Anda di halaman 1dari 36

Pemberontakan DI/TII (1949)

• DI/TII di Indonesia, dengan - Negara Islam Indonesia (NII), Tentara


Islam Indonesia (TII) atau biasa disebut dengan DI (Darul Islam)
melalui gerakan politik yang didirikan pada tanggal 7 Agustus
1949 (12 syawal 1368 Hijriah) oleh Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo di sebuah desa yang berada di kota Tasikmalaya,
Jawa Barat.
• NII tersebut diproklamasikan pada saat Negara Pasundan yang
dibuat oleh Belanda mengangkat seorang Raden yang bernama
Raden Aria Adipati Wiranata Koesoema sebagai
pemimpin/presiden di Negara Pasundan tersebut.
• Latar Belakang dan Tujuan dari Gerakan NII ini bertujuan untuk
menjadikan Republik Indonesia sebagai sebuah Negara yang
menerapkan dasar Agama Islam sebagai dasar Negara.

1
• proklamasinya tertulis bahwa “Hukum yang berlaku di Negara
Islam Indonesia adalah Hukum Islam” atau lebih jelasnya lagi, di
dalam undang-undang tertulis bahwa “Negara Berdasarkan Islam”
dan “Hukum tertinggi adalah Al Qur’an dan Hadist”.
• Dalam perkembangannya, Negara Islam Indonesia ini menyebar
sampai ke beberapa wilayah yang berada di Negara Indonesia ,
sehingga timbulah pemberontakan antara lain yaitu
1) Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
2) Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah,
3) Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan,
4) Pemberontakan DI/TII di Aceh,
5) Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan.

2
Upaya Penumpasan Pemberontakan DI/TIIini memakan waktu cukup
lama di karenakan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Tempat tinggal pasukan DI/TII ini berada di daerah pegunungan
yang sangat mendukung organisasi DI/TII untuk bergerilya.
2. Pasukan Sekarmadji dapat bergerak dengan leluasa di lingkungan
penduduk.
3. Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari orang Belanda yang di
antaranya pemilik perkebunan, dan para pendukung Negara
pasundan.
4. Suasana Politik yang tidak konsisten, serta prilaku beberapa
golongan partai politik yang telah mempersulit usaha untuk
pemulihan keamanan.
Untuk menghadapi pasukan DI/TII tersebut pemerintah
mengerahkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) akhirnya mampu
menghalau seluruh pemberontakan yang terjadi.
3
Pemberontakan RMS (1950)
Beberapa wilayah yang berada di Indonesia menolak untuk
bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia, salah
satunya Maluku.
• tidak setuju dengan didirikannya NKRI, hingga berujung
pemberontakan Republik Maluku Selatan.
• mantan jaksa agung Negara Indonesia Timur, Mr. Dr. Christian
Robert Soumokil, memproklamirkan berdirinya Republik Maluku
Selatan pada tanggal 25 April 1950.
• Soumokil tidak setuju dengan penggabungan daerah-daerah
Negara Indonesia Timur ke dalam wilayah kekuasaan Republik
Indonesia.

