Anda di halaman 1dari 21

Integrasi Nasional berasal dari 2 kata, yakni Integrasi

dan Nasional. Integrasi memiliki arti


menyatupadukan, mempersatukan atau
menggabungkan.
Pada (KBBI), Integrasi memiliki arti pembauran
sehingga menjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh.
Integrasi nasional adalah usaha dan proses
mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada
suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan
keselarasan secara nasional.
Faktor-faktor pendorong integrasi nasional
sebagai berikut:
 Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan
seperjuangan.
 Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia
sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28
Oktober 1928.
 Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana
dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi
kemerdekaan.
 Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara,
sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang
gugur di medan perjuangan.
 Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan
Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera
Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan
bahasa Indonesia.
Faktor Penghambat Integrasi Nasional
 Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang
memiliki sifat heterogen.
 Kurangnya toleransi antar sesama golongan.
 Kurangnya kesadaran di dalam diri masing-masing
rakyat Indonesia terhadap segala ancaman dan
gangguan yang muncul dari luar.
 Adanya sikap ketidakpuasan terhadap segala
ketimpangan dan ketidakmerataan hasil
pembangunan.
Buat 3 Contoh Integritas Nasional dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara
ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA

A.PKI MADIUN 18 September 1948


 Tokoh : Muso dan Amir Syarifuddin
Sebab- sebab :
1. Pada awal pemerintahannya Amir Syarifuddin berniat
mendirikan negara komunis.Hal ini dibuktikan
dengan adanya pendidikan politik bagi TNI.
2.Ketidakpuasan terhadap hasil Renville, dimana pada
saat itu kabinetnya adalah kabinet Hatta. Amir
Syarifuddin kemudian melakukan oposisi,dan
membentuk FDR ( Front Demokrasi Rakyat ).
3. Muso bergabung dengan FDR membuat beberapa
kebijakan yang pada intinya mendukung ide- ide
komunis diterapkan di Indonesia.Puncaknya dengan
diumumkannya Republik Soviet Indonesia.
 Tujuan : Meruntuhkan RI yang merupakan hasil
Proklamasi 17 Agustus 1945 yang berdasarkan
Pancasila dan diganti dengan komunis.
 Cara mengatasi :
1. Soekarno- Hatta melalui pidatonya memberikan
pilihan kepada rakyat untuk memilih antara
Soekarno-Hatta atau PKI-Muso.
2. Panglima Besar Jendral Soedirman memerintahkan
kolonel Gatot Soebroto dan Sungkono mengerahkan
pasukan TNI.Madiun berhasil direbut pada tanggal 30
September 1948.
B.DARUL ISLAM/TENTARA ISLAM INDONESIA ( DI/TII )

 Di Jawa Barat
Terjadi pada tanggal : 7 Agustus 1949
Tokoh : Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo
Sebab : Penolakan Kartosuwiryo terhadap
perjanjian Renville yang mengharuskan TNI di daerah
kantong hijrah ke Yogyakarta.
 Pada waktu itu Kartosuwiryo berada di Jawa Barat,dan
memproklamasikan berdirinya negara Islam Indonesia
(NII).
 Cara mengatasi : Operasi militer tanggal 4 Juni 1962 yaitu
Operasi Bharatayudha dgn strategi pagar betis
Di Jawa Tengah
 Terjadi pada tanggal : 23 Agustus 1949
Tokoh : Amir Fatah dan Kiai Sumolangu
Sebab :
1.Adanya persamaan ideologi antara Amir Fatah dengan S.M. Kartosuwirjo, yaitu
keduanya menjadi pendukung setia Ideologi Islam.
2.Amir Fatah dan para pendukungnya menganggap bahwa aparatur Pemerintah
RI dan TNI yang bertugas di daerah Tegal-Brebes telah terpengaruh oleh
"orang-orang Kiri", dan mengganggu perjuangan umat Islam.
3. Adanya pengaruh "orang-orang Kiri" tersebut, Pemerintah RI dan TNI tidak
menghargai perjuangan Amir Fatah dan para pendukungnya selama itu di
daerah Tegal-Brebes. Bahkan kekuasaan yang telah dibinanya sebelum
Agresi Militer II, harus diserahkan kepada TNI di bawah Wongsoatmojo.
4.Adanya perintah penangkapan dirinya oleh Mayor Wongsoatmodjo
Cara mengatasi : Tahun 1957 ditumpas melalui operasi gerakan Banteng
Nasional dari divisi Diponegoro.
 SeDi Aceh
Terjadi pada tanggal : 20 September 1953. Pemberontakan DI/TII
di Aceh dimulai dengan "Proklamasi" Daud Beureueh bahwa
Aceh merupakan bagian "Negara Islam Indonesia" di bawah
pimpinan Imam Kartosuwirjo
Tokoh : Daud Beureuh
Sebab :
1.Persoalan otonomi daerah (Aceh dijadikan bagian dari
SumateraUtara)
2.Pertentangan antar golongan
3.Tidak lancarnya rehabilitasi dan modernisasi daerah
Cara mengatasi : Pemberontakan Daud Beureuh ini
dilakukan dengan suatu " Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh"
pada bulan Desember 1962
bab karena adanya terjalin suatu kerja sama diantaranya
Di Sulawesi Selatan
Terjadi pada tanggal : 17 Agustus 1951
Tokoh : KaharMuzakar
Sebab : Pada tanggal 30 April 1950 Kahar
Muzakar menuntut kepada pemerintah agar pasukannya
yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan
dimasukkan ke dalam Angkatan Perang Republik
Indonesia Serikat ( APRIS ).
Tuntutan ini ditolak karena harus melalui penyaringan.
Cara mengatasi :Operasi Militer
Pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil
ditangkap dan ditembak mati sehingga pemberontakan
DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.
 3.Brigadir Jenderal Suharyo Kecik
Menurutnya Suharto termasuk jenderal yang paling
senior namun pendidikannya terbatas ( tidak pernah
sekolah keluar seperti jenderal-jenderal yang lain)
sehingga kariernya mentok
 4.Gabriel Kolko ( Sejarawan Amerika Serikat)
Menurutnya pendapatnya berdasarkan dokumen
rahasia Amerika Serikat menyebutkan bahwa pada
awal bulan Nopember 1965, para jenderal TNI AD di
Indonesia meminta bantuan senjata kepada Amerika
Serikat untuk mempersenjatai kaum anti-komunis
dari kalangan keagamaan dn pemuda nasionalis
 Di Kalimantan Selatan
 * Terjadi pada Bulan oktober 1950
 * Tokoh : Ibnu Hajar

