Anda di halaman 1dari 68

MODUL AJAR

A. Informasi Umum

Sekolah : SMA Negeri 1 Singorojo


Mata Pelajaran : IPS-Sejarah
Kelas / Semester : XI (Sebelas) / Ganjil
Alokasi waktu : 2 JP x 8 pertemuan (720 menit)
Materi : Pendudukan Jepang di Indonesia

B. Tujuan Pembelajaran
Capaian Pembelajaran Alur Tujuan Pembelajaran

- Fase F, peserta didik di Kelas XI dan XII 11.3. Menjelaskan pendudukan Jepang di Indonesia
mampu mengembangkan konsep konsep - 11.3.1 Menganalisis keterkaitan Restorasi Meiji,
dasar sejarah untuk mengkaji peristiwa kemajuan industri, perluasan pasar, dengan
sejarah dalam dimensi manusia, ruang, dan keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II
waktu. Melalui literasi, diskusi, dan - 11.3.2 Menganalisis keterkaitan antara spionase
penyelidikan (penelitian) berbasis proyek Jepang dengan keberhasilan Jepang dalam
kolaboratif peserta didik mampu mengambil alih wilayah Hindia Belanda
menjelaskan berbagai peristiwa sejarah
- 11.3.3 Menganalisis keterkaitan strategi Jepang
yang terjadi di Indonesia dan dunia
untuk mendapatkan simpati rakyat dengan
meliputi Kolonialisme dan Perlawanan
pemerintahan militer Jepang
Bangsa Indonesia, Pergerakan Kebangsaan
Indonesia, Pendudukan Jepang di - 11.3.4 Menjelaskan dampak pendudukan Jepang
Indonesia, Proklamasi Kemerdekaan di Indonesia
Indonesia, Perjuangan Mempertahankan - 11.3.5 Menganalisis keterkaitan strategi politik
Kemerdekaan, Pemerintahan Demokrasi Jepang membentuk organisasi kemasyarakatan
Liberal dan Demokrasi Terpimpin, dengan persiapan kelengkapan alat negara setelah
- Peserta didik di Kelas XI mampu kemerdekaan
menggunakan sumber primer dan - 11.3.6 Menjelaskan perlawanan terhadap Jepang
sekunder untuk melakukan penelitian secara kooperatif
sejarah nasional dan sejarah lokal secara - 11.3.7 Menjelaskan perlawanan terhadap Jepang
diakronis atau sinkronis kemudian melalui perjuangan bawah tanah dan bersenjata
mengomunikasikannya dalam bentuk lisan, -11.3.8 Menganalisis kebijakan Jepang yang
tulisan, dan/atau media lain. Selain itu melunak dengan menjelang kekalahan perang
mereka juga mampu menggunakan Jepang dengan Sekutu
keterampilan sejarah untuk menganalisis
dan mengevaluasi peristiwa sejarah
A. Profil Pelajar Pancasila

Dengan mempelajari sejarah pendudukan Jepang di Indonesia peserta didik


diharapkan dapat:
1. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia
D.Selalu
Profilbersyukur
Pelajar Pancasila
terhadap yang berkaitan:
karunia Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat yang diberikan sehingga bangsa Indonesia dapat terelepas dari
penjajahan Jepang menuju Indonesia merdeka.

2. Berkebhinekaan Global
Mengambil pelajaran dari Restorasi Meiji bahwa untuk menjadi negara yang
besar harus berani berubah untuk mengambil nilai-nilai yang positif dari
bangsa lain sehingga terwujud negara yang lebih beradab dan maju.

3. Mandiri
- Mengerjakan tugas-tugas belajar yang diberikan guru secara mandiri
- Meneladani sikap mandiri dan tegas seperti para pendahulu yang
menolak budaya Sekere yang dipaksakan terhadap bangsa Indonesia.

4. Integritas
- Menumbuhkan nilai kejujuran kepada para siswa dalam mengerjakan
evaluasi dan tugas-tugas belajarnya.
- Meneladani para pejuang pergerakan nasional yang sabar, pantang
menyerah, rela berkorban untuk mencapai kemerdekaan.

5. Kritis
- Dapat memetik pelajaran (value) dari budaya Jepang yang tidak
mudah menyerah dalam mencapai cita-cita walaupun banyak
hambatan yang menghadang.

6. Kreatif
- Kreatif dalam memilih sumber belajar sebagai bahan diskusi
kelompok sehingga menghasilkan materi hasil diskusi dapat
dipertanggungjawabkan.

7. Gotong royong
- Berkolaborasi dalam diskusi kelompok dengan saling menghargai
pendapat orang lain dan tidak memaksakan pendapatnya diterima oleh
orang lain.
- Mengambil hikmah bahwa sebuah keberhasilan aktifitas di dunia
sebagian besar didasari karena adanya kolaborasi atau kerjasama
B. Sarana Prasarana
1. Jaringan internet yang memadai
2. Komputer/laptop
3. Perpustakaan, buku-buku sejarah sebagai referensi
4. Peta Indonesia (Tarakan, Kalimantan Timur) sebagai tempat yang harus
dikuasai Jepang terlebih dahulu agar dapat menguasai seluruh kepulauan
Indonesia.

C. Target peserta didik


Perangkat ajar ini dapat digunakan untuk peserta didik reguler

D. Jumlah
peserta
didik
36 peserta didik/kelas

E. Ketersedi
aan
materi:
1. Materi pengayaan
2. Materi remedial

F. Model Pembelajaran:
PJJ daring dan luring

G. Materi ajar, alat dan bahan


1. Materi
Pendudukan Jepang di Indonesia
A. Restorasi Meiji: Awal Modernisasi Jepang Sebelum menjadi negara modern
Jepang merupakan negara feodalis. Mengapa feodalis? Sebab, kekuasaan
politik dan ekonomi dipegang oleh kaisar, shogun (semacam panglima militer), dan
daimyo (semacam tuan tanah/raja lokal). Kekuasaan itu terbentuk secara hierarki
dengan puncak kekuasaan di tangan kaisar, sedangkan kekuasaan pemerintahan
dipegang oleh seorang shogun.
Tahun 1639, Shogun Tokugawa menjalankan kebijakan Sakoku (negara
tertutup). Melalui kebijakan ini, orang asing dilarang masuk ke Jepang dan
sebaliknya orang Jepang dilarang berhubungan dengan orang selain Jepang. Namun,
pada kenyataannya, Belanda, Cina, serta Korea tetap berhubungan dengan Jepang.
Mengapa Jepang menerapkan kebijakan Sakoku (tertutup) dengan bangsa
lain? Ada dua alasan. Alasan pertama, pemerintahan Shogun Tokugawa terancam
dengan kehadiran misionaris dari Spanyol dan Portugis yang menyebarkan agama
Katolik. Mereka dituduh ikut campur urusan dalam negeri. Contohnya, ketika perang
antar-shogun mereka memperkenalkan senjata api dan meriam terhadap salah satu
shogun, sedangkan senjata orang Jepang berupa pedang (katana). Penyebaran agama
yang dilakukan oleh Spanyol dan Portugis juga dituding mengancam kebudayaan
asli Jepang.
Alasan kedua ialah mempertahankan supremasi Tokugawa atas pesaingnya,
Daimyo Tozama. Daimyo Tozama adalah daimyo di bawah Shogun Tokugawa, tetapi
secara ekonomi lebih sejahtera karena menjalin hubungan dengan bangsa asing.
Apabila Daimyo Tozama tetap
bekerja sama dengan bangsa asing, maka dikawatirkan mereka menjadi kuat
sehingga mengancam kekuasaan Tokugawa.
Pada abad ke-19 (1854), kebijakan Sakoku mulai surut. Tahun 1854, kapal
perang Amerika Serikat (kapal hitam) yang dipimpin oleh Komodor Matthew C.
Perry menyerang Jepang sehingga memaksa pemerintahan Shogun Tokugawa
menandatangani Konvensi Kanagawa pada tahun 1854. Konvensi itu pada intinya
menyebutkan bahwa Jepang harus membuka diri dengan bangsa asing sehingga
mengakhiri kebijakan tertutup Jepang yang telah berlangsung 200 tahun.
Meskipun demikian, hasil Konvensi Kanagawa dianggap menjatuhkan harga
diri dan martabat mereka sehingga tersebar sentimen anti-Barat, bahkan terjadi
peperangan yang kemudian dimenangkan oleh Barat. Karena adanya konflik dan rasa
tidak puas tersebut, Barat menganggap Tokugawa adalah pihak yang paling
bertanggung jawab. Untuk itu, ke-shogun-an Tokugawa dihapus dan kekuasaan
Jepang sepenuhnya di tangan kaisar, yaitu Kaisar Komei.
Kemajuan Barat dan terbukanya pelabuhan-pelabuhan di Jepang yang
semakin ramai menyadarkan Jepang betapa terbelakangnya mereka dibanding dengan
negara-negara Barat sehingga Jepang bertekad untuk mengejar ketertinggalan. Pada
masa pemerintahan Kaisar Meiji (anak dari Kaisar Komei), kesadaran mengejar
ketertinggalan mulai terwujud melalui berbagai langkah perubahan besar yang
dikenal dengan Restorasi Meiji (1868-1912). Kata “Meiji” berarti “kekuasaan
pencerahan”. Pencerahan yang dimaksud adalah kombinasi kemajuan Barat dengan
nilai-nilai tradisional Jepang. Dengan misi inilah Jepang mengutus pejabat untuk
belajar ke Amerika dan Eropa, yang disebut misi Iwakura.
Sebagai hasil misi Iwakura, Jepang memutuskan untuk mengadopsi sistem
politik, hukum, dan militer dari dunia Barat. Restorasi Meiji kemudian mengubah
Kekaisaran Jepang menjadi negara industri modern sekaligus menjadi kekuatan
militer dunia. Berikut ini adalah beberapa bidang garapan Tenno Meiji yang tercakup
dalam gerakan pembaruan itu.
a. Bidang Perindustrian
Dengan mengadopsi teknologi dari Barat, Jepang membangun industri-industri
seperti pabrik senjata, galangan kapal, peleburan besi, dan lain sebagainya. Hasil
produksi ini dijual ke pasar internasional dengan harga relatif murah dibandingkan
harga penjualan produk yang sama di dalam negeri. Kebijakan ini disebut
dumping. Hal ini membuat industri dalam negeri Jepang berkembang pesat.
b. Bidang Perdagangan
Jepang membangun bank-bank yang memungkinkan orang untuk meminjam uang
agar berinvestasi. Jepang membangun pelabuhan-pelabuhan dan kapal-kapal
dagang sehingga perdagangan mengalami kemajuan pesat.
c. Bidang Militer
Jepang gencar membangun angkatan perangnya. Tahun 1873, Jepang menerapkan
kebijakan wajib militer. Jepang juga memesan sebuah kapal perang modern dari
Belanda dan untuk mempelajari ilmu kelautan, Jepang mengirim 16 mahasiswa
untuk belajar di Belanda. Jepang meniru sistem dan strategi dari Jerman dan
Inggris. Dalam waktu singkat, Jepang telah memiliki tentara yang kuat, modern,
dan tangguh.
d. Bidang Pendidikan
Jepang menerapkan wajib belajar bagi generasi mudanya. Mereka dididik untuk
merasa memiliki rasa cinta kepada tanah airnya, semangat pantang menyerah dan
berani mati (bushido), serta hormat dan tunduk kepada Kaisar. Pemerintah Jepang
juga mengirim mahasiswa untuk menimba ilmu-ilmu Barat.
e. Bidang Sosial
Menghapus sistem kasta di Jepang. Saat itu, Jepang mempunyai empat kasta.
Kasta pertama adalah kelas kaum terpelajar, kasta kedua adalah petani, kasta
ketiga adalah seniman, dan kasta keempat adalah pedagang. Selain itu,
pemerintah juga melarang adat istiadat yang bersifat feodalis seperti laki-laki
memperlihatkan dan memakai kimono, laki-laki memanjangkan dan mengucir
rambut serta ke mana-mana membawa pedang panjang dan pedang pendek yang
menjadi ciri khas kelas samurai.
f. Bidang Hukum
Sistem hukum dan konstitusi mengikuti model Jerman. Sebagai akibat dari
industrialisasi itu, Jepang kemudian menjadi satu-satunya kekuatan besar negara
non-Barat di dunia sekaligus kekuatan utama di Asia Timur dan Asia Tengara
dalam waktu 40 tahun.

