Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

Elektrokimia

OLEH:
KELOMPOK VI KELAS C
Audry Fenanda Siregar 2107124941
Anlili Ansari Lasmiadi 2107124337
Hanifa Yestiana 2107114028
Reihan Faizaldi 2107136511
Riska Rahma Dani 2107113607

Asisten :
Irfan Alfandi
Dosen Pengampu :
Sri Rezeki Muria, ST,MP,MSc.

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum kimia fisika menganai elektrokimia.
Laporan ini telah Penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laoran pr ini. Untuk itu
Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan ini. Terlepas dari semua itu, penulis
sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki laporan
praktik ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan praktikum mengenai
sistem zat tiga komponen ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu untuk
setiap pembaca.

Pekanbaru, 17 November 2022

Reihan Faizaldi
2107136511

i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
BAB I LATAR BELAKANG ...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 2
2.1 Elektrokimia....................................................................................... 2
2.2 Elektrolit ............................................................................................ 3
2.3 Sel Elektrokimia ................................................................................ 5
2.3.1 Sel Volta................................................................................. 6
2.3.2 Deret Volta ............................................................................. 7
2.3.3 Sel Galvani ............................................................................. 8
2.4 Sel Elektrolisis ................................................................................... 9
2.5 Hukum Faraday................................................................................ 10
2.6 Persamaan Nernst ............................................................................ 10
2.7 Akuades ........................................................................................... 12
2.8 Natrium Hidroksida (NaOH) ........................................................... 14
2.9 Garam (NaCl) .................................................................................. 15
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ................................................... 17
3.1 Alat ..................................................................................................... 17
3.2 Bahan .................................................................................................. 17
3.3 Prosedur .............................................................................................. 17
3.3.1 Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro .................. 17
3.3.2 Mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nernst ................ 18
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Sel Elektrokimia ............................................................................... 5


Gambar 2.2 Sel Elektrolisis ................................................................................... 9
Gambar 2.3 Struktur Kimia Akuades .................................................................. 12
Gambar 2.4 Struktur Kimia NaOH ...................................................................... 14
Gambar 2. 5 Struktur Kimia NaCl ....................................................................... 16
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1Sifat Fisika Akuades .............................................................................. 13
Tabel 2.2 Sifat Kimia Akuades ............................................................................ 13
Tabel 2.3 Sifat Fisika NaOH ................................................................................ 14
Tabel 2.4 Sifat Kimia NaOH ................................................................................ 15
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang
Hubungan antara kimia dan listrik merupakan hubungan yang telah diteliti
sejak lama. Penelitian mengenai hubungan amtara kimia dan listrik dapat
ditelusuri jauh pada masaa saat penemuan Alessandro Volta tahun 1793. Volta
menemukan bahwa listrik dapat dihasilkan dengan menenpatkan dua logam yang
berlawanan pada kedua sisi kertas yang telaha dibasahi. Paada 1800, Nicholson
and Carlisle menggunakan baterai primitiv volta untuk menunjukan bahwa listrik
dapat mendekomposisi air menjadi oksigen dan hidrogen yang kemudian
dihubungkan dengan muatan positif dan negatif. Hubungan muatan positif dan
negatif pada hasil yang didapat saat dekomposisi hidrogen dan oksigen
menghasilkan hipotesa bahwa perbedaan perbedaan muatan pada unsur
merupakan penyebab unsur membentuk ikatan (Letcher & Battino, 2001).

Pada tahun 1812, kimiawan swedia bernama Berzelius mengemukakan


hipotesa bahwa tiap atom memiliki muatan dengan atom hidrogen dan atom yang
berasal dari logam bermuatan positif serta untuk atom non logam bermuatan
negatif. Pada proses elektrolisis, beda potensial yang diberikan akan melepas
ikatan antar atm dikarenakan listrik yang diberikan lebih besar dibandingkan kuat
tiap atom yang berikatan mengikat satu sama lain. Ikatan yang dipisahkan oleh
energi listrik akan menghasilkan atom dengan muatan yang berbeda dalam bentuk
ion. Hipotesa yang dikemukakan berzelius ini digunakan dan diakui oleh
kimiawan pada zamannya zampai 100 tahun pada saat of G.N. Lewis
mengemukakan hipotesa mengenai teori pembagian pasangan elektron (Letcher &
Battino, 2001).

1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan yang dilakukan adalah:
1. Menentukan bilangan Avogadro (N0) secara elektrolisis.
2. Menyusun dan mengukur GGL sel elektrokimia.
3. Mencoba menguji persamaan Nernst