 * Cara mengatasi : Dalam menghadapi gerombolan DI/TII


tersebut pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan kepada
Ibnu Hadjar dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan
diterima menjadi anggota ABRI. Ibnu Hadjar sempat menyerah, akan
tetapi setelah menyerah dia kembali melarikan diri dan melakukan
pemberontakan lagi sehingga pemerintah akhirnya menugaskan
pasukan ABRI (TNI-POLRI) untuk menangkap Ibnu Hadjar. Pada
akhir tahun 1959 Ibnu Hadjar beserta seluruh anggota gerombolannya
tertangkap dan dihukum mati.
 Pemberontakan Andi Azis
 * Terjadi pada : 5 April 1950
 * Tokoh : Andi Azis
 * Sebab : 1.Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja
yang bertanggung jawab atas keamanan di Negara Indonesia Timur.
 2.Menentang masuknya pasukan APRIS dari
TNI
 3.Mempertahankan tetap berdirinya Negara
Indonesia Timur.
 * Cara mengatasi : 1.Pada tanggal 8 April 1950 dikeluarkan
ultimatum bahwa dalam waktu 4 x 24 jam Andi Azis harus melaporkan
diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya,
pasukannya harus dikonsinyasi, senjata-senjata dikembalikan, dan
semua tawanan harus dilepaskan.
 2.Kedatangan pasukan pimpinan Worang kemudian disusul oleh
pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang pada
tanggal 26 April 1950 dengan kekuatan dua brigade dan satu batalion
di antaranya adalah Brigade Mataram yang dipimpin oleh Letnan
Kolonel Suharto. Kapten Andi Azis dihadapkan ke Pengadilan Militer
di Yogyakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan
dijatuhi hukuman.
 REPUBLIK MALUKU SELATAN(RMS)
 * Terjadi pada : tanggal 25 April 1950
 * Tokoh : Soumokil, J.H. Manuhutu,
Frans Tutuhatunewa
 * Sebab : Mendirikan negara sendiri
 * Cara mengatasi : Menggunakan pasukan
ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang
 PRRI/PERMESTA :
 * Awal peristiwa : Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia (biasa disingkat dengan PRRI) merupakan salah satu
gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah
pusat (Jakarta) yang dideklarasikan pada tanggal 15 Februari 1958.
*Tokoh : Dengan keluarnya ultimatum dari Dewan
Perjuangan yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein di
Padang, Sumatera Barat, Indonesia.
* Sebab : Konflik yang terjadi ini sangat dipengaruhi
oleh tuntutan keinginan akan adanya otonomi daerah yang lebih luas.
Selain itu ultimatum yang dideklarasikan itu bukan tuntutan
pembentukan negara baru maupun pemberontakan, tetapi lebih
kepada konstitusi dijalankan. Pada masa bersamaan kondisi
pemerintahan di Indonesia masih belum stabil pasca agresi Belanda.
Hal ini juga mempengaruhi hubungan pemerintah pusat dengan
daerah serta menimbulkan berbagai ketimpangan dalam
pembangunan, terutama pada daerah-daerah di luar pulau Jawa.
Dan sebelumnya bibit-bibit konflik tersebut dapat dilihat dengan
dikeluarkannya Perda No. 50 tahun 1950 tentang pembentukan wilayah
otonom oleh provinsi Sumatera Tengah waktu itu yang mencakup
wilayah provinsi Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, dan Jambi.
DAMPAK SOSIAL-POLITIK PERISTIWA G 30 S / PKI
DAMPAK SOSIAL
 Menanggapi peristiwa G 30 S PKI presiden Soekarno
bersikap kurang tegas sehingga menimbulkan reaksi dari
rakyat terutama kalangan amahsiswa dan pelajar yang
mendapat dukungan ABRI. Sedang dalam bidang ekonomi,
terjadi kondisi haega barang-barang naik dan terjadi
inflasi sangat tinggi bahkan melebihi 600% setahun.

