Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN SEJARAH INDONESIA

ANALISIS PEMBERONTAKAN G30SPKI

XII MIPA 4

KELOMPOK 5:

Ahmad Farel Zidan Budiono (03)

Dewi Faizatul Ulya (13)

Dyah Aura Devita Putri (14)

Nuriko Puji Febrianti (25)

Riskialsa Ramadahn (28)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 1 TUBAN

Jalan WR Supratman 2. Telp (0356) 321272 Fax (0356) 333190 Kode Pos 62318
Email/website : smansatuban@gmail.com / www.smansatuban.sch.id
LAPORAN SEJARAH INDONESIA

ANALISIS PEMBERONTAKAN G30SPKI

Rumusan Masalah:

1. Apa yang melatarbelangkangi pristiwa G 30S/PKI?


2. Apa hubungan Tentara AD Indonesia dengan G 30S/PKI?
3. Apa yang membuat Soekarno pro kepada PKI?
4. Apa hubungan kesehatan Soekarno dengan G 30S/PKI?
5. Apa hubungan Cakrabirawa dengan PKI?
6. Mengapa Cakrabirawa berkhianat?
7. Apa tujuan PKI membunuh Jenderal dan Perwira?
8. Mengapa Soeharto tidak dibunuh?
9. Siapa saksi mata peristiwa lubang buaya?
10. Apa isi Supersemar?
11. Mengapa mahasiswa menuntut Presiden Soekarno untuk mengundurkan diri?
12. Apakah ada perkembangan pada perekonomian Indonesia setelah Presiden Soekarno
mengundurkan diri dari jabatan?
13. Bagaimana kronologi penangkapan dan pembantaian PKI?
Pembahasan

Pada masa revolusi, PKI merupakan salah satu kekuatan politik yang berpengaruh dalam
pemerintahan Republik Indonesia. Peristiwa pemberontakan 30 September 1965 (G 30S/PKI)
bukan terjadi tanpa sebab. Tentu ada hal yang melatarbelakangi terjadinya peristiwa tersebut.
Latar belakang terjadi peristiwa G 30S/PKI antara lain, yaitu :

1. Dominasi Ideologi NASAKOM


Berkembangnya ideologi NASAKOM (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme)
pada masa pada masa pemerintahan presiden Soekarno sejak masa Demokrasi
Terpimpin (1959-1965) justru menjadi jalan bagi PKI dalam upayanya mengganti
ideologi Pancasila menjadi Komunis di Indonesia.

2. Pertentangan Antara PKI dan TNI


Hubungan kurang baik antara PKI dan TNI diawali oleh pembentukan angkatan
kelima yang diinisiasi PKI. Hal tersebut ditentang oleh TNI AD sehingga
membuat hubungan keduanya semakin tidak harmonis. Hubungan PKI dengan
pihak TNI semakin memanas setelah muncul banyak hasutan dan konfrontasi
antara rakyat dengan TNI.

3. Kondisi Kesehatan Soekarno yang Kurang Baik


Beredarnya kabar bahwa presiden Soekarno sedang sakit parah menimbulkan
kecemasan dari berbagai pihak terkait upaya perebutan kekuasaan yang akan
ditinggalkan oleh Soekarno. Kecemasan akibat kabar sakitnya presiden Soekarno
tersebut menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya G 30S/PKI.

4. Kondisi Ekonomi Indonesia yang Memburuk


Terjadinya kenaikan inflasi pada tahun 1965 yang mencapai 650% membuat
rakyat meragukan kepemimpinan presiden Soekarno. Melemahnya kondisi
ekonomi Indonesia sebenarnya disebabkan oleh Jenderal Soeharto dan Jenderal
Nasution, yaitu pembantaian terhadap pedagang yang berasal dari RRC. Hal
tersebut mengakibatkan kondisi ekonomi Indonesia semakin melemah. Akibatnya,
banyak rakyat hidup dalam kelaparan dan kemiskinan.

5. Keterlibatan Amerika Serikat


Ditemukannya banyak dokumen dari FBI CIA tentang peristiwa G30S/PKI yang
berisi list anggota PKI kepada pemerintah Soeharto menjadi bukti keterlibatan
Amerika Serikat terhadap peristiwa tersebut. Melalui CIA, Amerika Serikat
berusaha agar Indonesia tidak jatuh ke dalam kekuasaan Komunisme.

