Oleh :
KELOMPOK 8 KELAS C
Asisten :
Ryo Malvin
Dosen Pengampu :
Sri Rezeki Muria S.T., M.P., M.Sc.
DAFTAR ISI.......................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................3
2.1 Konduktometri...................................................................................3
2.2 Konduktivitas.....................................................................................4
2.3 Konduktansi.......................................................................................6
2.4 Kelarutan............................................................................................7
2.5 Daya Hantar Listrik............................................................................8
2.6 Titrasi Konduktometri........................................................................8
2.7 Natrium Hidroksida............................................................................9
2.7.1 Sifat Fisika Natrium Hidroksida...............................................9
2.7.2 Sifat Kimia Natrium Hidroksida..............................................9
2.8 Akuades............................................................................................10
2.8.1 Sifat Fisika Akuades...............................................................10
2.8.2 Sifat Kimia Akuades..............................................................11
2.9 Perak Nitrat......................................................................................11
2.10 Hidrogen Klorida.............................................................................12
2.11 Kalium Nitrat...................................................................................12
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM..................................................14
3.1 Bahan dan Alat..................................................................................14
3.1.1 Bahan-bahan.............................................................................14
3.1.2 Alat-alat....................................................................................14
3.2 Prosedur Praktikum...........................................................................15
3.2.1 Persiapan Larutan.....................................................................15
3.2.2 Titrasi Asam Basa Secara Konduktometri...............................15
3.2.3 Menentukan Kelarutan AgCl Secara Konduktometri..............15
3.3 Pengamatan.......................................................................................15
3.3 Rangkaian Alat..................................................................................17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................18
4.1 Hasil..................................................................................................18
4.2 Pembahasan.......................................................................................19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................23
5.1 Kesimpulan.......................................................................................23
5.2 Saran.................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................24
LAMPIRAN A LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN B PERHITUNGAN
LAMPIRAN C TUGAS
LAMPIRAN D DOKUMENTASI
i
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
titrasi. Larutan yang akan diukur konduktansinya adalah penghantar listrik yang
baik. Beberapa contoh titrasi konduktometri yang sering ditemui adalah titrasi
asam kuat basa kuat seperti larutan HCl dititrasi oleh NaOH. Oleh karena itu,
pada praktikum ini dilakukan penentuan kelarutan elektrolit secara konduktometri
utuk mengentahui konsentrasi asam basa, konstanta sel, dan kelarutan AgCl
secara konduktometri.
2.1 Konduktometri
Konduktometri merupakan suatu metode analitik yang menggunakan dua
elektroda inert (platinum yang terplatinisasi) untuk mengukur konduktansi/daya
hantar larutan elektrolit diantara kedua elektroda tersebut. Konduktometri Salah
satu sifat larutan elektrolit adalah kemampuannya untuk menghantarkan arus
listrik. Sifat hantaran ini sangat berguna di dalam pemecahan berbagai persoalan
dalam bidang elektroanalisis. Secara kuantitatif sifat hantaran hantaran ini dapat
digunakan untuk analisis suatu zat yang dipelajari dalam konduktometri. Metode
pengukuran konduktansi dapat digunakan pada proses titrasi jika perbedaan
konduktansi antar larutan cukup besar sebelum dan sesudah penambahan titran.
Pengukuran dilakukan dengan mengukur konduktansi larutan tiap penambahan
titran.
Konduktometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur daya
hantar dari suatu larutan dan mengukur derajat ionisasi dari suatu larutan
elektrolit dalam air dengan menentukan konduktivitas larutan dan menentukan
resistansi kolom cairan. Selain itu konduktometer memiliki pengaplikasian yang
lain yaitu bertujuan untuk mengukur daya hantar listrik yang disebabkan oleh
pergerakan partikel di dalam larutan. Penggunaan konduktometer di laboratorium
antara lain untuk pengukuran langsung daya hantar saling larut larutan elektrolit,
untuk mengukur daya hantar larutan dalam sampel air atau air limbah, sampel
makanan/minuman atau farmasi, untuk penggunaan laboratorium dalam titrasi
netralisasi dan pengendapan, dan menentukan kelarutan serta produk dari
kelarutan (K dan Ksp) elektrolit yang tidak larut (sulit larut). Dalam titrasi
konduktometri ion atau jumlah ion berubah selama titrasi, sehingga mengubah
daya hantar listrik larutan (Herawati, 2020).