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Elektrokimia
Elektrokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang
perpindahan elektron yang terjadi pada penghantarlistrik (elektroda). Elektroda
terdiri dari elektroda positif dan elektroda negatif. Hal ini disebabkan karena
elektroda tersebut dialiri oleh arus listrik sebagai sumber energi dalam pertukaran
elektron. Konsep elektrokimia didasari oleh reaksi reduksi-oksidasi (redoks) dan
larutan elektrolit. Reaksi redoks merupakan gabungan dari reaksi reduksi dan
oksidasi yang berlangsung secara bersamaan. Proses elektrokimia membutuhkan
media penghantarsebagai tempat terjadinya pertukaran elektron dalam suatu
sistem reaksi yang dinamakan larutan. Larutan dapat dikategorikan menjadi tiga
bagian yaitu larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah dan larutan bukan
elektrolit. Larutan elektrolit kuat merupakan larutan yang mengandung ion-ion
terlarut yang dapat mengantarkan arus listrik sangat baik sehingga proses
pertukaran elektron berlangsung cepat dan energi yang dihasilkan relatif besar.
Sedangkan larutan elektrolit lemah merupakan larutan yang mengandung ion-ion
terlarut cenderung terionisasi sebagian sehingga dalam proses pertukaran elektron
relatif lambat dan energi yang dihasilkan kecil. Namun demikian proses
elektrokimia tetap terjadi. Untuk larutan bukan elektrolit, proses pertukaran
elektron tidak terjadi.

Elemen yang digunakan dalam reaksi elektrokimia dikarakterisasikan


dengan banyaknya elektron yang dimiliki. Reaksi kimia dapat menghasilkan
energi atau menyerap energi. Pertukaran energi yang terjadi biasanya dalam
bentuk panas, tetapi kadang-kadang dengan suatu modifikasi, energi yang
dipertukarkan tersebut bisa diubah dalam bentuk energi listrik. Sel elektrokimia
adalah alat yang di gunakan untuk melangsungkan perubahan bentuk energi kimia
jadi energi listrik. Sel elektrokimia baik yang melepas atau menyerap energi selalu
melibatkan perpindahan elektron-elektron dari satu senyawa ke senyawa yang lain
dalam suatu reaksi oksidasi reduksi. Oksidasi adalah hilangnya elektron
sedangkan reduksi diperolehnya elektron. Zat pengoksidasi adalah spesies yang
melakukan oksidasi, mengambil elektron dari zat yang teroksidasi. Zat pereduksi

2
3

adalah spesies yang melakukan reduksi memberikan elektron kepada zat yang
tereduksi. Setelah reaksi zat teroksidasi memiliki bilangan oksidasi lebih tinggi
sedangkan zat tereduksi memiliki bilangan oksidasi lebih rendah.

Peralatan elektrokimia minimal terdiri dari tiga komponen penting yaitu


anoda, katoda dan elektrolit. Anoda adalah elektroda tempat berlangsungnya
reaksi oksidasi, elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan
dengan bagian atau media non–logam dari sebuah sirkuit (misal semikonduktor,
elektrolit). Anoda berupa logam penghantar listrik, pada sel elektrokimia anoda
akan terpolarisasi jika arus listrik mengalir ke dalamnya. Arus listrik mengalir
berlawanan dengan arah pergerakan elektron. Pada sel galvani (baterai) maupun
sel elektrolisis, anoda merupakan tempat berlangsung reaksi oksidasi. Katoda
merupakan elektroda yang terpolarisasi jika arus listrik mengalir keluar darinya.

Reaksi elektrokimia dapat dibagi dalam dua kelas: yang menghasilkan


arus listrik (proses yang terjadi dalam baterai) dan yang dihasilkan oleh arus
listrik elektrolisis. Tipe pertama reaksi bersifat serta merta, dan energi bebas
system kimianya berkurang; system itu dapat melakukan kerja, misalnya
menjalankan motor. Tipe kedua harus dipaksa agar terjadi (oleh kerja yang
dilakukan terhadap sistem kimia), dan energi bebas sistem kimia bertambah.
Elektrokimia adalah disiplin ilmu kimia yang memperlajari tentang perubahan zat
yang menghasilkan arus listrik atau perubahan kimia yang disebabkan oleh arus
listrik.

2.2 Elektrolit
Elektrolit adalah zat yang akan menghasilkan larutan ionik saat dilarutkan
dengan pelarut cair. Zat yang bersifat elektrolit akan tersebar didalam larutan .
Senyawa yang menghasilkan ion yang banyak saat dilakukan pelarutan disebut
sebagai elektrolit kuat sedangkan senyawa yang menghasilkan ion sedikit saat
dilakukan pelarutan disebut sebagai elektrolit lemah. Cara termudah untuk
mengetahui sebuah larutan merupakan elktrolit kuat atau lemah adalah dengan
melihat kemampuan larutan dalam menghantarkan listrik. Kemampuan dalam
menghantarkan listrik dapat di coba dengan baterai dan bola lampu kecil. Jika
4

lampu bersinar terang maka larutan bersifat elektrolit kuat sedangkan jika lampu
redup maka larutan elektrolit bersifat lemah (Dalal, 2018).

