Anda di halaman 1dari 5

Ujian Akhir Semester

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Nama :

Alphilius Ferdinand Ayustino Bakowatun Kelas :

XII Mipa 2

Nomor 1

1. Tujuan dari pemberontakan yang dilakukan oleh PKI Madiun tahun 1948 yang dilakukan oleh Muso
dan pasukannya adalah untuk terbentuknya pembentukan sebuah negara Republik Soviet Indonesia
yang dimana hal tersebut Indonesia akan menjadi pro Soviet dan pro komunis.
2. Latar belakang terjadinya Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) adalah
keinginan mendirikan negara Islam dan menolak perjanjian Renville.
3. Upaya Pemerintah menumpas pemberontakan DI/TII di JAWA BARAT adalah dengan melancarkan
operami militer tanggal 17 Agustus tahun 1949. Karena usaha ini tidak berhasil maka dilakukan operasi
Bharatayuda dengan menggunakan taktik bernama Pagar Betis.

Nomor 2

I. Teori Pertama: Peristiwa G30S PKI adalah Persoalan Intern TNI/Angkatan Darat.

Teori ini, langsung terpatahkan dengan Dekrit No.1 Dewan Revolusi. Dekrit ini menyatakan bahwa G30S
PKI mempunyai jangkauan kekuasaan yang sangat jauh. Ia tidak hanya menyingkirkan Dewan Jenderal
yang melakukan kudeta terhadap Bung Karno, tapi juga sebuah gerakan perebutan kekuasaan. Hal ini
dapat disimpulan dari Dekrit No.1 Dewan Revolusi itu sendiri:
• Bahwa Dewan Revolusi akan dibentuk seluruh Indonesia dan akan merupakan sumber segala
kekuasaan.
• Bahwa Kabinet Dwikora diinyatakan demisioner.
• Nama Sukarno tidak masuk dalam Dewan Revolusi.

II. Teori Kedua: Kudeta Soeharto terhadap Sukarno.


Sekilas teori tersebut sangat logis. Namun apa yang terjadi tidak sesederhana teori itu. Proses
pergantian kepemimpinan berjalan sangat alot bahkan melelahkan. Sebabnya, Pak Harto saat itu belum
siap atau bahkan tidak bersedia untuk mengganti Presiden Soekarno. Pak Harto sebenarnya sangat loyal
kepada Bung Karno. Sanggahan saya didukung dengan gambaran fakta saat itu, bagaimana Pak Harto
mendapat dukungan penuh semua elemen bangsa (militer, birokrat, masyarakat, dan rakyat). Mereka
mendorongnya untuk "mengganti" Presiden Sukarno pada tahun 1967 dan 1968.
III. Teori Ketiga: G30S adalah rekayasa Soekarno.

Saya menolak teori ini dengan 7 butir sanggahan.

• Bung Karno sangat berhati-hati dengan berbagai isu yang memicu terjadinya G30S, khususnya isu
Dewan Jenderal dan Dokumen Gilchrist.
• Pada tanggal 1 Oktober 1965 Bung Karno diagendakan menerima Jenderal Ahmad Yani. Namun
pertemuan itu gagal karena terjadi peristiwa G30S. Pertemuan itu juga tidak mustahil dimaksudkan
untuk mengecek isu Dewan Jenderal.
• Apa yang terjadi pada tanggal 1 Oktober, sangat mengejutkan Bung Karno (Compleet
Overrompeling). Ketika berada di Air Mancur Monas hendak ke Istana pada pagi hari tanggal 1 Oktober,
Bung Karno tidak tahu peristiwa apa yang terjadi.
• Di Lanud Halim Perdanakusuma, setelah menerima laporan dari Brigjen Supardjo, Bung Karno
menolak memberikan dukungan kepada G30S. Sikap Bung Karno ini, salah satu faktor yang
menyebabkan gagalnya G30S.
• Dekrit No.1 Dewan Revolusi sangat jelas menggambarkan sebagai kudeta, sebab Kabinet Dwikora di-
demisioner-kan dan nama Bung Karno tidak ada dalam susunan Dewan Revolusi. Sementara Dewan
Revolusi sumber dari segala kekuasaan.
• Tidak benar bahwa Bung Karno menerima laporan dari Letkol Untung (Ketua Dewan Revolusi
Nasional) melalui seorang utusan ketika sedang berada di Istora Senayan.
• Dari aspek sifat dan kepribadian, Bung Karno adalah seorang humanis, yang tidak mungkin
menyetujui tindak kekerasan untuk mencapai ambisi pribadi.
IV. Teori Keempat: G30S adalah konspirasi DN Aidit/ Sukarno dan Mao Ze Dong.

