Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ELEKTROKIMIA

XII MIPA 4
KELOMPOK 2:
Ahmad Farel Zidan Budiono (03)
Dewanti Ayu Sekarsari (12)
Dewi Faizatul Ulya (13)
Dyah Aura Devita Putri (14)
Falda Wahyuningtias (17)
Raya Aulia Haqiqi (27)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 1 TUBAN

Jalan WR Supratman 2. Telp (0356) 321272 Fax (0356) 333190 Kode Pos 62318
Email/website : smansatuban@gmail.com / www.smansatuban.sch.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata pelajaran KIMIA yang berjudul
LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROKIMIA. Laporan ini dibuat untuk mengetahui reaksi
manakah yang berlangsung spontan dan cara merangkai sel volta melalui hasil praktikum 
yang telah dilakukan. Melalui tugas ini diharapkan dapat memahami tentang reaksi spontan
dan merangkai sel volta.

Laporan praktikum yang kami buat ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami mengharapkan saran dan masukan untuk makalah ini.

Tuban, 7 Desember 2022

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................2
D. Manfaat.....................................................................................................................2
BAB II DASAR TEORI........................................................................................................................3

A. Reaksi Redoks............................................................................................................3
1. Reaksi Spontan.....................................................................................................3
2. Reaksi Non Spontan.............................................................................................4
B. Sel Volta....................................................................................................................4
1. Diagram sel Volta................................................................................................5
2. Deret Volta..........................................................................................................5
3. Potensial sel Standar...........................................................................................6
4. Potensial sel Elektroda........................................................................................7
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................................................8
A. Jenis Penelitian...........................................................................................................8
B. Alat dan Bahan............................................................................................................8
C. Cara Kerja....................................................................................................................8
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN...........................................................................................10
4.1 Kegiatan Mengamati Reaksi Redoks Spontan..........................................................10
4.2 Kegiatan Merangkai Sel Volta..................................................................................10
BAB V PENUTUP...........................................................................................................................12
5.1 Kesimpulan..............................................................................................................12
5.2 Saran.......................................................................................................................12
LAMPIRAN....................................................................................................................................13

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Elektrokimia merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara perubahan (reaksi)


kimia dengan kerja listrik, biasanya melibatkan sel elektrokimia yang menerapkan prinsip
reaksi redoks dalam aplikasinya. Tentu sudah tidak asing lagi dengan peralatan elektronik
seperti handphone, remot televisi, kalkulator, laptop, senter, dan jam dinding. Alat-alat
tersebit membutuhkan suatu sumber energi agar dapat digunakan yaitu baterai. Baterai
mengandung senyawa-senyawa elektrolit tertentu, saat digunakan senyawa tersebut
mengalami reaksi redoks. Reaksi inilah yang berperan penting dalam menghasilkan arus
listrik.

Baterei merupakan sel elektrokimia. Sel elektrokimia terdiri atas sel volta dan sel
elektrolisis. Sel elektrokimia Volta menjadi baterai pertama yang memproduksi listrik dalam
sejarah umat manusia. Sel elektrokimia terdiri dari dua buah elektroda konduktif, yaitu
katoda dan anoda. Katoda akan terjadi reaksi reduksi, sedangkan pada anoda akan terjadi
reaksi oksidasi. Dilansir dari Chemistry LibreTexts, reaksi redoks mendorong perpindahan
elektron dari zat yang teroksidasi ke zat yang direduksi. Elektron dapat berpindah, karena sel
elektrokimia menggunakan larutan elektrolit untuk menghantarkan elektron. Perpindahan
elektron tersebut terjadi secara terus-menerus sehingga hal ini menyebabkan munculnya arus
listrik.

Sel volta terdiri dari dua elektroda dalam elektrolit yang berbeda dan disambungkan oleh
jembatan garam. Dilansir dari Khan Academy, jembatan garam adalah elektrolit inert yang
ion-ionnya akan berdifusi ke dalam sel yang terpisah untuk menyeimbangkan muatan. Reaksi
redoks pada sel volta, terjadi secara alami tanpa harus diberikan pemicu oleh manusia. Sel
volta menghasilkan energi listrik dari reaksi redoks yang dipicu oleh energi potensial kimia.
Sel elektrolisis adalah penggunaan energi listrik untuk menjalankan reaksi kimia. Secara
teoritis, sel elektrolisis merupakan bagian dari sel elektrokimia, di mana energi listrik
digunakan untuk menjalankan reaksi redoks tidak spontan