B. Kemajuan Industri Perluasan Pasar Industri, Dan Keterlibatan Jepang Pada PD II


Jepang sebagai negera industri sebagaimana negara-negara Barat mempunyai
tiga tantangan, yakni 1) pasokan bahan mentah yang stabil, 2) jalur pelayaran yang
aman, dan 3) pasar bagi hasilhasil industrinya. Pada saat yang bersamaan,
kepercayaan diri militer Jepang yang didukung kemajuan ekonomi membangkitkan
rasa bangga terhadap negaranya.
Nasionalisme ini berkembang menjadi nasionalisme radikal dalam bentuk
keinginan sebagian warga agar Jepang menjadi negara imperialis. Faktor ekonomi
(gold) dan faktor kejayaan (glory) inilah yang mendorong Jepang menduduki
(menjajah) berbagai negara di Asia termasuk Indonesia menjelang akhir abad ke-19
dan awal abad ke-20.
Pada tahun 1894, Jepang membangun imperium yang sangat luas, meliputi
Taiwan, Korea, Manchuria, serta Cina bagian Utara. Pada tahun 1894 dan 1895,
Jepang terlibat perang dengan Cina (Perang Sino). Perang ini diawali oleh
pemberontakan petani terhadap pemerintahan Korea. Merasa terdesak, pemerintah
Korea meminta bantuan kepada Dinasti Qing dari Cina.
Karena sejak lama Jepang ingin menguasai Korea, maka Jepang
memanfaatkan situasi itu untuk menginvansi Korea. Karena Korea sekutunya Cina,
maka Cina protes sehingga antara Jepang dengan Cina terlibat perang. Perang
akhirnya dimenangkan Jepang dan kemudian membentuk pemerintahan boneka di
Seoul. Kekalahan Cina terhadap Jepang ditandai dengan Perjanjian Shimonoseki
yang isinya menyebutkan bahwa Semenanjung Liaodong dan Taiwan diserahkan
kepada Jepang.
Rusia, Jerman, dan Prancis yang semula menduduki Semenanjung Liaodong
akhirnya mundur. Namun, karena Perjanjian Shimonoseki dianggap tidak sah, maka
Rusia kembali menduduki Semenanjung Liaodong yang strategis itu. Untuk
pertahanannya, Rusia kemudian mendirikan Benteng Port Arthur di situ dan
menjadikan pangkalan angkatan lautnya di Pasifik.
Tindakan Rusia ini membuat Jepang marah sehingga memicu perang Jepang
dengan Rusia yang bernama “Perang Rusia-Jepang” pada tahun 1894 dan 1895.
Dalam perang itu, tidak terduga Rusia kalah sehingga harus menandatangani
Perjanjian Portsmouth yang diselenggarakan di Amerika Serikat dengan difasilitasi
Presiden Roosevelt. Jenderal yang berjasa dalam kemenangan Jepang atas Rusia
adalah Laksamana Togo Heihachiro. Isi
Perjanjian Portsmouth yakni Jepang mendapatkan Pulau Shakalin dan daerah
ManchuriaTindakan Rusia ini membuat Jepang marah sehingga memicu perang
Jepang dengan Rusia yang bernama “Perang Rusia-Jepang” pada tahun 1894 dan
1895. Dalam perang itu, tidak terduga Rusia kalah sehingga harus menandatangani
Perjanjian Portsmouth yang diselenggarakan di Amerika Serikat dengan difasilitasi
Presiden Roosevelt. Jenderal yang berjasa dalam kemenangan Jepang atas Rusia
adalah Laksamana Togo Heihachiro. Isi Perjanjian Portsmouth yakni Jepang
mendapatkan Pulau Shakalin dan daerah Manchuria.

Kemenangan Jepang atas Rusia ini membangkitkan kepercayaan dan harga


diri Jepang. Ternyata, bangsa Asia (ras Mongoloid) dapat mengalahkan bangsa
Barat (ras Kaukasoid). Dampaknya, selain wilayah kekuasaannya semakin luas,
juga muncul ambisi tersembunyi yang tidak hanya ingin menguasai Asia, tetapi juga
mengalahkan bangsa-bangsa Barat lainnya.
Ketika Prancis menyerah kepada pasukan Nazi Jerman di Eropa tahun 1941,
Jepang memanfaatkannya dengan menginvansi wilayah jajahan Prancis di Indocina
yang meliputi Kamboja, Laos, dan Vietnam. Pada saat yang bersamaan (tahun
1941), Jerman menginvansi Rusia. Sebelumnya, pada tahun 1940, terjadi
kesepakatan “Pakta Tripartit”, yaitu bersatunya fasisme Jepang, Italia, dan Jerman
dalam “kekuatan poros” yang kemudian hari bersama sama melawan “kekuatan
Sekutu” yang terdiri dari AS, Inggris, dan Prancis dalam Perang Dunia II.
Meski tidak memiliki kepentingan di Indocina (Kamboja, Laos, dan Vietnam),
sikap agresi Jepang membuat Amerika Serikat menjadi geram. Pada tahun 1941,
Amerika membidani persekutuan yang disebut ABDACOM (America, British,
Dutch, Australian Command) untuk menghadapi keagresifan Jepang. Selain
membuat organisasi, Presiden Roosevelt juga menerapkan embargo baja dan besi
tua kepada Jepang yang kemudian diikuti dengan pembekuan semua aset-aset
Jepang.
Embargo baja dan besi tua ini sungguh memukul telak Jepang karena
peralatan militernya semua terbuat dari baja dan besi tua. Seperti belum cukup,
Amerika segera mengembargo minyak bumi terhadap Jepang. Minyak bumi
merupakan penopang utama industri-industri militer Jepang.
Embargo minyak bumi ini membuat industri militer Jepang menjadi kesulitan
sehingga Jepang dihadapkan pada dua pilihan, hidup atau mati. Jepang bukannya
menyerah dengan situasi, tetapi semakin berambisi menguasai minyak bumi Asia
Selatan (India, Bangladesh, Pakistan, dan lain-lain) serta Asia Tenggara (Vietnam,
Filipina, Indonesia, dan lain-lain) untuk mengatasi embargo minyak bumi Amerika
Serikat.
Sebagian wilayah yang menjadi sasaran Jepang itu merupakan jajahan
Belanda, termasuk Indonesia, sehingga Jepang harus menghadapi kekuatan militer
terbesar saat itu, yaitu Amerika Serikat. Di bawah ABDACOM, Amerika Serikat
bertanggung jawab melindungi kepentingan- kepentingan Belanda di Indonesia.
Menyerang Indonesia dianggap menyerang ABDACOM.
Untuk mengatasi kekuatan militer itu, Jepang mengambil keputusan, yakni
harus terlebih dahulu melumpuhkan Amerika Serikat. Sasaran yang paling dekat di
Asia adalah pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Asia Pasifik, yaitu di Pearl
Harbour, Hawaii. Maka, secara mendadak tanpa ultimatum terlebih dahulu, Jepang
menyerang Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Dengan serangan ini, Jepang
telah mengawali perang Pasifik.
Setelah menghancurkan Pearl Harbour, Jepang menduduki Filipina pada 10
Desember 1941, Burma pada 16 Desember 1941, dan pada 11 Januari 1942 Jepang
mendarat di Indonesia dengan menguasai Kalimantan lalu menyusul Sumatra dan
Jawa. Setelah Jawa dikuasai, Jepang
mengendalikan seluruh wilayah Indonesia dalam waktu singkat. Perang yang
dilancarkan Jepang di Asia Tenggara dan di Lautan Pasifik ini dikenal dengan
Perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik.

