Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

ELEKTROKIMIA

Oleh :
Kelompok V
Alfio Revadona 2107113605
Dimas Putra Pratama 2107124353
Nadia Salsabilla 2107125648
Natasha Aprilia Wulandari 2107126229
Tasya Widia Maharani 2107113411

Asisten :
Irfan Alfandi

Dosen Pengampu :
Sri Rezeki Muria, S.T., M.P., M.Sc.

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum yang
berjudul elektrokimia. Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktikum Kimia Fisika. Laporan praktikum ini bertujuan untuk
melaporkan kegiatan dan hasil praktikum. Selain itu laporan ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang elektrokimia bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Sri Rezeki Muria, S.T., M.P.,
M.Sc. selaku dosen pengampu mata kuliah Praktikum Kimia Fisika dan kakanda
Irfan Alfandi sebagai asisten laboratorium percobaan elektrokimia yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari,
laporan praktikum yang penulis tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dibutuhkan demi kesempurnaan laporan
praktikum ini.

Pekanbaru, Desember 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan Percobaan ................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................3
2.1 Elektrokimia ........................................................................................... 3
2.1.1 Sel Volta ........................................................................................ 4
2.1.2 Elektrolisis ..................................................................................... 6
2.1.3 Sel elektrolisis................................................................................ 8
2.1.4 Potensial Sel .................................................................................. 9
2.2 Persamaan dan Hukum Dasar................................................................ 11
2.2.1 Hukum Nernst.............................................................................. 11
2.2.2 Hukum Faraday ........................................................................... 13
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN .......................................................13
3.1 Alat yang Digunakan ............................................................................ 13
3.2 Bahan yang Digunakan......................................................................... 13
3.3 Prosedur Percobaan .............................................................................. 14
3.3.1 Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro..................... 14
3.3.2 Mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nernst ................... 14
3.4 Rangkaian Alat ..................................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................16
4.1 Hasil Percobaan .................................................................................... 16
4.1.1 Hasil elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro............ 16
4.1.2 Mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nernst ................... 16
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 16
4.2.1 Elektrolisis untuk Menentukan Bilangan Avogadro ................... 16
4.2.2 Mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nernst ................... 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................20
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 20
5.2 Saran ..................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................21
LAMPIRAN A LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN B PERHITUNGAN
LAMPIRAN C TUGAS DAN PERTANYAAN
LAMPIRAN D DOKUMENTASI

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Rangkaian Sel Volta ........................................................................ 5
Gambar 2.2 Contoh Sel Elektrolisis .................................................................... 6
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Sel Elektrolisis ..................................................... 15
Gambar 3.2 Rangakaian alat sel elektrokimia ................................................... 15
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Nilai GGL Sel vs Konsentrasi CuSO4 ......... 18

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel potensial reduksi standar .............................................................11
Tabel 4.1 Pengamatan Elektrolisis Untuk Menentukan Bilangan Avogadro....... 16
Tabel 4.2 Hasil Elektrolisis Untuk Menentukan Bilangan Avogadro.................. 16
Tabel 4.3 Pengamatan Mengukur GGL Sel dan Menguji Persamaan Nernst ...... 16
Tabel 4.4 Hasil Mengukur GGL Sel dan Menguji Persamaan Nernst ................. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu kimia merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam yang
dalam pembelajarannya mengintegrasikan konsep konkret dan terdapat banyak
konsep abstrak di dalamnya. Selain itu, kimia juga mempelajari segala sesuatu
mengenai zat seperti komposisi, struktur dan sifat, dinamika, energi, dan
perubahannya berdasarkan dari fakta dan hasil pemikiran yang dibuktikan dengan
penelitian oleh para ahli. Hakikatnya, ilmu kimia dianggap sebagai suatu proses
dan dibutuhkan percobaan yang sebagian besarnya dilakukan di laboratorium.
Karena, dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam ilmu kimia adalah kimia
sebagai produk dan sebagai proses atau kerja ilmiah yang dapat diperoleh salah
satunya dengan kegiatan praktikum (Asmaningrum dkk., 2018).
Salah satu konsep kimia yang abstrak dan membutuhkan praktikum untuk
menjelaskannya adalah sel Volta. Banyak siswa mengungkapkan bahwa sel Volta
salah satu konsep kimia yang sulit karena melibatkan konsep tidak berwujud yang
tidak dapat dipahami secara langsung dikarenakan sel volta termasuk ke dalam
ilmu kimia yang memiliki konsep abstrak. Sehingga, dibutuhkan suatu praktikum
untuk lebih menjelaskan konsepnya (Ana & Sukarmin, 2017).
Menurut Kamelia (2015) praktikum memegang peranan penting dalam sains
khususnya kimia karena praktikum dapat menggabungkan antara teori dan
aplikasi, kemudian dapat mengamati langsung gejala-gejala serta proses-proses
kimia yang terjadi. Pembelajaran dapat memberikan pemahaman konsep terkait
aspek pedagoginya, tetapi untuk kimia diperlukan eksperimen untuk
menghindari masalah kurangnya pemahaman konsep (Kwang, dkk., 2017).
Kegiatan praktikum akan berjalan dengan lancar jika dilengkapi oleh alat
pendukung praktikum seperti alat dan bahan praktikum dan penuntun praktikum
(Js Rusiani & Lazulva, 2017).
Pengembangan alat pendukung elektrokimia dilakukan agar dapat
melaksanakan praktikum dengan sederhana. Hasil validitasnya sangat baik, dan
hasil belajar dapat berkembang. Dikembangkan juga modul praktikum untuk

1
2

reaksi redoks dan sel elektrokimia untuk menuntun kesulitan belajar pada materi
redoks dan sel elekrtrokimia (Yerimadesi, dkk., 2018).
Sel elektrolisis merupakan pemanfaatan arus listrik untuk menghasilkan
reaksi redoks. Oleh karena itu, elektrolisis adalah proses penguraian suatu
senyawa dengan pengaliran arus listrik yang melewatinya. Proses elektrolisis
dimulai dengan masuknya elektron dari arus listrik searah kedalam larutan melalui
kutub negatif. Oleh karena itu, dilakukan percobaan elekrokimia ini untuk
mengaplikasikannya dan membuktikannya dalam skala laboratorium.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan bilangan Avogadro (N0) secara elektrolisis.
2. Menyusun dan mengukur Gaya Gerak Listrik (GGL) sel elektrokoimia.
3. Mencoba menguji persamaan Nernst.
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