Upaya mengatasi inflasi :


1. Mengadakan devaluasi rupiah lama menjadi rupiah
baru, dari Rp 1000 menjadi Rp 100 uang baru.
2. Menaikkan harga bahan bakar menjadi empat kali
lipat sejak 1 Januari 1966 yang mengakibatkan
naiknya harga-harga barang secar tidak
terkendali
 DAMPAK POLITIK
 Munculnya gelombang aksi menentang ketidak
tegasan Presiden Soekarno tentang peristiwa G 30 S
PKI terutama dari kalangan mahasiswa dan pelajar
misalnya KAMI, KAPPI,KAPI, KAWI, KABI yang
kemudian mengeluarkan tuntutan yang dikenal
dengan TRITURA ( Tiga Tuntutan Rakyat ) pada 10
Januari 1966 yang berisi :

 a. Pembubaran PKI
 b. Pembersihan kabinet Dwikora dari unsur-unsur
PKI
 c. Penurunan harga-harga (perbaikan ekonomi)
 Dalam usaha menuntut TRITURA telah gugurseorang mahasiswa
Arief Rahman Hakim yang tertembus peluru pengawal
kepresidenan. Reaksi presiden terhadap aksi-aksi demo
menentang dirinya adalah membubarkan KAMI pada 25 Februari
1966. pada tanggal 11 Maret 1966 Presiden memimpin sidang
kabinet yang membahas kemelut politik saat itu. Namun
presiden buru-buru pergi ke Bogor karena ada informasi di
sekitar istana terdapat pasukan-pasukan liar.
 Tindakan Presiden ini mengundang tanggapan dari 3 perewira
TNI AD yaitu :
 Mayor Jenderal Basuki Rahmat
 Brigadir Jenderal M. Yusuf
 Brigadir Jenderal Amir Mahmud
 Yang menyusul ke Bogor dengan membawa pesan dari Jenderal
Soeharto bahwa Soeharto siap mengatasi keadaan kalau
presiden memberi kepercayaan padanya. Sehingga presiden
kemudian memerintahkan ketiga jenderal dan Komandan
resimen Cakrabirawa BrigJen Sabur untuk membuat konsep
surat perintah kepada Jenderal Soeharto yang kemudian dikenal
dengan nama Surat Perintah 11 Maret (SUPERSEMAR) dalam TAP
MPRS No. IX/MPRS/1966
 yang intinya berisi :
 “Memerintahkan kepada Letnan Jenderal Soeharto
atas nama presiden untuk mengambil tindakan yang
dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan
ketertiban serta stabilitas jalannya pemerintahn dan
jalannya revolusi serta menjamin keselamatan
pribadi dan kewibawaan presiden”.
 Langkah selanjutnya adalah Letjen Soeharto
membubarkan PKI dan Ormas-ormasnya sebagai
partai terlarang di seluruh Indonesia pada 12 Maret
1966 ditetapkan dalam TAP MPRS No.
XXV/MPRS/1966.
Tambahan++
 Ketegangan politik antara PKI dan TNI AD mencapai puncaknya
setelah tanggal 30 September 1965 dini hari, atau awal tanggal 1
Oktober 1965. Pada saat itu terjadi penculikan dan pembunuhan
terhadap para perwira Angkatan Darat.

 Seputar Penculikan Para Jenderal AD, Usaha Kudeta, dan


Operasi Penumpasan

 Peristiwa penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira


AD, kemudian dikenal Gerakan 30 S/PKI. Secara rinci para
pimpinan TNI yang menjadi korban PKI ada 10 orang, yaitu 8
orang di Jakarta dan 2 orang di Yogyakarta. Mereka diangkat
sebagai Pahlawan Revolusi.

 b. Di Yogyakarta

1) Kolonel Katamso D, Komandan Korem 072


Yogyakarta.
2) Letnan Kolonel Sugiyono M., Kepala Staf Korem
072 Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai