Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN SEJARAH INDONESIA

ANALISIS PEMBERONTAKAN G30S/PKI

Kelompok 3:
1. Aditya Afian N.M. (02)
2. Alfin Alif Farisqi (06)
3. Ardinia Febrianti (09)
4. Callista Atsiil H.P. (11)
5. Mohammad Hafiy F.L. (23)

Kelas: XII MIPA 4

SMA Negeri 1 Tuban


Tahun Pelajaran 2022/2023
A. Latar belakang
Pemberontakan PKI tanggal 30 September 1965 bukanlah kali pertama bagi PKI.
Sebelumnya, pada tahun 1948 PKI sudah pernah mengadakan pemberontakan di Madiun.
Pemberontakan tersebut dipelopori oleh Amir Syarifuddin dan Muso. Tujuan dari
pemberontakan itu adalah untuk menghancurkan Negara RI dan menggantinya menjadi
negara komunis beruntunglah pada saat itu Muso dan Amir Syarifuddin berhasil ditangkap
dan kemudian ditembak mati sehingga pergerakan PKI dapat dikendalikan.
Namun, melalui demokrasi terpimpin kiprah PKI kembali bersinar. Terlebih lagi dengan
adanya ajaran dari presiden Soekarno tentang Nasakom (Nasional, Agama, Komunis) yang
sangat menguntungkan PKI karena menempatkannya sebagai bagian yang sah dalam
konstelasi politik Indonesia. Bahkan, Presiden Soekarno menganggap aliansinya dengan PKI
menguntungkan sehingga PKI ditempatkan pada barisan terdepan dalam demokrasi
terpimpin.

B. Faktor penyebab peristiwa G30S/PKI


1. Beredar isu kudeta Presiden Soekarno
Berangkat dari tersebarnya kabar burung yang merebak luas tentang adanya sekelompok
Jenderal atau Dewan Jenderal yang disebut hendak melakukan gerakan kudeta terhadap
Presiden Soekarno. Usut punya usut informasi ini tersebar dari beberapa rekan militer yang
ternyata merupakan simpatisan PKI. Hal ini dijelaskan dalam sebuah buku yang ditulis oleh
Peter Kasenda berjudul “Kematian DN Aidit dan Kejatuhan PKI” pada 2016.
2. Perpecahan di dalam badan militer
Faktor penyebab G30S/PKI adalah bahwa saat itu di dalam badan militer sudah terjadi
perpecahan yang menyebabkan terjadinya pembagian faksi yang bertujuan untuk saling
memperebutkan kekuasaan dan pengaruh. Di dalamnya ada sebagian kecil yang juga
berperan sebagai simpatisan PKI. Selain itu, PKI merupakan salah satu partai yang cukup
berpengaruh kala itu. Beberapa kadernya juga menduduki kursi dewan dan kursi pejabat.
Selain faksi yang menjadi simpatisan ada juga faksi yang berdiri dengan paham anti PKI.
Faksi inilah yang pada akhirnya setia kepada Soekarno. Di faksi inilah diyakini Dewan
Jenderal bersarang.
3. Terpengaruh Perang Dingin
Agenda kudeta yang dilakukan oleh PKI di Indonesia tidak terlepas dari efek samping
terjadinya perang dingin antara Uni Soviet (komunis) dan Amerika Serikat (kapitalis).
Sedangkan pada tahun 1960-an Presiden Soekarno lebih cenderung untuk memihak blok
Soviet, sedangkan Dewan Jenderal diasumsikan lebih pro ke pihak blok barat sehingga ada
sebuah spekulasi untuk menyingkirkan Presiden Soekarno kala itu.
C. Rumusan Masalah
1. Apa pengaruh G30S/PKI Bagi Bangsa Indonesia?
Jawaban:
Setelah peristiwa G30S/PKI berakhir, kondisi politik Indonesia masih belum stabil.
Situasi Nasional sangat menyedihkan, kehidupan ideologi nasional belum mapan. Pada saat
itu kondisi politik belum stabil karena sering terjadi konflik antar partai politik. Demokrasi
Terpimpin justru mengarah ke sistem pemerintahan diktator. Kehidupan ekonomi lebih
suram, sehingga kemelaratan dan kekurangan makanan terjadi dimana-mana.
Presiden Soekarno menyatakan gerakan semacam G30S/PKI dapat saja terjadi dalam
suatu revolusi. Sikap Soekarno ini diartikan lain oleh masyarakat, mereka menganggap
Soekarno membela PKI. Akibatnya, popularitas dan kewibawaan Presiden menurun di mata
Rakyat Indonesia. Demonstrasi besar-besaran terjadi pada tanggal 10 Januari 1966.
Para demonstran ini mengajukan tiga tuntutan yang terkenal dengan sebutan
TRITURA (Tri Tuntutan Rakyat), meliputi sebagai berikut :
- Pembubaran PKI.
- Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur PKI.
- Penurunan harga – harga (Perbaikan Ekonomi).