Prinsip kerja dari konduktometer adalah merendam sel penghantar dalam
larutan kation dan anion yang ada dalam larutan dan menghasilkan sinyal listrik
3
4
2.2 Konduktivitas
Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur hanya
bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan
suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion
berada per cm3 larutan untuk membawa arus. Jika semua larutan itu ditaruh antara
5
dua elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup besar untuk mencakup
seluruh larutan, konduktansi akan naik selagi larutan diencerkan. Ini sebagian
besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-
elektrolit kuat oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah
(Basset, 1994).
Konduktivitas listrik adalah ukuran kemampuan suatu larutan untuk
menghantarkan arus listrik. Arus listrik di dalam larutan dihantarkan oleh ion
yang terkandung di dalamnya. Ion memiliki karakteristik tersendiri dalam
menghantarkan arus listrik. Maka dari itu nilai konduktivitas listrik hanya
menunjukkan konsentrasi ion total dalam larutan (Manalu, 2014). Banyaknya ion
di dalam larutan juga dipengaruhi oleh padatan terlarut di dalamnya. Semakin
besar jumlah padatan terlarut di dalam larutan maka kemungkinan jumlah ion
dalam larutan juga akan semakin besar, sehingga nilai konduktivitas listrik juga
akan semakin besar. Hubungan konduktivitas dan Resistivitas Semakin mudah
suatu bahan menghantarkan listrik maka semakin besar konduktivitasnya dan
semakin kecil resistivitasnya, sebaliknya semakin sulit bahan menghantarkan
listrik maka semakin kecil konduktivitasnya dan semakin besar resistivitasnya.
Jadi ada hubungan langsung antara konduktivitas dan resisitivitas.
Konduktivitas suatu larutan elektrolit pada setiap temperatur hanya
bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan
suatu elektrolit diencerkan, konduktivitas akan turun. Penentuan konduktivitas
listrik larutan elektrolit, yaitu kemampuan suatu larutan untuk menghantarkan
arus listrik. Konduktivitas mempunyai hubungan terbalik dengan tahanan larutan
yang bersangkutan. Pengukuran konduktivitas pada dasarnya dilakukan dengan
mengukur tahanan dari larutan pengukuran konduktivitas pada dasarnya
dilakukan dengan mengukur tahanan dari larutan (Sukisna, 2019).
Dalam cairan atau gas, umumnya terdapat baik ion positif atau ion negatif
yang bermuatan tunggal atau kembar dengan massa yang sama atau berbeda.
Konduktivitas akan terpengaruh oleh semua faktor-faktor tersebut. Tapi kalau kita
anggap semua ion adalah sama, demikian pula ion positif, maka konduktivitasnya
hanya terdiri dari dua suku. Hubungan antara konsentrasi dan konduktivitas
6
larutan berhubungan dengan penentuan larutan asam, basa dan garam. Hal ini
disebut sebagai larutan elektrolit yang mana dapat menghantarkan arus listrik,
atau dapat juga disebut sebagai konduktor listrik. Konduktivitas listrik ditentukan
oleh sifat elektrolit dan konsentrasi larutan. Pengukuran konduktivitas suatu
larutan dapat dilakukan dengan pengukuran konsentrasi larutan, yang dinyatakan
dengan persen berat, part per million (ppm) dan lain sebagainya (Sinaga, 2010).