B. Rumusan Masalah

1
Rumusan masalah dari latar belakang tersebut adalah :

1. Bagaimana reaksi spontan bisa berlangsung?


2. Bagaimana cara merangkai sel volta sederhana?

C. Tujuan Penelitian
1. Memahami yang dimaksud dengan reaksi redoks dan aplikasinya pada proses
elektrolisis dan sel volta.
2. Memahami perbedaan sel elektrolisis dan sel volta.
3. Dapat merangkai sel elektrolisis sederhana dan menggunakannya.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat untuk penyusun

Dengan melakukan penelitian untuk menyusun laporan praktikum ini, dapat


memberikan pengalaman khususnya untuk kami sebagai peneliti sekaligus penyusun
laporan ini serta pengetahuan lebih tentang sifat koligatif larutan.

2. Manfaat untuk pembaca

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang sifat koligatif larutan dan
dapat menjadi referensi laporan untuk melakukan penelitian ini

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Reaksi Redoks
1. Reaksi Spontan

Suatu reaksi redoks dapat berlangsung spontan apabila potensial sel yang
dihasilkannya bertanda positif. Potensial sel adalah selisih antara potensial katode dengan
anode. Pada reaksi redoks, katode berarti reduksi dan anode berarti oksidasi. Jadi reaksi
redoks berlangsung spontan jika potensial spesi yang terduksi dukurangi dengan potensial
spesi dengan spesi yang teroksidasi lebih besar daripada nol (Chang, 2015).

Salah satu contoh reaksi redoks spontan adalah reaksi logam seng dengan larutan
tembaga (II) sulfat. Jika logam seng yang berwarna abu-abu mengkilat dicelupkan ke
dalam larutan tembaga (II) sulfat yang berwarna biru, lambat laun pada permukaan logam
seng akan menempel logam tembaga yang berwana merah kecoklatan, sementara warna
biru dari larutan akan memudar. Tembaga yang menempel pada logam seng berasal dari
larutannya (ion tembaga (II) yang memberikan warna biru dalam pelarut air). Sementara
itu, logam seng membentuk ionnnya yang larut dalam air, tetapi tidak memberikan warna
pada larutannya (Petrucci, 2011). Reaksi tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan:
Zn(s) + Cu2+(aq) → Zn2+(aq) + Cu(s)

Dalam persamaan reaksi diatas, dapat dilihat bahwa logam seng mengalami
oksidasi membentuk ion seng (II). Reaksi ini disertai dengan pelepasan elektron:

Zn(s) → Zn²⁺ (aq) + e–

Ion tembaga (II) membentuk logamnya dengan menerima elektron:

Cu²⁺ (aq) + 2e– → Cu(s)

Jika reaksi dilangsungkan dengan cara di atas, elektron yang dilepaskan dari
reaksi oksidasi langsung digunakan untuk reaksi reduksi pada permukaan logam seng.
Elektron tidak berkesempatan untuk menghasilkan arus listrik yang 6 dapat menghasilkan
kerja. Reaksi kimia yang berlangsung spontan, ditandai dengan ciri-ciri berupa
dihasilkannya endapan , terjadi gelembung, perubahan warna, dan perubahan suhu.

3
2. Reaksi Non

Spontan Reaksi redoks tak spontan adalah reaksi yang tidak dapat mereduksi
unsur- unsur disebelah kanannya dan potensial sel yang dihasilkannya bertanda negatif.
Reaksi redoks tak spontan dapat dilangsungkan dengan menggunakan arus listrik. Salah
satu contoh dari reaksi non spontan yaitu reaksi antara logam tembaga dengan larutan
zink sulfat (ion Zn²⁺ ) tidak tejadi.

Dalam larutan ZnSO₄ yang dimasukkan lempeng tembaga, tidak terjadi


perubahan apapun baik pada lempeng tembaga maupun pada larutan ZnSO₄ . Hal ini
menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi pada larutan ZnSO₄ merupakan reaksi tidak
spontan yang berarti, pada larutan ini memerlukan energi dari luar agar terjadi reaksi
(Suyanto, 2016). Persamaan reaksi non spontan:

Cu(s) + Zn²⁺ (aq) (tidak ada reaksi) Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
kebalikan dari reaksi spontan adalah tidak spontan.

