Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PENENTUAN KELARUTAN ELEKTROLIT


SECARA KONDUKTOMETRI

Oleh :
KELOMPOK 8 KELAS C

Irsal Hanafi (2017125650)

Asisten :
Ryo Malvin

Dosen Pengampu :
Sri Rezeki Muria S.T., M.P., M.Sc.

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3
2.1 Konduktometri...................................................................................3
2.2 Konduktivitas.....................................................................................4
2.3 Konduktansi.......................................................................................6
2.4 Kelarutan............................................................................................7
2.5 Daya Hantar Listrik............................................................................8
2.6 Titrasi Konduktometri........................................................................8
2.7 Natrium Hidroksida............................................................................9
2.7.1 Sifat Fisika Natrium Hidroksida...............................................9
2.7.2 Sifat Kimia Natrium Hidroksida..............................................9
2.8 Akuades............................................................................................10
2.8.1 Sifat Fisika Akuades...............................................................10
2.8.2 Sifat Kimia Akuades..............................................................11
2.9 Perak Nitrat......................................................................................11
2.10 Hidrogen Klorida.............................................................................12
2.11 Kalium Nitrat...................................................................................12
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM..................................................14
3.1 Bahan dan Alat..................................................................................14
3.1.1 Bahan-bahan.............................................................................14
3.1.2 Alat-alat....................................................................................14
3.2 Prosedur Praktikum...........................................................................15
3.2.1 Persiapan Larutan.....................................................................15
3.2.2 Titrasi Asam Basa Secara Konduktometri...............................15
3.2.3 Menentukan Kelarutan AgCl Secara Konduktometri..............15
3.3 Pengamatan.......................................................................................15
3.3 Rangkaian Alat..................................................................................17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................18
4.1 Hasil..................................................................................................18
4.2 Pembahasan.......................................................................................19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................23
5.1 Kesimpulan.......................................................................................23
5.2 Saran.................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................24
LAMPIRAN A LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN B PERHITUNGAN
LAMPIRAN C TUGAS
LAMPIRAN D DOKUMENTASI

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Molekul Akuades...............................................................10


Gambar 3.1 Rangkaian Alat Proses Titrasi..........................................................16

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis Larutan.........................................................................................7


Tabel 2.2 Sifat fisika natrium hidroksida..............................................................9
Tabel 2.3 Sifat Fisika Akuades……………….....................................................11
Tabel 4.1 Hasil percobaan titrasi asam basa secara konduktometri.....................17
Tabel 4.2 Hasil Percobaan Tahanan Larutan Secara Konduktometri...................18
Tabel 4.3 Hasil Percobaan Triplo Tahanan Secara Konduktometri AgCl jenuh..18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengembangan teknik analisis kimia terus dikembangkan menjadi lebih
canggih dan minimalis ukurannya. Tidak hanya pengembangan metode
potensiometri yang dimulai dengan pengembangan elektroda yang digunakan.
Analisa suatu sampel larutan dapat juga didasarkan pada kemampuan suatu ion
untuk menghantarkan muatan listrik diantara kedua elektroda. Larutan elektrolit
mempunyai kemampuan menghantarkan arus listrik, kemampuan ini merupakan
sifat yang berguna untuk menyelesaikan masalah dibidang elektrokimia. Daya
hantar listrik suatu larutan bergantung pada pergerakan ion dalam suatu larutan,
ion yang bergerak dengan mudah mempunyai daya hantar listrik yang besar.
Teknik analisa kimia yang didasarkan atas daya hantar listrik suatu larutan
tersebut dikenal sebagai konduktometri. Metode konduktometri ini dapat juga
digunakan dalam penentuan kadar suatu zat dalam sampel dan dapat digunakan
dalam memisahkan zat-zat logam yang berbahaya yang ada dalam air.
Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi
bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikut
reaksikan titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan
sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui, Berarti selama
pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap. Hantaran sebanding
dengan konsentrasi larutan pada temperature tetap,tetapi pengenceran akan
menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi
(Khopkar,2003).
Teknik ini menggunakan dua elektroda yang bersifat inert. Pengukuran
pada teknik ini berbeda dengan dengan potensiometri. Potensiometri mengukur
potensial antara dua elektroda sedangkan konduktometri mengukur konduktansi
elektrolit antara kedua elektroda. Hal ini dikarenakan pengukuran konduktovitas
(hantaran) dapat digunakan untuk penentuan titik akhir titrasi atautitik ekuivalen

1
2

titrasi. Larutan yang akan diukur konduktansinya adalah penghantar listrik yang
baik. Beberapa contoh titrasi konduktometri yang sering ditemui adalah titrasi
asam kuat basa kuat seperti larutan HCl dititrasi oleh NaOH. Oleh karena itu,
pada praktikum ini dilakukan penentuan kelarutan elektrolit secara konduktometri
utuk mengentahui konsentrasi asam basa, konstanta sel, dan kelarutan AgCl
secara konduktometri.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari penentuan kelarutan elektrolit secara konduktometri
adalah :
1. Menentukan konsentrasi asam basa secara konduktometri.
2. Menentukan konstanta sel konduksi.
3. Menentukan kelarutan AgCl secara konduktometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konduktometri
Konduktometri merupakan suatu metode analitik yang menggunakan dua
elektroda inert (platinum yang terplatinisasi) untuk mengukur konduktansi/daya
hantar larutan elektrolit diantara kedua elektroda tersebut. Konduktometri Salah
satu sifat larutan elektrolit adalah kemampuannya untuk menghantarkan arus
listrik. Sifat hantaran ini sangat berguna di dalam pemecahan berbagai persoalan
dalam bidang elektroanalisis. Secara kuantitatif sifat hantaran hantaran ini dapat
digunakan untuk analisis suatu zat yang dipelajari dalam konduktometri. Metode
pengukuran konduktansi dapat digunakan pada proses titrasi jika perbedaan
konduktansi antar larutan cukup besar sebelum dan sesudah penambahan titran.
Pengukuran dilakukan dengan mengukur konduktansi larutan tiap penambahan
titran.
Konduktometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur daya
hantar dari suatu larutan dan mengukur derajat ionisasi dari suatu larutan
elektrolit dalam air dengan menentukan konduktivitas larutan dan menentukan
resistansi kolom cairan. Selain itu konduktometer memiliki pengaplikasian yang
lain yaitu bertujuan untuk mengukur daya hantar listrik yang disebabkan oleh
pergerakan partikel di dalam larutan. Penggunaan konduktometer di laboratorium
antara lain untuk pengukuran langsung daya hantar saling larut larutan elektrolit,
untuk mengukur daya hantar larutan dalam sampel air atau air limbah, sampel
makanan/minuman atau farmasi, untuk penggunaan laboratorium dalam titrasi
netralisasi dan pengendapan, dan menentukan kelarutan serta produk dari
kelarutan (K dan Ksp) elektrolit yang tidak larut (sulit larut). Dalam titrasi
konduktometri ion atau jumlah ion berubah selama titrasi, sehingga mengubah
daya hantar listrik larutan (Herawati, 2020).
Prinsip kerja dari konduktometer adalah merendam sel penghantar dalam
larutan kation dan anion yang ada dalam larutan dan menghasilkan sinyal listrik