Hukum Ohm menjelaskan tentang hubungan antara arus, beda potensial,
dan tahanan , yaitu I = V/R, dimana I adalah arus dalam ampere, V adalah beda
potensial dalam volt, dan R adalah tahanan atau resistansi dalam ohm. Hukum ini
akan berlaku jika difusi dan reaksi elektroda tidak terjadi. Hantaran juga dapat
diartikan sebagai kebalikan dari tahanan, sehingga I = VL. Satuan dari hantaran
(konduktansi) adalah mho (Khopkar, 1990).
2.3 Konduktansi
Pengukuran konduktansi larutan adalah teknik elektroanalitik yang
menemukan aplikasi dalam berbagai bahan kimia dan studi biokimia. Misalnya,
konduktansi dapat digunakan untuk menilai kemurnian pelarut, menentukan
kekuatan ion relatif larutan (termasuk berfungsi sebagai detektor untuk ion
kromatografi), monitor pembubaran kinetika dan pendekatan keseimbangan untuk
garam larut sebagian, menentukan konsentrasi kritik misel, tentu saja berdasarkan
beberapa reaksi enzimatik, serta data dasar termodinamika yang tersedia untuk
larutan elektrolit. Ketika dua elektroda dicelupkan dalam larutan elektrolit dan
diterapkan potensial listrik diantara kedua elektroda, arus akan dihasilkan dalam
sirkuit eksternal yang menghubungkan dua elektroda (Mulyasuryani, 2008).
Ketika dua elektroda dicelupkan dalam larutan elektrolit dan diterapkan
potensial listrik diantara kedua elektroda, arus akan dihasilkan dalam sirkuit
eksternal yang menghubungkan dua elektroda. Mekanisme aliran listrik antara
dua elektroda dalam larutan adalah gerakan ion dalam larutan tersebut. Bila tida
cukup untuk terjadinya elektrolisis larutan, besar nya arus yang diamati umumnya
mematuhi Hukum Ohm :
E=iR…………………………………………………………..……… (2.2)
7
2.4 Kelarutan
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia (zat terlarut) untuk larut ke
dalam pelarut. Kelarutan juga didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai
konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu. Kelarutan
suatu senyawa tergantung pada sifat fisika kimia zat pelarut dan zat terlarut,
temperatur, pH larutan, tekanan untuk jumlah yang lebih kecil tergantung pada hal
terbaginya zat terlarut. Bila suatu pelarut pada temperatur tertentu melarutkan
semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya larutan ini disebut larutan
jenuh (Martin dkk, 2011). Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu
merupakan suatu pengukuran konsentrasi kejenuhan dengan cara menambahkan
sedikit demi sedikit solut pada pelarut sampai solut tersebut mengendap (tidak
dapat larut lagi) (Roni, 2020).
Larutan adalah campuran homogen dari molekul, atom ataupun ion dari
dua zat atau lebih . Suatu. Larutan disebut suatu campuran karena susunannya
dapat berubah-ubah. Larutan merupakan bahan yang penting untuk dipelajari
terutama menyangkut sifat komponen dan sifat larutan itu sendiri. Pengetahuan ini
bermanfaat dalam memprediksi jenis pelarut yang tepat dalam proses-proses
tertentu ,misalnya dalam isolasi bahan kimia dari bahan alam tertentu, pelarut
suatu bahan untuk berbagai keperluan praktis, pengembangan teori terutama
menyangkut campuran biner, campuran terner, serta keperluan-keperluan lainnya
dalam bidang sains dan teknologi (Nur, dkk., 2021).
air teroksidasi menjadi gas Cl2 pada kutub anoda, kation H+ dari air tereduksi
menjadi gas H2 di kutub katoda, sehingga kation Na+ membentuk pasangan
dengan anion OH- dari air, membentuk senyawa NaOH di wadah elektrolisa.
Natrium hidroksida bereaksi dengan larutan asam membentuk air dan garam
natrium. Reaksi NaOH dengan larutan asam HCl berlawanan dengan reaksi
elektrolisa NaCl, dimana reaksi NaOH dan HCl justru menghasilkan larutan
garam dapur NaCl.