4
• Berdirinya Republik Maluku Selatan ini langsung menimbulkan
respon pemerintah yang merasa kehadiran RMS bisa jadi
ancaman bagi keutuhan Republik Indoensia Serikat.
• Maka dari itu, pemerintah langsung ambil beberapa keputusan
untuk langkah selanjutnya, tindakannya pertama yaitu dilakukan
dengan menempuh jalan damai. Dr. J. Leimena dikirim oleh
Pemerintah untuk menyampaikan permintaan berdamai kepada
RMS, tentunya membujuk agar tetap bergabung dengan NKRI.
• Pemerintah juga mengirim para pendeta, politikus, dokter,
wartawan, namun langkah pemerintah tersebut ditolak.Soumokil,
• justru Soumokil meminta bantuan, perhatian, dan pengakuan dari
negara lain , terutama dari Belanda, Amerika Serikat, dan komisi
PBB untuk Indonesia.
• Ditolaknya ajakan pemerintah kepada RMS untuk berdamai,
membuat pemerintah Indonesia memutuskan untuk
melaksanakan ekspedisi militer, akhirnya pemberontakan RMS
berhasil dihentikan oleh pemerintah Indonesia.
5
• Beberapa tokoh dari pimpinan sipil dan militer RMS telah
tertangkap yang akhirnya hakim menjatuhi sanksi dan hukuman
tehadap:
1. J.H Munhutu, Presiden RMS di Hukum selama 4 Tahun
2. Albert Wairisal, menjabat sebagai Perdana Menteri Dalam
Negeri di jatuhi hukuman 5 Tahun
3. D.J Gasper, menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri di jatuhi
hukuman 4 ½ Tahun
4. J.B Pattirajawane, menjabat sebagai Menteri Keuangan di jatuhi
hukuman selama 4 ½ Tahun
5. G.G.H Apituley, menjabat sebagai Menteri Keuangan di jatuhi
hukuman selama 5 ½ Tahun
6. Ibrahim Oharilla, menjabat sebagai Menteri Pangan di jatuhi
hukuman selama 4 ½ Tahun

6
7. J.S.H Norimarna, menjabat sebagai Menteri
Kemakmuran di jatuhi hukuman selama 5 ½ Tahun
8. D.Z Pessuwariza, menjabat sebagai Menteri
Penerangan di jatuhi hukuman selama 5 ½ Tahun
9. Dr. T.A Pattirajawane, menjabat sebagai Menteri
Kesehatan di jatuhi hukuman selama 3 Tahun
10. F.H Pieters, menjabat sebagai Menteri
Perhubungan di jatuhi hukuman selama 4 Tahun
11. T. Nussy, menjabat sebagai Kepala Staf Tentara
RMS di jatuhi hukuman selama 7 tahun
12. D.J Samson, menjabat sebagai Panglima Tertinggi
Tentara RMS di jatuhi hukuman selama 10 Tahun
7
• Akhirnya Dr. Soumokilpun juga tertangkap pada tanggal 2
Desember 1963 , hingga akhirnya pada tanggal 24 April 1964,
Soumokil dijatuhi hukuman mati.,

8
Pemberontakan PRRI/Permesta
• Ada beberapa hal yang menjadi pemicunya, ketidakharmonisan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah terutama di daerah
Sumatera dan Sulawesi.
• Hal itu merupakan akibat dari masalah otonomi daerah serta
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
• Pemberontakan PRRI ini adalah untuk mendorong pemerintah
supaya memperhatikan pembangunan negeri secara menyeluruh,
sebab pada saat itu pemerintah hanya fokus pada pembangunan
yang berada di daerah Pulau jawa.
• Pemberontakan PPRI dan Permesta terjadi karena adanya
ketidakpuasan beberapa daerah di Sumatra dan Sulawesi
terhadap alokasi biaya pembangunan dari pemerintah pusat.

9
• Ketidakpuasan tersebut didukung oleh beberapa panglima militer.
Tujuan dari pemberontakan PRRI ini adalah untuk mendorong
pemerintah supaya memperhatikan pembangunan negeri secara
menyeluruh,
• Meskipun alasan yang dilakukan oleh PRRI ini benar, namun cara
yang digunakan untuk mengoreksi pemerintah pusat itu salah.
• Gerakan Permesta diduga mendapat bantuan dari petualang
asing terbukti dengan jatuhnya pesawat yang dikemudikan oleh
A.L. Pope (seorang warganegara Amerika) yang tertembak jatuh di
Ambon pada 18 Mei 1958. Pada 29 Mei 1961,
• selanjutnya Akibat adanya berbagai permasalahan tersebut, para
perwira militer berinisiatif membentuk dewan militer daerah,
sebagai berikut:

10
1. Dewan Banteng di Sumatra Barat dipimpin oleh Kolonel Achmad
Husein (Komandan Resimen Infanteri 4) dibentuk pada 20
Desember 1956
2. Dewan Gajah di Medan dipimpin oleh Kolonel Maludin
Simbolon, Panglima Tentara dan Teritorium I (TTI) pada tanggal
22 Desember 1956.
3. Dewan Garuda, dibentuk pada pertengahan bulan Januari 1957
oleh Letnan Kolonel Barlian.
4. Dewan Manguni, dibentuk pada tanggal 17 Pebruari 1957 di
Manado oleh Mayor Somba.
Akhirnya, pemberontakan PRRI/Permesta baru dapat diselesaikan
pada bulan Agustus 1958, dan pada tahun 1961 pemerintah
membuka kesempatan bagi sisa-sisa anggota Permesta untuk
kembali Republik Indonesia.

11
Pemberontakan Gerakan 30 September 1965/PKI
• Gerakan 30 September atau yang sering disingkat G 30 S PKI
adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada malam 30 September
1965 di mana enam perwira tinggi militer Indonesia beserta
beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha percobaan
kudeta yang kemudian dituduhkan kepada anggota PKI.
• Pada pemilihan umum tahun 1955, D.N. Aidit sebagai ketua PKI
yang terpilih pada tahun 1951, berhasil membawa PKI menjadi
salah satu diantara empat partai besar di Indonesia pada saat itu.
• Pada bulan Juli 1959, Soekarno menetapkan konstitusi di bawah
Dekrit Presiden. Soekarno menjalankan sistem demokrasi
terpimpin.
• PKI menyambut sistem demokrasi ini dengan hangat dan
anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan
Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang
dinamakan NASAKOM
12
• Pada era ini kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum burjuis
nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum
buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan
ekonomi yang mendesak (pendapatan ekspor menurun, inflasi naik,
korupsi birokrat dan militer menjadi wabah).
• Tahun 1964 di bawah pimpinan D.N. Aidit membentuk Biro Khusus
Langsung, terdiri dari: Sjam Kamaruzaman, Soepono Marsudidjojo, dan
Bono Walujo.
• Biro khusus ini yang aktif melakukan pematangan situasi bagi perebutan
kekuasaan dan melakukan inflitrasi ke dalam tubuh ABRI.
• Di permulaan tahun 1965 ribuan petani bergerak merampas tanah yang
bukan hak mereka atas hasutan PKI.
• Bentrokan-bentrokan besar terjadi antara mereka dan polisi dan para
pemilik tanah.
• Bentrokanbentrokan tersebut dipicu oleh propaganda PKI yang
menyatakan bahwa petani berhak atas setiap tanah, tidak peduli tanah
siapa pun (milik negara sama dengan milik bersama).
13
Beberapa faktor terjadinya G 30 S/PKI, antara lain:
(1) Ide tentang Angkatan Kelima yang berdiri sendiri terlepas dari
ABRI;
(2) isu sakitnya Bung Karno untuk memicu ketidakpastian di
masyarakat;
(3) isu masalah tanah dan bagi hasil;
(4) Negara Federasi Malaysia yang baru terbentuk pada tanggal 16
September 1963 adalah salah satu faktor penting dalam insiden
ini (Konfrontasi Indonesia-Malaysia merupakan salah satu
penyebab kedekatan Presiden Soekarno dengan PKI);
(5) faktor Amerika Serikat (Amerika Serikat pada waktu itu sedang
terlibat dalam perang Vietnam dan berusaha sekuat tenaga agar
Indonesia tidak jatuh ke tangan komunisme); dan
(6) ekonomoi

14
• Menjelang akhir 1965 Biro khusus PKI terus melancarkan aksinya
dengan melakukan pertemuan – pertemuan rahasia yang
kesimpulanya akan dilaporkan kepada D.N.Aidit sebagai pimpinan
tertinggi gerakan.
• Sjam Kamaruzaman sebagai pimpinan pelaksana, Soepono
Marsudidjojo sebagai wakil pimpinan gerakan, dan Bono sebagai
pimpinan pelaksanan kegiatan yang di instruksikan untuk
mengadakan persiapan-persiapan menjelang pelaksanaan
kegiatan.
• Biro Khusus PKI yang telah di bentuk pada tahun 1964 dengan
mengadakan beberapa kali rapat rahasia yang di ikuti oleh
beberapa orang oknum ABRI.