3
4

menuju sel penghantar berupa hambatan listrik larutan. Perangkat mengubah


hambatan listrik menjadi konduktivitas larutan. Semakin tinggi konsentrasi misel
dalam larutan, semakin tinggi nilai konduktivitasnya. Hal ini dikarenakan
semakin banyak ion dari larutan yang bersentuhan dengan penghantar. Dan
semakin tinggi suhu larutan, semakin tinggi pula nilai konduktivitasnya. Ini
karena partikel berada di lingkungan. Terletak di tempat yang suhunya naik,
partikel secara tidak langsung menerima energi tambahan dari luar, sehingga
partikel memiliki energi kinetik yang lebih tinggi (gerakan molekul lebih cepat).
Akibatnya konduktor semakin sering bersentuhan dengan ion larutan (Nurman,
2018).
Konduktansi sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperatur tetap,
dan perubahan konsentrasi akan menyebabkan konduktansinya selalu berubah
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik
suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan
konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan
pergerakan suatu pergerakan di dalam larutan ion yang mudah bergerak
mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G) merupakan
kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar list (R), sehingga daya hantar
listrik mempunyai satuan ohm. Bila arus listrik dialirkan dalam suatu larutan
mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan
luas permukaan permukaan elektroda elektroda (A) dan berbanding terbalik
dengan jarak kedua elektroda (l) (Sahirman, 2013).
1 [A]
G= =k ………………………….......................................
R I
…… (2.1)
Dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm -1 cm-1

2.2 Konduktivitas
Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur hanya
bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan
suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion
berada per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara
5

dua elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup
seluruh larutan, konduktansi akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian
besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-
elektrolit kuat oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah
(Basset, 1994).
Konduktivitas listrik adalah ukuran kemampuan suatu larutan untuk
menghantarkan arus listrik. Arus listrik di dalam larutan dihantarkan oleh ion
yang terkandung di dalamnya. Ion memiliki karakteristik tersendiri dalam
menghantarkan arus listrik. Maka dari itu nilai konduktivitas listrik hanya
menunjukkan konsentrasi ion total dalam larutan (Manalu, 2014). Banyaknya ion
di dalam larutan juga dipengaruhi oleh padatan terlarut di dalamnya. Semakin
besar jumlah padatan terlarut di dalam larutan maka kemungkinan jumlah ion
dalam larutan juga akan semakin besar, sehingga nilai konduktivitas listrik juga
akan semakin besar. Hubungan konduktivitas dan Resistivitas Semakin mudah
suatu bahan menghantarkan listrik maka semakin besar konduktivitasnya dan
semakin kecil resistivitasnya, sebaliknya semakin sulit bahan menghantarkan
listrik maka semakin kecil konduktivitasnya dan semakin besar resistivitasnya.
Jadi ada hubungan langsung antara konduktivitas dan resisitivitas.
Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur hanya
bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan
suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun. Penentuan konduktivitas
listrik larutan elektrolit, yaitu kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan
arus listrik. Konduktivitas mempunyai hubungan terbalik dengan tahanan larutan
yang bersangkutan. Pengukuran konduktivitas pada dasarnya dilakukan dengan
mengukur tahanan dari larutan pengukuran konduktivitas pada dasarnya
dilakukan dengan mengukur tahanan dari larutan (Sukisna, 2019).
Dalam cairan atau gas, umumnya terdapat baik ion positif atau ion negatif
yang bermuatan tunggal atau kembar dengan massa yang sama atau berbeda.
Konduktivitas akan terpengaruh oleh semua faktor-faktor tersebut. Tapi kalau kita
anggap semua ion adalah sama, demikian pula ion positif, maka konduktivitasnya
hanya terdiri dari dua suku. Hubungan antara konsentrasi dan konduktivitas
6

larutan berhubungan dengan penentuan larutan asam, basa dan garam. Hal ini
disebut sebagai larutan elektrolit yang mana dapat menghantarkan arus listrik,
atau dapat juga disebut sebagai konduktor listrik. Konduktivitas listrik ditentukan
oleh sifat elektrolit dan konsentrasi larutan. Pengukuran konduktivitas suatu
larutan dapat dilakukan dengan pengukuran konsentrasi larutan, yang dinyatakan
dengan persen berat, part per million (ppm) dan lain sebagainya (Sinaga, 2010).
Hukum Ohm menjelaskan tentang hubungan antara arus, beda potensial,
dan tahanan , yaitu I = V/R, dimana I adalah arus dalam ampere, V adalah beda
potensial dalam volt, dan R adalah tahanan atau resistansi dalam ohm. Hukum ini
akan berlaku jika difusi dan reaksi elektroda tidak terjadi. Hantaran juga dapat
diartikan sebagai kebalikan dari tahanan, sehingga I = VL. Satuan dari hantaran
(konduktansi) adalah mho (Khopkar, 1990).