2.8 Akuades
Akuades merupakan air tawar yang dibuat dengan menghilangkan
pengotor pada air. Pengotor pada air dihilangkan dengan merebus air biasa hingga
mendidih dan mengembunkannya kembali menjadi air. Akuades disebut sebagai
distilled water dalam bahasa inggris yang mepunyai banyak kegunaan. Akuades
digunakan dalam berbagai bidang pada rumah tangga penggunaan akuades
terfokus sebagai air minum dikarenakan akuades termasuk kedalam air yang
dimurnikan (Schaffer, 2006). Struktur molekul dari akuades dapat dilihat pada
Gambar 2.3.
Secara fisika akuades sama dengan air pada umumnya yaitu berbentuk
cair, berwarna bening, tidak memiliki rasa dan tidak memiliki bau. Akuades dapat
diminum oleh manusia dikarenakan akuades merupakan jenis air yang setiap
pengotornya telah dihilangkan. Pengotor yang dihilangkan pada pembuatan
akuades juga meliputi zat-zat kimia yang baik bagi tubuh manusia sehingga
walaupun akuades aman diminum, akuades tidak akan memberikan manfaat bagi
tubuh manusia seperti air mineral yang biasa diminum (Ahsan dkk, 2014). Sifat
fisika akuades dapat dilihat pada Tabel 2.4.
kelarutan yang tinggi di dalam air, dengan keadaan 00C dalam 1L air kalium nitrat
yang larut dapat mencapai 133g, namun kelarutannya tidak sebesar NaNO3 dengan
kondisi yang sama (Saputra, 2015).
Kalium nitrat diantaranya dapat digunakan sebagai pupuk, oksidator,
pengawetan dan pembuatan makanan, serta dalam dunia farmakologi. Selain itu,
Kalium nitrat juga dapat digunakan sebagai bahan dalam roket dan pasta gigi anti
sensitif. Kristal kalium nitrat berbentuk ortorombik pada suhu kamar, dan dapat
berubah menjadi sistem trigonal pada suhu 129°C. Pada pemanasan sampai suhu
antara 550 dan 790°C di bawah tekanan atmosfer oksigen, senyawa ini
melepaskan oksigen dan mencapai suatu kesetimbangan. Karena kalium nitrat
adalah senyawa ion, maka senyawa ini dapat ditentukan parameter transpor ion
nya seperti kecepatan hanyut, bilangan transpor, mobilitas ion, difusi dan
viskositas dalam Hukum Fick I (Saputra, 2015).
Proses pemurnian Kalium Nitrat pertama kali dilakukan pada tahun 1270
insinyur Hasan al-Rammah, seorang kimiawan dari Suriah dan ditulis dalam
bukunya yang berjudul al-furusiyya wa al-Manasib al-Harbiyya (The Book of
Military Horsemanship and Ingenious War Devices). Dalam buku ini, al-Rammah
menjelaskan pertama pemurnian barud (mineral sendawa mentah) melalui
perebusan dengan sedikit air dan hanya menggunakan larutan panas, kemudian
menggunakan kalium karbonat (dalam bentuk abu kayu) untuk menghilangkan
kalsium dan magnesium melalui pengendapan karbonatnya dari larutan ini,
meninggalkan larutan kalium nitrat yang dimurnikan, yang kemudian dapat
dikeringkan. Al-Rahmmah menjelaskan pemurnian barud (mineral sendawa
mentah) untuk pertama kalinya melalui perebusan dengan air yang sedikit, hanya
menggunakan larutan panas dan menggunakan Kalium Karbonatr dalam bentuk
abu kayu untuk menghilangkan kandungan kalsium didalamnya dan magnesium
menggunakan pengendapan karbonatnya dari larutan sehingga meninggalkan
Kalium nitrat yang dimurnikan dan dapat dikeringkan. Kalium Nitrat bisa
didapatkan endapan yang mengkristal padadinding gua dan akumulasi guano
kelelawar di gua-gua, jerami, urin, asam nitrat melalui proses Harber (Saputra,
2015).
