 21 hari dalam larutan NaCl 0,1 M: pencitraan SEM dan foto plat aluminium
yang tidak dilindungi dan mengalami degradasi korosi (kiri) dan plat aluminium tahan korosi
yang dilapisi polielektrolit (kanan)
Pokok dari sistem baru yang diajukan ini adala pendekatan proteksi multi-level, dimana
sistem yang protektif – smart multilayer – bukan hanya menjadi penghalang bagi dampak
eksternal, tapi juga merespon perubahan yang terjadi pada struktur internalnya, dan dalam sistem
yang sama mengkombinasikan mekanisme pencegah dan perbaikan kerusakan.
Ilmuwan-ilmuwan dari institut Max-Planck mengawali penelitian dari asumsi bahwa
prosedur deposisi lapisan per lapisan (layer by layer (LbL)), merupakan solusi efektif preparasi
pelapisan antikorosi yang dapat memperbaiki diri sendiri. Proses LbL meliputi penyusunan
polielektrolit dan inhibitor atau nanopartikel pada substrat dengan ketepatan pada skala nano
sehingga dapat terbentuk lapisan yang multifungsi.
Perlakuan awal berupa sonikasi permukaan aluminium membentuk lapisan yang seragam.
Permukaan yang disonikasi terlebih dahulu memiliki sifat yang lebih baik dalam hal kebasahan,
adesi, dan ikatan kimia dengan lapisan polimer pada pelapisan LbL selanjutnya. Setelah
perlakuan awal, terbentuk lapisan polielektrolit dan inhibitor dengan tebal 5-10 nm dengan
deposisi LbL pada paduan aluminium.
12
Para ilmuwan terkagum dengan kemampuan lapisan polielektrolit yang hanya setebal
skala nanometer dalam memberi perlindungan efektif paduan aluminium terhadap korosi.
Mereka menjelaskan bahwa sifat dasar lapisan antikorosi ini secara simultan memberi tiga
mekanisme perlindungan korosi: 1) pasifasi degradasi logam dengan mengontrol pelepasan
inhibitor; 2) menyangga perubahan pH pada daerah korosif oleh lapisan polielektronik; dan 3)
memperbaiki sendiri defek pada film akibat mobilitas konbstituen polielektrolit pada penyusunan
LbL. Karena pelepasan inhibitor distimulasi oleh spesi korosif dan produk korosif, pelapisan
‘pintar’ ini memberi aktifitas perbaikan diri jangka panjang.
Metode perlindungan anti korosi ini memiliki potensi aplikasi yang sangat luas. Semua
komponen (polielektrolit dan inhibitor) dapat disesuaikan untuk berbagai permukaan aplikasi.
Sistem pelapisan baru ini dapat diaplikasikan dalam dirgantara, otomotif, industri maritim dan
bidang lainnya yang rentan terhadap kerusakan akibat korosi, seperti pipa gas dan minyak.

BAB III
PENUTUP

13
A. KESIMPULAN

Sel Elektrokimia terdiri atas dua yaitu:


- Sel volta
· Energi hasil reaksi kimia à energi listrik
· Pada katoda terjadi reduksi (kutub positif)
· Pada anoda terjadi oksidasi (kutub negatif)
- Sel elektrolisis
· Energi listrik à reaksi kimia
· Pada katoda terjadi reduksi (kutub negatif)
· Pada anoda terjadi oksidasi (kutub positif)

Contoh penrerapan sel elektrokimia dalam kehidupan sehari-hari adalah pada Baterai dan Aki
yang merupakan contoh dagburi sel volta yang mengubah enrgi kimia menjadi energi listrik.
- Elektroplating
. (Elektrolit, Anoda, Katoda)
. (Hukum FARADAY I, Hukum FARADAY II)
. Pelapisan NonTeknologi

DAFTAR PUSTAKA
. Aja Channel, Ada. (04 Maret 2017). Bersama Kita Bangkit: Makalah Elektrokimia. Diperoleh
dari http://mymediamembaca.blogspot. com/2017/03/makalah-elektrokimia.html

14
. Husain, Ahmad. (02 November 2014). Info Terkini: Elektrokimia. Diperoleh dari
http://ahmadhusainipa1.blogspot.com/2014/11/ elektrokimia.html
. Kojot, Antara. (25 Oktober 2011). ANTARA: makalah elektro kimia. Diperoleh dari
http://antarakojot.blogspot.com/2011/10/makalah-elektro-kimia.html

15

Anda mungkin juga menyukai