2.3 Konduktansi
Pengukuran konduktansi larutan adalah teknik elektroanalitik yang
menemukan aplikasi dalam berbagai bahan kimia dan studi biokimia. Misalnya,
konduktansi dapat digunakan untuk menilai kemurnian pelarut, menentukan
kekuatan ion relatif larutan (termasuk berfungsi sebagai detektor untuk ion
kromatografi), monitor pembubaran kinetika dan pendekatan keseimbangan untuk
garam larut sebagian, menentukan konsentrasi kritik misel, tentu saja berdasarkan
beberapa reaksi enzimatik, serta data dasar termodinamika yang tersedia untuk
larutan elektrolit. Ketika dua elektroda dicelupkan dalam larutan elektrolit dan
diterapkan potensial listrik diantara kedua elektroda, arus akan dihasilkan dalam
sirkuit eksternal yang menghubungkan dua elektroda (Mulyasuryani, 2008).
Ketika dua elektroda dicelupkan dalam larutan elektrolit dan diterapkan
potensial listrik diantara kedua elektroda, arus akan dihasilkan dalam sirkuit
eksternal yang menghubungkan dua elektroda. Mekanisme aliran listrik antara
dua elektroda dalam larutan adalah gerakan ion dalam larutan tersebut. Bila tida
cukup untuk terjadinya elektrolisis larutan, besar nya arus yang diamati umumnya
mematuhi Hukum Ohm :
E=iR…………………………………………………………..……… (2.2)
7

2.4 Kelarutan
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia (zat terlarut) untuk larut ke
dalam pelarut. Kelarutan juga didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu. Kelarutan
suatu senyawa tergantung pada sifat fisika kimia zat pelarut dan zat terlarut,
temperatur, pH larutan, tekanan untuk jumlah yang lebih kecil tergantung pada hal
terbaginya zat terlarut. Bila suatu pelarut pada temperatur tertentu melarutkan
semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya larutan ini disebut larutan
jenuh (Martin dkk, 2011). Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu
merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahkan
sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut mengendap (tidak
dapat larut lagi) (Roni, 2020).
Larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari
dua zat atau lebih . Suatu. Larutan disebut suatu campuran karena susunannya
dapat berubah-ubah. Larutan merupakan bahan yang penting untuk dipelajari
terutama menyangkut sifat komponen dan sifat larutan itu sendiri. Pengetahuan ini
bermanfaat dalam memprediksi jenis pelarut yang tepat dalam proses-proses
tertentu ,misalnya dalam isolasi bahan kimia dari bahan alam tertentu, pelarut
suatu bahan untuk berbagai keperluan praktis, pengembangan teori terutama
menyangkut campuran biner, campuran terner, serta keperluan-keperluan lainnya
dalam bidang sains dan teknologi (Nur, dkk., 2021).

Tabel 2.1 Jenis Larutan


Contoh Larutan Wujud Wujud Zat Wujud Pelarut
Larutan Terlarut
udara, gas alam gas gas gas
minyak wangi, antibeku cair cair cair
perunggu, kuningan padat padat padat
air berkarbonat cair gas cair
air laut, sirup cair padat cair
hidrogen dalam platina padat gas padat
(Sumber: Laili, 2017)
8

2.5 Daya Hantar Listrik


Larutan dapat dibagi menjadi dua berdasarkan daya hantar listriknya, yaitu
dapat berupa eletrolit dan non-elekrolit. Larutan yang dapat menghantarkan listrik
disebut larutan elektrolit. Larutan yang tidak menghantarkan listrik disebut larutan
non elektrolit. Dalam larutan elektrolit, ion yang menghantarkan listrik adalah ion
yang ada dalam larutan. Pada katoda, kation memperoleh elektron (berlangsung
reaksi reduksi), dan pada anoda, anion kehilangan elektron (reaksi oksidasi
berlangsung). Jika tidak ada ion dalam larutan, larutan tersebut tidak dapat
menghantarkan listrik (Rohman, 2013).
Senyawa elektrolit adalah senyawa yang mengionisasi ketika dilarutkan
dalam air. Senyawa elektrolit dapat dibedakan menjadi senyawa elektrolit kuat
dan senyawa elektrolit lemah. Senyawa elektrolit kuat adalah senyawa yang
terionisasi 7 sempurna atau hampir seluruhnya dalam air, sehingga semua atau
hampir semua senyawa menjadi ion.

2.6 Titrasi Konduktometri


Titrasi konduktometri adalah salah satu dari banyak jenis titrasi. untuk
Titrasi konduktometri ini tidak jauh berbeda dengan titrasi lainnya, yang
membedakan hanyalah Perbedaannya biasanya terletak pada bagaimana titik
ekivalen dari solusi ditemukan. kita Titik ekivalen konduktivitas larutan yang
akan diuji dapat diketahui, jika Konduktivitas konstan, menunjukkan apakah
titrasi mencapai ekuivalen Indikator harus digunakan dalam titrasi ini (Rohman,
2013).
Titrasi konduktometri didasarkan pada metode analisa kuantitatif yang
memanfaatkan daya hantar listrik suatu larutan. Besarnya daya hantar
yangdiperoleh bergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah jumlah
partikel-partikel bermuatan dalam larutan, jenis ion yang ada, mobilitas
ionmedia/pelarutnya, suhu, gaya tarik menarik ion dan jarak elektroda. Daya
hantarlistrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang
mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Pada konduktometri
9

menggunakan dua elektrode inert (platinum yang terplatinasi) untuk mengukur


konduktansi/daya hantar larutan elektrolit antara kedua elektrode tersebut,
biasanya digunakan arus bolak balik dan alat penyeimbang jembatan wheatstone
(Atkins, 2014).

2.7 Natrium Hidroksida


Natrium hidroksida (NaOH) juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida yang merupakan jenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida murni
berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun
larutan jenuh 50%. Natrium hidroksida sangat larut dalam air dan akan
melepaskan panas ketika dilarutkan. Natrium hidroksida juga larut dalam etanol
dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil
daripada kelarutan KOH (Kirk, dkk., 1981).