TNI AD Indonesia merupakan salah satu kekuatan yang sangat menentang PKI.
Konflik-konflik yang terjadi antara kedua sudah terjadi saat masa revolusi kemerdekaan
Indonesia. Jajaran Angkatan Darat merasa bahwa antikomunisme selalu melekat dalam diri
masing-masing perwira. Komunis merupakan musuh utama bagi Angkatan Darat. Konflik
pertama yang terjadi antara keduanya yaitu peristiwa Madiun 1948. Di tahun 1965 TNI AD
menolak pembentukan agkatan kelima yang diinisiasi oleh PKI. Karena hal itu, PKI geram
dan menguap isu tentang adanya Dewan Jendral di tubuh AD yang tengah memepersiapkan
suatu kudeta. Hal tersebut juga membuat niat penculikan semakin kuat. Niat awalnya,
petinggi Angkatan Darat yang masuk dalam daftar itu hanya diculik. Namun, saat kegiatan
penculikan akan dilakukan, pelaksana tugas Lettu Doel Arif mengeluarkan perintah bahwa
para jenderal harus dibawa dalam keadaan hidup atau mati. Hal itulah yang menyebabkan
rencana awal menjadi kacau.

Presiden Soekarno cukup dekat dengan PKI. Namun, ada beberapa pendapat yang
mendukung dan menolak terhadap asumsi bahwa Soekarno pro terhadap PKI, antara lain:

1. Soekarno adalah dalang gerakan 30 September.


Teori ini antara lain berasal dari kesaksian Shri Biju Patnaik. Seorang pilot asal
India yang menjadi sahabat banyak pejabat Indonesia sejak masa revolusi. Ia
mengatakan bahwa pada 30 September 1965 tengah malam Soekarno memintanya
untuk meninggalkan Jakarta sebelum subuh. Menurut Patnaik, Soekarno berkata
"sesudah itu saya akan menutup lapangan terbang". Di sini Soekarno seakan tahu
bahwa akan ada "peristiwa besar" esok harinya. Di mana peristiwa ini merupakan
peristiwa gerakan 30 September 1965.

2. Soekarno tidak mendukung penuh PKI


 Soekarno dekat dengan PKI, tetapi membenci Aidit.
Kedekatan Sukarno dengan PKI tidak serta-merta membuatnya dekat
dengan Ketua PKI, DN Aidit. Sejarawan Belanda, Antonie C.A. Dake,
dalam buku In the Spirit of Red Banteng, menyatakan bahwa Bung Karno
membenci Aidit karena menurutnya Aidit terlalu ambisius. Soekarno lebih
dekat dengan Wakil Ketua PKI, Njoto, dibanding dengan Aidit.
 Soekarno mendukung PKI karena kepentingan politik
Hubungannya dengan PKI hanya sebatas kepentingan politik. Harold
Crouch dalam buku Patrimonialism and Military Rules in Indonesia
menyatakan bahwa Soekarno mendekati PKI dalam rangka menandingi
kekuatan militer.
 Soekarno tidak mendukung bahkan memerintahkan PKI untuk
menghentikan gerakan 30 September, dan menolak mendukung G 30S.
Bahkan pada 6 Oktober 194.

Letnan Kolonel Untung selaku pimpinan PKI, meminta pasukan PKI Cakrabirawa
untuk menjalankan misi G30S/PKI untuk menculik 7 jenderal. Pada awalnya, G 30S/PKI
tidak memiliki rencana pembunuhan terhadap beberapa jenderal target/sasaran. Mereka hanya
ingin meringkus para jendral ke istana untuk menghadap Presiden Soekarno.

Cakrabirawa dibentuk / diresmikan oleh Soekarno di Wina, Austria pada 6 Juli.


Pembentukan cakrabirawa ini karena banyaknya kejadian penyerangan terhadap presiden
Soekarno. Hal ini terjadi akibat kurangnya pengamanan yang ketat terhadap Soekarno.
Terbukti pada 14 Mei 1962, peristiwa percobaan pembunuhan terhadap presiden Soekarno
saar sedang melakukan shalat Idul Adha. Percobaan pembunuhan tersebut merupakan aksi
dari G 30S / PKI, karena ingin menggulingkan pemerintahan Soekarno pada saat itu. G 30S /
PKI merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Soekarno
dan mengubah Indonesia menjadi negara komunis.