B. Sel Volta

Energi yang dibebaskan dalam reaksi redoks spontan dapat digunakan untuk melakukan kerja
listrik. Tugas ini dicapai dengan sel volta atau galvani, suatu prinsip dimana perpindahan elektron
terjadi melalui lintasan luar. Misalnya bila dua buah elektroda yang berbeda jenisnya (misal elektroda
Zn dan elektroda Cu) dihubungkan dengan kawat yang dilengkapi voltmeter, juga dihubungkan
dengan jembatan garam, maka logam Zn akan teroksidasi menjadi Zn 2+ .

Elektron yang dihasilkan oleh Zn mengalir melalui voltmeter menuju ke arah elektroda Cu.
Selanjutnya elektron tersebut ditangkap oleh ion Cu 2+ dalam larutan Cu(NO3)2.

Cu yang dihasilkan mengendap pada batang logam Cu, sehingga batang logam Cu makin
tebal (massanya bertambah).

4
Sel volta yang menggunakan jembatan garam

Logam Zn megalami oksdasi, maka elektroda ini disebut anoda, dan menjadi kutub negatif
(karena menghasilan elektron). Ion Cu2+  mengalami reduksi menjadi Cu dan menempel pada katoda
sebagai kutub positif 

Perpindahan elektron dari anoda ke katoda menyebabkan larutan di anoda kelebihan muatan positif
karena bertambahnya ion Zn2+. Larutan di katoda kelebihan muatan negatif karena berkurangnya ion
Cu2+.  Untuk menetralisis muatan listrik, dipasang jembatan garam. Jembatan garam: terdiri dari
tabung bentuk U yang mengandung larutan elektrolit seperti NaNO 3 (aq), biasanya dicampurkan dalam
gel agar-agar, fungsinya tempat migrasi ion untuk mempertahan kenetralan listrik. Adanya jembatan
garam menyebabkan terjadinya aliran electron.

1. Diagram Sel Volta


Diagram sel volta adalah notasi singkat yang menggambarkan terjadinya reaksi pada sel
Volta. Pada notasi sel, bagian kanan menyatakan katoda, dan bagian kiri menyatakan anoda.
Pemisahan oleh jembatan garam dinyatakan dengan || sedangkan reaksi yang terjadi pada elektroda
dinyatakan dengan |. Pada diagram sel volta, koefisien reaksi sel tidak berpengaruh.
Contoh : untuk reaksi sel Cu2+ + Zn  → Cu + Zn2+
 
notasi selnya: Zn | Zn2+ || Cu2+ | Cu

2. Deret Volta
Deret Volta adalah deret elektrokimia/ kereaktifan logam yang menunjukkan nilai
potensial elektroda standar logam (Eo).

   Sifat deret Volta :

5
1.  Makin ke kiri, logam makin mudah teroksidasi (nilai Eo lebih negatif).
Semakin ke kiri kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka logam semakin reaktif
(semakin mudah melepas elektron).
2.  Sebaliknya, semakin ke kanan kedudukan suatu logam dalam deret tersebut, maka logam
semakin kurang reaktif (semakin sulit melepas elektron). Makin ke kanan, logam makin mudah
tereduksi (nilai Eo lebih positif.
3.   Pada deret volta tsb ada lima buah unsur logam yang dikatakan sebagai unsur logam mulia
(Inert metal), yaitu Cu, Hg, Ag, Pt dan Au. Logam seperti ini sulit sekali mengalami perkaratan
sehingga dimanfaatkan sebagai perhiasan yang harganya mahal.
4.  logam-logam yang terletak di sebelah kiri H memiliki potensial elektroda standar negatif.
Sedangkan yang terletak di sebelah kana H memiliki potensial elektroda standar positif.
5.   Jika Deret Volta kita anggap sebagai deretan orang yang sedang antri sesuatu, maka ternyata
unsur-unsur yang ada di belakang dapat “meng-usili” unsur di depannya. Selanjutnya
menggantikan posisi unsur di depannya (merebut pasangan ion dari unsur di
depannya).  Sementara unsur yang ada di depan tidak bisa mengganggu unsur di belakangnya atau
dengan kata lain tidak mampu merebut pasangan ion dari unsur di belakangnya (tidak bereaksi).