2.7.1 Sifat Fisika Natrium Hidroksida


NaOH merupakan zat berwarna putih dan rapuh dengan cepat dapat
mengabsorbsi uap air dan CO2 dari udara, kristal NaOH berserat membentuk
anyaman. NaOH mudah larut dalam air, jika kontak dengan udara akan mencair
dan jika dibakar akan meleleh (Kirk, dkk., 1981).
Adapun sifat–sifat fisika natrium hidroksida (NaOH):

Tabel 2.2 Sifat fisika natrium hidroksida


Karakteristik Nilai
Titik Leleh 323oC
Titik Didih 1390oC
Temperatur Kritis 2546,85oC
Tekanan Kritis 249,998 atm
Kapasitas Panas -36,56 Kkal/kg.oC
Densitas 1090,41 kg/m3
Panas Pembentukan 147,234 Kkal/kmol
Wujud Padat, kristal hiroskopis
Warna Putih
(Sumber: Perry,1984)

2.7.2 Sifat Kimia Natrium Hidroksida


NaOH adalah senyawa basa yang terbentuk dari proses elektrolisa cairan
garam NaCl. Pada proses elektrolisa, ion klor dari senyawa NaCl yang larut dalam
10

air teroksidasi menjadi gas Cl2 pada kutub anoda, kation H+ dari air tereduksi
menjadi gas H2 di kutub katoda, sehingga kation Na+ membentuk pasangan
dengan anion OH- dari air, membentuk senyawa NaOH di wadah elektrolisa.
Natrium hidroksida bereaksi dengan larutan asam membentuk air dan garam
natrium. Reaksi NaOH dengan larutan asam HCl berlawanan dengan reaksi
elektrolisa NaCl, dimana reaksi NaOH dan HCl justru menghasilkan larutan
garam dapur NaCl.

2.8 Akuades
Akuades merupakan air tawar yang dibuat dengan menghilangkan
pengotor pada air. Pengotor pada air dihilangkan dengan merebus air biasa hingga
mendidih dan mengembunkannya kembali menjadi air. Akuades disebut sebagai
distilled water dalam bahasa inggris yang mepunyai banyak kegunaan. Akuades
digunakan dalam berbagai bidang pada rumah tangga penggunaan akuades
terfokus sebagai air minum dikarenakan akuades termasuk kedalam air yang
dimurnikan (Schaffer, 2006). Struktur molekul dari akuades dapat dilihat pada
Gambar 2.3.

Gambar 2.1 Struktur Molekul Akuades (Schaffer, 2006)


Penggunaan lain akuades dalam rumah tangga adalah sebagai air
mandi,cuci dan kakus jika air tidak memenuhi standar air minum setelah direbus.
Akuades digunakan dalam laboratorium dikarenakan kandungan akuades yang
hampir tidak memiliki mineral membuat penggunaan akuades tidak menggangu
senyawa kimia yang ada dilaboratorium. Akuades digunakan dalam baterai mobil
dan juga sebagai pembersih alat operasi pada dunia medis (Schaffer, 2006).

2.8.1 Sifat Fisika Akuades


11

Secara fisika akuades sama dengan air pada umumnya yaitu berbentuk
cair, berwarna bening, tidak memiliki rasa dan tidak memiliki bau. Akuades dapat
diminum oleh manusia dikarenakan akuades merupakan jenis air yang setiap
pengotornya telah dihilangkan. Pengotor yang dihilangkan pada pembuatan
akuades juga meliputi zat-zat kimia yang baik bagi tubuh manusia sehingga
walaupun akuades aman diminum, akuades tidak akan memberikan manfaat bagi
tubuh manusia seperti air mineral yang biasa diminum (Ahsan dkk, 2014). Sifat
fisika akuades dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.3 Sifat Fisika Akuades


Parameter Nilai
Titik 0oC
Titik didih normal 100 oC
Viskositas 999,972
Densitas 0,793 gram/L
Index Pembiasan 1,3325
(Sumber: Schaffer, 2006)

2.8.2 Sifat Kimia Akuades


Akuades merupakan bentuk paling murni dari air dikarenakan akuades
hanya tidak mengandung senyawa lain. Akuades memiliki rumus senyawa sama
dengan air dengan satu atom oksigen yang mengikat 2 atom hidrogen. Akuades
juga bersifat polar sebagai hasil dari ikatan antara hidrogen dan oksigen. Air pada
umumnya memiliki sifat yang dapat menghantarkan listrik begitu juga dengan
akuades, namun proses penghilangan pengotor pada akuades memebuat
konduktivitas akuades lebih kecil dibanding air mineral dikarenakan mineral yang
terkandung pada air juga membantu dalam penghantaran listrik (Mystkowska dkk,
2013).

2.9 Perak Nitrat


Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak
berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO3 dan mudah larut dalam
alkohol, aseton dan air. Perak nitrat dapat dibuat dengan cara melarutkan perak
mentah dengan asam nitrat, namun perak merupakan logam reaktif yang
sukar larut dalam asam yang memiliki konsentrasi rendah. Oleh karena
12

itu oksidator diperlukan untuk mengoksidasi perak menjadi ion-ion perak.


Asam nitrat merupakan asam kuat yang bersifat oksidator sehingga dapat
melarutkan perak. Tetapi asam nitrat pada suhu ruangan tidak dapat
melarutkan perak karena energi yang dibutuhkan untuk melarutkan perak
sangat besar, sehingga dilakukan dengan pemanasan asam nitrat sampai suhu
9000C (Anonim, 2011)

2.10 Hidrogen Klorida


Larutan akuatik dari gas hydrogen klorida atau HCl disebut asam klorida.
Asam klorida merupakan asam kuat. Karena asam klorida banyak digunakan
dalam industri maka dalam aplikasinya harus digunakan dengan hati- hati karena
merupakan cairan yang sangat korosif. Hidrogen klorida (HCl) adalah asam
monoprotik, yang berarti dapat berdisosiasi melepaskan satu H+ hanya sekali.
Dalam larutan asam klorida, H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion
hidronium (H3O+) (Saputra, 2015).
Pada suhu kamar, HCl adalah gas tidak berwarna yang membentuk kabut
putih Asam klorida ketika melakukan kontak dengan kelembaban udara. Gas
hidrogen klorida dan asam klorida adalah senyawa yang penting dalam bidang
teknologi dan industri. Hidrogen klorida adalah molekul diatomik, yang terdiri
dari atom hidrogen H dan atom klor Cl yang dihubungkan oleh ikatan kovalen
polar. Atom klorin jauh lebih elektronegatif daripada atom hidrogen, yang
menjadikan ikatan polar. Akibatnya, molekul memiliki momen dipol yang besar
dengan muatan parsial negatif (δ−) di atom klor dan muatan parsial positif (δ +) di
atom hidrogen. Sebagian karena polaritasnya yang tinggi, HCl sangat larut dalam
air (dan dalam pelarut polar lainnya).