2.1 Elektrokimia
Elektrokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang perpindahan
elektron yang terjadi pada sebuah media pengantar listrik (elektroda). Elektroda
terdiri dari elektroda positif dan elektroda negatif. Hal ini disebabkan karena
elektroda tersebut akan dialiri oleh arus listrik sebagai sumber energi dalam
pertukaran elektron. Konsep elektrokimia didasari oleh reaksi reduksi-oksidasi
(redoks) dan larutan elektrolit. Reaksi redoks merupakan gabungan dari rekasi
reduksi dan oksidasi yang berlangsung secara bersamaan. Pada reaksi reduksi
terjadi peristiwa penangkapan elektron sedangkan reaksi oksidasi merupakan
peristiwa pelepasan elektron yang terjadi pada media pengantar pada sel
elektrokimia (Harahap, 2016).
Proses elektrokimia membutuhkan media pengantar sebagai tempat
terjadinya serah terima elektron dalam suatu sistem reaksi yang dinamakan
larutan. Larutan dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu larutan elektrolit
kuat, larutan elektrolit lemah dan larutan bukan elektrolit. Larutan elektrolit kuat
merupakan larutan yang mengandung ion-ion terlarut yang dapat mengantarkan
arus listrik sangat baik sehingga proses serah terima elektron berlangsung cepat
dan energi yang dihasilkan relatif besar. Sedangkan larutan elektrolit lemah
merupakan larutan yang mengandung ion-ion terlarut cenderung terionisasi
sebagian sehingga dalam proses serah terima elektron relatif lambat dan energi
yang dihasilkan kecil. Namun demikian proses elektrokimia tetap terjadi. Untuk
larutan bukan elektrolit, proses serah terima elektron tidak terjadi. Pada proses
elektrokimia tidak terlepas dari logam yang dicelupkan pada larutan disebut
elektroda. Terdiri dari katoda dan anoda (Harahap, 2016).
Potensial elektrokimia μ, dan potensial elektron μe diperkenalkan untuk
mengkarakterisasi proses yang melibatkan spesies pembawa muatan. Elektrokimia
potensial dapat digunakan untuk menentukan perbedaan potensial Galvani antara
dua fasa dalam kesetimbangan, sebagai contoh yang sangat sederhana antara dua
fasa logam yang berbeda. Pembentukan lapisan ganda listrik pada antarmuka

3
4

keduanya logam serta perbedaan potensial Galvani yang sesuai, yang disebut
tegangan kontak. Lebih penting untuk penggunaan praktis seperti itu di sel
galvanik, bagaimanapun, adalah perbedaan potensial Galvani antara logam
elektroda dan larutan elektrolit. Potensial elektrokimia dan ketergantungan
komposisi yang mungkin digunakan untuk menggambarkan muatan yang
mendasarinya reaksi transfer dan untuk menurunkan persamaan Nernst (Job &
Ruffler, 2015).
Kombinasi dua sel setengah yang berubah-ubah menghasilkan sel galvanik.
Reversibel tegangan sel dari sel tersebut, yang berarti tegangan sel dalam
kesetimbangan, dapat dijelaskan oleh persamaan Nernst dan digunakan untuk
memprediksi dorongan kimia, kesetimbangan konstanta, dan sifat termodinamika
reaksi kimia lainnya. Kemudian, beberapa sel galvanik yang penting secara teknis,
yang menghasilkan dapat digunakan energi karena reaksi kimia spontan yang
berjalan di dalamnya teknik potensiometri dan titrasi potensiometri yang sesuai.
Metode elektroanalitik ini menggunakan ketergantungan konsentrasi dari
tegangan sel reversibel untuk analisis kuantitatif ion (Job & Rüffler, 2015).

2.1.1 Sel Volta


Sel Volta merupakan sel elektrokimia yang menghasilkan energi listrik
diperoleh dari reaksi kimia yang berlangsung spontan. Beberapa literatur
menyebutkan juga bahwa sel volta sama dengan sel galvani. Diperoleh oleh
gabungan ilmuan yang bernama Alexander Volta dan Luigi Galvani pada tahun
1786. Bermula dari penemuan baterai yang berasal dari caian garam. Pada sel
Volta anoda adalah kutub negatif dan katoda kutub positif. Anoda dan katoda
akan dicelupkan kedalam larutan elektrolit yang terhubung oleh jembatan garam.
Jembatan garam memiliki fungsi sebagai pemberi suasana netral dari kedua
larutan yang menghasilkan listrik. Dikarenakan listrik yang dihasilkan harus
melalui reaksi kimia yang spontan maka pemilihan dari larutan elektrolit harus
mengikuti kaedah deret volta (Harahap, 2016).
Pemanfaatan logam dapat digunakan sebagai elektroda penghantar listrik
pada sel volta. Pasangan logam yang digunakan ditentukan berdasarkan pada
urutan deret volta. Urutan pada deret volta, yaitu semakin ke kiri kedudukan suatu
logam dalam deret volta, maka logam semakin reaktif atau semakin mudah
5

melepas elektron dan logam merupakan reduktor yang semakin kuat atau semakin
mudah mengalami oksidasi. Sebaliknya, semakin ke kanan kedudukan suatu
logam dalam deret volta, logam semakin kurang reaktif atau semakin sulit
melepas elektron dan logam merupakan oksidator yang semakin kuat (Yulianti et
al., 2017). Rangkaian sel volta ditunjukkan oleh gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Rangkaian Sel Volta (Shibata, 2015)


Ketika sepotong logam seng ditempatkan dalam larutan CuSO4, dua hal
2+
terjadi. Beberapa logam seng memasuki larutan sebagai ion Zn dan beberapa ion
2+
Cu diubah menjadi logam tembaga pada elektroda. Reaksi redoks spontan ini
diwakili oleh:
ns u q n q u s ........................................................ (2.1)
Seiring waktu, warna biru larutan CuSO4 memudar. Demikian pula, jika
sepotong kawat tembaga adalah ditempatkan dalam larutan AgNO3, logam perak
diendapkan pada kawat tembaga, dan larutan berangsur-angsur berubah menjadi
2+
biru karena adanya ion Cu terhidrasi. Dalam setiap kasus, tidak ada yang akan
terjadi jika kita bertukar peran dari logam yang terlibat. Sekarang, misalkan logam
seng dan tembaga ditempatkan di dua kompartemen terpisah masing-masing
mengandung larutan ZnSO4 dan CuSO4, seperti yang ditunjukkan pada gambar
2.1 Ini larutan dihubungkan oleh jembatan garam, tabung yang berisi larutan
elektrolit inert, seperti NH4NO3 atau KCl. Solusi ini dijaga agar tidak mengalir ke
6

kompartemen baik oleh disk yang disinter pada setiap ujung tabung atau bahan
agar-agar, seperti: agar-agar, dicampur dengan larutan elektrolit. Ketika dua
elektroda terhubung oleh sepotong kawat logam, elektron akan mengalir dari
elektroda seng ke tembaga elektroda melalui kabel eksternal. Pada saat yang
2+,
sama, seng akan larut di sebelah kiri kompartemen, membentuk ion Zn dan ion
2+
Cu akan diubah menjadi logam tembaga. Pada elektroda tembaga. Tujuan dari
jembatan garam adalah untuk melengkapi listrik sirkuit antara dua solusi dan
untuk memfasilitasi pergerakan ion dari satu kompartemen ke yang lain (Shibata,
2015).

2.1.2 Elektrolisis
Elektrolisis adalah suatu proses reaksi kimia yang terjadi pada elektroda
yang tercelup dalam elektrolit Ketika dialiri arus listrik dari suatu sumber
potensial luar. Komponen terpenting dari proses elektrolisis adalah elektroda dan
elektrolit. Sedangkan sel elektrolisis adalah sebuah sel elektrokimia yang
menggunakan sumber energi listrik dari luar untuk menjalankan suatu reaksi yang
tidak spontan. Energi listrik berfungsi sebagai pompa elektron yang
menggerakkan elektron ke katoda, dan menarik elektron dari anoda (Chang,
2005).

Gambar 2.2 Contoh Sel Elektrolisis (Saintif, 2020)


7

Elektron mengalir dari anoda ke katoda dalam rangkaian luar Adanya aliran
elektron dalam sel elektrolisis menyebabkan di katoda terjadi reaksi reduksi dan
di anoda terjadi reaksi oksidasi. Pada sel elektrolisis, katoda merupakan kutub
negatif karena dihubungkan dengan kutub negatif sumber arus dan merupakan
target bermigrasinya ion positif, sedangkan anoda merupakan kutub positif karena
dihubungkan dengan kutub positif sumber arus dan merupakan target
bermigrasinya ion negatif.
Proses elektrolisis berhubungan dengan besarnya potensial yang digunakan.
Besarnya potensial yang digunakan dalam elektrolisis bergantung pada:
1. Potensial Penguraian
Potensial penguraian adalah tegangan luar terkecil yang harus dikenakan untuk
menimbulkan elektrolisis kontinu. Pada sel elektrolisis, potensial yang digunakan
harus mampu mengatasi potensial sel galvani yang dihasilkan dan harus pula
mengatasi tahanan larutan terhadap aliran arus (Basset, 1994).
2. Potensial Lebih atau Polarisasi Kinetika
Potensial lebih adalah potensial pada anoda atau katoda yang nilainya lebih
tinggi dari potensial penguraian akibat terbentuknya gas disekitar elektroda
(Petrucci, 1999). Potensial lebih menyebabkan harga potensial menjadi lebih
negatif pada katoda dan menjadi lebih positif pada anoda. Potensial lebih timbul
akibat adanya tahanan dari larutan. Besarnya potensial lebih pada anoda atau
katoda dipengaruhi oleh:
a. Sifat dan keadaan fisik dari logam yang dipakai sebagai elektroda.
b. Keadaan fisik dari zat yang diendapkan.
c. Rapat arus yang dipakai.
d. Perubahan konsentrasi di sekitar elektroda.
3. Polarisasi Konsentrasi
Reaksi pada permukaan elektroda berlangsung seketika, kecepatan tercapainya
kesetimbangan antara elektroda dengan larutan tergantung dari besarnya arus yang
mengalir. Kurang cepatnya migrasi ion ke permukaan elektroda disebut polarisasi
konsentrasi.Polarisasi konsentrasi timbul apabila gaya difusi, gaya tarik menarik
elektrostatik dan pengadukan mekanik tidak cukup untuk mengangkut pereaksi
8

menuju atau dari permukaan elektroda (Buchari, 1990). Polarisasi konsentrasi


dapat diperkecil dengan cara pengadukan dan menggunakan rapat arus kecil.

4. Potensial Ohmik atau Potensial Jatuh


Potensial ohmik atau potensial jatuh adalah potensial listrik yang dihasilkan
pada saat arus listrik dilewatkan dalam sel elektrolisis. Potensial ohmik terjadi
karena adanya tahanan dalam larutan yang dialami oleh ion-ion yang bergerak
menuju anoda atau katoda. Besarnya potensial ohmik sebanding dengan arus
yang lewat dan tahanan larutan. Pengaruh potensial ohmik. Untuk menentukan
jenis zat yang dihasilkan pada anoda dan katoda, maka harus diketahui jenis
kation dan anion dalam larutan, keadaan ionnya yaitu bentuk cairan (lelehan) atau
larutan, jenis elektrodanya tidak bereaksi (inert) atau ikut bereaksi (aktif) dalam
larutan, dan konsentrasi larutan elektrolitnya pekat atau sangat encer (Achmad,
2001)

2.1.3 Sel elektrolisis


Sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang mana energi listrik
digunakan untuk menjalankan reaksi redoks itu tidak spontan. Elektrolisis dapat
didefinisikan sebagai reaksi peruraian zat menggunakan arus listrik. Prinsip kerja
dari sebuah sel elektrolisis adalah menghubungkan kutub negatif dari sumber arus
searah dengan katoda dan kutub positif ke anoda, sehingga terjadi overpotensial
yang menyebabkan suatu reaksi reduksi serta oksidasi yang tidak spontan bisa
berlangsung. Elektron akan mengalir dari katoda ke anoda. Ion-ion positif akan
cenderung tertarik ke katoda dan juga tereduksi, sedangkan untuk ion-ion negatif
akan cenderung tertarik ke anoda dan teroksidasi (Tiara Dewi & Muhammad
Amir Masruhim, 2016).
Pada saat terjadinya reaksi elektrolisis pada suatu larutan atau senyawa
elektrolit, akan terjadi reaksi reduksi di katoda. Hal ini berarti senyawa atau zat
akan menerima elektron. Hasil reaksi reduksi yang terjadi ini sangat bergantung
pada wujud dan jenis zat yang hendak di elektrolisis. Pada elektrolisis larutan, jika
kation yang hendak direduksi berasal dari golongan IA, IIA, mengandung
Aluminium (Al), atau Mangan (Mn), dilakukan reduksi terhadap air. Sedangkan
jika larutan mengandung kation dari golongan selain IA, IIA, dan tidak
9

mengandung Aluminium maupun Mangan, maka terjadi reduksi terhadap kation


itu sendiri. Hal yang sama juga terjadi pada zat dan senyawa kimia yang berupa
lelehan/leburan (Wibisono, dkk., 2021).
Di sisi lain, pada anoda terjadi reaksi oksidasi, di mana suatu zat atau
senyawa melepaskan elektron. Berbeda dengan reaksi pada katoda, hasil reaksi
yang terjadi di anoda tak hanya bergantung pada jenis anion atau zat kimia yang
direaksikan, melainkan juga bahan penyusun anodanya. Pada anoda yang bersifat
inert atau tersusun atas bahan-bahan yang tidak mudah bereaksi (Pt, C, dan Au)
akan terjadi oksidasi terhadap air pada anion oksi (anion yang mengandung
oksigen) dan oksidasi terhadap anion itu sendiri pada anion yang non-oksi (tidak
mengandung oksigen) (Wibisono, dkk., 2021).
Anoda yang bersifat tidak inert atau tersusun atas bahan-bahan yang mudah
bereaksi (zat selain Pt, C, dan Au) akan menyebabkan senyawa mengalami reaksi
dioksidasi Dengan menggunakan gabungan dari kedua elektroda tersebut dapat
disimpulkan bahwa reaksi yang terjadi pada proses elektrolisis adalah reaksi
redoks (Wibisono, dkk., 2021). Contoh penggabungan hasil dari reaksi elektrolisis
pada katoda dan anoda yang umum dijumpai ada dalam proses pembuatan NaOH
dengan reaksi sebagai berikut:
a l a l ....................................................(2.2)

2.1.4 Potensial Sel


Sama seperti memantau aktivitas ion tunggal tidak mungkin, demikian juga
mengukur potensial elektroda tunggal. Setiap rangkaian lengkap harus
mengandung dua elektroda. Oleh konvensi, mengukur potensi semua elektroda
mengacu pada standar elektroda hidrogen, Semakin positif potensial reduksi,
semakin besar kekuatan agen pengoksidasi (Job & Ruffler, 2015).
Dengan demikian, F2 adalah oksidator terkuat karena memiliki

kecenderungan terbesar untuk mengambil elektron, dan F adalah reduktor
+
terlemah. Pengoksidasi terlemah adalah Li , yang membuat logam lithium
merupakan agen pereduksi yang paling kuat. Potensial reduksi standar diukur
pada 298 K untuk larutan berair di mana konsentrasi masing-masing spesies
terlarut adalah pada 1 M dan gas pada 1 bar. Perlu diingat bahwa potensial
elektroda adalah sifat intensif, yang nilainya hanya bergantung pada jenis zat,
1

konsentrasi, dan suhu, dan bukan pada ukuran elektroda atau jumlah larutan yang
ada. Selanjutnya, setengah sel reaksi bersifat reversibel (Job & Rüffler, 2015).
1

Tabel 2.1 Tabel potensial reduksi standar


E° (V)
Setengah Reaksi +2,87

F2(g) + 2 e ⇌ 2 F (aq)
– +2,01
2– –
S2O8 (aq) + 2 e ⇌ 2 SO4 (aq)
2– +1,69
4– +
PbO2(s) + HSO (aq) + 3 H (aq) + 2 e ⇌ PbSO4(s) + 2 H2O
– +1,63
+ –
2 HOCl(aq) + 2 H (aq) + 2 e ⇌ Cl2(g) + 2 H2O +1,51
4– + –
MnO (aq) + 8 H (aq) + 5 e ⇌ Mn (aq) + 4 H2O
2+ +1,46
+ –
PbO2(s) + 4 H (aq) + 2 e ⇌ Pb (aq) + 2 H2O
2+ +1,44
3– + –
BrO (aq) + 6 H (aq) + 6 e ⇌ Br (aq) + 3 H2O
– +1,42
3+ –
Au (aq) + 3 e ⇌ Au(s) +1,36

Cl2(g) + 2 e ⇌ 2 Cl (aq)
– +1,23
+
O2(g) + 4 H (aq) + 4 e ⇌ 2 H2O
– +1,07

Br2(aq) + 2 e ⇌ 2 Br (aq)
– +0,96
– + –
NO3 (aq) + 4 H (aq) + 3 e ⇌ NO(g) + 2 H2O +0,80
+ –
Ag (aq) + e ⇌ Ag(s) +0,77
3+ –
Fe (aq) + e ⇌ Fe (aq)
2+ +0,54
I2(s) + 2 e– ⇌ 2 I (aq)
– +0,49

NiO2(s) + 2 H2O + 2 e ⇌ Ni(OH)2(s) + 2 OH (aq)
– +0,34
2+ –
Cu ((aq) + 2 e ⇌ Cu(s) +0,17
2– + –
SO4 (aq) + 4 H (aq) + 2 e ⇌ Ni(OH)2(s) + 2 OH (aq)
– +0,07

AgBr(s) + e ⇌ Ag(s) + Br (aq)
– 0
+ –
2 H (aq) + 2 e ⇌ H2(g) –0,14
2+ –
Sn (aq) + 2 e ⇌ Sn(s) –0,25
2+ –
Ni (aq) + 2 e ⇌ Ni(s) –0,28
2+ –
Co (aq) + 2 e ⇌ Co(s) –0,36

PbSO4(s) + H+(aq) + 2 e ⇌ Pb(s) + HSO (aq)
4– –0,40
2+ –
Cd (aq) + 2 e ⇌ Cd(s) –0,44
2+ –
Fe (aq) + 2 e ⇌ Fe(s) –0,74
2+ –
Cr (aq) + 3 e ⇌ Cr(s) –0,76
2+ –
Zn (aq) + 2 e ⇌ Zn(s) –0,83

2 H2O + 2 e ⇌ H2(g) + 2 OH (aq)
– –1,66
3+ –
Al (aq) + 3 e ⇌ Al(s) –2,37
2+ –
Mg (aq) + 2 e ⇌ Mg(s) –2,71

Na+(aq) + e ⇌ Na(s) –2,76
2+ –
Ca (aq) + 2 e ⇌ Ca(s) –2,92
+ –
K (aq) + e ⇌ K(s) –3,05
+ –
Li (aq) + e ⇌ Li(s) (Sumber: Job & Ruffler, 2015)

2.2 Persamaan dan Hukum Dasar

2.2.1 Hukum Nernst


Persamaan Nernst adalah persamaan yang melibatkan potensial sel dengan
konsentrasi suatu reaksi. Reaksi oksidasi reduksi banyak yang dapat
1

dilangsungkan pada kondisi tertentu untuk membangkitkan listrik. Dasarnya


bahwa reaksi oksidasi reduksi itu harus berlangsung spontan di dalam larutan air
jika bahan pengoksidasi dan pereduksi tidak sama. Dalam sel Galvani oksidasi
diartikan sebagai dilepaskannya elektron oleh atom, molekul atau ion dan reduksi
berarti diperolehnya elektron oleh partikel-partikel itu. Sebagai contoh reaksi
oksidasi sederhana dan berlangsung spontan adalah bila lembar tipis zink
dibenamkan dalam suatu larutan tembaga sulfat maka akan terjadi logam tembaga
menyepuh pada lembaran zink dan lembaran zink lambat laun melarut dan
dibebaskan energi panas (Keenan, 1980).
d
a a
sel sel - n
ln
aa a
...........................................................................(2.2)

Keterangan:
d
aa a a a = Aktivitas yang dipangkatkan dengan koefisien reaksi
n = Jumlah elektron yang bertukar
F = Konstanta Faraday (Yelmida, dkk, 2013).
Sel yang mencapai kesetimbangan kimia dapat melakukan kerja listrik
ketika reaksi di dalamnya menggerakkan elektron-elektron melalui sirkuit luar.
Kerja yang dapat dipenuhi oleh transfer elektron tertentu bergantung pada beda
potensial antara kedua elektron. Perbedaan potensial ini disebut potensial sel dan
diukur dalam volt (V). Jika potensial sel besar maka sejumlah elektron tertentu
yang berjalan antara kedua elekroda dapat melakukan kerja listrik yang besar.
Sebaliknya, jika potensial sel kecil maka elektron dalam jumlah yang sama hanya
dapat melakukan sedikit kerja (Keenan, 1980).
Sel yang reaksinya ada dalam kesetimbangan tidak dapat melakukan kerja
dan sel demikian memiliki potensial sel sebesar nol. Pada sel konsentrasi
digunakan dua elektroda yang sama namun konsentrasi larutannya yang berbeda.
Elektroda dalam larutan pekat merupakan katoda (tempat terjadinya reaksi
reduksi) sedangkan elektroda dalam larutan encer merupakan anoda (tempat
terjadinya reaksi oksidasi) (Keenan, 1980).
Pada persamaan Nernst, K bukanlah suatu tetapan kesetimbangan Karena
larutan-larutan yang diperkirakan adalah pada konsentrasi-konsentrasi awal dan
bukan konsentrasi kesetimbangan. Bila suatu sel volta telah mati atau terdiscas
1

habis, barulah sistem itu berada dalam kesetimbangan. Pada kondisi ini Esel = 0
dan faktor K dalam persamaan Nernst setara dengan tetapan kesetimbangan
(Keenan, 1980).

2.2.2 Hukum Faraday


Di awal abad ke-19, Faraday menyelidiki hubungan antara jumlah listrik
yang mengalir dalam sel dan kuantitas kimia yang berubah di elektroda saat
elektrolisis. Ia merangkumkan hasil pengamatannya dalam dua hukum di tahun
1833 :
1. Jumlah zat yang dihasilkan di elektroda sebanding dengan jumlah arus listrik
yang melalui sel.
2. Bila sejumlah tertentu arus listrik melalui sel, jumlah mol zat yang berubah di
elektroda adalah konstan tidak bergantung jenis zat. Misalnya, kuantitas listrik
yang diperlukan untuk mengendapkan 1 mol logam monovalen adalah 96485 C
(Coulomb) tidak bergantung pada jenis logamnya.
Coulomb adalah satuan muatan listrik, dan 1 C adalah muatan yang
dihasilkan bila arus 1 A (Ampere) mengalir selama 1 detik . Tetapan fundamental
4
listrik adalah konstanta Faraday , F = 9,65 x10 C, yang didefinisikan sebagai
kuantitas listrik yang dibawa oleh 1 mol elektron. Dimungkinkan untuk
menghitung kuantitas mol perubahan kimia yang disebabkan oleh aliran arus
listrik yang tetap mengalir untuk rentang waktu tertentu.
Elektrolisis larutan garam dapur dengan elektroda yang terbuat dari tembaga
+
akan menghasilkan ion tembaga (I) yaitu Cu pada anoda. Ion tembaga ini
membentuk tembaga (I) oksida yang mengendap. Jumlah listrik yang diperlukan
untuk mengoksidasi satu mol atom tembaga menjadi satu mol ion tembaga (I)
dapat diukur. Dari jumlah muatan pada satu ion tembaga (I) kita dapat
menghitung bilangan Avogadro ( ). Menurut Millikan, jumlah muatan satu
-19
elektron adalah = 1,602 x 10 Coulomb, sehingga jumlah elektron dalam 1
23
Faraday sama dengan 6,023 x 10 elektron (atau bilangan Avogadro, ) (Bird,
1987).
BAB III METODOLOGI
PERCOBAAN