C. Spionase Jepang
Mengapa Jepang begitu mudah masuk Indonesia dan menguasai Yogyakarta?
Ternyata, jauh sebelum tahun 1942 Jepang telah mengirimkan perwira-perwiranya di
beberapa kota penting di Indonesia, termasuk Yogyakarta untuk dijadikan sebagai
spionase. Perwira yang dikenal sebagai mata-mata di Yogyakarta adalah Shizukino
Yamachi. Tugas Shizukino Yamachi adalah melakukan penyamaran untuk memata-
matai kawasan Yogyakarta, yang nantinya pada wilayah tersebut akan dilakukan
ekspansi besar-besaran oleh tentara Jepang.
Untuk mengelabuhi masyarakat, Shizukino Yamachi mendirikan toko Fuji
sebagai toko kelontong yang berada di daerah pecinan Yogyakarta atau sekarang
dikenal Jalan Malioboro. Shizukino Yamachi mengubah namanya menjadi Tao Ai
dan lebih suka memperkenalkan dirinya kepada orang baru sebagai pedagang dari
Cina. Sehari-harinya, Shizukino Yamachi keluar rumah dari pagi hingga menjelang
petang.
Shizukino Yamachi menulis dengan detail segala hal yang ada dan terjadi di
Yogyakarta. Kemudian, segala hasil data pengamatannya dikirimkan ke Jepang, agar
mudah melakukan ekspansi. Data tersebut dikirimkan melalui radio komunikasi dari
kamarnya sehingga pintu kamarnya yang berada di lantai atas selalu tertutup rapat.
Shizukino Yamachi sering berkeliling menggunakan sepeda, berbusana putih dan
mengenakan topi bulat. Semua orang tidak mengenal siapa sesungguhnya Shizukino
Yamachi. Dia hanya dikenal sebagai seorang pengusaha yang baik dan ramah kepada
setiap orang.
Di pertengahan tahun 1939, Shizukino Yamachi mendadak pergi dan hilang
begitu saja. Pada 6 Maret 1942, tentara Jepang telah memasuki Kota Yogyakarta.
Mereka datang dari arah Jalan Solo menuju ke barat, setelah sampai di perempatan
tugu, mereka berbelok ke selatan menuju Jalan Malioboro dan Gedung Agung. Iring-
iringan pasukan disambut oleh warga tanpa ketakutan, bahkan warga bersorak sorai
dengan melambailambaikan bendera merah putih. Para pasukan Jepang datang
dengan mengaku sebagai saudara tua.
Untuk menarik simpati khususnya kepada rakyat Yogyakarta, serdadu Jepang
menyerukan “Nipon Indonesia sama-sama”, mengumandangkan lagu Indonesia Raya,
serta secara demonstratif membawa potret ratu Belanda yang ditusuk-tusuk dengan
bayonet. Ketika peristiwa ini berlangsung, Shizukino Yamachi berada di kendaraan
jeep paling depan diikuti kendaraan truk, sepeda, dan bahkan ada yang berjalan kaki.
Setelah diketahui, ternyata Shizukino Yamachi merupakan salah satu perwira
komandan divisi Angkatan Darat Jepang.
D. Jepang Mengambil Alih Wilayah Hindia Belanda
Serangan Jepang pertama terjadi pada 11 Januari 1942 dengan Salam Historia
Mengapa Thailand menjadi negara Asia yang tidak dijajah Jepang? Pada Perang
Dunia II, Thailand
“membantu” Jepang melawan Sekutu dengan cara memberikan wilayah negaranya
sebagai tempat akomodasi tentara Jepang.
Namun, seusai perang dan Jepang kalah perang melawan Sekutu, Thailand
memutuskan untuk menjadi sekutu Amerika Serikat. Thailand juga merupakan negara
yang tidak pernah dijajah bangsa Barat (Inggris, Prancis, Belanda, Spanyol, dan
Portugal). mendarat di Tarakan (Kalimantan Timur). Pada bulan Februari, Jepang
menduduki Pontianak, Banjarmasin, Makassar, Palembang, dan Bali. Mengapa
Jepang mendarat pertama kali di Tarakan dan kemudian menguasai Tarakan?
Sebagaimana dibahas dalam pokok bahasan terdahulu, Jepang sangat kesulitan dalam
mengoperasikan industri-industrinya, termasuk mesin-mesin perangnya, setelah
Amerika Serikat mengembargo minyak bumi.
Tarakan adalah salah satu daerah yang terdapat sumber-sumber minyak di
Indonesia. Dengan menguasai Tarakan, berarti menguasai sumber minyak sehingga
dengan demikian untuk menguasai daerah lain di Indonesia lebih mudah dan untuk
menghadapi Sekutu juga lebih siap. Di Jawa, Jepang pertama kali mendarat di
Banten, kemudian Indramayu, Rembang, Tuban, dan Surabaya. Sejak Maret 1942,
Indonesia menjadi kekuasaan Jepang. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki
Hindia Belanda (Indonesia) adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama
minyak bumi, guna mendukung industri dan kampanye perang Jepang. Gubernur
Jenderal Belanda, Tjarda van Strarkenborgh, tidak berdaya menghadapi serangan
kilat Jepang sehingga terpaksa menyerah tanpa syarat kepada Letnan Jenderal Hitoshi
Imamura di Kalijati, Subang, Jawa Barat, 8 Maret 1942.
Mengapa Jepang begitu mudah mengalahkan Belanda sedangkan peralatan
militer Belanda juga sangat modern untuk saat itu? Jepang, sebelum menyerang
Hindia Belanda, ternyata sudah jauh hari memperhitungkan penyerangan itu.
Beberapa tahun sebelum 1942, para perwira Jepang sudah menyelidiki daerah-daerah
yang menjadi titik kelemahan dan kekuatan Belanda. Di Jawa, daerah Banten,
Indramayu, Rembang, Tuban, dan Surabaya adalah daerah strategis. Apabila
menguasai daerah itu, maka Jepang dengan mudah akan dapat memaksa Belanda
menyerah.

E. Strategi Jepang Untuk Mendapatkan Simpati Rakyat


Kedatangan Jepang disambut baik oleh Sukarno, Hatta, dan Ki Hajar
Dewantara. Mereka optimistis bahwa kedatangan Jepang akan membawa
kemerdekaan. Dasarnya adalah hal-hal berikut ini. 129
a. Menyerahnya Belanda dianggap sebagai akhir penjajahan Belanda. Dengan
kekalahan Belanda, maka berarti dimulainya era baru ketika bangsa-bangsa Asia
bebas merdeka dan menentukan nasibnya sendiri dengan dipelopori oleh Jepang.
Keyakinan itu bertambah tebal setelah Jepang memperkenalkan diri sebagai
saudara tua bangsa-bangsa Asia.
b. Jepang berjanji jika Perang Pasifik dimenangkan, maka bangsabangsa di Asia
akan mendapatkan kemerdekaan.
c. Jepang bersifat simpatik kepada aktivis pergerakan kemerdekaan, misalnya
membebaskan tokoh-tokoh yang ditahan dan diasingkan kolonial Belanda seperti
Sukarno, Hatta, Syahrir, dan lain-lain.
d. Jepang menjanjikan kepada bangsa Indonesia untuk memberikan kemudahan-
kemudahan yang tidak pernah diberikan oleh kolonial Belanda, misalnya
mengibarkan bendera Merah Putih berdampingan dengan bendera Hinomaru
Jepang, menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari, kebebasan
beribadah sesuai keyakinan, dan membolehkan
menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” bersama lagu
kebangsaan Jepang “Kimigayo”.

F. Pemerintahan Militer Jepang


Setelah menguasai Indonesia, Jepang memerintah dengan sistem
pemerintahan militer dengan membagi menjadi tiga daerah militer yang dikendalikan
oleh angkatan darat (rigukun) dan angkatan laut (kaigun). Ketiga daerah tersebut di
bawah komando panglima besar tentara Jepang yang bertempat di Saigon (Vietnam).
Ketiga daerah tersebut meliputi:
a. Daerah Jawa dan Madura dengan pusat di Batavia di bawah kendali angkatan laut (kaigun).
b. Daerah Sumatra dan Semenanjung Melayu dengan pusat di Singapura di bawah
kendali angkatan darat (rigukun).
c. Daerah Kalimantan dan Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua di bawah
kendali angkatan laut (kaigun).
Selain memerintah dengan sistem militer, Jepang dalam rangka mengawasi
masyarakat dan membangun gerakan pertahanan masyarakat menggunakan sistem
Tonarigumi yang sekarang lebih dikenal sistem Rukun Tetangga (RT).
Dalam bidang politik, Jepang membentuk Jawa Hokokai (Himpunan
Kebaktian Rakyat Jawa) sebagai lembaga yang bertugas mengumpulkan dana,
misalnya dalam bentuk uang, beras, ternak, logam mulia, kayu jati, dan sebagainya.
Dalam usaha mendapatkan tenaga kerja, Jepang membentuk Romukyokai (panitia
pengerah romusha) untuk dipekerjakan dalam proyek pembangunan jalan raya,
pelabuhan, dan lapangan udara.
Pada awalnya, romusha ini mendapatkan upah. Namun, pada perkembangan
selanjutnya para pekerja ini tanpa diupah oleh pemerintah Jepang. Dalam sistem
pertahanan menghadapi Sekutu dan usaha melanggengkan kekuasaannya, di
Indonesia dibentuk lembaga-lembaga semimiliter dan militer. Organisasi-organisasi
buatan Jepang itu misalnya Keibodan (barisan pembantu polisi), Seinendan (barisan
pemuda), Fujinkai (barisan wanita), Heiho (barisan cadangan prajurit), PETA
(pembela tanah air), Putera (Pusat Tenaga Rakyat), Jawa Hokokai (Himpunan
Kebaktian Rakyat Jawa), Jibakutai (pasukan berani mati), Kempetai (barisan polisi
rahasia), dan Gakukotai (laskar pelajar).

G. Dampak pendudukna Jepang Di Indonesia


Masa pendudukan Jepang membawa dampak yang luar biasa terhadap bangsa
Indonesia, baik dampak secara politik, ekonomi, dan sosial budaya. Untuk lebih
jelasnya, berikut paparannya.
1. Bidang Politik
Setelah Jepang berkuasa di Indonesia, organisasi kemasyarakatan baik itu
organisasi politik, sosial, maupun keagamaan dibubarkan dan menggantikannya
dengan organisasi bentukan Jepang. Satu-satunya organisasi yang dibiarkan oleh
Jepang adalah Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang berdiri sejak
pemerintahan kolonial Belanda. Organisasi ini mendapat simpati masyarakat
sehingga berkembang dengan cepat. Karena organisasi ini mengkhawatirkan
Jepang, maka pada tahun 1943 MIAI dibubarkan dan menggantikannya dengan
Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dengan K.H. Hasyim Asy’ari
sebagai ketuanya.
Untuk menekan tokoh pergerakan yang tidak kooperatif terhadap Jepang,
dilakukan pengawasan yang ketat dengan menyebar polisi rahasia yang sangat
ditakuti, yakni Kempetai. Jepang tidak segan-segan menangkap, menginterogasi,
bahkan menghukum mati orang yang dianggap bersalah tanpa proses pengadilan.
Di samping cara-cara represif, Jepang juga menerapkan caracara yang
diharapkan mengundang simpati, misalnya:
a. Menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan melarang keras
penggunaan bahasa Belanda.
b. Membentuk kerja sama dengan para nasionalis serta membentuk gerakan 3A
(Nipon cahaya Asia, Nipon pelindung Asia, Nipon pemimpin Asia) dengan
menunjuk Mr. Syamsuddin sebagai ketuanya. Tujuan gerakan bentukan Jepang
ini adalah menarik simpati rakyat Indonesia agar membantu Jepang
menghadapi Amerika Serikat dan sekutunya. Gerakan ini akhirnya tidak
mendapat simpati rakyat karena pada kenyataannya Jepang terlalu kejam bagi
rakyat Indonesia.
c. Membentuk organisasi yang bernama Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dan
menunjuk Sukarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur sebagai
pemimpinnya. Tujuan organisasi ini adalah memusatkan segala potensi rakyat
Indonesia untuk membantu Jepang melawan tentara Sekutu. Namun, organisasi
ini dimanfaatkan pimpinannya untuk membangkitkan nasionalisme yang
sempat pudar. Karena organisasi ini ternyata lebih menguntungkan Indonesia
daripada kepentingan Jepang, maka akhirnya Putera dibubarkan.
d. Membentuk Badan Pertimbangan Pusat yang kemudian disebut Cuo Sangi In
(pada zaman kolonial Belanda disebut Volksraad). Badan ini bertugas
memberikan usul atau saran-saran terhadap Jepang tentang masalah-masalah
politik. Jepang menunjuk Sukarno sebagai ketuanya.
e. Membentuk Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) sebagai lembaga yang
bertugas mengumpulkan dana, misalnya dalam bentuk uang, beras, ternak,
logam mulia, kayu jati, dan sebagainya. Jepang menunjuk gunseikan atau
seorang kepala pemerintahan sebagai ketuanya. Seperti organisasi lain bentukan
Jepang, organisasi ini tidak mendapat sambutan rakyat, terutama di luar Pulau
Jawa.

2. Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Jepang menginginkan Indonesia sebagai tempat
eksploitasi segala sumber daya, baik itu pangan, sandang, logam, dan minyak demi
kepentingan perang, sebagaimana tampak dalam hal-hal berikut ini.
a. Menyita Aset Ekonomi
Jepang menyita aset hasil perkebunan (teh, kopi, karet, tebu), pabrik,
bank, dan perusahaan-perusahaan penting. Banyak lahan pertanian yang
terbengkalai karena pemerintah Jepang fokus pada ekonomi perang dan industri
perang. Dampaknya, kelaparan rakyat dan kemiskinan di mana-mana.
Kebijakan Jepang di antaranya juga adanya ekonomi perang. Ekonomi
perang adalah semua kekuatan ekonomi di Indonesia digali untuk menopang
kegiatan perang. Bagi Jepang, Indonesia merupakan negara yang sangat
menarik perhatian karena merupakan negara kepulauan yang kaya akan hasil
bumi, pertanian, tambang, dan lain sebagainya.
Kekayaan Indonesia tersebut sangat cocok untuk keperluan industri
Jepang. Setelah berhasil menguasai Indonesia, Jepang mengambil kebijakan
dalam ekonomi yang sering disebut Self Help, yaitu hasil perekonomian di
Indonesia dijadikan modal untuk mencukupi kebutuhan pemerintahan Jepang,
contohnya sebagai berikut. 1) Jepang memerintahkan menanam padi karena
beras adalah sumber energi tentara Jepang. 2) Jepang memerintahkan
menanam jarak karena getah jarak dijadikan pelumas mesin-mesin industri alat
perang Jepang termasuk pesawat tempur. 3) Jepang memerintahkan menanam
tanaman kina karena menjadi obat antimalaria. Penyakit malaria sangat
melemahkan kemampuan bertempur pasukan Jepang.
b. Pengawasan Ketat di Bidang Ekonomi
Jepang melakukan pengawasan ekonomi secara ketat. Pengawasan tersebut
antara lain penggunaan dan penyediaan barang serta pengendalian harga untuk
mencegah meningkatkan harga barang. Jika ada yang melanggar, akan dikenai
sanksi sangat berat.
c. Kebijakan Self-sufficiency
Kebijakan self-sufficiency yaitu pemerintah Jepang mengharuskan pada
wilayah-wilayah yang ada di bawah pemerintah Jepang harus memenuhi
kebutuhannya sendiri.
d. Memberlakukan Setoran Wajib, Romusha
Pada tahun 1944, Jepang dalam ambisi perangnya semakin terdesak dan kalah
di berbagai front sehingga kebutuhan bahanbahan pangan semakin meningkat.
Untuk mengatasinya, Jepang membuat aturan agar rakyat menyerahkan bahan
pangan dan barang secara besar- besaran melalui organisasi bentukan Jepang
yang bernama Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa) dan Nagyo
Kumiai (koperasi pertanian). Setiap rakyat harus menyerahkan bahan makanan
30 persen untuk pemerintah Jepang, 30 persen untuk lumbung desa (simpanan),
dan 40 persen menjadi hak miliknya.
Kewajiban yang memberatkan itu membuat rakyat menderita dan
kekurangan pangan sehingga rakyat makan makanan yang tidak biasa seperti
umbi-umbian hutan, bekicot, dan sebagainya. Karena sandang juga langka,
rakyat terpaksa memakai pakaian dengan bahan dasar karung goni. Keadaan itu
diperparah dengan kewajiban romusha atau kerja paksa. Banyak rakyat
meninggal di tempat kerja atau ditembak mati karena melarikan diri dari
kewajiban romusha.
3. Bidang Sosial
a. Romusha
Penerapan romusha pada awalnya secara sukarela dari rakyat karena
mendapat upah dari pemerintah Jepang. Namun, lambat laun romusha menjadi
kerja paksa yang tidak ada lagi sistem pengupahan. Banyak pemuda desa dan
laki-laki desa lainnya yang dipaksa kerja romusha sehingga mengakibatkan
lahan pertanian menjadi tidak tergarap. Mereka dimobilisasi tidak saja untuk
membangun jalan, bandara, dan pelabuhan di dalam negeri, tetapi juga di luar
negeri seperti Burma, Thailand, Vietnam, dan Malaysia.
b. Jugun Ianfu
Selain memobilisasi para pemuda desa untuk romusha, pemerintah Jepang
juga merekrut wanita-wanita desa untuk dijadikan perempuan penghibur tentara
Jepang atau yang dikenal dengan Jugun Ianfu. Para wanita itu awalnya direkrut
dijanjikan dididik menjadi perawat kesehatan, tetapi pada kenyataanya mereka
dijadikan sebagai wanita penghibur.
c. Pendidikan
Pada masa Jepang, sistem pendidikan lebih buruk daripada masa kolonial
Belanda. Jumlah sekolah menurun drastis dan jumlah warga buta aksara
semakin banyak. Sistem pembelajaran dan kurikulum dijadikan untuk
kepentingan perang. Pelajar diindoktrinasi dengan slogan Hakko Ichiu (delapan
penjuru dunia di bawah satu atap). Slogan ini terus diterapkan sebagai alat
propaganda Jepang bahwa Jepang pemimpin dunia dan alat pembenaran Jepang
selalu menginvansi negara lain selama Perang Dunia II.
d. Bahasa dan Stratifikasi Sosial
Ada sisi positif dalam diri Jepang. Pertama, dalam bidang bahasa, karena
bahasa Indonesia wajib digunakan sebagai bahasa pengantar. Bahasa Indonesia
juga dijadikan sebagai pelajaran wajib. Kedua, dalam penjajahan Jepang ini,
stratifikasi sosial golongan bumiputra (inlander, zaman Belanda) ditempatkan
di atas golongan Eropa dan golongan Timur Asing kecuali Jepang. Jepang ingin
mengambil hati rakyat dalam usaha menghadapi Sekutu dalam Perang Pasifik.
4. Bidang Kebudayaan
Sebagai negara fasis, Jepang memang mendidik warga negaranya dengan
sangat ketat. Semua urusan warga negaranya harus taat pada aturan yang ditetapkan
oleh negara. Walaupun menjadi negara modern akibat Restorasi Meiji, Jepang tetap
sangat menghormati kaisarnya. Sebab bagi mereka, kaisar dianggap sebagai
keturunan Dewa Matahari.
Oleh karena itu, dalam tradisi Jepang, mereka memberi hormat ke arah
matahari terbit dengan cara membungkukkan punggung dalam-dalam (disebut
dengan Seikerei) sebagai simbol penghormatan terhadap kaisar.
Kebiasaan Jepang itu dipaksakan kepada setiap negara jajahannya, termasuk
di Indonesia sehingga menimbulkan rasa tidak suka terhadap Jepang. Perilaku
seperti itu bertentangan dengan agama karena dianggap sebagai Syrik
(menyekutukan Tuhan). Perlawanan K.H. Zainal Mustafa di Tasikmalaya, Jawa
Barat pada tahun 1944 sebagai bukti bahwa Jepang tidak bisa memaksa begitu saja
budayanya kepada tanah jajahan.
Dalam usaha mengendalikan kebudayaan, Jepang membentuk organisasi
yang bernama Keimin Bunkei Shidoso (pusat kebudayaan). Keimin Bunkei Shidoso
dijadikan sebagai wadah perkembangan kesenian Indonesia. Lembaga ini juga
dimanfaatkan Jepang untuk mengawasi dan mengarahkan seniman-seniman
Indonesia agar karyanya tidak menyimpang dari kepentingan Jepang. Jika ada
seniman yang berani mengkritik Jepang, maka seniman itu ditangkap dan
dipenjarakan. Contohnya, Chairil Anwar dijebloskan ke penjara karena karya
sastranya yang berjudul Siap Sedia.