15
• Mereka memulai gerakan dini hari 1 Oktober 1965, dan di
didahului dengan penculikan enam perwira tinggi dan seorang
perwira pertama Angkatan Darat.
• Secara kejam mereka di bunuh dan dianiaya oleh pemuda rakyat
PKI, Gerwani, dan lainnya yang kemudian jenazah mereka di
masukan kedalam sumur tua yang diberi nam Lubang Buaya
Pondok Gede, Jakarta dan di timbun dengan sampah dan tanah.
Keenam perwira tinggi tersebut adalah:

16
1. Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan
Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD
bidang Administrasi)
3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III
Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
4. Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD
bidang Intelijen)
5. Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima
AD bidang Logistik)
6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur
Jenderal Angkatan Darat)

17
• Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama,
selamat dari upaya pembunuhan tersebut.
• Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan
beliau, `\\ tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
• Selain itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
1. Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil
Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
2. Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem
072/Pamungkas, Yogyakarta)
3. Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem
072/Pamungkas, Yogyakarta)

18
• juga menguasai dua buah sarana komunikasi yang vital yaitu
Studio RRI merdeka Barat, dan
• gedung Telekomunikasi Merdeka Selatan.
• Melalui RRI yang dia kuasai Kolonel Untung menyiarkan bahwa
Gerakan 30 September di tujukan kepada jendral – jendral
anggota Dewan Jendral yang akan mengadakan Kudeta
(perebutan Kekuasan).
• Hal ini membingungkan masyarakat, tapi ada hari itu juga
Pangkostrad Mayor Jendral Soeharto langsung mengambil
tindakan setelah mendengar kabar tersebut.
• Jika Panglima tetinggi Angkatan Darat Berhalangan Pangkostrad di
tunjuk untuk mewakilinya.
• Hubungan dengan presiden Soekarno tidak bisa dilakukan dengan
keyakinan bahwa G 30 S/PKI ingin merebut kekuasaan
pemerintahan dengan berpegang pada Saptamarga memutuskan
untuk melancarkan operasi menumpas G 30 S/PKI.
19
• Dengan menggunakan unsur-unsur kostrad yang
sedang berada di Jakarta dalam rangka parade
hari ulang tahun ABRI,
• Yaitu Batalyon 328 Kujang/Siliwangi. Batalyon 2
Kavaleri, dan Batalyon 1 Resimen Para Komando
Angkatan Darat (Men Parako atau RPKAD),
gerakan penumpasan dimulai.

20
Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka (OPM)
• Organisasi Papua Merdeka (OPM) tidak puas dengan kebijakan
pemerintah Indonesia selama Papua terintegrasi dengan
Indonesia.
• Perjuangan OPM adalah untuk melapaskan diri dari Negara
Kesatuan Indonesia (NKRI).
• Perkembangan dari pergerakan dan perjuangan OPM terjadi di
berbagai tempat di Papua yang berlangsung sejak 1967 hingga
2001.
• Gerakan separatisme yang terjadi di Papua menarik untuk
dicermati karena beberapa alasan, antara lain:

21
(1) Papua saat ini adalah satu-satunya Provinsi di Indonesia yang
proses integrasinya melalui mekanisme Internasional dengan
penentuan jajak pendapat (PEPERA);
(2) Gerakan separatisme di Papua menunjukan watak gabungan
antara pemahaman tradisional suku-suku dengan simbolisasi
pemujaan terhadap koreri atau bintang kejora di satu sisi, dan di
sisi lain dipimpin oleh orang-orang yang dididik ideology
kebangsaan secara modern untuk melakukan lobi-lobi politik
yang bermartabat;
(3) gerakan separatisme di Papua ini bertahan lama dan selalu
mampu memperbaharui kepemimpinannya.
• OPM adalah suatu gerakan rakyat yang bersifat keagamaan yang
isinya dijiwai oleh suatu ideologi keselamatan, pembebasan, dan
pemakmuran melalui proses-proses yang bersifat gaib yang
model-modelnya terdapat dalam mitos-mitos.