3.1 Alat yang Digunakan


Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1. Penjepit
2. Kertas Saring
3. Kabel Penjepit
4. Kertas Amplas
5. Amperemeter
6. Hot Plate
7. Gelas ukur 100mL
8. Gelas Piala 100 mL
9. Gelas Piala 250 mL
10. Labu ukur 100 mL
11. Labu ukur 250 mL
12. Pipet Tetes
13. Lembaran seng dan tembaga
14. Sumber arus DC
15. Tisu
16. Termometer
17. Stopwatch
18. Neraca Analitik

3.2 Bahan yang Digunakan


Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini sebagai berikut:
1. NaCl
2. NaOH
3. KNO3
4. Akuades
5. CuSO4.H2O
6. ZnSO4.H2O

13
1

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro


1. Larutan A disiapkan (larutan A terdiri dari 25 gram NaCl dan 0,25 gram
NaOH diencerkan menggunakan akuades di dalam labu ukur 250 mL).
2. Dua buah lempeng tembaga yang akan digunakan sebagai elektroda
disiapkan, kemudian dibersihkan dengan amplas.
3. Ditimbang menggunakan neraca analitik elektroda yang telah dibersihkan
4. Dicelupkan kedua elektroda kedalam 80 mL larutan yang telah disiapkan
5. Alat dirangkai seperti gambar 3.1
6. Dipanaskan larutan hingga suhu mencapai konstan 80
7. Dialirkan arus DC menggunakan kabel ke kedua elektroda
8. Diamati selama 10 menit
9. Ditimbang kembali kedua elektroda tersebut untuk mendapatkan berat akhir
dari elektroda.

3.3.2 Mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nernst


1. Disiapkan potongan tembaga dan seng kemudian dibersihkan dengan
amplas
2. Disiapkan larutan CuSO4 1.0 M sebanyak 40 mL dan dimasukkan kedalam
gelas kimia. Kemudian disiapkan 40 mL larutan ZnSO4 1,0 M kedalam
gelas kimia lainnya.
3. Disiapkan 20 mL larutan KNO3, kemudian celupkan kertas saring yang
telah digulung kedalam larutan tersebut.
4. Dirangkai alat seperti gambar 3.2, kemudian celupkan elektroda kedalam
larutan. Elektroda tembaga sebagai katoda dicelupkan kedalam larutan
CuSO4 1.0 M dan elektroda seng sebagai anoda dicelupkan dilarutan ZnSO4
1,0 M.
5. Dimasukkan kertas saring dikedua gelas kimia sebagai jembatan garam.
6. Diulang prosedur 4 dengan larutan ZnSO4 1,0 M dan larutan CuSO4 yang
lebih encer (0,1 M, 0,01 M, 0,001 M).
7. Diamati dan dicatat nilai yang diukur pH meter berulang pada setiap
pergantian larutan CuSO4
1

3.4 Rangkaian Alat


KETERANGAN :
1. Hot Plate
4
2. Gelas Piala
3. Elektroda
4. Termometer
5 5. Kabel
3
6. Sumber arus DC

2
6
1

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Sel Elektrolisis

KETERANGAN :
1. Gelas Piala
2. Elektroda Seng
4
3 3. Jembatan Garam
4. Elektroda Tembaga
5. Kabel
6. pH Meter
5 2

1
CuSO4 ZnSO4

Gambar 3.2 Rangkaian Alat Mengukur GGL Sel


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

4.1.1 Hasil elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro


Adapun hasil dari percobaan ini sebagai berikut:
Tabel 4.1 Pengamatan Elektrolisis Untuk Menentukan Bilangan Avogadro
Prosedur Pengamatan
Disiapkan larutan A (250 NaCl dan Larutan keruh
0,25 NaOH)
Disiapkan 2 buah lempeng tembaga Lempeng tembaga berwarna jingga
yang sudah dibersihkan dan kemerahan
ditimbang
Dicelupkan kedua elektroda tembaga Elektroda berada di dasar gelas piala
ke dalam larutan A
Dipanaskan larutan sampai suhu Larutan keruh, warna larutan merah
80 , aliran listrik dihidupkan (10 menit) jingga dan terdapat endapan

Tabel 4.2 Hasil Percobaan Elektrolisis Untuk Menentukan Bilangan Avogadro


Parameter Hasil
Waktu percobaan 10 menit
Berat anoda awal 6,97 gram
Berat anoda akhir 6,95 gram
Perbandingan berat anoda 0,02 gram
Aliran listrik 7A

Tabel 4.3 Pengamatan Mengukur GGL Sel dan Menguji Persamaan Nernst
Prosedur Pengamatan
Disiapkan potongan tembaga dan Lempeng tembaga berwarna merah
seng jingga dan lempeng seng berwarna putih
keabu-abuan
Disiapkan larutan jenuh KNO3 Larutan tidak berwarna (bening)
Disiapkan 40 mL larutan ZnSO4 Larutan berwarna kuning
konsentrasi 1,0 M
Disiapkan 40 mL larutan CuSO4 Larutan berwarna biru pekat
konsentrasi 1,0 M
Disiapkan 40 mL larutan CuSO4 Larutan berwarna biru muda
konsentrasi 0,1 M
Disiapkan 40 mL larutan CuSO4 Larutan berwarna biru pudar
konsentrasi 0,01 M (mendekati bening)
Disiapkan 40 mL larutan CuSO4 Larutan berwarna biru lebih pudar
konsentrasi 0,001 M (mendekati bening)

16
1

Tabel 4.4 Hasil Percobaan Mengukur GGL Sel dan Menguji Persamaan Nernst
Konsentrasi ZnSO4 (M) Konsentrasi CuSO4 (M) E Sel (V)
1 1 0,7046
1 0,1 0,858
1 0,01 0,644
1 0,001 0,626