H. Strategi Politik Jepang Membentuk Organisasi Kemasyarakatan


1. Organisasi sosial kemasyarakatan
a. Gerakan 3A
Untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia dalam perang Asia Timur
Raya atau Perang Pasifik, Jepang membentuk sebuah perkumpulan yang
dinamakan Gerakan 3A (Nipon cahaya Asia, Nipon pelindung Asia, Nipon
pemimpin Asia). Perkumpulan ini dibentuk pada 29 Maret 1942. Jepang
berusaha agar gerakan ini menjadi alat propaganda yang efektif untuk
memenangkan perang dengan Sekutu. Oleh karena itu, di berbagai daerah
dibentuk berbagai komite-komite.
Ternyata, sekalipun dengan berbagai upaya, gerakan ini kurang mendapat
simpati rakyat karena ternyata Jepang sudah mulai menampakkan sifat-sifat
penjajahannya. Pada Desember 1942, Gerakan 3A dinyatakan gagal dan
dibubarkan.
b. Pusat Tenaga Rakyat (Putera)
Karena Gerakan 3A gagal, kemudian Jepang mengajak para tokoh pergerakan
untuk bekerja sama. Jepang kemudian mendirikan organisasi pemuda yang
dipimpin oleh Sukardjo Wiryopranoto. Karena lambat laun organisasi ini tidak
mendapat sambutan rakyat, akhirnya Jepang membubarkannya.
Dukungan rakyat terhadap Jepang memang tidak seperti awal kedatangannya,
karena Jepang sudah banyak berubah. Misalnya, melarang pengibaran bendera
Merah Putih yang berdampingan dengan bendera Hinomaru serta mengganti
lagu “Indonsia Raya” dengan lagu “Kimigayo”.
Jepang ketika perang dengan sekutu mulai menampakkan kekalahan di mana-
mana sehingga rakyat Indonesia mulai tidak percaya dengan Jepang. Untuk
memulihkan keadaan itu, Jepang harus bekerja sama dengan tokoh-tokoh
nasionalis terkemuka, misalnya Sukarno dan Moh. Hatta. Karena Sukarno
masih ditahan oleh pemerintah kolonial Belanda di Padang, maka Jepang
membebaskannya.
Jepang kemudian membentuk organisasi massa yang dapat diharapkan
bekerja sama untuk menggerakkan rakyat. Pada Desember 1942, Sukarno,
Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara dipercaya untuk membentuk
gerakan baru. Gerakan itu bernama Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang
kemudian berdiri pada 16 April 1943. Tokoh-tokoh nasionalis ini terkenal
dengan sebutan empat serangkai.
Putera diketuai oleh Sukarno. Tujuan Putera adalah untuk membangun dan
menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah dihancurkan kolonial Belanda.
Jepang menginginkan Putera bekerja untuk menggali potensi masyarakat guna
membantu Jepang dalam perang. Di samping bertugas sebagai propaganda
perang, Putera juga bertugas memperbaiki bidang sosial dan ekonomi.
Putera kemudian membentuk organisasi sampai ke tingkat daerah-daerah dan
pimpinan pusat tetap dipegang oleh empat serangkai sehingga dalam waktu
singkat Putera berkembang sangat pesat. Melalui rapat-rapat, para tokoh
nasionalis memanfaatkan Putera untuk menyiapkan Indonesia merdeka.
Rupanya, Jepang mulai sadar bahwa Putera dimanfaatkan oleh para nasonalis
bukan untuk kepentingan Jepang sehingga pada tahun 1944 Putera dibubarkan
Jepang.
c. Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia)
Berbeda dengan pemerintah kolonial Belanda yang anti organisasi Islam,
Jepang lebih bersahabat terhadap umat Islam. Jepang mendekati umat Islam
karena Jepang menginginkan agar umat Islam di Indonesia membantu Jepang
melawan Sekutu. Oleh karena itu, organisasi Islam yang bernama MIAI yang
cukup berpengaruh pada masa pemerintahan Belanda dan dibubarkan Belanda
mulai dihidupkan kembali oleh Jepang. Tanggal 4 September 1942, MIAI
diizinkan aktif kembali. Dengan demikian, MIAI dapat dimobilisasi untuk
keperluan Jepang.
MIAI berkembang sangat pesat karena merupakan tempat bersilaturahmi antar
sesama para tokoh Islam untuk menuju Indonesia merdeka. Arah
perkembangan MIAI mulai dipahami oleh Jepang. MIAI dianggap tidak
memberi kontribusi terhadap Jepang dan itu berarti tidak sesuai dengan harapan
Jepang. Maka, pada November 1943, MIAI dibubarkan
Jepang. Sebagai penggantinya, Jepang membentuk organisasi Islam baru yang
bernama Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Tugas dari Masyumi
adalah dapat mengumpulkan dana dan dapat menggerakkan umat Islam untuk
menopang kegiatan Perang Asia Timur Raya.
Masyumi diketuai oleh Hasyim Asy’ari dan wakil ketuanya dijabat oleh Mas
Mansur dan Wahid Hasyim, sedangkan penasihatnya adalah Ki Bagus
Hadikusumo. Masyumi sebagai Gambar 4.d. K.H. Hasyim Asy’ari. Seorang
ulama yang diberi kepercayaan Jepang memimpin Masyumi. 140 organisasi
induk umat Islam, anggotanya sebagian besar dari para ulama. Dengan kata
lain, ulama dilibatkan dalam kegiatan pergerakan politik.
Organisasi Islam ini berkembang sangat pesat dan di setiap karesidenan ada
cabangnya. Masyumi dalam perkembangannya menjadi tempat penampungan
berkeluh kesah rakyat. Masyumi berkembang menjadi organisasi yang pro
dengan rakyat sehingga tidak heran bila Masyumi menentang keras kebijakan
romusha. Bahkan, Masyumi menolak permintaan Jepang agar organisasi
bentukan Jepang ini menggerakan romusha. Dengan demikian, Masyumi telah
membentuk dirinya menjadi organisasi pejuang yang membela rakyat.
d. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)
Pada tahun 1944, dalam Perang Asia Timur Raya, Jepang terus mengalami
kekalahan di mana-mana sehingga kondisi ini sangat mengkhawatirkan
keberadaan Jepang di Indonesia. Untuk itu, panglima ke-16, Jenderal Kumakici
Harada membentuk oganisasi baru yang bernama Jawa Hokokai (Himpunan
Kebaktian Rakyat Jawa). Organisasi ini dibentuk karena Jepang membutuhkan
bantuan segenap rakyat secara lahir batin, yakni rakyat memberikan darmanya
kepada pemerintah Jepang demi kemenangan perang.
Agar pengalaman yang sudah terjadi tidak terulang, yakni pimpinan
organisasi membelokkan organisasi sehingga tidak sesuai harapan Jepang,
maka Jawa Hokokai dipimpin langsung oleh orang Jepang, yakni gunseikan.
Sedangkan penasehatnya boleh orang Indonesia, yakni Sukarno dan Hasyim
Asy’ari.
Organisasi ini sampai ke tingkat RT (rukun tetangga). Di tingkat daerah
(syu/shu) dipimpin oleh syucokan dan seterusnya sampai ke tingkat daerah ku
oleh kuco, bahkan sampai ke gumi di bawah pimpinan gumico. Dengan
demikian, Jawa Hokokai memiliki alat sampai ke desa-desa, dukuh, bahkan
sampai RT (gumi atau tonari gumi). Tonari gumi dibentuk untuk memobilisasi
seluruh penduduk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 10 sampai 20
keluarga. Para kepala desa atau kepala dukuh atau ketua RT bertanggung jawab
atas kelompoknya masing-masing. Program kegiatan Jawa Hokokai adalah
sebagai berikut. 1) Melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi
pemerintah Jepang. 2) Memimpin rakyat berdasarkan semangat kekeluargaan.
3) Memperkukuh pembelaan tanah air.
Jawa Hokokai adalah organisasi pusat yang anggotaanggotanya atas
bermacam- macam hokokai (himpunan kebaktian) sesuai dengan bidang
profesinya. Misalnya, Kyoiku Hokokai (kebaktian para guru), Isi Hokokai
(kebaktian para dokter), dan sebagainya. Dalam perkembangannnya, Jawa
Hokokai memobilisasi potensi rakyat untuk kemenangan perang Jepang,
misalnya dalam bidang ekonomi dengan cara penarikan hasil bumi untuk
keperluan perang.
2. Organisasi Semimiliter dan Militer
Dalam memerintah Indonesia, Jepang menerapkan pemerintahan
militer. Untuk itu, Jepang mengambil kebijakan membuat organisasi yang
bersifat semimiliter dan
militer. Para pemuda dilatih Jepang untuk disiplin dan memiliki semangat
juang yang tinggi (seishin) dan berjiwa kesatria (bushido). Untuk lebih
jelasnya, berikut ulasannya.
a. Organisasi Semimiliter
1) Seinendan
Seinendan (korps pemuda) adalah sebuah organisasi yang mewadahi
para pemuda yang berusia 14 sampai 22 tahun. Organisasi ini dibentuk
dengan tujuan menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan
kekuatan sendiri. Kepentingannya bagi Jepang ialah menjadi tenaga
cadangan dalam menghadapi perang Asia Timur Raya. Seinendan
difungsikan sebagai barisan cadangan yang mengamankan garis
belakang. Pengorganisasian Seinendan diserahkan kepada penguasa
setempat, misalnya di tingkat syu/shu (keresidenan) ketuanya syucokan
sendiri. Begitu juga di tingkat daerah ken (kabupaten), ketuanya kenco
sendiri, dan seterusnya sampai ke tingkat gun (kawedanan), son
(kecamatan), aza (dusun), dan gumi (RT). Tokoh-tokoh yang pernah
mencicipi pendidikan Seinendan adalah Sukarni dan Latief
Hendraningrat.
2) Keibodan
Keibodan (korps kewaspadaan) anggotanya berusia 25 sampai 35
tahun. Tujuannya untuk membantu tugas polisi Jepang dalam menjaga
keamanan dan ketertiban. Untuk itu, mereka dilatih kemiliteran.
Pembina Keibodan adalah Departemen Kepolisian (Keimubu) dan di
daerah syu (keresidenan) dibina oleh bagian kepolisian (Keisatsubu). Di
kalangan orang Cina juga dibentuk Keibodan yang diamakan Kakyo
Keibotai. Organisasi keibodan juga dibentuk di daerahdaerah seluruh
Indonesia meskipun namanya berbedabeda. Misalnya Keibodan di
Sumatra disebut Bogodan atau di Kalimantan disebut Borneo Konan
Kokokudan. Ketika situasi perang semakin memanas, Jepang melatih
Fujinkai (perkumpulan wanita) dengan diberi latihan militer sederhana.
Bahkan, pada tahun 1944 dibentuk Pasukan Srikandi. Organisasi sejenis
juga dibentuk untuk usia murid SD yang disebut Seinentai (barisan
murid sekolah dasar). Kemudian, untuk murid SMP dibentuk Gakukotai
(barisan murid sekolah lanjutan).