22
• OPM lahir setelah serangkaian pertarungan kekuasaan yang
melibatkan Pemerintah RI, Amerika Serikat, UNTEA, Pemerintah
Belanda, dan sejumlah elit terdidik Papua yang berlangsung sejak
1962 hingga 1969.
• PEPERA 1969 menandai “kemenangan” usaha integrasi Papua
Barat oleh Pemerintah RI.
• Sebagian elit Papua yang Pro Belanda hijrah ke Belanda. OPM
juga ditumbuhkan dan dibesarkan oleh seluruh proses tersebut
di atas yang di dalamnya tersimpan pengalaman ketakadilan oleh
rekayasa berlebihan dari militer Indonesia.
• Sejak itu sebagian elit Papua pimpinan OPM membangun
perlawanan dan mencoba melibatkan rakyat dalam usahanya
“merebut kembali”kemerdekaan Papua Barat yang sempat
mereka proklamasikan pada 1 Desember 1961.

23
• Menurut Djopari, pemberontakan OPM disebabkan
ketidakpuasan dan kekecewaan orang Papua karena mulai
awal integrasi rakyat Papua ditekan dan diintimidasi oleh
pemerintah
• Indonesia. Sedangkan menurut antropolog George Junus
Aditjondro, gerakan separatisme dan gelombang
perlawanan baik bersenjata maupun non-bersenjata di
Papua berkembang seiring intensitas kekerasan yang
dilancarkan aparat keamanan Indonesia di Papua.
• Pertumbuhannya dimulai dari gerakan kepala burung
ketika batalion Papua di bawah komando Johan Ariks dan
Mandatjan melancarkan serangannya pada 1965,
kemudian gerakan itu tumbuh dengan diproklamasikannya
kemerdekaan Papua oleh Seth Jafet Rumkorem pada 1971
di perbatasandekat Papua New Guinea.

24
Otonomi Khusus Papua: jawaban atas gejolak politik di Papua?
• Ketika rejim kekuasaan Orde Baru runtuh pada 1998, keinginan
kemerdekaan penuh dan lepas dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia merupakan suatu pandangan yang berkembang di
masyarakat Papua pada saat itu.
• Demonstrasi 1998 di Papua merupakan refleksi rakyat Papua atas
pengalaman di masa lalu sebagai korban dari
kesewenang-wenangan kekuasaan, maupun refleksi atas
ketidakadilan ekonomi serta perlakukan diskriminatif. Itu
sebabnya, sebagian besar demonstrasi Papua 1998 mengusung
isu:

25
(1) Pertanggungjawaban pemerintah pusat atas terjadinya rangkaian
pelanggaran HAM di Papua;
(2) hak untuk berpartisipasi dalam jenjang kepegawaian di Papua;
(3) pengendalian perampasan kekayaan alam di Papua; dan
(4) persoalan hak ulayat atas tanah adat masyarakat Papua.

