B. DISINTEGRASI BANGSA
1. Masa Revolusi Fisik (1945-1950)
Disintegrasi pada masa ini dilatarbelakangi maraknya konflik idiologi. Selain konflik idiologi, disintegrasi
pada masa ini terjadi juga karena adanya konflik militer dan konflik politik di Indonesia.
b. DI/TII
Gerakan Darul Islam/ Tentara Islam Indonesia merupakan gerakan yang berawal dari gagasan Kartosuwirjo.
Tujuannya adalah memisahkan diri dari NKRI dan membentuk Negara Islam Indonesia. Gerakan ini berkembang
di berbagai wilayah di Indonesia antara lain, di jawa barat oleh Kartosuwirjo, Sulawesi oleh Kahar Muzakkar, di
Aceh oleh Daud Beureueh dan di kalimantan oleh Ibnu Hajar.
Semua gerakan ini kemudian dapat ditumpas secara bertahap.
c. Pembentukan RIS
Pembentukan Republik Indonesia Serikat merupakan strategi Belanda dalam melakukan perubahan bentuk negara
indonesia. Bentuk Negara Indonesia diubah dari negara kesatuan menjadi negara federal berdasarkan hasil KMB.
Negara federal ini hanya berlangsung sekitar 8 bulan. Singkatnya usia negara federal ini karena mayoritas
pemimpin bangsa menghendaki bergabung kembali dengan NKRI.
Irian barat sesuai dengan hasil perundingan KMB belum masuk menjadi wilayah Republik Indonesia. Penundaan
ini merupakan strategi lain pemerintah Belanda yang berencana membentuk negara Irian Barat di luar Pemerintah
Indonesia. Namun hal tersebut tidak tidak berhasil karena adanya tekanan dari Amerika serikat. Setelah melalui
pemerintahan sementara PBB dan UNTEA pada 1962 bendera Merah Putih dapat dikibarkan di Irian Barat.
Namun hingga saat ini masih terdapat ancaman integrasi dari dalam negri. Usaha masyarakat Irian Barat untuk
melepaskan diri dari NKRI masih berlangsung, dan upaya ini didukung oleh gerakan bersenjata Organisasi Papua
Merdeka (OPM).
d. Gerakan APRA
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dipimpin oleh Raymond Westerling. Ia adalah seorang prajurit militer
Belanda yang dikirim untuk membantu membebaskan tawanan perang jepang di indonesia. Gerakan ini diberi
nama Ratu Adil untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari rakyat. Selain itu, dalam ramalan Jayabaya, nama
Ratu adil dikatakan sebagai orang yang akan membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat.
Tujuan APRA adalah ingin tetap mempertahankan bentuk negara federal di Indonesia dan pada negara bagian
yang memiliki tentara sendiri.
Pada 23 Januari 1950, APRA dengan kekuatan lebih dari 800 orang menyerang kota Bandung dan berhasil
menduduki markas tentara siliwangi. Namun gerakan ini berhasil dihentikan setelah Westerling mendapat
kecaman dari media massa.
b. PRRI/ Permesta
Pergolakan daerah melemahkan kedudukan kabinet Ali Sastroamidjojo II dan akhirnya menyerahkan
mandatnya kepada presiden. Kondisi dan situasi politik yang semakin tidak menentu ini, memaksa presiden untuk
menyatakan negara dalam keadaan bahaya. Presiden pun mengajak partai politik yang ada untuk membentuk
pemerintahan baru. Soekarno kemudian menunjuk Ir. Djuanda untuk menjadi perdana mentri dan bersamanya
membentuk kabinet karya.
Panglima teritorial VII, letkol Venje sumual memproklamirkan berdirinya Perjuangan Rakyat semesta
(Permesta) pada 2 Maret 1957)
Pada tanggal 9 Januari 1958 di Sumatra Barat diadakan pertemuan yang dihadiri oleh Letkol Achmad Husein,
Letkol Sumual, Kolonel Simbolon, Kolonel Dahlan Djambek, dan Kolonel Zulkifli Lubis. Dari sipil hadir M.
Natsir, Sjarif Usman, Burhanuddin Harahap, dan Sjafruddin Prawiranegara. Pertemuan itu antara lain
membicarakan pembentukan pemerintahan baru. Dalam sebuah rapat akbar di Padang tanggal 10 Februari 1958,
Letkol Achmad Husein memberi ultimatum kepada pemerintah pusat sebagai berikut.
a) Dalam waktu 5×24 jam Kabinet Djuanda menyerahkan mandat kepada presiden atau presiden mencabut
mandat Kabinet Djuanda.
b) Presiden menugaskan Drs. Moh. Hatta dan Sultan Hamengku Buwono IX untuk membentuk zaken kabinet.
b) Meminta kepada presiden supaya kembali pada kedudukannya sebagai presiden konstitusional.
Sidang kabinet menolak ultimatum itu dan tanggal 11 Februari 1958, memecat secara tidak hormat kepada
Achmad Husein, Simbolon, Zulkifli Lubis, dan Dahlan Djambek. Sehari kemudian, KSAD A.H. Nasution
membekukan Komandan Daerah Militer Sumatra Tengah dan menempatkannya langsung di bawah
KSAD. Puncaknya terjadi pada tanggal 15 Februari 1958 saat Achmad Husein memproklamasikan
berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) berikut kabinetnya.
Untuk menumpas gerakan sparatis ini TNI kemudian berhasil menembak jatuh sebuah pesawat Permesta .
Pergolakan yang dilakukan oleh PRRI dan Permesta akhirnya berhasil dilumpuhkan, baik yang berada di
wilayah Sumatra maupun Sulawesi.