DN. Aidit menghasut masyarakat Indonesia untuk mendukung keberadaan PKI.


Selain itu, dia juga memerintahkan aksi penculikan dan pembunuhan sejumlah perwira tinggi
Indonesia. Pasukan cakrabirawa telah terpangaruh paham PKI sehingga mendukung gerakan
tersebut. Resimen Cakrabirawa di bawah komando Letkol Untung kemudian dipercaya untuk
melakukan aksi penculikan terhadap Dewan Jenderal yang diduga akan mengkudeta Presiden
Soekarno. Letnan Kolonel Untung tercatat oleh sejarah sebagai tokoh penting dalam
peristiwa G 30S/PKI. Tidak semua pasukan Cakrabirawa sebagai oknum dalam G30S/PKI.
Namun, aksi Letkol Untung dan Lettu Dul Arif yang merupakan motor utama dalam aksi
penculikan Jenderal Pahlawan Revolusi, nama Cakrabirawa tercorang dalam pemerintahan
Orde Baru karena telah berkhianat.

. Tujuan PKI membunuh para jenderal dan perwira adalah untuk menghalangi jika
terjadi resolusi dewan jendral dan agar posisi mereka aman. Alasan terjadinya peristiwa
tersebut, karena saat itu beredar isu bahwa akan terjadi resolusi dewan jendral. Para
pemimpin PKI resah karena jika resolusi dewan jendral berhasil, maka kedudukan mereka
berada diujung tanduk. target/sasaran.

Pasukan pemberontakan melaksanakan “Gerakan 30 September (G 30S/PKI)” dengan


menculik dan membunuh para jenderal dan perwira. Mereka adalah : Letnan Jenderal Ahmad
yani, Mayor Jenderal S. Parman, Mayor Jenderal Soeprapto, Mayor Jenderal MT. Haryono,
Brigadir Jenderal DI Panjaitan, Brigadir Jederal Sutoyo Siswomiharjo, dan Letnan satu Pierre
Andreas Tendean.

Jenderal Soeharto tidak termasuk dalam daftar penculikan, karena Jenderal Soeharto
Loyalis kepada Presiden Soekarno. Gerakan G 30S/PKI merupakan peristiwa internal
Angkatan Darat dan terutama menyangkut Komando Daerah Militer Diponegoro. Asal
komando daerah militer yang sama juga menjadi alasan mengapa Soeharto tidak masuk
dalam daftar orang yang diculik. Ia dianggap sebagai kawan, minimal bukan musuh. Apalagi,
Soeharto dan Latief pernah sama-sama ikut dalam Serangan Umum 1 Maret 1949.

Pada 30 September 1965 di malam hari, Sukitman sedang menjalankan tugasnya


untuk berpatroli di Kawasan Blok M. Tiba-tiba, ia mendengar suara tembakan yang diikuti
dengan rentetan letusan senjata. Sukitman kemudian bergegas menghampiri sumber suara
tersebut dengan sepeda kumbangnya, yang ia peroleh dari hadiah polisi berprestasi, ke arah
kediaman Brigadir Jenderal DI Panjaitan. Namun, sekelompok orang di sekitar Jalan
Hasanuddin 53, Blok M, yang menculik Jenderal DI Panjaitan, kemudian menghadang dan
ikut menculiknya. Dengan kedua tangan yang terikat dan mata tertutup, Sukitman dibawa
ikut ke Lubang Buaya dan menjadi salah satu saksi penculikan dan pembunuhan beberapa
pemimpin TNI dalam peristiwa G 30S/PKI.
Pada 11 Maret 1966 presiden Soekarno menandatangani surat perintah yang disebut
Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret). Supersemar bertujuan untuk mengambil tindakan
untuk mengatasi situasi ricuh pasca G 30S/PKI agar dapat memulihkan keadaan dan
kewibawaan pemerintah. Supersemar terjadi karena gejolak di dalam negeri usai peristiwa G
30S/PKI. Dalam peristiwa tersebut, tentara menuding PKI sebagai dalang dibalik
pembunuhan tujuh jendral. Hal tersebut kemudian memicu amarah para pemuda-pemuda anti
komunis yang selanjutnya membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) pada
bulan Oktober 1965. Mereka kemudian menyuarakan protes kepada sokerno karena dianggap
mengusut G 30 S / PKI dan buruknya perekonomian dimasa pemerintahannya. Aksi unjuk
rasa semakian kencang saat inflasi pada 1966. Pada 12 Januari 1966, Front Pancasila
melakukan demonstrasi di halaman Gedung DPR-GR dan melayangkan tiga tuntutan, antara
lain:

1. Pembubaran PKI
2. Pembersiham Kabinet Dwikora dari unsur-unsru yang terlibat G 30S PKI
3. Penurunan harga

Di peghujung 1965, Soekarno dituntut mundur. Beliau akhirnya diberhentikan pada


22 Juni 1966, dan hidup terasing hingga meninggalnya pada 21 Juni 1970. Berhentinya
Soekarno sebagai presiden Indonesia tidak terlepas dari tuntutan rakyat yang memintanya
untuk mengundurkan diri. Faktor utama yang menyebabkan para mahasiswa menuntut
pengunduran diri Presiden Soekarno adalah Soekarno, yang mendukung sayap kiri
mengeluarkan UU Darurat dan mencetuskan slogan Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan
Komunisme) pada 1956. Soekarno jug tidak bertindak apa-apa terhadap peristiwa G3OS PKI.
Tindakan Soekarno yang cenderung mengabaikan suara rakyat mengakibatkan semakin
kencangnya aksi unjuk rasa.

Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang


Istimewa MPRS pada Maret 1967, Soeharto yang telah menerima kenaikan pangkat sebagai
jenderal bintang empat pada 1 Juli 1966 ditunjuk sebagai pejabat presiden berdasarkan Tap
MPRS No XXXIII/1967 pada 22 Februari 1967. Perekonomian Indonesia pada Orde Lama
amat buruk, yang di sebarkan oleh inflasi yang sangat tinggi. Sehingga Orde Baru
berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia
berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang
merajalela.

Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) yang terjadi pada 1965,


masih menjadi beban sejarah bangsa, sedangkan penyelesaian masalahnya tidak mudah.
Penyelesaian G30S/PKI dilakukan melalui Mahmilub (Mahkamah Militer Luar Biasa) yang
mengadili anggota ABRI dan tokoh PKI yang terlibat. Namun penyelesaikan juga dilakukan
dengan cara di luar hukum yaitu dengan pembantaian terhadap tokoh PKI dan orang yang
dituduh sebagai simpatisan PKI. Orang yang selamat dari pembantaian simpatisan PKI
kemudian dibuang sebagai tapol (tahanan politik).
Langkah untuk menumpaskan G30S PKI terus berlanjut dengan sejumlah operasi
yang dijalankan. Di antaranya adalah operasi Trisula di Blitar Selatan serta Operasi Kikis di
perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Melalui operasi penumpasan itu, para tokoh PKI
berhasil ditangkap. Masyarakat yang terlibat direhabilitasi oleh pemerintah karena terlalu
banyak jumlahnya untuk dijatuhi hukuman/disidang. Pemberontakan G 30S/PKI merupakan
sejarah hitam bagi Bangsa Indonesia, karena merupakan pemberontakan dalam upaya
penggantian dasar negara dan pemerintahan yang sah,dan menewaskan putera terbaik bangsa.

Keturunan PKI dahulu harus ikut merasakan menjadi tahanan politik. Mereka
mengalami penyiksaan, perlakuan tidak layak, serta dikucilkan dari masyarakat. Keturunan
PKI pada masa ini sudah hidup dengan tentram, tidak mendapat perilaku buruk dari
masyarakat. Sudah hidup seperti masyarakat biasanya. Sanksi sosial dulu yang berupa tidak
boleh adanya keturunan PKI yang daftar TNI pun sudah dicabut dan sekarang mereka bebas
untuk mendaftar sebagai TNI.

Anda mungkin juga menyukai