3) Barisan Pelopor
Jepang membentuk Chuo Sangi in (semacam DPR). Salah satu
keputusan lembaga itu adalah merumuskan cara untuk menumbuhkan
keadaran di kalangan rakyat untuk 143 membela tanah air dari
serangan musuh. Sebagai bentuk nyata dari keputusan itu, Jepang pada
1 November 1944 membetuk organisasi baru yang bernama Barisan
Pelopor. Melalui organisasi ini diharapkan adanya kesadaran rakyat
untuk berkembang sehingga jika tanah airnya diserang musuh, maka
rakyat siap membantu Jepang mempertahankan tanah airnya.
Organisasi ini dipimpin oleh Sukarno yang dibantu oleh R.P.
Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo. Barisan
pelopor berkembang pesat hanya di perkotaan. Organisasi ini
mengadakan pelatihan militer bagi angotanya meskipun hanya
menggunakan senapan dari kayu dan bambu runcing. Anggotanya
sangat heterogen karena ada yang terpelajar, berpendidikan rendah,
bahkan tidak pernah mengenyam pendidikan sekalipun.
Tokoh yang pernah menjadi anggotanya adalah Supeno, D.N. Aidit,
Johar Nur, dan Asmara Hadi. Dengan adanya organisasi ini,
nasionalisme dan rasa persaudaran di lingkungan rakyat Indonesia
semakin berkobar. Organisasi ini di bawah naungan Jawa Hokokai.
4) Hizbullah
Pada 7 September 1944, Perdana Menteri Jepang Kaiso
mengeluarkan pernyataan tentang pemberian kemerdekaan untuk
Indonesia karena kekalahan Jepang ada di mana-mana sehingga Jepang
mengalami berbagai kesulitan. Cara yang ditempuhnya menambah
kekuatan yang sudah ada, yakni membentuk pasukan cadangan khusus
dari pemuda-pemuda Islam sebanyak 40.000 orang.
Bagi Jepang, dibentuknya pasukan khusus Islam ini digunakan
untuk membantu dalam pemenangan perang Jepang. Tokoh-tokoh
Masyumi menyambut antusias pembentukan pasukan khusus Islam ini
dan tentu saja sambutan itu disambut gembira pemerintah Jepang.
Tujuan Masyumi membentuk organisasi ini adalah untuk persiapan
menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia. Maka, pada 15 Desember
1944, Jepang membentuk organisasi 144 baru berupa pasukan
sukarelawan Islam yang dinamakan Hizbullah (tentara Allah) yang
dalam istilah Jepangnya disebut Kaykio Seinin Teishinti. Tugas pokok
Hizbullah adalah sebagai berikut.
1. Sebagai tentara cadangan. • Melatih diri baik jasmani maupun rohani
dengan giat. • Membantu tentara Dai Nippon. • Menjaga bahaya
udara dan mengintai mata-mata musuh. • Menggiatkan usaha-usaha
untuk kepentingan tugas perang.
2. Sebagai pemuda Islam dengan tugas berikut. • Menyiarkan agama
Islam. • Memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama Islam. •
Membela agama dan umat Islam Indonesia.
Agar organisasi berjalan lancar, maka dibentuk pengurus pusat
Hizbullah dengan ketuanya K.H. Zainul Arifin, wakil ketuanya Moh.
Roem, dan anggota pengurusnya antara lain Prawoto Mangunsasmito,
Kia Zarkasi, dan Anwar Cokroaminito.
Para pelatihnya berasal dari komandan-komandan Peta dan di
bawah pengawasan perwira Jepang. Kapten Yanagawa Moichiro, yakni
seorang perwira Jepang, akhirnya memeluk Islam dan menikahi gadis
dari Tasik. Dalam pelatihan, selain keterampilan militer juga
kerohanian.
Keterampilan fisik militer dilatih oleh para komandan Peta,
sedangkan bidang mental kerohanian dilatih oleh K.H. Mustafa Kamil
(bidang kekebalan), K.H. Mawardi (bidang Tauhid), K.H. Abdul Halim
(bidang politik), dan K.H. Tohir (bidang sejarah). Pelatihan Hizbullah di
Cibarusa itu ternyata membentuk kader pejuang yang militan serta
menumbuhkan semangat nasionalisme para kader Hizbullah.
Setelah pelatihan di Cibarusa itu mereka kembali ke daerah
masing-masing dan membentuk Hizbullah di daerah sehingga Hizbullah
berkembang dengan pesat. Para Hizbullah menyadari bahwa Tanah
Jawa adalah pusat pemerintahan. Jika musuh sewaktu-waktu
menyerang, maka Hizbullah akan mempertahankan dengan penuh
semangat. Semangat itu tentunya bukan karena membantu Jepang,
tetapi
demi tanah air Indonesia. Jika barisan pelopor di bawah naungan Jawa
Hokokai, maka Hizbullah di bawah naungan Masyumi.
b. Organisasi Militer
1) Heiho
Heiho (pasukan pembantu) adalah prajurit Indonesia yang langsung
ditempatkan di organisasi militer, baik angkatan darat maupun laut. Tujuan
dari dibentuknya Heiho adalah membantu tentara Jepang. Anggotanya 42.000
orang, tetapi mereka tidak sampai berpangkat perwira karena perwira hanya
untuk orang Jepang.
Syarat untuk menjadi tentara Heiho antara lain 1) usia 18 sampai 25
tahun, 2) berbadan sehat, 3) berkelakuan baik, dan 4) berpendidikan minimal
sekolah dasar. Adapun kegiatan pelatihan tentara Heiho adalah membangun
kubu-kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan, dan membantu perang tentara
Jepang di medan perang. Contohnya, banyak anggota Heiho yang diterjukan
di peperangan melawan tentara Sekutu di Kalimantan, Papua, bahkan ada
yang sampai ke Burma.
Dalam organisasinya, tentara Heiho sudah dibagi-bagi menjadi
kesatuan menurut daerahnya. Di Jawa menjadi bagian tentara Jepang ke-16
dan di Sumatra menjadi bagian dari tentara Jepang ke-25. Selain itu, tentara
Heiho juga sudah dibagi menjadi beberapa angkatan, misalnya angkat darat,
laut, dan kepolisian (kempeitei). Keterampilan khusus juga diberikan,
misalnya bagian senjata antipesawat terbang, tank, artileri, dan pengemudi
mesin perang.
2) Peta
Heiho sebagai bagian dari pasukan Jepang untuk menghadapi serangan
Sekutu dipandang belum memadai. Oleh sebab itu, dibentuklah organisasi
militer lain yang bernama Peta (Pembela Tanah Air). Para anggota Peta
mendapat pelatihan militer karena organisasi ini organisasi militer.
Semula, yang ditugasi melatih anggota Peta adalah seksi khusus dari
bagian inteligen yang disebut Tokubetsu Han. Bahkan, sebelum ada perintah
melatih Peta, Tokubetsu Han sudah melatih pemuda Indonesia untuk menjadi
inteligen yang dipimpin oleh Yanagawa.
Pelatihan pertama berlokasi di Tangerang dengan anggota 40 orang
dari seluruh Jawa. Baru pada pelatihan tahap kedua, Jenderal Kumaikici
Harada panglima tentara Jepang memerintahkan untuk membentuk Peta dan
melatih Peta. Pada 3 Oktober 1943, secara resmi Peta didirikan dan anggota
Peta berasal dari berbagai golongan, termasuk dari Seinendan.
Dalam Peta sudah dikenalkan pangkat, misalnya daidanco (komandan
batalion), cudanco (komandan kompi), shodanco (komandan peleton),
bundanco (komandan regu), dan giyuhei (prajurit sukarela). Untuk mencapai
tingkat perwira Peta, para anggota harus melalui pendidikan khusus. Pertama
kali pendidikan dilaksanakan di Bogor dan setelah mereka lulus pelatihan
ditempatkan di berbagai daidanco (komandan batalion) yang tersebar di Jawa,
Madura, dan Bali.
Dalam organisasi, Peta tidak seperti Heiho yang ditempatkan pada
struktur organisasi tentara Jepang. Peta dibentuk sebagai pasukan gerilya yang
melawan apabila terjadi serangan dari pihak musuh. Tegasnya, Peta dibentuk
untuk mempertahankan tanah air Indonesia dari serangan Sekutu.
Dalam kedudukan struktur organisasi, Peta memiliki kedudukan yang
lebih bebas/fleksibel dan dalam hal kepangkatan ada orang Indonesia yang
sampai mencapai perwira. Untuk itulah banyak orang yang tertarik untuk
menjadi anggota Peta. Sampai pada akhir pemerintahan Jepang, anggota Peta
sudah mencapai 37.000 orang di Jawa dan Sumatra mencapai 20.000 orang.
Di Sumatra, nama yang terkenal bukan Peta, tetapi Giyugun (prajurit-
prajurit sukarela). Orang-orang Peta inilah yang kemudian hari sangat
berperan dalam ketentaraan setelah Indonesia merdeka. Tokoh terkenal Peta
adalah Supriyadi dan Sudirman.

I. Perlawanan Terhadap Jepang Secara Kooperatif (kerjasama)


Perjuangan secara kooperatif dilakukan oleh tokoh-tokoh nasionalis yang
duduk di organisasi-organisasi bentukan Jepang. Melalui organisasi ini, mereka
dengan rapi melakukan koordinasi-koordinasi agar rakyat bersatu untuk Indonesia
merdeka. Dengan organisasi bentukan Jepang seperti Putera (Pusat Tenaga
Rakyat), Sukarno, Hatta, Mas Mansur, dan Ki hadjar Dewantara membentuk
empat serangkai untuk membangkitkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia
yang sempat luntur akibat tekanan dari kolonial Belanda.
Sukarno dengan tidak ragu-ragu juga bekerja sama dengan Jepang agar
perjuangan untuk Indonesia merdeka segera terwujud. Sikap Sukarno ini
dimanfaatkan oleh pemerintah Jepang sebagai alat untuk memobilisasi rakyat
karena Sukarno dianggap Jepang sebagai tokoh yang paling berpengaruh terhadap
rakyat. Akhirnya, antara Sukarno dengan Jepang saling memanfaatkan.
Sikap Sukarno itu pernah dikecam keras oleh tokoh nasionalis lainnya,
misalnya ketika Sukarno mendukung penerapan romusha dan bahkan ikut terlibat
memobilisasi rakyat agar ikut romusha yang mengakibatkan mereka mati
kelaparan, menderita penyakit dan meninggal, serta ditembak Jepang karena lari
dari romusha. Karena kecaman keras dari beberapa pihak, Sukarno pernah berujar,
“Aku telah mengorbankan hidupku untuk tanah ini … tidak jadi soal kalau ada
yang menyebutku kolaborator Jepang … halamanhalaman dari revolusi Indonesia
akan ditulis dengan darah Sukarno …. Sejarahlah yang akan membersihkan
namaku ….”
Untuk kepentingan Indonesia merdeka, Sukarno juga terlibat dalam persiapan
kemerdekaan seperti BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Coosakai dan PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Inkai

J. Perlawanan Terhadap Jepang Melalui bawah tanah


Gerakan bawah tanah di Indonesia tidak seperti gerakan bawah tanah di Eropa
yang mengangkat senjata secara sembunyi-sembunyi. Gerakan bawah tanah di
Indonesia artinya perjuangan yang dilakukan secara tertutup dan rahasia. Mereka,
di balik kepatuhan terhadap Jepang, tersembunyi kegiatan-kegiatan yang
menggerakkan rakyat untuk Indonesia merdeka. Walaupun akhirnya gerakan
mereka diketahui Jepang dan organisasi yang mereka jalankan dibubarkan, tetapi
peranan mereka sangat penting bagi Indonesia merdeka. Untuk lebih jelasnya,
berikut ulasan tokoh-tokoh yang melakukan perjuangan bawah tanah.
a. Kelompok Sukarni
Sukarni adalah tokoh pergerakan pada zaman kolonial Belanda. Pada zaman
pendudukan Jepang, Sukarni bersama Muhammad Yamin bekerja di
Sendenbu (Barisan Propaganda
Jepang). Sukarni juga menghimpun tokoh-tokoh pergerakan seperti Adam
Malik, Kusnaini, dan Pandu Wiguna untuk terus mengobarkan perjuangan dan
menggelorakan paham nasionalisme. Untuk menyamarkan gerakannya, Sukarni
mendirikan asrama politik yang diberi nama “Angkatan Baru Indonesia”
sehingga dapat mengumpulkan tokoh-tokoh penting seperti Sukarno, Hatta,
Ahmad Subarjo, dan Sunarya. Keempat tokoh itu bertugas mendidik para
pemuda tentang politik dan pengetahuan umum.
b. Kelompok Ahmad Subarjo
Pada masa pendudukan Jepang, Ahmad Subarjo bertugas sebagai Kepala Biro
Riset Kaigun Bukanfu (Kantor Penghubung Angkatan Laut) di Jakarta. Di
samping bekerja di lembaga itu, Ahmad Subarjo menghimpun tokoh-tokoh
pergerakan yang bekerja di angkatan laut Jepang dengan mendirikan asrama
pemuda yang bernama “Asrama Indonesia Merdeka”. Di asrama itu, Ahmad
Subarjo menanamkan jiwa nasionalisme di kalangan pemuda Indonesia.
c. Kelompok Sutan Syahrir
Sutan Syahrir sangat yakin bahwa Jepang tidak akan menang perang melawan
Sekutu. Untuk itu, menurut Syahrir, Indonesia harus segera merebut
kemerdekaan pada saat yang paling tepat. Syahrir membuat jaringan-jaringan
para pemuda yang mempunyai semangat nasionalisme tinggi, yakni para
mahasiswa progresif. Ketika mendengar lewat radio bahwa Jepang menyerah
tanpa syarat kepada Sekutu. Syahrir beserta pemuda lainnya mendesak kepada
Sukarno dan Hatta untuk memproklamasikan pada 15 Agustus 1945. Karena
Sukarno belum mendengar secara langsung penyerahan Jepang, maka Sukarno
belum merespons secara positif. Lagi pula, Sukarno yang saat itu sebagai ketua
PPKI dalam membuat keputusan harus sesuai prosedur, yakni adanya
kesepakatan dari para anggota untuk Indonesia merdeka.