2.11 Kalium Nitrat


Kalium nitrat merupakan garam anorganik dengan rumus kimia KNO3.
Kalium nitrat termasuk senyawa ionik yang disusun oleh kation K + dan NO3- dan
merupakan sumber nitrogen paling penting di alam. Kalium nitrat bersifat polar
yang dapat larut di dalam air, 133 g/L (0oC) dan 316 g/L (200C). Karena bersifat
elektrolit kuat yang mudah terionisasi menjadi ion-ion, kalium nitrat memiliki
13

kelarutan yang tinggi di dalam air, dengan keadaan 00C dalam 1L air kalium nitrat
yang larut dapat mencapai 133g, namun kelarutannya tidak sebesar NaNO3 dengan
kondisi yang sama (Saputra, 2015).
Kalium nitrat diantaranya dapat digunakan sebagai pupuk, oksidator,
pengawetan dan pembuatan makanan, serta dalam dunia farmakologi. Selain itu,
Kalium nitrat juga dapat digunakan sebagai bahan dalam roket dan pasta gigi anti
sensitif. Kristal kalium nitrat berbentuk ortorombik pada suhu kamar, dan dapat
berubah menjadi sistem trigonal pada suhu 129°C. Pada pemanasan sampai suhu
antara 550 dan 790°C di bawah tekanan atmosfer oksigen, senyawa ini
melepaskan oksigen dan mencapai suatu kesetimbangan. Karena kalium nitrat
adalah senyawa ion, maka senyawa ini dapat ditentukan parameter transpor ion
nya seperti kecepatan hanyut, bilangan transpor, mobilitas ion, difusi dan
viskositas dalam Hukum Fick I (Saputra, 2015).
Proses pemurnian Kalium Nitrat pertama kali dilakukan pada tahun 1270
insinyur Hasan al-Rammah, seorang kimiawan dari Suriah dan ditulis dalam
bukunya yang berjudul al-furusiyya wa al-Manasib al-Harbiyya (The Book of
Military Horsemanship and Ingenious War Devices). Dalam buku ini, al-Rammah
menjelaskan pertama pemurnian barud (mineral sendawa mentah) melalui
perebusan dengan sedikit air dan hanya menggunakan larutan panas, kemudian
menggunakan kalium karbonat (dalam bentuk abu kayu) untuk menghilangkan
kalsium dan magnesium melalui pengendapan karbonatnya dari larutan ini,
meninggalkan larutan kalium nitrat yang dimurnikan, yang kemudian dapat
dikeringkan. Al-Rahmmah menjelaskan pemurnian barud (mineral sendawa
mentah) untuk pertama kalinya melalui perebusan dengan air yang sedikit, hanya
menggunakan larutan panas dan menggunakan Kalium Karbonatr dalam bentuk
abu kayu untuk menghilangkan kandungan kalsium didalamnya dan magnesium
menggunakan pengendapan karbonatnya dari larutan sehingga meninggalkan
Kalium nitrat yang dimurnikan dan dapat dikeringkan. Kalium Nitrat bisa
didapatkan endapan yang mengkristal padadinding gua dan akumulasi guano
kelelawar di gua-gua, jerami, urin, asam nitrat melalui proses Harber (Saputra,
2015).
14
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Bahan dan Alat


3.1.1 Alat-Alat
Adapun alat-alat yang digunakan untuk pratikum penentuan
kelarutan elektrolit secara konduktometri sebagai berikut:
1. Buret 50 mL
2. Corong
3. Erlemeyer 100 mL
4. Gelas piala 400 mL
5. Gelas Ukur 10 mL
6. Konduktometer
7. Labu Ukur 100 mL
8. Pipet Tetes
9. Statif dan Klem
3.1.2 Bahan - Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan ini sebagai
berikut:
1. AgNO3
2. Akuades
3. Alumunium Foil
4. HCl 37 %
5. KCl
6. Kertas pH
7. Kertas Saring
8. KNO3
9. NaOH
16

3.2 Prosedur Praktikum


Adapun prosedur dari pratikum penentuan kelarutan elektrolit secara
konduktometri sebagai berikut:
3.2.1 Persiapan Larutan
Larutan AgNO3 0,01 N; KCl 0,01 N; KNO3 0,01 N disiapkan
masing-masing 100 mL dengan cara pengenceran dari larutan induk yang
tersedia.

3.2.2 Titrasi Asam Basa Secara Konduktometri


1. 10 mL HCl 0,1 N di pipet ke dalam gelas piala, diencerkan dengan 100
mL akuades.
2. Tahanan larutan HCl diukur dengan mencelupkan elektroda
konduktometer.
3.Lalu dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N. Pada penambahan 5 mL pertama,
tiap kali penambahan digunakan 1 mL NaOH, kemudian 0,5 mL NaOH
sampai volume penambahan 15 mL. Penambahan selanjutnya 1 mL sampai
volume sekitar 20 mL. Setiap kali penambahan NaOH, tahanan larutan
diukur.
3.2.3 Menentukan Kelarutan AgCl Secara Konduktometri
1. Larutan AgCl jenuh dibuat dengan mereaksikan 5 mL AgNO3 0,1 N
dengan 10 mL HCl 0,1 N dalam gelas piala. Endapan AgCl yang terbentuk
disaring dan dicuci sampai bebas asam.
2. Endapan AgCl dilarutkan sampai menghasilkan larutan jenuh.
3. Tahanan dari KCl 0,1 N; 0,01 N; KNO 3 0,01 N; AgNO3 0.01 N; AgCl
jenuh dan akuades diukur.
4. Pengukuran / percobaan dilakukan triplo.