4.2 Pembahasan

4.2.1 Elektrolisis untuk Menentukan Bilangan Avogadro


Dalam percobaan ini dilakukan proses elektrolisis yang bertujuan untuk
menentukan bilangan Avogadro dengan cara elektrolisis logam Cu dan larutan
elektrolit yang berasal dari NaCl dalam suasana basa (dengan penambahan NaOH
sebagai pemberi suasana basa). Larutan tersebut dicampur dan dipanaskan hingga
suhu mencapai . Tujuan pemanasan dilakukan adalah untuk mempercepat
proses reaksi. Selanjutnya kedua elektroda dicelupkan kedalam larutan dan dialiri
dengan arus 7 A dan dilakukan selama 10 menit. Suhu dan arus dalam kondisi
konstan.
Pada saat proses berlangsung terbentuk gelembung-gelembung gas disekitar
elektroda dan endapan didasar larutan. Setelah proses dihentikan berat anoda
berkurang dan warnya menjadi lebih terang. Berat anoda yang sebelumnya 6,97 gr
bertambah menjadi 6,95 gr. Hal ini disebabkan karena timbulnya gelembung-
+2
gelembung gas pada elektroda sehingga terjadinya aliran elektron dari Cu/Cu
+2
menuju ke larutan sehingga ion positif mengalami reduksi pada katoda Cu/Cu
+2
tersebut sedangkan ion negatif dari larutan akan ditarik ke anoda Zn/Zn
+2
sekaligus mengalami oksidasi pada anoda Zn/Zn tersebut (Haryati, 2016).
a l(aq) a aq l aq
atoda ( u) (l ) e aq
noda ( u) u(s) u aq e
a l () u(s) a aq l aq aq u
Jadi, dapat disimpulkan bahwa gelembung-gelembung yang terbentuk
disekitar elektroda merupakan gas H2 hasil dari reduksi air pada katoda dan
endapan yang menjadikan larutan keruh merupakan logam Cu yang teroksidasi
(Saputra, 2016).
1

4.2.2 Mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nernst


Percobaan ini dilakukan untuk mengukur GGL sel dan menguji persamaan
Nernst. Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan larutan KNO3 yang akan
digunakan sebagai jembatan garam. Selanjutnya masukkan larutan CuSO4 1,0 M
dan ZnSO4 1,0 M dalam gelas kimia yang berbeda. Celupkan lembaran Zn dan Cu
kedalam larutan dan hubungkan dengan kabel. Lalu letakkan jembatan garam
diantara gelas kimia dengan kedua ujungnya tercelup dalam larutan.
Logam Zn akan melepaskan elektron dan berubah membentuk ion dan
bergabung dalam larutan ZnSO4. Elektron mengalir dari elektroda Zn ke elektroda
Cu. Ion dalam larutan CuSO4 menerima elektron dan ion tersebut berubah
membentuk endapan logam Cu. Jembatan garam yang digunakan dalam
percobaan ini sebagai penghubung antara kedua larutan. Fungsi jembatan garam
ini adalah penyetara kation dan anion dalam larutan. Hal ini dikarenakan terjadi
+2
kenaikan jumlah ion Zn dalam larutan ZnSO4 sedangkan dalam larutan CuSO4
+2
terjadi penurunan ion Cu , dalam keadaan normalnya, maka banyaknya kation
+2 +2 -2
dalam hal ini Zn dan Cu harus setara dengan anion SO4 (Ahmad Pauzi, dkk.,
2019). Selanjutnya dilakukan percobaan dengan mengganti konsentrasi CuSO4 1,0
M menjadi 0,1 M; 0,01 M dan 0,001 M. Konsentrasi larutan CuSO4

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Nilai GGL Sel VS Konsentrasi CuSO4


1

Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa variasi konsentrasi CuSO4


mempengaruhi nilai GGL sel. Semakin rendah konsentrasi CuSO4 yang
digunakan maka semakin kecil pula nilai GGL sel yang didapat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Suyatna (2013) dimana konsentrasi sel yang reaksi totalnya
hanya berupa perubahan konsentrasi reaksi keseluruhannya merupakan
perpindahan materi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
Sehingga penurunan konsentrasi CuSO4 yang dilakukan pada percobaan
mengakibatkan perbedaan potensial yang semakin menurun. Hal ini juga sesuai
dengan persamaan Nernst dimana pada persamaan Nernst, bentuk tereduksi
berbanding lurus dengan E (volt). Pada percobaan ini, Cu mengalami reduksi.
Perubahan aktivitas elektron pada Cu berbanding lurus dengan konsentrasi.
Berdasarkan percobaan dan teori, dapat diketahui bahwa semakin besar nilai
konsentrasi dari senyawa yang mengalami reduksi, maka akan semakin besar pula
nilai E-nya (Suyatna, 2013).
Berdasarkan hasil percobaan dapat dilihat bahwa nilai E sel menurun
dengan menurunya konsentrasi CuSO4 yaitu dari 0,7046 V untuk 1 M; 0, 658 V
untuk 0,1 M; 0,644 V untuk 0,01 M dan 0,626 V untuk 0,001 M. Hal ini
disebabkan sel yang reaksi totalnya hanya berupa perubahan konsentrasi reaksi
keseluruhannya merupakan perpindahan materi dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi yang lebih rendah. Jadi penurunan konsentrasi CuSO4 yang dilakukan
pada sel percobaan mengakibatkan perbedaan potensial yang semakin menurun
(Shibata, 2015).
BAB V KESIMPULAN DAN
SARAN

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Elektrolisis larutan elektrolit dari NaCl dan NaOH dengan elektroda Cu
menghasilkan bilangan Avogadro sebesar elektron.
2. Nilai E sel yang diperoleh dari berbagai variasi konsentrasi CuSO4 1 M; 0,1
M; 0,01 M; 0,001 M; dan ZnSO4 1 M yaitu 0,7046 V; 0,658 V; 0,644 V;
dan 0,626 V.
3. Dari hasil percobaan biasa disimpulkan bahwa konsentrasi larutan Cu
berbanding lurus dengan nilai gaya gerak listrik sel, dimana semakin kecil
konsentrasi CuSO4 maka semakin kecil pula nilai Esel. Hal ini menunjukan
bahwa persamaan Nernst terbukti sesuai dengan hasil percobaan yang telah
dilakukan.