K. Perlawanan Terhadap Jepang Melalui Bersenjata


Selain perlawanan dengan cara kooperatif dan gerakan bawah tanah, para
tokoh pergerakan juga melakukan perlawanan dengan cara mengangkat senjata.
Berikut tokoh-tokoh yang melakukan perlawanan secara fisik.
a. Perlawanan Rakyat Desa Sukamanah di Tasikmalaya
Perlawanan ini diawali dengan penolakan para santri di Pondok Pesantren
Sukamanah Singaparma yang dipimpin oleh K.H. Zaenal Mustafa. Mereka
menolak seikerei (sikap menghormati Tenno Haika dengan membungkukkan
badan 90 derajat ke arah matahari terbit). Kewajiban seikerei ini menyinggung
umat Islam karena termasuk perbuatan syrik yakni menyekutukan Tuhan.
Selain alasan seikerei, K.H. Zaenal Mustafa juga sudah tidak tahan melihat
penderitaan rakyat akibat penerapan romusha. Tanggal 25 Februari 1944, Kiai
Zaenal memimpin perlawanan tetapi dapat dipadamkan pemerintah Jepang
karena persenjataan yang tidak memadai. Banyak pengikut Kiai Zaenal yang
terbunuh dan Kiai Zaenal sendiri tertangkap pada 25 Oktober 1944 hingga
akhirnya dihukum mati Jepang.
b. Perlawanan Rakyat Indramayu
Peristiwa Indramayu terjadi pada April 1944. Pencetusnya adalah karena
Jepang mewajibkan kepada rakyat untuk menyetorkan sebagian hasil panen
padi dan pelaksanaan romusha yang telah mengakibatkan penderitaan rakyat.
April 1944, mereka melakukan perlawanan di daerah Karangapel. Karena
sifatnya spontan, maka perlawanan ini dapat dipadamkan pemerintah Jepang.
c. Perlawanan Rakyat Aceh
Perlawanan Aceh terjadi pada 10 November 1942 yang dipimpin oleh Tengku
Abdul Jalil. Pemicunya karena tindakan sewenang-wenang Jepang terhadap
rakyat Aceh. Usaha perundingan tidak berhasil sehingga Jepang menyerang di
Cot Plieng. Tengku Abdul Jalil ditembak bersama pengikutnya ketika
melarikan diri dari kepungan Jepang. Informasi yang didapat dalam
pertempuran itu, 90 serdadu Jepang tewas dan 3.000 rakyat Cot Plieng gugur
di medan laga.
d. Perlawanan Peta di Blitar
Perlawanan dilakukan oleh Peta (Pembela Tanah Air), sebuah organisasi militer
bentukan Jepang. Pemicunya adalah persoalan pengumpulan hasil panen padi
yang diwajibkan Jepang kepada rakyat, romusha yang menyebabkan
penderitaan rakyat, dan pelatihan Heiho yang keras di luar batas kemanusiaan.
Alasan lain yang terungkap bahwa dalam Peta, pelatih militer Jepang bersikap
angkuh dan selalu memandang rendah prajurit-prajurit Indonesia. Perlawanan
dipimpin oleh anggota Peta komandan pleton (shodanco) yang bernama
Supriyadi pada 14 November 1944 di Blitar.
Perlawanan ini termasuk perlawanan yang terbesar dalam masa pendudukan
Jepang di Indonesia. Meskipun perlawanan dapat dipatahkan dan pengikut
Supriyadi dapat ditangkap, dilucuti, dan dihukum mati, tetapi perlawanan ini dapat
membangkitkan semangat nasionalisme bangsa Indonesia untuk lepas dari
penjajahan.
Setelah perlawanan itu selesai, orang tidak tahu lagi di mana Shodancho
Supriyadi berada. Jika Supriyadi ikut diadili oleh Mahkamah Militer Jepang dan
mati dieksekusi, tidak ada saksi maupun catatannya. Kalau Supriyadi mati karena
alasan lain, tidak jelas di mana makamnya.
Sebaliknya, jika Supriyadi berhasil melarikan diri dan selamat, juga tidak
seorang pun mengetahui di mana Supriyadi berada sehingga sampai sekarang
keberadaan Supriyadi masih misterius.

L. Kebijakan Jepang yang Melunak Karena Kalah Perang


1944, posisi Jepang dalam Perang Pasifik semakin terdesak. Sekutu di bawah
pimpinan Jenderal Douglas Mac Arthur dengan strategi militernya berhasil merebut
pulau demi pulau yang dikuasai Jepang sehingga Sekutu berhasil mendekati negara
tersebut. Melihat situasi yang Salam Historia Pemberontakan Peta di Blitar ternyata
jauh sebelum kejadian Sukarno sudah mengetahui rencana itu. Supriyadi dan
kawan-kawan datang menemui Sukarno ketika Sukarno berkunjung ke Blitar.
Supriyadi meminta restu kepada Sukarno akan melakukan pemberontakan. Ujar
Sukarno, “Pertimbangkanlah masak-masak untung ruginya melakukan
pemberontakan. Saudara masih terlalu lemah dalam kekuatan militer untuk
melakukan gerakan semacam itu pada waktu sekarang.” Sukarno melanjutkan kata,
“Kalaulah Saudara sekalian gagal dalam usaha ini, hendaknya sudah siap memikul
akibatnya, Jepang akan menembak mati Saudara-saudara semua.” Begitulah,
walaupun Sukarno sudah memperingatkan, Supriyadi dan kawan-kawan tetap
melakukan pemberontakan. Akhirnya, ramalan Sukarno tepat, mereka tidak mampu
melawan militer Jepang. serbasulit, Jepang kembali berjanji memberikan
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia.
Tanggal 7 September 1944, dalam sidang istimewa parlemen Jepang, Perdana
Menteri Kuniaki Koiso mengumumkan sikap pemerintah Jepang bahwa daerah
Hindia Timur (Indonesia) akan diperkenankan merdeka. Untuk membuktikan
kesungguhannya, pada 1 Maret
1945, Letnan Jenderal Kumakici Harada sebagai panglima tentara Jepang di Jawa
mengumumkan dibentuknya BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Coosakai.
Badan ini bertugas menyelidiki berbagai hal terkait aspek politik, ekonomi,
pemerintahan, dan lain sebagainya yang diperlukan bagi pembentukan sebuah
negara merdeka. Badan ini diketuai oleh dr. Radjiman Wedyodiningrat dan
wakilnya R.P. Soeroso. Anggota BPUPKI berjumlah 60 orang, di antaranya masuk
juga wakil dari Tionghoa, Arab, bahkan peranakan Belanda dan tujuh orang sebagai
anggota istimewa dari Jepang.
Tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945, BPUPKI bersidang untuk pertama
kalinya. Dalam sidang tersebut, pada hari terakhir, yakni 1 Juni 1945, Sukarno
mengusulkan rumusan dasar negara yaitu: 1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan.
3. Mufakat atau demokrasi.
4. Kesejahteraan sosial.
5. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Menurut ahli bahasa, rumusan ini kemudian diberi nama Pancasila. Meskipun
demikian, sampai sidang terakhir belum diperoleh kata sepakat untuk menjadikan
Pancasila sebagai dasar negara. Oleh karena itu, BPUPKI kemudian membentuk
panitia kecil yang terdiri dari sembilan orang sehingga disebut Panitia Sembilan.
Tugasnya adalah merumuskan dasar negara serta tujuan atau asas yang digunakan
oleh negara Indonesia yang akan lahir.
Pada 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil menyusun dokumen penting
yang sampai sekarang digunakan, yakni preambule yang berisi asas Gambar 4.f.
Pancasila. Dasar negara yang merupakan hasil dari nilainilai yang digali Sukarno
dari tradisi, adat istiadat, dan budaya Indonesia. 154 dan tujuan negara Indonesia
merdeka. Rumusan itu dikenal sebagai Piagam Jakarta karena penandatanganannya
bertepatan dengan ulang tahun Jakarta.
Isi dari Piagam Jakarta itu adalah: 1) Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syareat Islam bagi para pemeluk-pemeluknya, 2) Kemanusiaan yang
adil dan beradab. 3). Persatuan Indonesia. 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, 5) Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Selanjutnya, pada 14 Juli 1945, selaku panitia hukum dasar, Sukarno
mengajukan rancangan dari isi hukum dasar tersebut yang terdiri dari tiga bagian
yang meliputi: 1. Pernyataan Indonesia merdeka. 2. Pembukaaan Undang-undang
Dasar. 3. Batang tubuh Undang-undang Dasar. Rancangan pernyataan Indonesia
merdeka diambil dari tiga kalimat awal alinea pertama dan rancangan pembukaan
UUD, sedangkan rancangan pembukaan UUD diambil dari Piagam Jakarta. Setelah
BPUPKI menyelesaikan tugasnya, badan ini dibubarkan pada 7 Agustus 1945 dan
digantikan oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu
Junbi Inkai. Anggotanya dipilih langsung oleh Marsekal Terauchi, penguasa
tertinggi Jepang untuk wilayah Asia Tenggara yang bermarkas di Vietnam.
Badan ini berangotakan 21 orang yang terdiri dari 12 orang wakil dari Jawa,
3 orang dari Sumatra, 2 orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari
Sunda Kecil, 1 orang dari Maluku, dan 1 orang dari perwakilan Tionghoa. Anggota
tanpa sepengetahuan Jepang ditambah 6 orang di antaranya Sukarno (ketua), Moh.
Hatta (wakil ketua), Soepomo (anggota), dan Radjiman Wedyodiningrat (anggota).
Badan ini kemudian ditetapkan pada 9 Agustus 1945. Marsekal Terauchi
kemudian mengundang tiga tokoh yang tergabung dalam PPKI, yakni Sukarno,
Hatta, dan Radjiman
Wedyodiningrat untuk datang ke markas pusat Jepang di Asia Tenggara, yaitu di
Dalat, Vietnam Selatan. Dalam pertemuan itu, penguasa tertinggi Jepang untuk Asia
Tenggara mengatakan akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia
pada 24 Agustus 1945 dengan wilayah meliputi seluruh wilayah bekas Hindia
Belanda