• Pada awalnya demonstrasi dilancarkan oleh pemuda dan


mahasiswa, kemudian mulai masuk kelompok-kelompok tua,
cendekiawan dan tokoh-tokoh agama dengan mengusung
persoalan lama, yaitu masalah PEPERA.
• Akhirnya segala tuntutan demokratisasi kemudian bermuara pada
satu tuntutan: pelurusan sejarah.
• Pergolakan di Papua pada 1998 merupakan suatu akumulasi dari
kekecewaan masyarakat Papua sejak bergabung dengan
Indonesia.
26
• Akumulasi itu diakibatkan karena penderitaan secara politik, ekonomi,
social dan budaya, pelanggaran HAM sebagai akibat dari
diberlakukannya Daerah Operasi Militer (DOM) di Papua, dan
stigmatisasi OPM sebagai kelompok pengacau keamanan yang
disematkan militer Indonesia kepada orang-orang Papua.
• Pandangan bahwa daerah yang begitu kaya yang dimiliki oleh orang
Papua telah dirampas dan dibawa ke Jakarta dan termarginalnya
masyarakat Papua dalam tekanan kekuasaan Jakarta. Untuk
menghadapi gejolak politik disintegrasi tersebut, pemerintah Indonesia
meresponnya dengan mengeluarkan Undang-undang Nomor 45 Tahun
1999 tentang
• Pembentukan Propinsi Irian Jaya Tengah, Propinsi Irian Jaya Barat,
Kabupaten Paniai, Kabupaten Mimika, Kabupaten Puncak Jaya dan Kota
Sorong yang memecah Provinsi Irian Jaya menjadi Provinsi Irian Jaya
• Bagian Timur,
• Tengah dan
• Barat.
• Upaya untuk meredam gejolak politikdi Papua dengan jalan pemecahan
tersebut gagal total. Dan penolakan atas pemecahan tersebut juga
mendapatkan penolakan luas dari masyarakat Papua.

27
• Sebagai respon pemerintah Indonesia dari gagalnya upaya
meredam konflik politik Papua tersebut, dalam Sidang Umum
MPR 12-21 Oktober 1999 dikeluarkan TAP MPR No. 4/1999
tentang GBHN 1999-2004 yang isinya menyatakan:
• “Integrasi bangsa dipertahankan di dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan tetap menghargai
kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya masyarakat
Irian Jaya melalui penetapan daerah Otonomi Khusus yang diatur
dengan Undang-undang.”
• Isi dari TAP MPR No. 4/1999 tersebut mengamanatkan
pembentukan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang
Otonomi Khusus Papua (Otsus Papua),