5.2 Saran
Adapun saran dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Logam yang digunakan pada percobaan elektrolisis dan penentuan gaya
gerak listrik sebaiknya dibersihkan secara teliti.
2. Pahami dengan benar perhitungan dalam pembuatan larutan.

20
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P. W. 1983. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Ahmad Pauzi, G., Anjarwati, A. , Saudi Samosir, A., Ratna Sulistiyanti, S., &
Simanjuntak, W. (2019). Analisis Pemanfaatan Jembatan Garam Kcl Dan
Nacl Terhadap Laju Korosi Elektroda Zn Pada Sel Volta Menggunakan Air
Laut Sebagai Elektrolit. Analit: Analytical and Environmental Chemistry,
4(02), 50–58.
Ana, M. F. (2017). Pengembangan Kit Microscale Untuk Melatihkan
Keterampilan Proses Sains Pada Materi Sel Elektrokimia Kelas XII SMA
(Development Kit Microscale Science Process Skills To Instruct On
Electrochemistry Cell Topic Class Xiith High School). UNESA Journal of
Chemical Education, 6(2).
Asmara, A. P. (2014). Pengembangan Audio Visual Tentang Praktikum Reaksi
Oksidasi Reduksi dan Elektrokimia Sebagai Media Pembelajaran Mandiri
Bagi Siswa SMA/MA Kelas XII Semester 1. Jurnal Lantanida, 2(2), 156-
159.
Bird, T. (1987). Penuntun Praktikum Kimia Fisika untuk Universitas. Gramedia.
Jakarta.
Harahap, M. R. (2016). Sel Elektrokimia: Karakteristik dan Aplikasi. CIRCUIT:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro, 2(1), 177–180.
Haryati, T. (2016). Pengaruh Arus Listrik Terhadap Produksi Gas Hidrogen dengan
Elektrolit Natrium Hidroksida. Politeknik Negeri Sriwijaya.
Job, G., & Rüffler, R. (2015). Physical chemistry from a different angle:
Introducing chemical equilibrium, kinetics and electrochemistry by
numerous experiments.
Muzyanah, S., Asmaningrum, H. P., & Buyang, Y. (2018). Efektivitas
penggunaan media edmodo sebagai penunjang pembelajaran kimia.
Musamus Journal of Science Education, 1(1), 033-045.
Saputra. (2016). Prototype Oxyhydrogen Fuel Generator Pengaruh Suplai Arus
Listrik dalam Produksi Gas Oxhydrogen dengan Metode Elektrolisis
Menggunakan Larutan Natrium Klorida sebagai Elektrolit. Tesis, Politeknik
Negeri Sriwijaya.
Shibata, J. H. (2015). Review of Physical Chemistry for the Chemical Sciences .
In Journal of Chemical Education, 92(9), 1435-1436.
Suyatna. (2013). Potensiometri. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Press.
Tiara Dewi, Muhammad Amir Masruhim, R. S. (2016). Modul Pemberlajaran
SMA Kimia., 5–24.
Utami, L., & Lazulva, L. (2017). Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Pinang (Areca
chatecu L.) sebagai Biosorben untuk Mengolah Logam Berat Pb (II). Al-
Kimia, 5(2), 109-118.
Wibisono, A., Jostanto, A., Natalia, C., Leonardo, M., Adhitnya, N., Putri, R. C.,
Stanley, Sudargo, S. W., & Avrilia, S. T. (2021). Aplikasi Elektrolisis dalam
Pembuatan Produk Kimia di PT Pabrik Kerbas Tjiwi Kimia Tbk. 1–26.
Yulianti, D., Supriyanto, & Pauzi, G. A. (2017). Analisis Kelistrikan Sel Volta
Memanfaatkan Logam Bekas. Jurnal Teori Dan Aplikasi Fisika, 5(1), 49–57.

21
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

B.1 Pengenceran Larutan


1. CuSO4 0,1 M dari CuSO4 1 M

,
V1 = 10 mL

2. CuSO4 0,01 M dari CuSO4 0,1 M

,
V1 = 10 mL

3. CuSO4 0,001 M dari CuSO4 0,01 M

,
V1 = 10 mL
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN
C.1 Tugas
C.1.1 Elektrolisis untuk menentukan bilangan Avogadro
1. Hitung berapa Coulomb diperlukan untuk mengoksidasi x gram tembaga
Jawab : Untuk x gram tembaga
t
ampere detik

2. Hitung berapa Coulomb diperlukan untuk mengoksidasi 1 mol tembaga


(berat molekul tembaga 63,54)
Jawab : Untuk 1 mol tembaga, Q =
r u ,
,
, ,

+
3. Muatan satu ion Cu adalah , coulomb. Hitung jumlah ion Cu+
yang terbentuk dalam percobaan (jumlah atom Cu dalam satu mol tembaga
sama dengan )
Jawab :
,
,

Jumlah ion = , , ,

, ,
,
,

C.1.2 Mengukur GGL sel dan menguji persamaan Nernst


1. Tulis reaksi sel dan bentuk umum persamaan Nernst untuk sel tersebut
Jawab :
n n e Anoda
u e u Katoda
n u n u
Persamaan Nernst :

sel sel ln [ n ][ u] [ n][ u ]


n

+2 +2
2. Buat kurva E sel sebagai fungsi log [Zn ] / [Cu ]

3. Hitung gradien dan perpotongan kurva dengan sumbu Y


Jawab:

4. Bandingkan hasil yang diperoleh dengan gradien teoritis yang dihitung


dengan menggunakan persamaan Nernst dan bandingkan juga dengan E o
sel literasi.
n n e sel ,
u e u ,
n u n u sel ,

sel literatur , keadaan standar

sel per o aan , keadaan standar

C.2 Pertanyaan
1. Apakah nama endapan merah / jingga yang terbentuk dalam percobaan
elektrolisis?
Jawab: Endapan merah yang terbentuk pada sel elektrolisis adalah Cu2O
Tembaga (I) oksida.
2. Apakah yang mungkin menjadi sumber kesalahan dalam pengujian
persamaan Nernst?
Jawab: Sumber kesalahan pada pengujian persamaan Nernts adalah
aktifitas, konsentrasi, dan pengukuran GGL dengan alat Amper
meter.

Anda mungkin juga menyukai