Kemampuan sebuah larutan elektolit dalam menghantarkan listrik disebut


sebagai konduktivitas. Setiap senyawa dan larutan memiliki nilai
konduktivitasnya masing-masing. Pada sebuah larutan, kuat dari ion bervariasi.
Mulai dari air murni yang memiliki konduktivitas yang sangat rendah sampai
senyawa kimi yang terkonsentrasi. Pengukuran konduktivitas sebuah larutan dapat
dihitung dengan memberikan arus listrik pada larutan melalui dua elektroda yang
dimasukkan kedalam larutan dan menghitung beda potensial yang didapatkan.
Saat elektroda berada di dalam larutan, kation akan bergerak ke elektroda dengan
muatan negatif dan anion akan bergerak ke elektroda yang bermuatan positif serta
larutan akan berperan sebagai konduktor (Dalal, 2018). Hambatan yang terjadi
saat listrik melewati larutan dapat dihitung dengan menggunakan Hukum Ohm:

V
R = I ............................................................................................................ (2.1)

Keterangan:

R = Hambatan Listrik

V = Beda Potensial

I = Kuat Arus Listrik

Dalam melewati larutan elektrolit, nilai dari kemudahan listrik dalam


melewati suatu senyawa disebut sebagai konduktansi listrik atau biasa
disimbolkan dengan huruf G. Konduktansi listrik dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan:

1
G = R.......................................................................................................... (2.2)

Keterangan:

G = Konduktansi Listrik

R = Hambatan Listrik
5

2.3 Sel Elektrokimia


Sebuah sel elektrokimia yang berpotensi secara spontan disebut sel galvani
(sel volta). Sel ini mengubah energi kimia menjadi energi listrik yang dapat
digunakan untuk melakukan kerja. Elektrolisis adalah peristiwa elektrolis dalam
sel elektrolisis oleh arus listrik. Arus listrik berasal dari sumber arus baterai atau
aki yang menghasilkan arus searah. Pada anoda terjadi okidasi, yaitu anion (ion
negatif) ditarik oleh anoda dan jumlah elektronnya berkurang sehingga bilangan
oksidasinya bertambah. Pada katoda terjadi reaksi reduksi, yaitu kation ditarik
oleh katoda dan menerima tambahan elektron sehingga bilangan oksidasinya
berkurang (Oxtoby, 1999).

Hubungan listrik antara dua setengah sel harus dilakukan dengan cara
tertentu. Kedua elektroda logam dan larutannya harus berhubungan, dengan
demikian lingkar arus yang sinambung terbentuk dan merupakan jalan agar
partikel bermatan mengalir. Secara sederhana, elektroda saling berhubungan
dengan kawat logam yang memungkinkan aliran elektron (Petrucci, 1985). Sel
terdiri dari dua setengah sel yang elektronnya dihubungkan dengan kawat dan
larutannya dengan jembatan garam. Ujung jembatan disumbat dengan bahan
berpori yang memungkinkan ion bermigrasi, tetapi mencegah aliran cairan dalam
jumlah besar. Potensiometer mengukur perbedaan potensial antara dua elektroda
(Petrucci, 1985).

Gambar 2. 1 Sel Elektrokimia


6

Aliran listrik antara dua larutan harus berbentuk migrasi ion. Hal ini dapat
dilakukan melalui larutan lain yang “menjembatani” kedua setengah sel dan tak
padat dengan kawat biasa. Hubungan ini disebut jembatan garam. Elektroda Zn
akan mengalami reaksi oksidasi sedangkan elektroda Cu akan mengalami reaksi
reduksi. Elektron mengalir dari atom Zn ke kawat penghantaar, dan berdifusi
menjauhi ion-ion Zn2+ ini dimasuki larutan dan berdifusi menjauhi jembatan
(Petrucci, 1985). Ion negatif berdifusi lewat jembatan garam menuju ke elektroda
Zn. Elektron yang dilepaskan oleh atom Zn memasuki kawat penyambung dan
menyebabkan elektron-elektron pada ujung lain berkumpul pada permukaan
elektroda Cu. Elektron-elektron ini bereaksi dengan ion Cu2+ untuk membentuk
atom Cu yang melekat pada elektroda (Keenan, 1980).

Ion SO4 - yang ditinggalkan oleh Cu2+ akan berdifusi menjauhi elektroda
Cu. Dari jembatan garam NaCl, ion Na+ akan berdifusi keluar menuju ke Cu.
Jadi, sementara reaksi itu berjalan, terdapat jerakan keseluruhan dari ion negatif
menuju elektroda Cu. Jalan untuk aliran ion secara terarah lewat larutan ini dapat
dibayangkan sebagai rangkaian dalam, dan jalan untuk aliran elektron lewat kawat
penghantar dibayangkan sebagai rangkaian luar (Keenan, 1980).