3.3 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan dalam proses penentuan kelarutan
elektrolit secara konduktometri adalah:
3.3.1 Persiapan Larutan
17

Dilakukan persiapan beberapa larutan, yaitu AgNO3 0,1 N, KCl 0,1


N, dan KNO3 0,1 N. Persiapan dilakukan dengan metode pengenceran di
dalam labu
ukur 100 ml. Pengenceran dilakukan dengan melarutkan padatan AgNO 3, KCl,
dan KNO3 bersama akuades pada skala tertentu hingga diketahui konsentrasi
larutan hasil adalah 0,1 N. Padatan ditimbang dengan berat tertentu, kemudian
dilarutkan dalam gelas piala menggunakan metode pengadukan. Padatan yang
telah terlarut kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur dengan corong kaca dan
ditambahkan akuades hingga batas. Labu ukur dikocok beberapa kali hingga
larutan homogen, kemudian larutan dipindahkan ke dalam wadah yang telah
disiapkan.
Selain dipersiapkan larutan AgNO3, KCl, dan KNO3, dipersiapkan
pula larutan HCl 0,1 N dan NaOH 0,1 N. Larutan induk berupa larutan
HCl 37% diencerkan dengan akuades hingga terbentuk larutan HCl 0,1 N.
Pengenceran NaOH dilakukan dengan melarutkan padatan NaOH bersama
akuades pada gelas piala, kemudian diaduk hingga larut. Larutan
kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur untuk diencerkan bersama
akuades. Larutan hasil dipindahkan ke dalam wadah yang telah
dipersiapkan.

3.3.2 Titrasi Asam Basa secara Konduktometri


Dipersiapkan bahan bahan dan peralatan untuk melakukan titrasi..
Titrat dibuat dengan mencampurkan 10 ml HCl 0,1 N dengan 100 ml
akuades, sementara titran adalah larutan NaOH 0,1 N. Alat dirangkai dan
dilakukan titrasi. Titrasi dibagi atas 3 bagian. Pada bagian pertama,
dilakukan titrasi dengan penambahan 5 ml NaOH pada interval 1 ml. Pada
bagian kedua, dilanjutkan penambahan sebanyak 10 ml NaOH pada
interval 0,5 ml. Pada bagian ketiga, dilanjutkan penambahan sebanyak 5
ml NaOH pada interval 1 ml. Setiap penambahan NaOH serta sebelum
penambahan dilakukan uji ketahanan larutan dengan mencelupkan
konduktometer ke dalam larutan.

3.3.3 Menentukan Kelarutan AgCl secara Konduktometri


Dibuat garam AgCl dengan mereaksikan 5 ml AgNO3 0,01 N dan 10
ml HCl 0,1 N. Setelah itu, gelas piala digoyang-goyangkan selama
beberapa menit hingga terlihat padatan-padatan putih berupa garam AgCl.
19

Larutan kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring dan corong


kaca ke dalam wadah lain. Garam yang tertinggal dibilas menggunakan
akuades hingga kadar keasaman yang dapat diukur dengan indikator
universal berkurang. AgCl dilarutkan dengan akuades hingga jenuh.
Dilakukan pengukuran tahanan larutan terhadap larutan KCl 0,1 N,
KCl 0,01 N, KNO3 0,01 N, AgNO3 0,01 N, AgCl jenuh, dan akuades.
Pengukuran dilakukan dengan mencelupkan konduktometer ke dalam
setiap larutan. Pada larutan AgCl jenuh, dilakukan pengukuran sebanyak
tiga kali. Pengukuran AgCl dilakukan dengan membuat larutan AgCl
jenuh sebanyak tiga kali, kemudian tahanan setiap larutan diukur dan
dibandingkan

3.4 Rangkaian Alat


Rangkaian alat pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :

Keterangan:
1 1. Buret
2. Klem
3. Statif
4. Konduktometer
2
5. Gelas piala

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Proses Titrasi


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


4.1.1 Titrasi Asam Basa Secara Konduktometri
Berikut hasil dari percobaan titrasi asam basa secara konduktometri
Tabel 4.1 Hasil percobaan titrasi asam basa secara konduktometri
mL NaOH Daya Hantar Jenis
1 mL μs
2676
cm
1 mL μs
2116
cm
1 mL μs
1740
cm
1 mL μs
1626
cm
1 mL μs
1240
cm
0,5 mL μs
1075
cm
0,5 mL μs
850
cm
0,5 mL μs
872
cm
0,5 mL μs
960
cm
0,5 mL μs
1069
cm
0,5 mL μs
1216
cm
0,5 mL μs
1354
cm
0,5 mL μs
1467
cm
0,5 mL μs
1626
cm
0,5 mL μs
1638
cm
0,5 mL μs
1764
cm
21

0,5 mL μs
1897
cm
0,5 mL μs
1979
cm
0,5 mL μs
2293
cm
0,5 mL μs
2359
cm
0,5 mL μs
2426
cm
0,5 mL μs
2532
cm
0,5 mL μs
2751
cm
0,5 mL μs
2828
cm
0,5 mL μs
2920
cm
1 mL μs
3111
cm
1 mL μs
3228
cm
1 mL μs
3374
cm
1 mL μs
3479
cm
1 mL μs
3634
cm

4.1.2 Menentukan Kelarutan AgCl Secara Konduktometri


Berikut hasil dari percobaan penentuan kelarutan AgCl secara
konduktometri
Tabel 4.2 Hasil Percobaan Tahanan Larutan Secara Konduktometri
No Larutan Elektrolit Daya Hantar Jenis/ Ls (μ/cm)
1 KCl 0,01 N 1961
2 KNO3 0,01 N 2048
3 AgNO3 0,01 N 1429
4 AgCl jenuh 190
5 Akuades 172

Tabel 4.3 Hasil Percobaan Triplo Tahanan Larutan Secara Konduktometri AgCl
jenuh
No Larutan Elektrolit Daya Hantar Jenis/ Ls (μ/cm)
1 AgCl 190
22

2 AgCl 289
3 AgCl 84

4.2 Pembahasan
4.2.1 Persiapan larutan
Percobaan diawali dengan persiapan larutan HCl 0,1 N sebanyak
10 ml, larutan ini diencerkan dengan 100 ml akuades. Sehingga, larutan
HCl berdasarkan hasil pengenceran ini menghasilkan nilai normalitas
sebesar 0,01 N. Selanjutnya, HCl 0,01 N diukur tahanannya dengan
menggunakan elektroda konduktometer. Setelah dilakukan pengukuran
tahanan larutan HCl, selanjutnya dititrasi larutan HCl tersebut dengan
menggunakan NaOH 0,1 N, volume awal HCl sebanyak 10 ml. Titrasi
dilakukan dengan beberapa kali penambahan NaOH, dan setiap
penambahan NaOH diukur tahanannya. Pada titrasi pertama, dilakukan
dengan penambahan 1 ml secara bertahap hingga mencapai 5 ml. Titrasi
selanjutnya yaitu, penambahan NaOH sebanyak 0,5 ml hingga 15 ml.
Titrasi terakhir yaitu, penambahan NaOH sebanyak 1 ml hingga volume
mencapai 20 ml.