14
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.3 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan dalam proses penentuan kelarutan
elektrolit secara konduktometri adalah:
3.3.1 Persiapan Larutan
17
Keterangan:
1 1. Buret
2. Klem
3. Statif
4. Konduktometer
2
5. Gelas piala
0,5 mL μs
1897
cm
0,5 mL μs
1979
cm
0,5 mL μs
2293
cm
0,5 mL μs
2359
cm
0,5 mL μs
2426
cm
0,5 mL μs
2532
cm
0,5 mL μs
2751
cm
0,5 mL μs
2828
cm
0,5 mL μs
2920
cm
1 mL μs
3111
cm
1 mL μs
3228
cm
1 mL μs
3374
cm
1 mL μs
3479
cm
1 mL μs
3634
cm
Tabel 4.3 Hasil Percobaan Triplo Tahanan Larutan Secara Konduktometri AgCl
jenuh
No Larutan Elektrolit Daya Hantar Jenis/ Ls (μ/cm)
1 AgCl 190
22
2 AgCl 289
3 AgCl 84
4.2 Pembahasan
4.2.1 Persiapan larutan
Percobaan diawali dengan persiapan larutan HCl 0,1 N sebanyak
10 ml, larutan ini diencerkan dengan 100 ml akuades. Sehingga, larutan
HCl berdasarkan hasil pengenceran ini menghasilkan nilai normalitas
sebesar 0,01 N. Selanjutnya, HCl 0,01 N diukur tahanannya dengan
menggunakan elektroda konduktometer. Setelah dilakukan pengukuran
tahanan larutan HCl, selanjutnya dititrasi larutan HCl tersebut dengan
menggunakan NaOH 0,1 N, volume awal HCl sebanyak 10 ml. Titrasi
dilakukan dengan beberapa kali penambahan NaOH, dan setiap
penambahan NaOH diukur tahanannya. Pada titrasi pertama, dilakukan
dengan penambahan 1 ml secara bertahap hingga mencapai 5 ml. Titrasi
selanjutnya yaitu, penambahan NaOH sebanyak 0,5 ml hingga 15 ml.
Titrasi terakhir yaitu, penambahan NaOH sebanyak 1 ml hingga volume
mencapai 20 ml.
dilarutkan sampai larutan penuh. Adanya endapan AgCl yang tidak dapat
larut lagi merupakan tandanya. Prosedur berikut melibatkan pengujian
ketahanan larutan terhadap KCl, KNO3, AgNO3, akuades, dan AgCl jenuh.
Konduktivitas meningkat dengan meningkatnya konsentrasi larutan.
Daya listrik solusi akan meningkat lebih jauh tetapi, jika
konsentrasi larutan meningkat perlahan, konduktivitas juga akan menurun.
Konduktivitas larutan yang mengandung KCl, KNO3, dan AgNO3 adalah
pengukuran selanjutnya yang harus dilakukan. Solusinya harus
menunjukkan konduktivitas yang hampir sama bila diamati dari
konsentrasi. Hal ini sebagai akibat dari pengaruh jenis larutan pada
konduktivitas listrik. Setiap larutan elektrolit memiliki daya hantar listrik
yang berbeda (Basset, 1994). AgCl jenuh dibuat dengan melarutkan AgCl
padat dalam air untuk membuat larutan jenuh. Ketika zat terlarut
ditambahkan ke pelarut, zat terlarut akhirnya tidak bisa lagi larut,
menciptakan larutan jenuh. Ada keseimbangan antara zat terlarut dan
bahan yang diendapkan dalam larutan jenuh. Rasio konduktivitas ion
jenuh dikalikan 1000 dengan konduktivitas ekuivalen AgCl dapat
digunakan untuk menghitung kelarutan saturasi AgCl. Berdasarkan hasil
percobaan, ditentukan bahwa nilai kelarutan konduktometri untuk AgCl
adalah 0,007 gr/L (Mulyasuryani, 2008).