2. Apa akar masalah hingga muncul peristiwa G30S/PKI?


Jawaban:
Munculnya peristiwa G30S/PKI karena adanya keinginan dari PKI untuk mengubah
Indonesia menjadi negara dengan sistem komunis. Keinginan itu pun coba diwujudkan
dengan melakukan pemberontakan yang dilakukan oleh beberapa tokoh hingga terjadi korban
jiwa. Banyak Perwira Tinggi dari TNI Angkatan Darat (AD) yang ditangkap PKI bahkan
beberapa langsung dibunuh.

3. G30S/PKI adalah rekayasa dari soekarno?


Jawaban:
Banyak yang beranggapan bahwa soekarno adalah dalang dari GG30/PKI. Namun,
saya menolak teori ini dengan 7 butir sanggahan.
1). Bung Karno sangat berhati-hati dengan berbagai isu yang memicu terjadinya G30S,
khususnya isu Dewan Jenderal dan Dokumen Gilchrist.
2). Pada tanggal 1 Oktober 1965 Bung Karno diagendakan menerima Jenderal Ahmad Yani.
Namun pertemuan itu gagal karena terjadi peristiwa G30S/PKI. Pertemuan itu juga tidak
mustahil dimaksudkan untuk mengecek isu Dewan Jenderal.
3). Apa yang terjadi pada tanggal 1 Oktober, sangat mengejutkan Bung Karno (Compleet
Overrompeling). Ketika berada di Air Mancur Monas hendak ke Istana pada pagi hari tanggal
1 Oktober, Bung Karno tidak tahu peristiwa apa yang terjadi.
4). Di Lanud Halim Perdanakusuma, setelah menerima laporan dari Brigjen Supardjo, Bung
Karno menolak memberikan dukungan kepada G30S. Sikap Bung Karno ini, salah satu faktor
yang menyebabkan gagalnya G30S.
5). Dekrit No.1 Dewan Revolusi sangat jelas menggambarkan sebagai kudeta, sebab Kabinet
Dwikora di-demisioner-kan dan nama Bung Karno tidak ada dalam susunan Dewan Revolusi.
Sementara Dewan Revolusi sumber dari segala kekuasaan.
6). Tidak benar bahwa Bung Karno menerima laporan dari Letkol Untung (Ketua Dewan
Revolusi Nasional) melalui seorang utusan ketika sedang berada di Istora Senayan.
7). Dari aspek sifat dan kepribadian, Bung Karno adalah seorang humanis, yang tidak
mungkin menyetujui tindak kekerasan untuk mencapai ambisi pribadi.

4. Dengan cara apa PKI dapat memojokkan musuh musuh politiknya?


Jawaban:
Perjalanan PKI dengan ideologi marxisme- materialisme yang ateistis ini, ternyata
berhasil memukau rakyat kecil. Bahkan Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno menempatkan
komunisme dalam narasi besar Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme).
Nasakom adalah tiga pilar yang — menurut Bung Karno — harus menjadi landasan
pembangunan bangsa Indonesia. Ketiga pilar itu harus berjalan seirama.
Bagaimana fakta lapangannya? Komunisme sebagai ideologi PKI, tak hanya
bertentangan dengan prinsip kaum agamawan yang ber-Tuhan, tapi juga bertentangan dengan
prinsip kaum nasionalis yang menempatkan Pancasila sebagai ideologi negara. Dengan
demikian, integrasi Nasakom sulit terjadi.
Yang mengejutkan kemudian, Nasakom jadi “instrumen” PKI untuk memojokkan musuh-
musuh politiknya. Dengan mudah, PKI mengecap musuh- musuh politiknya sebagai kaum
Anti-Nasakom. Jika sudah demikian, negara pun akan memojokkannya.