4.2.2 Titrasi Asam Basa Secara Konduktometri


Pada percobaan titrasi asam basa secara konduktometri. HCl
digunakan sebagai asam dan NaOH digunakan sebagai basa. Kedua
larutan ini mula-mula dibuat dengan cara pengenceran larutan. Dilakukan
pengenceran karena daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada
jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. Larutan elektrolit yang
dilarutkan dalam air, akan terurai menjadi ion-ion positif dan ion-ion
negatif yang nantinya akan berpindah-pindah sehingga terjadinya
penghantaran listrik. Pada percobaan ini, akan dilakukan titrasi asam basa
yang melibatkan pengukuran daya hantar listrik setiap penambahan larutan
titran ke dalam analit yang bertujuan untuk menentukan konsentrasi asam
basa secara konduktrometri.
23

Berdasarkan data hasil pengukuran tahanan pada larutan, dapat


diketahui bahwa pada penambahan volume NaOH, nilai tahanan yang
meningkat. Meningkatnya nilai daya hantar listrik dari larutan saat
penambahan larutan NaOH disebabkan karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam larutan tersebut. Pada saat penambahan NaOH,
ion-ion H+ dari HCl akan bereaksi dengan ion OH - dari NaOH membentuk
air. Ion H+ yang bereaksi digantikan oleh ion Na+ yang berasal dari NaCl,
garam hasil reaksi asam basa HCl dan NaOH. Dikarenakan daya hantar
listriknya yang berbeda, hal inilah yang menyebabkan tahanan larutan
turun saat penambahan NaOH, hingga mencapai titik terendahnya. Dalam
hal ini jumlah H+ makin berkurang di dalam larutan, sedangkan daya
hantar OH- bertambah setelah titik ekuivalen (TE) tercapai karena jumlah
OH di dalam larutan bertambah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah ion yang ada dalam
larutan berdampak pada konduktivitas larutan tersebut, mendukung teori
tersebut. Peningkatan jumlah ion menyebabkan konduktivitas listrik akan
meningkat dalam suatu larutan. Oleh karena itu, konduktivitas listrik akan
berkurang ketika mendekati titik ekuivalen, dimana jumlah mol larutan
setelah bereaksi meningkat.
24

Gambar 4.1 Diagram Perubahan Tahanan Terhadap Volume Larutan


setelah Penambahan NaOH
Berdasarkan temuan percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa
jumlah ion yang ada dalam larutan berdampak pada konduktivitas larutan
tersebut, mendukung teori tersebut. Peningkatan jumlah ion menyebabkan
konduktivitas listrik akan meningkat dalam suatu larutan. Oleh karena itu,
konduktivitas listrik akan berkurang ketika mendekati titik ekuivalen, di
mana jumlah mol larutan setelah bereaksi meningkat.

4.2.3 Menentukan Kelarutan AgCl Secara Konduktometri


Percobaan kedua yaitu menentukan kelarutan AgCl secara
konduktometri. Pada percobaan ini mula-mula dilakukan membuat larutan
jenuh AgCl. Sebanyak 5 ml AgNO3 0,01 N dan 10 ml HCl 0,1 N
digabungkan untuk membuat larutan ini. Berdasarkan hasil percobaan,
larutan AgNO3 mengalami perubahan warna ketika direaksikan dengan
HCl, dari bening menjadi putih keruh, dan terbentuk endapan AgCl.
Endapan AgCl yang telah netral dilarutkan dengan menggunakan akuades
hingga larutannya menjadi jenuh. Endapan AgCl yang terbentuk dari
reaksi kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring dan dicuci
dengan akuades hingga endapan menjadi netral atau pH sama dengan
akuades sekitar 5. Hal ini bertujuan untuk pengukuran tahanan AgCl
sehingga tidak dipengaruhi oleh ion lain. Endapan AgCl netral dilarutkan
dengan akuades sampai larutan jenuh. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
endapan AgCl yang tidak dapat larut lagi. Larutan jenuh adalah larutan
kimia yang mengandung konsentrasi maksimum zat terlarut dalam pelarut.
Apabila kedalam suatu pelarut dimasukkan zat terlarut, maka pada suatu
saat zat terlarut tidak dapat dilarutkan lagi. Ini disebabkan larutan jenuh
terjadi kesetimbangan antara zat yang melarut dan zat yang mengendap
(Indriyana, 2017)
AgCl yang dihasilkan kemudian disaring melalui kertas saring.
Untuk mencegah interferensi dari ion lain, dirancang untuk mendeteksi
resistensi AgCl. Dengan menggunakan air murni, endapan AgCl netral
25