Apabila semakin tinggi konsentrasi larutan, semakin tinggi
konduktivitas listrik larutan, sebaliknya semakin rendah konsentrasi
larutan, semakin rendah konduktivitasnya. Jika dilihat dari konsentrasi
larutannya, seharusnya larutan tersebut memiliki daya hantar yang hampir
sama. Ini dikarenakan adanya pengaruh jenis larutan terhadap daya hantar
listrik. Daya hantar listrik terhadap masing-masing larutan elektrolit itu
berbeda.
26
1
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari hasil percobaan yang telah
dilakukan antara lain:
1. Pada percobaan titrasi asam basa, didapatkan ketahanan beberapa larutan
dengan titik akhir titrasi terjadi pada penambahan ke-6, dimana tahanan
berbalik meningkat ketika penambahan 5,5 ml NaOH.
2. Dengan menggunakan persamaan konduktansi pada larutan KCl 0,01 N,
didapatkan konstanta sel konduktansi yaitu 0,99
3. Dari percobaan ini, didapatkan kelarutan AgCl sebesar 0,007 N.
5.2 Saran
Adapun saran dari pratikum penentuan kelarutan elektrolit secara
konduktometri, yaitu:
1. Disarankan agar praktikan untuk lebih efisien dalam menggunakan waktu
agar praktikum yang dikerjakan dapat selesai tepat waktu.
2. Diharapkan untuk berhati-hati karena banyak menggunakan asam kuat.
3. Elektroda untuk mengukur tekanan sebaiknya di keringkan dengan tisu
setiap kali setelah mengukur tahanan agar tidak terkontaminasi oleh ion-
ion pada volume sebelumnya sehingga hasil yang didapatkan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.(2014), Physical Chemistry edisi 10. Jessica Florillo, New York
Basset, J., dan Mendham.(1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Jakarta :Buku kedokteran EGC
Herawati, N.(2020). KIMIA FISIKA II, Palembang: CV. Amanah, UIN Raden
Fatah Palembang.
Khopkar, S.M.(2003). Konsep Dasar Kimia Analitik Terjemahan. Jakarta: Edisi
Pertama, UI Press
Kirk, K. E. and Othmer, D. F.(1981). Encyclopedia of Chemical Technology, 3
edition, Volume 9, The Interscience Encyclopedia. John Willey and Sons,
Inc, New York.
Manalu, M. I. A.(2014). Perancangan Alat Ukur Konduktivitas Air (Conductivity
Meter) Digital Dengan Sensor Resistif. (Skripsi). Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Martin, A., dan Swarbick, J. (2011). Farmasi Fisik 2(Edisi III). Jakarta: UI Press
Mulyasuryani, A.(2008). Elektroanalitik Dasar dan Aplikasi. Yogyakarta: Budi
Utama.
Mystkowska, J., Dabrowski, J. R., Kowal, K., Niemirowicz, K., dan Car, H.
(2013). Physical and chemical properties of deionized water and saline
treated with low-pressure and low-temperature plasma. Chemik, 67(8),
719–724.
Nurman, S., (2018). Kimia Fisika. Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh
Perry, R.H., and Green, D.W.(1984). Perry’s Chemical Engineers Hand Book, ed.
Mc. Graw Hill Co., International Student edition, Kogakusha, Tokyo
Rohman, I., (2013). Kimia Fisika I. Bandung: UPI-Press.
Roni, A., (2020), Kimia Fisika 1. CV. Amanah, UIN Raden Fatah Palembang.
Sahirman.(2013). Analisis kimia dasar kelas X semester 2. Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
Schaffer, E. (2006). Water. American Journal of Nursing, 106(10), 15.
Sinaga. (2010). Studi Flowmeter Magnetik. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Sukisna. (2019). Penentuan Konduktivitas Air Baku Proses Desalinasi di Baron
Teknopark Dengan Metode Regresi Linier. Jurnal Materi dan
Pembelajaran Fisika (JMPF), Vol 9 Nomor 2 2019 ISSN : 2089-6158.