3. Potensial Elektroda
Besarnya energi listrik yang dihasilkan pada sel volta dapat kita lihat pada angka yang
ditunjukkan oleh jarum voltmeter. Timbulnya energi listrik disebabkan karena kedua elektrolit
mempunyai harga “Potensial Elektroda” yang berbeda. Pada sel volta dengan elektroda Zn dan
elektroda Cu, ion Cu2+  menangkap electron sehingga berubah menjadi logamnya.
Cu2+  +  2e →  C u

Penangkapan elektron oleh ion Cu2+ ini disertai dengan timbulnya sejumlah energi yang


disebut potensial reduksi atau potensial elektroda (diberi lambang E). Jadi potensial elektroda
adalah potensial listrik yang ditimbulkan bila suatu ion logam menangkap elektron (mengalami
reduksi). Besarnya harga E tidak dapat diukur secara terpisah (hanya reaksi reduksi saja),
melainkan harus selalu berpasangan dengan reaksi oksidasi. Menurut perjanjian elektroda yang
digunakan sebagai standar (untuk mengukur E o) adalah elektroda hidrogen. Elektroda standar ini
sebagai elektrolitnya digunakan larutan yang mengandung konsentrasi ion H+ 1M, yang
pengukurannya dilakukan di suhu 25 oC, tekanan 1 atmosfer.. Dalam pengukuran harga E
dilakukan dengan cara membandingkan dengan elektroda standar, maka untuk selanjutnya E ini
disebut sebagai Eo (potensial elektroda standar). Makin besar harga E o suatu zat, makin mudah
zat tersebut mengalami reaksi reduksi.

6
4.  Potensial Sel Standar
Potensial sel standar (Eo sel) adalah beda potensial listrik yang dihasilkan dari dua buah
elektroda (anoda dan katoda) pada sel Volta, diukur dalam keadaan standar. Potensial sel standar
dapat dihitung:

Eo = Eo reduksi - Eo oksidasi

Contoh:
Tentukan nilai potensial sel Zn | Zn2+ || Ag+ | Ag  jika diketahui Eo Zn = -0,76 V, dan Eo Ag =
+0,80 V
Jawab :
Zn mengalami oksidasi, sehingga nilai Eo harus diubah tandanya.

Nilai potensial sel menunjukkan :


1) Tegangan yang dihasilkan sel.
2) Jika nilai Eosel > 0, maka reaksi sel spontan (berlangsung).
3) Jika nilai Eosel ≤ 0, maka reaksi sel tidak spontan (tidak berlangsung).

7
BAB II
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penyusunan laporan ini menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen adalah


metode penelitian kuantitatif yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen (perlakukan) terhadap variabel dependen (hasil) dalam kondisi yang
terkendalikan. Eksperimen ini dilakukan dengan percobaan menggunakan objek logam
Mg, logam Zn, logam Cu, larutan CuSo₄ , larutan ZnSo₄ , logam MgSo₄ .

B. Alat dan Bahan


1. Kegiatan Mengamati Reaksi Redoks Spontan
- 2 buah gelas kimia
- ±30 ml larutan CuSo₄ 0.1 M
- ±30 ml larutan ZnSo₄ 0,1 M 4. Sepotong logam zink (Zn) dan logam tembaga
(Cu)
- Termometer
- Amplas
2. Kegiatan Merangkai Sel Volta
- 3 buah gelas kimia
- Termometer
- Amplas
- ±30 ml larutan CuSo₄ 0,1 M
- ±30 ml larutan ZnS0₄ 0,1 M
- ±30 Ml larutan Zn So₄ 0,1 M
- Sepotong logam zink (Zn), logam tembaga (Cu), dan logam magnesium (Mg)
- Air garam
- Kertas saring
- Multimeter

C. Cara Kerja
1. Kegiatan Mengamati Reaksi Redoks Spontan
- Siapkan dua gelas kimia

8
- Masukkan ±30 ml larutam CuSo₄ 0,1 M ke dalam gelas kimia 1, kemudian
masukkan sepotong logam zink (Zn). Ukur suhu awal dan suhu selama reaksi
berlangsung.
- Masukkan ±30 ml larutan ZnSo4 0,1 M ke dalam gelas kimia 2, kemudian
masukkan sepotong logam tembaga (Cu). Perhatikan dan catat perubahan yang
terjadi.
2. Kegiatan Merangkai Sel Volta
- Rangkailah sel volta yang mungkin dari tiga larutan elektrolit dan elektroda
yang tersedia. Volume elektrolit yang digunakan ±40 ml