dilarutkan sampai larutan penuh. Adanya endapan AgCl yang tidak dapat
larut lagi merupakan tandanya. Prosedur berikut melibatkan pengujian
ketahanan larutan terhadap KCl, KNO3, AgNO3, akuades, dan AgCl jenuh.
Konduktivitas meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan.
Daya listrik solusi akan meningkat lebih jauh tetapi, jika
konsentrasi larutan meningkat perlahan, konduktivitas juga akan menurun.
Konduktivitas larutan yang mengandung KCl, KNO3, dan AgNO3 adalah
pengukuran selanjutnya yang harus dilakukan. Solusinya harus
menunjukkan konduktivitas yang hampir sama bila diamati dari
konsentrasi. Hal ini sebagai akibat dari pengaruh jenis larutan pada
konduktivitas listrik. Setiap larutan elektrolit memiliki daya hantar listrik
yang berbeda (Basset, 1994). AgCl jenuh dibuat dengan melarutkan AgCl
padat dalam air untuk membuat larutan jenuh. Ketika zat terlarut
ditambahkan ke pelarut, zat terlarut akhirnya tidak bisa lagi larut,
menciptakan larutan jenuh. Ada keseimbangan antara zat terlarut dan
bahan yang diendapkan dalam larutan jenuh. Rasio konduktivitas ion
jenuh dikalikan 1000 dengan konduktivitas ekuivalen AgCl dapat
digunakan untuk menghitung kelarutan saturasi AgCl. Berdasarkan hasil
percobaan, ditentukan bahwa nilai kelarutan konduktometri untuk AgCl
adalah 0,007 gr/L (Mulyasuryani, 2008).
Apabila semakin tinggi konsentrasi larutan, semakin tinggi
konduktivitas listrik larutan, sebaliknya semakin rendah konsentrasi
larutan, semakin rendah konduktivitasnya. Jika dilihat dari konsentrasi
larutannya, seharusnya larutan tersebut memiliki daya hantar yang hampir
sama. Ini dikarenakan adanya pengaruh jenis larutan terhadap daya hantar
listrik. Daya hantar listrik terhadap masing-masing larutan elektrolit itu
berbeda.
26

Gambar 4.2 Diagram Perbandingan Tahanan Setiap Larutan


Berdasarkan diagram diatas pada Akuades didapatkan nilai tahanan
yaitu 180 µs/cm. Kemudian dilakukan tahanan untuk larutan AgNO 3 0,01
N didapatkan nilai tahanannya berturut-turut yaitu 1931 µs/cm.
Selanjutnya dilakukan pengukuran tahanan untuk larutan KCl 0,01 N
didapatkan nilai tahanan yaitu 2422 µs/cm. Dilakukan pengukuran tahanan
untuk larutan KNO3 0,01 N dan didapatkan nilai tahanan yaitu 3004
µs/cm. Setelah itu diukur tahanan untuk larutan AgCl jenuh dan
didapatkan nilai tahanan berturut-turut yaitu 190 µs/cm, 289 µs/cm dan 84
µs/cm. Hasil percobaan dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan dimana
larutan AgCl memiliki tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan
larutan KCl 0,01 N, KNO3 0,01N, dan AgNO3 0,01 N. Hal ini disebabkan
pelarutan AgCl yang sulit dan membutuhkan banyak pelarut sehingga
konsentrasi AgCl menjadi lebih sedikit. Konduktansi dipengaruhi oleh
jumlah ion yang terdapat dalam larutan. Hal ini berarti konduktansi akan
berbanding lurus terhadap konsentrasi ion dalam larutan (Chang, 2003).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari hasil percobaan yang telah
dilakukan antara lain:
1. Pada percobaan titrasi asam basa, didapatkan ketahanan beberapa larutan
dengan titik akhir titrasi terjadi pada penambahan ke-6, dimana tahanan
berbalik meningkat ketika penambahan 5,5 ml NaOH.
2. Dengan menggunakan persamaan konduktansi pada larutan KCl 0,01 N,
didapatkan konstanta sel konduktansi yaitu 0,99
3. Dari percobaan ini, didapatkan kelarutan AgCl sebesar 0,007 N.

5.2 Saran
Adapun saran dari pratikum penentuan kelarutan elektrolit secara
konduktometri, yaitu:
1. Disarankan agar praktikan untuk lebih efisien dalam menggunakan waktu
agar praktikum yang dikerjakan dapat selesai tepat waktu.
2. Diharapkan untuk berhati-hati karena banyak menggunakan asam kuat.
3. Elektroda untuk mengukur tekanan sebaiknya di keringkan dengan tisu
setiap kali setelah mengukur tahanan agar tidak terkontaminasi oleh ion-
ion pada volume sebelumnya sehingga hasil yang didapatkan akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.(2014), Physical Chemistry edisi 10. Jessica Florillo, New York
Basset, J., dan Mendham.(1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Jakarta :Buku kedokteran EGC
Herawati, N.(2020). KIMIA FISIKA II, Palembang: CV. Amanah, UIN Raden
Fatah Palembang.
Khopkar, S.M.(2003). Konsep Dasar Kimia Analitik Terjemahan. Jakarta: Edisi
Pertama, UI Press
Kirk, K. E. and Othmer, D. F.(1981). Encyclopedia of Chemical Technology, 3
edition, Volume 9, The Interscience Encyclopedia. John Willey and Sons,
Inc, New York.
Manalu, M. I. A.(2014). Perancangan Alat Ukur Konduktivitas Air (Conductivity
Meter) Digital Dengan Sensor Resistif. (Skripsi). Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Martin, A., dan Swarbick, J. (2011). Farmasi Fisik 2(Edisi III). Jakarta: UI Press
Mulyasuryani, A.(2008). Elektroanalitik Dasar dan Aplikasi. Yogyakarta: Budi
Utama.
Mystkowska, J., Dabrowski, J. R., Kowal, K., Niemirowicz, K., dan Car, H.
(2013). Physical and chemical properties of deionized water and saline
treated with low-pressure and low-temperature plasma. Chemik, 67(8),
719–724.
Nurman, S., (2018). Kimia Fisika. Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh
Perry, R.H., and Green, D.W.(1984). Perry’s Chemical Engineers Hand Book, ed.
Mc. Graw Hill Co., International Student edition, Kogakusha, Tokyo
Rohman, I., (2013). Kimia Fisika I. Bandung: UPI-Press.
Roni, A., (2020), Kimia Fisika 1. CV. Amanah, UIN Raden Fatah Palembang.
Sahirman.(2013). Analisis kimia dasar kelas X semester 2. Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Schaffer, E. (2006). Water. American Journal of Nursing, 106(10), 15.
Sinaga. (2010). Studi Flowmeter Magnetik. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sukisna. (2019). Penentuan Konduktivitas Air Baku Proses Desalinasi di Baron
Teknopark Dengan Metode Regresi Linier. Jurnal Materi dan
Pembelajaran Fisika (JMPF), Vol 9 Nomor 2 2019 ISSN : 2089-6158.

Anda mungkin juga menyukai