5. Mengapa Nasution menjadi target utama dalam peristiwa G30S/PKI?


Jawaban:
Karena Nasution merupakan Menteri Pertahanan dan Keamanan, dan Kepala Staf
Angkatan Bersenjata, yang dikenal sangat menentang PKI. Jenderal Nasution, bersama
dengan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani, adalah dua anggota Angkatan
Bersenjata yang paling tinggi posisinya pada tahun 1960an. Keduanya merupakan tokoh
nasionalis yang sangat anti-komunis dan menentang PKI. Keberadaan keduanya dianggap
sebagai penghalang kekuasaan PKI. 
PKI menyebarkan “Dokumen Gilchrist” yang mereka sebut sebagai surat dari Duta Besar
Inggris di Indonesia, Andrew Gilchrist. Dokumen ini menyebut bahwa Inggris dan Amerika
berusaha melakukan kudeta dengan dibantu oleh tentara. PKI menyebut Nasution dan Ahmad
Yani sebagai pemimpin kelompok di ABRI yang ingin merebut kekuasaan yang disebut oleh
PKI sebagai Dewan Jenderal. Karena tentangan Ahmad Yani dan Nasution terhadap PKI ini
keduanya ditarget oleh PKI untuk diculik.

6. Apa upaya pemerintah dalam meredam gerakan G30S/PKI?


Jawaban:
Dalam situasi tak menentu setelah pecahnya Gerakan 30 September, Panglima Komando
Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Mayor Jenderal Soeharto segera
berkeputusan mengambil alih pimpinan Angkatan Darat, karena Jenderal Ahmad Yani selaku
MenPangad (Menteri Panglima Angkatan Darat) saat itu belum diketahui ada di mana.
Setelah berhasil menghimpun pasukan yang masih setia kepada Pancasila, operasi
penumpasan Gerakan 30 September pun segera dilakukan. Bukan saja di Jakarta, melainkan
hingga basis mereka di daerah-daerah lainnya. Dalam perkembangan berikutnya, ketika
diketahui bahwa Gerakan 30 September ini berhubungan dengan PKI, maka pengejaran
terhadap pimpinan dan pendukung PKI juga terjadi. 

7. Mengapa terjadi pertikaian antara PKI dengan para perwira tinggi angkatan darat?
Jawaban:
Karena pada tahun 1948, didirikan pemerintahan Uni Soviet-Indonesia di Madiun
oleh golongan kiri yang di dalamnya terdapat anggota PKI. Pemerintahan Uni Soviet-
Indonesia ini bertujuan untuk memberontak. Maka dari itu, pemerintah gencar melakukan
operasi militer guna membasmi komunisme. Upaya tersebut pun berhasil mencerai berai
golongan kiri.
Pertikaian ini semakin parah ditahun 1965, Mengutip buku ‘Gerakan Makar
G30S/PKI’ karya Arin Kusumaningrum, saat itu AD menolak pembentukan Angkatan
Kelima yang diinisiasi PKI. Jenderal Nasution dan Letjen Ahmad Yani, adalah dua petinggi
Angkatan Darat yang lantang menolak masuknya kaum komunis ke dalam ranah angkatan
bersenjata. PKI marah lalu menguapkan isu adanya “Dewan Jenderal” yang berencana
menggeser posisi Soekarno.

8. Mengapa Pasukan Cakrabirawa yang merupakan pasukan khusus pengawal presiden


justru tergabung dalam gerakan ini yang salah satu tujuannya adalah menggulingkan
pemerintahan era Soekarno?
Jawaban:
Karena Letkol Untung Syamsuri yang merupakan Komandan Batalyon I Cakrabirawa
adalah dalang dari peristiwa G30S/PKI. Petrik Matanasi, penulis buku, “Tjakrabirawa”
menyatakan, Untung memanfaatkan hari ulang tahun ABRI yang jatuh pada 5 Oktober untuk
menggalang kekuatan pada 30 September 1965. Dalam peringatan HUT ABRI, dia ditunjuk
sebagai pengatur parade pasukan. Posisi ini membuat dia punya kesempatan mengontak
bekas anak buahnya di Kodam Diponegoro.
Untung mulai menganut paham komunisme, sejak ia bergabung di Batalyon Sudigdo.
Pada tahun 1947, Batalyon Sudigdo yang berada di bawah Divisi Panembahan Senopati
berhasil ditarik menjadi pendukung Partai Komunis Indonesia. Untung bersama anggota
Batalyon Sudigdo dan prajurit TNI saat itu mendapat pengetahuan tentang paham komunisme
langsung dari elit PKI, Alimin. Hal ini menjadikan Panglima Besar TNI Jenderal Sudirman
khawatir.
Jenderal Sudirman pun memerintahkan Letkol Soeharto untuk meyakinkan sejumlah
prajurit dari Divisi Panembahan Senopati agar tak ikut paham komunis. Namun, Untung dan
sejumlah prajurit dari Divisi Panembahan Senopati gagal dibujuk.
9. Bagaimana lokasi di siksanya para jenderal atau lubang buaya ditemukan?
Jawaban:
Tanggal 3 Oktober 1965, RPKAD yang ditugaskan untuk mencari keberadaan para
jenderal yang hilang, menerima laporan intelijen bahwa para jenderal dibawa ke Desa
Lubang Buaya. Informasi itu adalah kesaksian Agen Polisi Dua Sukitman, yang sempat
diculik pasukan Pasopati ketika berpatroli tanggal 1 Oktober 1965 Subuh di dekat rumah DI
Panjaitan di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Tak mudah bagi pasukan RPKAD menemukan titik lokasi tempat penyekapan,
penyiksaan, dan pembunuhan para jenderal itu. Lebih-lebih, Sukitman tak tahu persis
tempatnya. Dibantu warga, pasukan Sintong menyisir seluruh tempat yang ada. Beberapa kali
mereka menemukan gundukan tanah yang diduga sebagai timbunan baru, tapi gagal. Baru
setelah itu ada seorang warga menunjukkan tempat lain di bawah pohon pisang, berupa
sumur tua yang sudah ditimbun dan disamarkan. Ia pun meminta semua personel Peleton 1
Kompi Tanjung terus menggali lubang secara bergantian dengan warga.
Mereka semakin yakin lubang itu adalah lubang jenazah para jenderal ditimbun
karena menemukan potongan kain yang biasa digunakan sebagai tanda oleh pasukan
Batalyon Infanteri 454/Banteng Raider dari Jawa Tengah dan Batalyon Infanteri 530/Raiders
dari Jawa Timur. Baru di kedalaman 8 meter tercium bau busuk.
Malam semakin larut, seorang personel RPKAD berteriak ketika menemukan kaki
yang tersembul ke atas dari dalam timbunan. Sintong meminta penggalian terus dilakukan
hingga jenazah para jenderal terlihat agak jelas di kedalaman 12 meter. Temuan itu langsung
dilaporkan kepada Feisal, dan diteruskan kepada Panglima Kostrad Mayjen Soeharto.

10. Apakah G30S/PKI bertujuan untuk Mengkudeta Soeharto terhadap Soekarno?


Jawaban:
Sekilas teori tersebut sangat logis. Namun apa yang terjadi tidak sesederhana teori itu.
Proses pergantian kepemimpinan berjalan sangat alot bahkan melelahkan.
Sebabnya, Pak Harto saat itu belum siap atau bahkan tidak bersedia untuk mengganti
Presiden Soekarno. Pak Harto sebenarnya sangat loyal kepada Bung Karno. Sanggahan saya
didukung dengan gambaran fakta saat itu, bagaimana Pak Harto mendapat dukungan penuh
semua elemen bangsa (militer, birokrat, masyarakat, dan rakyat). Mereka mendorongnya
untuk “mengganti” Presiden Soekarno pada tahun 1967 dan 1968.

Anda mungkin juga menyukai