2.3.1 Sel Volta


Sel volta adalah penataan bahan kimia dan penghantar listrik yang
memberikan aliran elektron lewat rangkaian luar dari suatu zat kimia yang
teroksidasi ke zat kimia yang tereduksi. Dalam menyetarakan reaksi redoks, kita
dapat memecahkan reaksi itu menjadi dua bagian yaitu setengah oksidasi dan
setengah reaksi reduksi. Pada reaksi reduksi, zat-zat yang direaksikan dicampur
dalam suatu wadah sehingga terjadi reaksi yang disertai pelepasan penyerapan
kalor. Pada sel volta terdapat:

a. Potensial Listrik (E⁰ sel) Selain dengan menggunakan percobaan dan


volumeter, potensial sel dapat juga ditentukan secara teoritis. Potensial sel
adalah penjumlahan dari potensial anoda dan katoda.
b. Potensial Elektroda Arus listrik yang terjadi pada sel volta disebabkan
karena elektron-elektron mengalir dari elektroda negatif ke elektroda
positif.
7

2.3.2 Deret Volta


Pada sel volta ataupun sel elektrokimia lain, elektroda yang biasa
digunakan pada awal pengembangannya adalah tembaga dan seng. Proses
pembentukan energi listrik dari reaksi redoks dalam sel volta. Logam Zn akan
teroksidasi membentuk ion Zn2+ dan melepaskan 2 elektron. Kedua elektron ini
akan mengalir melewati voltmeter menuju elektrode Cu. Kelebihan elektron pada
elektrode Cu akan diterima oleh ion Cu2+ yang disediakan oleh larutan
Cu(NO3)2 sehingga terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu(s). Ketika reaksi
berlangsung, dalam larutan Zn(NO3)2 akan kelebihan ion Zn2+ (hasil oksidasi).
Demikian juga dalam larutan CuSO4 akan kelebihan ion NO3– sebab ion
pasangannya (Cu2+) berubah menjadi logam Cu yang terendapkan pada elektrode
Cu. Kelebihan ion Zn2+ akan dinetralkan oleh ion NO3– dari jembatan garam,
demikian juga kelebihan ion NO3– akan dinetralkan oleh ion Na+ dari jembatan
garam. Jadi, jembatan garam berfungsi menetralkan kelebihan ion-ion hasil reaksi
redoks.
Dengan demikian, tanpa jembatan garam reaksi berlangsung hanya sesaat
sebab kelebihan ion-ion hasil reaksi redoks tidak ada yang menetralkan dan
akhirnya reaksi berhenti seketika. Dalam sel elektrokimia, tempat terjadinya
reaksi oksidasi (elektrode Zn) dinamakan anode, sedangkan tempat terjadinya
reaksi reduksi (elektrode Cu) dinamakan katode. Alessandro Volta melakukan
eksperimen dan berhasil menyusun deret keaktifan logam atau deret potensial
logam yang dikenal dengan deret Volta.
Li→K→Ba→Ca→Na→Mg→Al→Nu→Zn→Cr→→Fe→Cd→Co→Ni→Sn→(
H)→Cu→Ag→Hg→Pt→Au
Semakin ke kiri suatu unsur dalam deret Volta, sifat reduktornya semakin
kuat. Artinya, suatu unsur akan mampu mereduksi ion-ion unsur di sebelah
kanannya, tetapi tidak mampu mereduksi ion-ion dari unsur di sebelah kirinya.
Logam Na, Mg, dan Al terletak di sebelah kiri H sehingga logam tersebut dapat
mereduksi ion H+ untuk menghasilkan gas H2, sedangkan logam Cu dan Ag
terletak di sebelah kanan H sehingga tidak dapat mereduksi ion H+(tidak bereaksi
dengan asam). Deret Volta juga dapat menjelaskan reaksi logam dengan logam
lain. Misalnya, logam Zn dimasukkan ke dalam larutan CuSO4. Reaksi yang
8

terjadi adalah Zn mereduksi Cu2+ (berasal dari CuSO4) dan menghasilkan endapan
logam Cu karena Zn terletak di sebelah kiri Cu.

2.3.3 Sel Galvani


Sel Galvani merupakan sel elektrokimia yang menghasilkan energi listrik
diperoleh dari reaksi kimia yang berlangsung spontan. Beberapa literatur
menyebutkan juga bahwa sel galvani sama dengan sel volta. Diperoleh dari
gabungan ilmuan yang bernama Alexander Volta dan Luigi Galvani pada tahun
1786. Bermula dari penemuan baterai yang berasal dari cairan garam. Pada sel
Volta anoda adalah kutub negatif dan katoda kutub positif. Anoda dan katoda
akan dicelupkan kedalam larutan elektrolit yang terhubung oleh jembatan garam
(Harahap, 2016).
Jembatan garam memiliki fungsi sebagai pemberi suasana netral
(grounding) dari kedua larutan yang menghasilkan listrik. Dikarenakan listrik
yang dihasilkan harus melalui reaksi kimia yang spontan maka pemilihan dari
larutan elektrolit harus mengikuti kaidah deret volta. Deret volta disusun
berdasarkan daya oksidasi dan reduksi dari masing-masing logam (Harahap,
2016). Contoh dari sel galvani adalah: baterai, sel bahan bakar, baterai Pb dengan
elektrolit asam yang digunakan dalam mobil, fuel cell berbahan bakar gas
hidrogen, etanol dan metanol (Riyanto, 2012).
1. Baterai
Baterai adalah suatu sel listrik yaitu suatu alat yang dapat
menghasilkan listrik dari reaksi kimia. Suatu baterai pada umumnya terdiri
dari dua atau lebih sel yang dihubungkan secara urut atau paralel, tetapi
biasanya istilah yang digunakan untuk sel tunggal. Suatu sel terdiri dari
suatu elektroda negatif, elektrolit untuk menghantarkan ion, suatu
pemisah, juga suatu ion penghantar dan elektroda positif. Elektrolit adalah
berupa cairan (terdiri dari air) atau non aqueous (tidak terdiri dari air),
pasta, atau bentuk padat. Ketika sel dihubungkan dengan suatu beban
eksternal atau alat berenergi mesin, elektroda negatif memberikan arus
elektron dan diterima oleh elektroda positif. Ketika beban eksternal
dipindahkan maka reaksi akan berhenti (Riyanto, 2012).
9