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kegiatan Mengamati Reaksi Redoks Spontan

Cu dengan larutan ZnS0₄ Zn dengan larutan CuSO₄


Suhu awal 29,5°𝐶 Suhu awal 29°𝐶
Suhu Zn 29,8°𝐶 Suhu Zn 29°𝐶
Kesimpulan : Suhu berubah 0,3°𝐶 Kesimpulan : Suhu tetap
Zn berubah warna menjadi warna hitam Tidak terjadi perubahan warna
kecoklatan
Ada gelembung Tidak ada gelembung
Terjadi endapan Tidak terjadi endapan
Hasil teori : Hasil teori:
1. Zn lebih negative dari Cu sehingga Cu 1. Zn sudah dalam bentuk Zn²⁺ dan Cu²⁺
nengalami reduksi dan Zn mengalami dalam bentuk logam Cu
oksidasi 2. Terjadi reaksi tidak spontan
2. Terjadi reaksi spontan

Pada CuSO₄ dengan elektroda Zn mengalami reaksi spontan. Terjadi endapan Tidak
terjadi endapan Hal ini dikarenakan Zn lebih negatif daripada Cu sehingga Cu mengalami
reduksi dan Zn mengalami oksidasi. Reaksi spontan dengan elektroda Zn ini bersifat
eksoterm karena menghasilkan panas yang dibuktikan dengan perubahan suhunya.
Sedangkan pada reaksi ZnSO₄ dengan elektroda Cu tidak terjadi reaksi. Karna tidak terjadi
perubahan baik pada logam maupun larutan.

B. Merangkai Sel Volta

Larutan Laurtan Katode Anode Reaksi Sel Volta Notasi Sel E°


I II Volta
CuS0₄ ZnS0₄ Cu Zn K : Cu²⁺ + 2e → Zn|Zn²⁺ ||Cu²⁺ 0,55 V

10
Cu |Cu
A : Zn → Zn²⁺ +
2e
CuS0₄ MgS0₄ Cu Mg K : Cu²⁺ + 2e → 1,9 V
Cu A : Mg →
Mg²⁺ + 2e
Rx : Cu²⁺ + Mg
→ Cu + Mg²⁺
MgS0₄ ZnS0₄ Mg Zn K : Mg²⁺ + 2e → 0,125
Mg A : Zn → V
Zn²⁺ + 2e Rx :
Mg²⁺ + Zn →
Cu + Zn²⁺

11
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sel elektrokimia merupakan pemanfaatan arus listrik yang dihasilkan dari sebuah
reaksi kimia ataupun arus listrik yang menyebabkan terjadinya suatu reaksi kimia.
Pemanfaatan sel elektrokimia banyak digunakan untuk menghasilkan teknologi terbarukan.
Dari percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan terdapat hasil yaitu yang pertama
logam Zn dengan CuSO₄ mengalami reaksi berupa perubahan warna dan wujud dari logam
Zn. Perubahan warna yang semua perak menjadi warna hitam. Selain itu, larutan CuSO₄
mengalami perubahan suhu. Reaksi yang terjadi yaitu reaksi redoks spontan. Pada percobaan
kedua yaitu perangkaian sel Volta . Pada percobaan ini sel Volta tersusun dari katode dan
anode yang dihubungkan dengan voltmeter serta jembatan garam . diperoleh hasil dari
percobaan menunjukkan jika dihasilkan aliran listrik. Percobaan ini dapat disimpulkan bahwa
zat yang memiliki E° lebih kecil ( lebih ke kiri dalam deret volta ) akan teroksidasi oleh zat
yang memiliki E° yang lebih besar ( lebih ke kanan dalam deret volta ). Oleh karena itu
semakin besar E° maka semakin kuat oksidator dan semakin kecil E° maka semakin
berpotensi mengalami oksidasi . Serta, dari sel volta yang dirangkai menunjukkan bahwa
reaksi elektrokimia dapat menghasilkan arus listrik.

B. Saran

Melakukan penelitian dan pengamatan lebih lama agar dapat mengetahui perbedaan lebih
spesifik antara keduanya. Dapat pula melakukan penelitian dengan menambah varian objek
percobaan.

12
LAMPIRAN

13

Anda mungkin juga menyukai