Teori ini menimbulkan pertanyaan dan keraguan. Informasi yang tidak akurat tentang sakitnya Bung
Karno pada 4 Agustus 1965 yang diterima DN Aidit. Tidak benar hari itu Bung Karno collaps (pingsan)
sebagaimana berita atau rumor saat itu. Benarkah ada "kesepakatan" antara DN Aidit, Bung Karno, dan
Mao Ze Dong bahwa akan dibentuk Kabinet Gotong-Royong dan Bung Karno bersedia "istirahat"di
Swanlake, Cina? Berita itu sangat sulit dipercaya karena seorang pejuang besar seperti Bung Karno
bersedia "istirahat" ketika bangsanya masih memerlukan dirinya. Jadi berita atau teori nomor dua
adalah imajiner. Meskipun DN Aidit dan Bung Karno berada di Halim Perdanakusuma, namun kedua
orang itu tidak sempat bertemu. Suatu hal yang sangat tidak logis, apabila keduanya telah menyepakati
sebuah "komitmen" bersama.

V. Teori kelima: G30S adalah provokasi asing.


Teori ini lemah. Karena tidak mungkin intelejen lalai dan kecolongan di saat kritis pada peristiwa besar.
Saat itu, Dr. Subandrio adalah Ketua BPI (Badan Pusat Intelegen) yang pasti lebih tahu apa yang terjadi di
negara ini. Demikian juga isu Dokumen Gilchrist dan Dewan Jenderal. BPI tidak memberikan klarifikasi
autentik.

Nomor 3

1. Dipimpin oleh Kahar Muzakar. Ia berhasil menghimpun dan memimpin lascar-laskar gerilya di
Sulawesi Selatan dengan nama komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS). Pada 30 April 1950 Kahar
Muzakar mengirim surat kepada pemerintah dan pimpinan APRIS yang isinya menntut agar semua
anggota KGSS dimasukan dalam APRIS dengan nama Brigade Hasanuddin. Tuntutan ini ditolak dengan
alasan yang diterima APRIS hanya mereka yang lulus seleksi. Pemerintah memberikan tempat bagi para
gerilyawan dalam wadah yang dinamakan Korps Cadangan Nasional. Pendekatan politik pemerintah
rupanya membawa hasil. Kahar muzakar menerima keputusan pemerintah. Ia kemudian diberi pangkat
letnan colonel. Akan tetapi ,saat pelantikan akan dilakukan pada 17 Agustus 1950 ,ia melarikan diri
kehutan dengan membawa peralatan yang telah disiapkan untuk pelantikan tersebut.
2. Latar belakang terjadinya gerakan DI/TII di Kalimantan Selatan yang dimotori oleh Ibnu Hadjar tidak
terlepas dari pengakuan kedaulatan dari Belanda kepada Indonesia yang terjadi pada 27 Desember
1949.Pengakuan kedaulatan itu merupakan hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) yang digelar di
Deen Haag, Belanda, sebelumnya. Hasil KMB memutuskan bahwa Indonesia akan menerapkan sistem
negara serikat atau yang kemudian disebut dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS).
3. Untuk menumpas pemberontakan DI/TII di Aceh, pemerintah mengadakan dua pendekatan
(pendekatan persuasif dan operasi militer). Perdekatan persuasif dilakukan dengan mengembalikan
kepercayaan rakyat kepada pemerintah, sedangkan operasi militer dilakukan untuk menghancurkan
kekuatan bersenjata DI/TII.