2. Sel Bahan Bakar


Salah satu jenis sel bahan bakar adalah sel berbahan bakar gas
hidrogen. Sel bahan bakar berbahan gas hidrogen dikenal dengan
Hidrogen Fuel Cells (HFC). Selama ini energi diperoleh dari energi termal
dari pembakaran minyak yang dapat diubah menjadi energi listrik. Panas
yang dihasilkan digunakan untuk mengubah air menjadi uap, kemudian
menggerakkan turbin dan generator. Teknik ini hanya maksimum 40%
energi dapat diubah menjadi energi listrik sehingga banyak kehilangan
panas. Sel bahan bakar menghasilkan energi listrik secara langsung dalam
sel volta (Riyanto, 2012).

2.4 Sel Elektrolisis


Sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang menggunakan sumber
energi listrik untuk mengubah reaksi kimia yang terjadi. Pada sel elektrolisis
katoda memiliki muatan negatif sedangkan anoda memiliki muatan positif. Sesuai
dengan prinsip kerja arus listrik. Terdiri dari zat yang dapat mengalami proses
ionisasi, elektrode dan sumber listrik (baterai). Listrik dialirkan dari kutub negatif
dari baterai ke katoda yang bermuatan negatif (Harahap, 2016). Larutan akan
mengalami ionisasi menjadi kation dan anion. Kation di katoda akan mengalami
reduksi sedangkan di anoda akan mengalami oksidasi.

Gambar 2.2 Sel Elektrolisis


10

Salah satu aplikasi dari sel elektrolisis yaitu penyepuhan logam emas
dengan menggunakan larutan elektrolit yang mengandung unsur emas (Au). Hal
ini dilakukan untuk melapisi kembali perhiasan yang kadar emasnya sudah
berkurang (Harahap, 2016).

2.5 Hukum Faraday


Akibat aliran arus listrik searah ke dalam larutan elektrolit akan terjadi
perubahan kimia dalam larutan tersebut. Menurut Michael Faraday (1834)
lewatnya arus 1 F mengakibatkan oksidasi 1 massa ekivalen suatu zat pada suatu
elektroda (anoda) dan reduksi 1 massa ekivalen suatu zat pada elektroda yang lain
(katoda).
1. Hukum Faraday 1
“Massa zat yang timbul pada elektroda karena elektrolisis berbanding
lurus dengan jumlah listrik yang mengalir melalui larutan”.
2. Hukum Faraday 2
“Jika 2 buah zat dielketrolisis dengan 2 buah arus yang sama dan
dihubungkan seri maka perbandingan massa zat larutan I dengan
massa zat larutan II sama dengan perbandingan massa ekivalennya”.
Diawal abad ke-19, Faraday menyelidiki hubungan antara jumlah listrik
yang mengalir dalam sel dan kuantitas kimia yang berubah di elektroda saat
elektrilisis. Ia merangkum hasil pengamatannya dalam dua hukum di tahun 1833:

a. Jumlah zat yang dihasilkan dielektroda sebanding dengan jumlah arus


listrik yang melalui sel.
b. Bila jumlah tertentu atas listrik melalui sel, jumlah mol zat yang
berubah dielektroda adalah konstan tidak bergantung jenis zat.

2.6 Persamaan Nernst


Walther Hermann Nernst adalah kimiawan Jerman yang menerapkan
asas-asas termodinamika ke sel listrik. Dia menciptakan sebuah persamaan yang
dikenal sebagai persamaan Nernst, yang menghubungkan voltase sel ke
propertinya. Lepas dari Joseph Thomson, ia menjelaskan mengapa senyawa
terionisasi dengan mudah dalam air. Penjelasan ini disebut aturan Nernst-
Thomson yang menyatakan bahwa sulit halnya bagi ion yang ditangkap untuk
11

menarik satu sama lain melalui insulasi molekul air, sehingga terdiosiasi (Keenan,
1980).

Persamaan Nernst adalah persamaan yang melibatkan potensial sel


sengan konsentrasi suatu reaksi. Reaksi oksidasi reduksi banyak yang dapat
dilangsungkan pada kondisi tertentu untuk membangkitkan listrik. Dasarnya
bahwa reaksi oksidasi reduksi itu harus berlangsung spontan di dalam larutan air
jika bahan pengoksidasi dan pereduksi tidak sama. Dalam sel Galvani oksidasi
diartikan sebagai dilepaskannya elektron oleh atom, molekul atau ion dan reduksi
berarti diperolehnya elektron oleh partikel-partikel itu. Sebagai contoh reaksi
oksidasi sederhana dan berlangsung spontan adalah bila lembar tipis zink
dibenamkan dalam suatu larutan tembaga sulfat maka akan terjadi logam tembaga
menyepuh pada lembaran zink dan lembaran zink lambat laun melarut dan
dibebaskan energi panas.