28
• Undang-undang Otonomi Khusus memberikan keberpihakan dan
perlindungan terhadap hak-hak dasar dari penduduk asli Papua.
• Untuk itu perlindungan terhadap hak-hak dasar orang asli Papua
mencakup enam dimensi pokok kehidupan, yaitu:
(1) Perlindungan hak hidup orang Papua di Tanah Papua, yaitu suatu
kualitas kehidupan yang bebas dari rasa takut serta terpenuhi seluruh
kebutuhan jasmani dan rohaninya secara baik dan proporsional;
(2) Perlindungan hak-hak orang Papua atas tanah dan air dalam
batasbatas tertentu dengan sumberdaya alam yang terkandung di
Dalamnya;
(3) Perlindungan hak-hak orang Papua untuk berkumpul dan
mengeluarkan pendapat dan aspirasinya;
(4) Perlindungan hak-hak orang Papua untuk terlibat secara nyata dalam
kelembagaan politik dan pemerintahan melalui penerapan kehidupan
berdemokrasi yang sehat;
(5) Perlindungan kebebasan orang Papua untuk memilih dan menjalankan
ajaran agama yang diyakininya, tanpa ada penekanan dari pihak
manapun; dan
(6) Perlindungan kebudayaan dan adat istiadat orang Papua.
29
Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
• Lebih dari dua tahun sudah Nota Kesepahaman Damai antara
pemerintah Indonesia (RI) dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
ditandatangani di Helsinki.
• Perjanjian ini tidak hanya membawa angin perubahan untuk
konflik menahun di bumi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) tetapi
juga bagi organisasi GAM sendiri.
• Perjanjian itu tidak hanya sekadar mengharuskan GAM untuk
meletakkan senjata.
• GAM kemudian harus memikirkan bentuk strategi baru dalam
meneruskan “perjuangan”
Politik Pilkada
• Pilkada langsung pertama kalinya di ACEH
• Pilkada digelar serentak dengan pemilihan bupati/walikota di
hampir seluruh daerah.
• Pertarungan perebutan 20 kursi kepala daerah di Aceh pada 11
Desember 2006 lalu jelas menunjukkan bagaimana kiprah
pertama GAM dalam perpolitikan Indonesia pasca Perjanjian
Helsinki.
• Mantan juru bicara GAM Bakhtiar Abdullah mengatakan:
• “Kita berharap agar pemimpin partai yang akan kita bentuk
berasal dari mantan TNA (Tentara Nasional Aceh).
• Dalam draf awal yang dipersiapkan DPRD dan Pemprov NAD,
klausul calon independen tercantum jelas.
• Namun, ide ini tidak disambut pemerintah pusat.
• Dalam draf yang disiapkan tim ahli Departemen Dalam Negeri,
kandidat yang berhak maju dalam pilkada NAD hanya mereka
yang diajukan secara resmi oleh partai yang ada.
• Menteri Sekretaris Negara Yusril Ihza Mahendra berdalih
pemerintah tidak merasa berkewajiban untuk menyantumkan
aturan calon independen dalam pilkada karena masalah tersebut
tidak tercantum dalam MoU Helsinki.
Dinamika Internal
• Adanya perubahan pola “perjuangan” dari bentuk perlawananan
bersenjata menjadi sebuah gerakan politik membawa dampak
yang cukup besar di internal GAM.
• Pimpinan GAM membentuk Majelis Nasional sebagai badan yang
berwenang untuk mengurusi politik dan Komite Peralihan Aceh
(KPA) untuk memantau proses demobilisasi dan reintegrasi
mantan kombatan.43 Pendirian Majelis Nasional adalah sebagai
lembaga yang menyatukan seluruh sumberdaya politik dan
ekonomi GAM.
• Sedari awal, posisi Malik Mahmud dalam pilkada belum jelas. Ia
lebih memilih untuk menunggu pembahasan UU PA selesai
daripada menyiapkan kandidat yang akan ikut dalam pilkada.
• Malik hanya menyebut beberapa nama yang layak dijadikan
kandidat antara lain Kamaruzzaman,
• Hasbi Abdullah, Nashruddin Ahmad, Sofyan Dawood, M Nazar
dan Irwandi Yusuf.44 Meski demikian, nama Hasbi lebih
mendapat dukungan dari kalangan tokoh senior GAM.
• Hal itu terlihat sejak proses awal persiapan kandidat untuk
Pemilihan Gubernur, kelompok tua GAM menginginkan Hasbi
Abdullah menjadi calon resmi yang diusung GAM.
• Ketika peluang calon independen hampir tertutup, sejumlah
tokoh tua mulai melihat peluang untuk menjajaki koalisi agar
pencalonan Hasbi bisa terus melaju.
• Skenario memasangkan Hasbi dengan Humam Hamid sebagai
duet GAM dan non-GAM telah kentara sedari awal.
• Humam yang telah resmi diusung PPP sebagai kandidat gubernur
melakukan beberapa kali pertemuan dengan kubu Hasbi.
• Pertemuan di kediaman Tengku Usman Lampoh Awe, dihadiri
langsung Malik Mahmud
• Akan tetapi rencana ini menimbulkan pro kontra.
• Dari kelompok yang menolak, menilai terlalu dini untuk
membicarakan koalisi. Terlebih Humam bukan anggota GAM.
Sedangkan dari kelompok
• pendukung berpendapat dengan latar belakang kedua kandidat
sebagai
• intelektual kampus dan Humam sebagai kader PPP sudah cukup
untuk
• membentuk pasangan ideal. Setidaknya ada 2 faksi yang terlihat
jelas
• dalam tubuh GAM yakni kelompok tua dan kelompok muda
(Gambar 3).
• Pengelompokan yang tertera pada gambar di atas tidak terjadi
secara
• struktural melainkan pada tingkat perbedaan pendapat dalam
• pengambilan beberapa keputusan.

Anda mungkin juga menyukai