Nomor 4

1. Latar belakang pemberontakan APRA adalah adanya friksi dalam tubuh Angkatan Perang Republik
Indonesia Serikat (APRIS) antara tentara pendukung federalis (KNIL/KL) dengan pendukung unitaris
(TNI).
2. RMS termasuk dalam gerakan separatis yakni ingin memisahkan diri dari NIT dan RIS. Usaha-usaha
pemerintah RI dalam rangka menumpas pemberontakan RMS adalah sebagai berikut : Menyelesaikan
dengan cara damai yaitu dengan mengirim utusan di bawah pimpinan Dr. Leimena, namun usaha
tersebut mengalami kegagalan.Undefined mengirim pasukan ekspedisi di bawah pimpinan Kolonel
Alex Kawilarang. Pasukan tersebut mendarat di Pulau Buru dengan
dilindungi di Ambon dan menguasai Benteng Nieuw Victoria. Tetapi dalam memperebutkan
benteng tersebut, Letkol Slamet Riyadi dan Letkol Sudiarto gugur.

Nomor 5 Perbedaan

• Latar belakang pemberontakan periode 1948-1965:


• dapat terjadi karena faktor eksternal sepertih pengaruh komunis dari Uni Soviet (PKI Madiun) dan
bentuk negara federal oleh Belanda (Pemberontakan APRA).
• erat kaitannya dengan mengubah ideologi dan dasar hukum negara (Pemberontakan DI/TII)
• rakyat belum percaya sepenuhnya pada pemerintah
• Latar Belakang konflik pusat-daerah masa sekarang:
• terjadi karena faktor internal negara, seperti hukum yang berlaku kurang tegas sehingga orang
yang bersalah bisa bebas dari hukum pidana
• erat kaitannya dengan penuntutuan keadilan dan kesejahteraan masyarakat
Persamaan : Alasan melakukan pemberontakan/konflik masih berkaitan dengan ideologi, kepentingan
dan sistem pemerintahan.

Nomor 6

1. Dominannya politik aliran. Politik aliran terlalu dominan sehingga pengelolaan konflik menjadi
terganggu. Karena hal itu, setiap konflik cenderung menyebar melewati batas yang akhirnya membawa
dampak yang sangat negatif kepada kestabilan politik yang ada.
2. Dewan Konstituante gagal mencapai kesepakatan dalam merumuskan ideologi negara. Gagal
menemukan jalan untuk mencapai kesepakatan dalam merumuskan ideologi negara. Hal ini karena
gagal tercapainya titik persetujuan antara dua kelompok politik, yaitu kelompok yang ingin Islam
menjadi ideologi negara dan kelompok yang menginginkan Pancasila sebagai ideologi negara. Meskipun
voting telah dilakukan, mereka tetap tidak bisa menemukan suara mayoritasnya.
3. Munculnya konsepsi presiden. Presiden mengajukan usulan untuk membentuk Dewan
Nasional.Usulan presiden tersebut dikenal dengan istilah konsepsi presiden. Melalui konsepsi ini
presiden membentuk Dewan Nasional yang melibatkan semua organisasi politik dan organisasi
kemasyarakatan. Konsepsi Presiden untuk membentuk pemerintahan yang bersifat gotong royong yang
melibatkan semua kekuatan politik yang ada termasuk Partai Komunis Indonesia.
4. Konsepsi Presiden dan Dewan Nasional ini mendapat tantangan yang sangat kuat dari sejumlah
partai politik terutama Masyumi dan PSI. Mereka menganggap pembentukan Dewan Nasional adalah
pelanggaran sangat fundamental terhadap konstitusi negara. Hal ini dikarenakan lembaga tersebut tidak
dikenal dalam konstitusi.
5. Struktur sosial ekonomi Indonesia masih lemah. Struktur sosial ekonomi yang dengan tegas
membedakan kedudukan masyarakat secara langsung tidak mendukung keberlangsungan
demokrasi. Hal ini mengakibatkan semua komponen yang ada di masyarakat sulit dipersatukan.
Sehingga hal tersebut mengganggu stabilitas pemerintahan. Pemerintahan yang sedang
berjalan dengan mudah dapat dijatuhkan atau diganti sebelum masa jabatannya selesai.

Nomor 7

Hasil pemilu 1955 untuk memilih anggota DPR dan anggota konstituante dimenangkan oleh empat
partai besar. Keempat partai tersebut adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, Nahdlatul Ulama
(NU), Partai Komunis Indonesia (PKI).

Anda mungkin juga menyukai