Sel yang mencapai kesetimbangan kimia dapat melakukan kerja listrik


ketika reaksi di dalamnya menggerakkan elektron-elektron melalui sirkuit luar.
Kerja yang dapat dipenuhi oleh transfer elektron tertentu bergantung pada beda
potensial antara kedua elektron. Perbedaan potensial ini disebut potensial sel dan
diukur dalam volt (V). Jika potensial sel besar maka sejumlah elektron tertentu
yang berjalan antara kedua elekroda dapat melakukan kerja listrik yang besar.
Sebaliknya, jika potensial sel kecil maka elektron dalam jumlah yang sama hanya
dapat melakukan sedikit kerja (Keenan, 1980).

Sel yang reaksinya ada dalam kesetimbangan tidak dapat melakukan


kerja dan sel demikian memiliki potensial sel sebesar nol. Pada sel konsentrasi
digunakan dua elektroda yang sama namun konsentrasi larutannya yang berbeda.
Elektroda dalam larutan pekat merupakan katoda (tempat terjadinya reaksi
reduksi) sedangkan elektroda dalam larutan encer merupakan anoda (tempat
terjadinya reaksi oksidasi) (Keenan, 1980).

Pada persamaan Nernst, K bukanlah suatu tetapan kesetimbangan Karena


larutan-larutan yang diperkirakan adalah pada konsentrasi-konsentrasi awal dan
bukan konsentrasi kesetimbangan. Bila suatu sel volta telah mati atau terdiscas
12

habis, barulah sistem itu berada dalam kesetimbangan. Pada kondisi ini Esel = 0
dan faktor K dalam persamaan Nernst setara dengan tetapan kesetimbangan
(Keenan, 1980).

2.7 Akuades
Akuades merupakan air tawar yang dibuat dengan menghilangkan
pengotor pada air. Pengotor pada air dihilangkan dengan merebus air biasa hingga
mendidih dan mengembunkannya kembali menjadi air. Akuades disebut sebagai
distilled water dalam bahasa inggris yang mempunyai banyak kegunaan. Akuades
digunakan dalam berbagai bidang pada rumah tangga penggunaan akuades
terfokus sebagai air minum dikarenakan akuades termasuk kedalam air yang
dimurnikan (Schaffer, 2006). Struktur molekul dari akuades dapat dilihat pada
Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Struktur Kimia Akuades


Penggunaan lain akuades dalam rumah tangga adalah sebagai air
mandi,cuci dan kakus jika air tidak memenuhi standar air minum setelah direbus.
Akuades digunakan dalam laboratorium dikarenakan kandungan akuades yang
hampir tidak memiliki mineral membuat penggunaan akuades tidak menggangu
senyawa kimia yang ada dilaboratorium. Akuades digunakan dalam baterai mobil
dan juga sebagai pembersih alat operasi pada dunia medis (Schaffer, 2006)
Secara fisik akuades sama dengan air pada umumnya yaitu berbentuk cair,
berwarna bening, tidak memiliki rasa dan tidak memiliki bau. Akuades dapat
diminum oleh manusia dikarenakan akuades merupakan jenis air yang setiap
pengotornya telah dihilangkan. Pengotor yang dihilangkan pada pembuatan
akuades juga meliputi zat-zat kimia yang baik bagi tubuh manusia sehingga
walaupun akuades aman diminum, akuades tidak akan memberikan manfaat bagi
tubuh manusia seperti air mineral yang biasa diminum (Ahsan, dkk., 2014). Sifat
fisika akuades dapat dilihat pada Tabel 2.1.
13

Tabel 2.1Sifat Fisika Akuades


Parameter Nilai
o
Titik 0C
Titik didih normal 100 oC
Viskositas 999,972
Densitas 0,793 gram/L
Index Pembiasan 1,3325
(Sumber : Schaffer, 2006)

Akuades merupakan bentuk paling murni dari air dikarenakan akuades


hanya tidak mengandung senyawa lain. Akuades memiliki rumus senyawa sama
dengan air dengan satu atom oksigen yang mengikat 2 atom hidrogen. Akuades
juga bersifat polar sebagai hasil dari ikatan antara hidrogen dan oksigen. Air pada
umumnya memiliki sifat yang dapat menghantarkan listrik begitu juga dengan
akuades, namun proses penghilangan pengotor pada akuades membuat
konduktivitas akuades lebih kecil dibanding air mineral dikarenakan mineral yang
terkandung pada air juga membantu dalam penghantaran listrik (Mystkowska,
dkk., 2013). Sifat kimia akuades dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Sifat Kimia Akuades


Parameter Nilai
Rumus Senyawa H2O
Berat Molekul 18 gram/mol
Momen Dipol 1,85 D
Konduktivitas Termal 0,58 W/mK
(Sumber : Khechekhouche dan Boubaker, 2018)

Penggunaan akuades meliputi tiga bidang yaitu rumah tangga, industri,


dan laboratorium. Dalam bidang rumah tangga akuades dapat digunakan sebagai
air minum walaupun akuades tidak memiliki nutrisi sebanyak air mineral (Joshi,
2015). Pada Industri, akuades digunakan untuk mensterilkan alat, sebagai
pendingin, dan otomotif. Akuades digunakan dalam industri pada alat ataupun
bahan yang akan rusak atau terkontaminasi saat alat atau bahan tersebut berkontak
dengan mineral. Penggunaan akuades pada laboratorium sama dengan
penggunaannya pada industri dengan skala yang lebih kecil dan lebih mengarah
sebagai pelarut ataupun dalam reaksi kimia (Ahsan,dkk., 2014).
14

2.8 Natrium Hidroksida (NaOH)


Natrium hidroksida atau bisa juga disebut sebgaia sodium hidroksida
(NaOH) merupakan senyawa padat dan tidak berwarna. Natrium hidroksida
merupakan salah satu senyawa buatan manusia tertua yang pernah ada. Reaksi
antara natrium karbonat yang berasal dari abu tanaman yang tumbuh di tanah
yang kaya akan sodium dengan batu gamping yang telah dikalsinasi menghasilkan
natrium hidroksida dan metode ini telah dikenal pada awal budaya afro-oriental.
Guci yang terbuat dari alabaster yang mengandung 3% natrium hidroksida telah
ditemukan di makam Mesir kuno dan diperkirakan berasal dari abad ke-3 sebelum
masehi. Struktur kimia NaOH dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Struktur Kimia NaOH


Bukti tertulis tentang caustic soda atau natrium hidroksida pada awal
abad masehi berasal dari India dan Mesir.(Bährle, 2007). Sifat fisika dari natrium
hidroksida dapat dilihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Sifat Fisika NaOH
Sifat Nilai
Panas Laten 6.77 kJ/mol
Densitas 2,1 g/cm3
Titik Leleh 318°C
Bentuk fisik Padat
Panas Jenis 3.24 J/kg K
Titik didih 1390°C
Sumber:(Medina, dkk., 2022)

Sodium hidroksida bersifat korosif saat bereaksi dengan berbagai senyawa


yang membuatnya juga disebut sebagai caustic soda dan banyak digunakan dalam
menguras pipa yang tersumbat, menghilangkan akumulasi minyak, dalam
pembuatan sabun dan deterjen, dan dalam pembuatan klorin (Bährle, 2007).
Berdasarkan (Eggeman, 2011) larutan NaOH sangat basa dan biasanya digunakan
15

untuk reaksi dengan asam lemah, dimana asam lemah seperti natrium karbonat
tidak efektif, tidak bisa terbakar meskipun reaksinya dengan metal amfoter seperti
aluminium, timah, seng menghasilkan gas nitrogen yang bisa menimbulkan
ledakan, dalam bentuk padat akan langsung bereaksi dengan karbon dioksida di
udara untuk membentuk sodium karbonat, dalam bentuk padat akan bereaksi
dengan karbon menoksida untuk membentuk sodium format saat diberikan
tekanan dan kelambaban. Sifat kimia NaOH dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4 Sifat Kimia NaOH


Parameter Nilai
Rumus kimia NaOH
Berat molekul 40
Banyak Hidrogen Sebagai Pendonor 1
Banyak Hidrogen Sebagai Penerima 1
Luas Permukaan Polar 1Ų
Banyak Atom Berat 2
Unit Ikatan Kovalen 2
Ph 13
Sumber:(Bährle, 2007)

Penggunaan NaOH untuk kehidupan sehari-hari atau pun industri pada


umumnya dalam bentuk larutan. Penggunaan sodium hidroksida pada industri
meliputi industri kimia organik, industri kimi anorganik, industri tekstil, industri
deterjen, industri alumunium, industri kertas, industri pengolahan air, dan industri
logam. Pengguna sodium hidroksida pada industri kimia anorganik adalah untuk
produksi garam sodium, pengatur pH dan untuk pemrosesan batuan yang bersifat
alkali. Pada industri kimia organik sodium hidroksida digunakan untuk reaksi
saponifikasi, produksi intermediat yang bersifat anionik nukleofilik, pembentukan
eter, pembentukan ester, katalis basa, dan untuk produksi basa organik (Medina,
dkk., 2022).

2.9 Garam (NaCl)


Sodium klorida atau yang biasa disebut sebagai garam merupakan
senyawa hasil reaksi antara basa NaOH dengan asam HCl. Garam merupakan
barang komoditas yang banyak diperjualbelikan di masayarkat.Garam terbentuk
secara natural dan dapat ditemukan di dalam tanah sebagai mineral halite dan
melalui evaporasi air asin. Garam merupakan komponen yang paling banyak
16

terlarut didalam air laut. Komposisi garam pada air laut diperkirakan memiliki
rata-rata 2,6% dari keseluruhan air laut berdasarkan ukuran berat. Satu kilometer
kubik air laut mengandung garam sebanyak 458x106 NaCl, 66x106 MgCl, dan
30x106 kalsium sulfat (Westphal et al., 2010). Struktur kimia Sodium Klorida
dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2. 5 Struktur Kimia NaCl


Produser garam mengelompokakn produk garam yang dihasilkan menjadi
3 kelompok berdasarkan metode pembuatannya yaitu, evaporasi mekanik,
penambangan bawah tanah halite, dan evaporasi menggunakan matahari. Sodium
Klorida memiliki masa relatif 58,443, tidak berwarna dan dapat larut dalam air
dengan mudah. Garam murni secara kimia mengkristal menjadi bentuk kubus dari
larutan. Bentuk kristal grama dapat dipengaruhi oleh tngangan permukaan yang
mengakibatkan bentuk kristal garam menjadi corong, memiliki lubang, dan
piramid dengan dasar persegi. Dengan keberadaan pengotor bentuk kristal garam
menjadi bentuk oktahedraal ataupun dodekahedra. Garam hasil dari kristalisasi
larutan asam klorida akan memiliki bentuk kristal seperti jarum panjang
(Westphal et al., 2010).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum elektrokimia meliputi:
1. pH meter atau potensiometer
2. Dua gelas piala 500 ml, 100 ml
3. Kertas saring
4. Penjepit
5. Kabel, penjepit
6. Lembaran seng dan tembaga
7. kertas amplas – termometer
8. Amper meter
9. Sumber arus DC
10. Hot plate
11. Stopwatch / jam tangan
12. Labu ukur 100 ml
13. Pipet ukur 10 ml

3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam melakukan praktikum elektrokimia meliputi:
1. Kristal NaCl
2. Kristal NaOH
3. Aquadest
4. CuSO4.5H2O 1,0 M
5. ZnSO4.7H2O 1,0 M
6. NH4NO3 atau KNO3

3.3 Prosedur
Tahapan prosedur yang dilakukan dalam melaksanakan praktikum
elelktrokimia meliputi:

3.3.1 Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro


1. Larutan A disiapkan dengan melarutkan 1 g NaCl dan 1g NaOH dalam 1
liter air.

17
18

2. Dua buah lempeng tembaga yang akan digunakan sebagai elektroda


dibersihkan dengan amplas.
3. Kedua elektroda yang telah dibersihkan ditimbang mengguakan neraca
analitik dan anoda dan katoda ditentukan.
4. Kedua elektroda yang telah ditimbang dan dibersihkan dan ditimbang
dimasukakn ke dalam80 mL larutan yang telah dibuat sebelumnya dengan
membuat rangkaian listrik menggunakan elektroda.
5. Larutan yang berisi elektroda diapanaskan sampai 80⁰ dan arus diberikan
ke larutan dengan kuat arus sebesar 1,5 ampere lalu arus dan suhu dijaga
konstan.
6. Larutan dibiarkan selama 10 menit dan setelah 10 menit, pemanasan
dihentikan serta elektroda ditimbang menggunakan neraca analitik setelah
dikeringkan menggunakan tisu.

3.3.2 Mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nernst


1. Disiapkan potongan lembaran tembaga dan seng. Dibersihkan permukaan
logam dengan kertas amplas.
2. Disiapkan larutan jenuh NH4NO3 atau KNO3 ( + 10‒20 ml). Sebagai
jembatan garam, ambil selembar kertas saring, gulung dan rekatkan
dengan menggunakan selotip pada bagian tengahnya untuk mencegah
gulungan membuka (bisa juga gunakan stapler).
3. Disiapkan dua gelas piala 100 ml, yang satu diisi dengan CuSO4 1,0 M
(+ 60 ml) dan yang lain dengan ZnSO4 1,0 M. Celupkan elektroda-
elektroda logam 21 dan hubungkan dengan kabel.
4. Dicelupkan kertas saring yang telah dibentuk jadi gulungan tadi ke dalam
larutan jenuh NH4NO3, dihilangkan kelebihan amonium nitrat dengan
menggunakan kertas saring lain, kemudian tempatkan sedemikian rupa
sehingga kedua ujung gulungan tercelup ke dalam larutan yang berada
pada kedua gelas piala.
5. Diamati nilai GGL dengan menggunakan pH meter yang distel pada
posisi mV. Catat polaritas kedua elektroda pada pengukuran tersebut.
6. Disiapkan 100 ml larutan CuSO4 0,1 M dengan jalan pengenceran
larutan CuSO4 1,0 M.
19

7. Diganti larutan CuSO4 1,0 M dengan CuSO4 0,1 M, larutan ZnSO4


jangan diganti.
8. Dicuci dan dibersihkan kembali kedua elektroda dengan kertas amplas.
Ganti jembatan garam dengan yang baru dan kembali ukur dan catat nilai
GGL dengan menggunakan pH meter.
9. Diulangi langkah ( 7 ), tapi menggunakan larutan CuSO4 yang lebih
encer.

Anda mungkin juga menyukai