2. Alat dan bahan


- Komputer/laptop
- Internet
- Power Point

J. Kegiatan pembelajaran Utama:

Pengaturan Peserta Didik Metode


Berkelompok - Diskusi kelompok
- Presentasi
- Ceramah
- Debat
- Bermain peran

K. Asesmen:

Individu Berkelompok
- Test tertulis PG atau Essay - Diskusi kelompok
- Sikap peserta didik selama - Presentasi
mengikuti kegiatan pembelajaran - Produk hasil diskusi kelompok dalam
bentuk tulisan/tulisan/ media lain)

L. Persiapan Pembelajaran:

No Langkah Persiapan Pembelajaran Waktu


1 Membuat maind maping materi pendudukan Jepang di 15 menit
Indonesia
2 Mencari informasi materi dan membuat pemaparan power 90 menit
point
3 Membuat tekhnis diskusi kelompok 15 menit
4 Membuat assesmen 30 menit
M. Urutan kegiatan pembelajaran dalam 1 sesi

pembelajaran: Pertemuan ke-1

No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu


Pendahuluan - Presensi kehadiran peserta didik 10 menit
- Berdoa bersama-sama dipimpin
salah satu peserta didik
- Kesepakatan aturan dalam
kegiatan pembelajaran pada hari
ini
- Apersepsi tentang pembelajaran
hari ini

Kegiatan Inti - Peserta didik diberi pertanyaan 70 menit


pemantik: Mengapa Jepang ingin
menguasai Asia Pasifik sehingga
terlibat langsung dengan Perang
Dunia II?
- Menyajikan informasi awal materi
tentang keterkaitan Restorasi Meiji,
kemajuan industri, perluasan pasar,
dengan keterlibatan Jepang dalam
Perang Dunia II dengan media
power point.
- Guru menggunakan metode
diskuasi kelompok untuk
membahas keberhasilan restorasi
Meiji dengan perluasan pasar
sehingga terlibat dalam Perang
Dunia II.
- Presentasi di depan kelas setelah
selesai diskusi kelompok

Penutup - Kesimpulan tentang materi hari itu 10 menit


- Evaluasi kegiatan pembelajaran
hari ini
- Refleksi tentang kelebihan dan
kelemahan pembelajaran hari ini

Pertemuan ke-2
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu
Pendahuluan - Presensi kehadiran peserta didik 10 menit
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu
- Berdoa bersama-sama dipimpin
salah satu peserta didik
- Kesepakatan aturan dalam
kegiatan pembelajaran pada hari
ini
- Apersepsi tentang pembelajaran
hari ini

Kegiatan Inti - Peserta didik diberi pertanyaan 70 menit


pemantik: Mengapa Jepang begitu
mudah memenangkan perang
terhadap Belanda sehingga
Indonesia dapat dikuasainya?
- Menyajikan informasi awal untuk
membuka wawasan tentang
keterkaitan antara spionase Jepang
dengan keberhasilan Jepang dalam
mengambil alih wilayah Hindia
Belanda dengan media power point
- Guru menggunakan metode diskusi
kelompok untuk membahas peranan
spionase Jepang untuk
memenangkan perang dengan
Belanda merebut Indonesia.
- Peserta didik mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya di depan
kelas

Penutup - Kesimpulan tentang materi hari itu 10 menit


- Evaluasi kegiatan pembelajaran
hari ini
- Refleksi tentang kelebihan dan
kelemahan pembelajaran hari ini

Pertemuan ke-3
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu
Pendahuluan - Presensi tentang kehadiran peserta 10 menit
didik hari ini
- Berdoa secara bersama-sama
sesuai agama dipimpin satu orang
peserta didik
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu
- Kesepakatan aturan dalam
kegiatan pembelajaran pada hari
ini
- Apersepsi tentang materi yang
dipelajari hari ini

Kegiatan Inti - Peserta didik diberi pertanyaan 70 menit


pemantik: Mengapa diawal
pendudukan Jepang mereka
membolehkan menyanyikan lagu
kebangsaan Indonesia Raya
bersanding dengan menyanyikan
lagu kebangsaan Jepang Kimigayo?
- Guru menyajikan informasi tentang
keterkaitan strategi Jepang untuk
mendapatkan simpati rakyat dengan
pemerintahan militer Jepang dengan
media power point
- Guru menggunakan metode debat.
Kelompok satu membahas perlunya
Lagu kebangsaan Indonesia Raya
bersanding dengan lagu Kimigayo.
Sedangkan kelompok lain
membahas tidak perlu
menyanyikan lagu kebangsaan
bersama-sama. Lebih baik yang
dinyanyikan lagu Indonesia Raya
saja
Penutup - Menyimpulkan hasil debat hari ini 10 menit
- Refleksi kekurangan dan kelebihan
pembelajaran hari ini

Pertemuan ke-4
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu
Pendahuluan - Presensi kehadiran peserta didik 10 menit
- Berdoa sesuai agama dan
keyakinan
- Mengingatkan kembali
kesepakatan aturan dalam kegiatan
pembelajaran pada hari ini
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu
Kegiatan Inti - Peserta didik diberi 70 menit
pertanyaan pemantik:
Mengapa Jepang
mengharuskan kerja romusha
terhadap rakyat Indonesia?
- Guru menyajikan informasi awal
sebagai pembuka wawasan tentang
dampak pendudukan Jepang di
Indonesia
- Guru menggunakan metode diskusi
kelompok untuk membahas
dampak pendudukan Jepang di
Indonesia
- Peserta didik mempresentasikan
hasil diskusi kelompok di depan
kelas
Penutup - Penguatan dari guru tentang materi 10 menit
yang baru saja didiskusikan
- Kesimpulan secara bersama-sama
antara guru dan peserta didik
- Evaluasi kegiatan pembelajaran
hari ini
- Refleksi terhadap kelebihan dan
kekurangan pembelajaran hari ini

Pertemuan ke-5

No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu


Pendahuluan - Presensi kehadiran peserta didik 10 menit
- Berdoa berdasarkan agama dan
keyakinan masing-masing
dipimpin salah satu orang peserta
didik
- Mengingatkan kembali
kesepakatan aturan dalam kegiatan
pembelajaran pada hari ini
- Apersepsi untuk menjelaskan
pentingnya pokok bahasan hari ini
bagi kehidupan peserta didik
Kegiatan Inti - Peserta didik diberi pertanyaan 70 menit
pemantik: Mengapa Jepang
membentuk pasukan Peta yang
serdadunya dari warga pribumi?
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu
- Guru menyajikan informasi awal
sebagai pembuka wawasan tentang
keterkaitan strategi politik Jepang
membentuk organisasi
kemasyarakatan dengan persiapan
kelengkapan alat negara setelah
kemerdekaan
- Guru menggunakan metode belajar
bermain peran tentang
perbincangan Sukarno dengan
Supriyadi sebelum pemberontakan
Peta dan jalannya pemberontakan
Peta di Blitar
Penutup - Penguatan dari guru tentang materi 10 menit
yang baru saja dipelajari
- Kesimpulan secara bersama-sama
antara guru dan peserta didik
- Evaluasi kegiatan pembelajaran
hari ini
- Refleksi terhadap kekurangan dan
kelebihan pembelajaran hari ini

Pertemuan ke-6

No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu


Pendahuluan - Presensi kehadiran peserta didik 10 menit
- Berdoa berdasarkan agama dan
keyakinan masing-masing
dipimpin salah satu orang peserta
didik
- Mengingatkan Kembali
kesepakatan aturan dalam kegiatan
pembelajaran pada hari ini
- Apersepsi untuk menjelaskan arti
pentingnya pembelajaran hari ini
bagi nilai-nilai kehidupan
Kegiatan Inti - Peserta didik diberi pertanyaan 70 menit
pemantik: Mengapa Sukarno
terlibat dalam pembentukan
BPUPKI dan PPKI?
- Guru menyajikan informasi awal
sebagai pembuka wawasan tentang
perlawanan terhadap Jepang secara
kooperatif
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu

- Guru menerapkan metode diskusi


kelompok untuk membahas
perlawanan terhadap Jepang secara
kooperatif
- Peserta didik mendesiminasikan
hasil diskusi kelompoknya di depan
kelas

Penutup - Penguatan dari guru tentang materi 10 menit


yang baru saja didiskusikan
- Kesimpulan antara guru dan
peserta didik tentang materi yang
dibahas
- Evaluasi kegiatan pembelajaran
hari ini
- Refleksi dari proses pembelajaran
hari ini

Pertemuan ke-7

No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu


Pendahuluan - Presensi kehadiran peserta didik 10 menit
- Berdoa berdasarkan agama dan
keyakinan masing-masing
dipimpin salah satu orang peserta
didik
- Guru memberikan informasi
tentang kesepakatan aturan dalam
kegiatan pembelajaran pada hari
ini
- Apersepsi untuk menjelaskan arti
pentingnya pembelajaran hari ini
bagi nilai-nilai kehidupan
Kegiatan Inti - Peserta didik diberi pertanyaan 70 menit
pemantik: Mengapa K.H. Zaenal
Mustofa dari Tasikmalaya
melakukan perlawanan terhadap
Jepang?
- Guru menyajikan informasi awal
tentang perlawanan terhadap
Jepang melalui perjuangan bawah
tanah dan bersenjata
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu
- Guru menerapkan metode diskusi
kelompok untuk membahas
perlawanan terhadap Jepang
melalui perjuangan bawah tanah
dan bersenjata
- Peserta didik mempresentasikan
dikusi kelompoknya di depan kelas

Penutup - Penguatan dari guru tentang materi 10 menit


yang baru saja didiskusikan
- Kesimpulan bersama-sama antara
guru dan peserta didik pelajaran
hari ini
- Evaluasi kegiatan pembelajaran
hari ini
- Refleksi dari proses pembelajaran
hari ini

Pertemuan ke-8

No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu


Pendahuluan - Presensi kehadiran peserta didik 10 menit
- Berdoa berdasarkan agama dan
keyakinan masing-masing
dipimpin salah satu orang peserta
didik
- Guru memberikan informasi
tentang kesepakatan aturan dalam
kegiatan pembelajaran pada hari
ini
- Apersepsi untuk menjelaskan arti
pentingnya pembelajaran hari ini
bagi nilai-nilai kehidupan
Kegiatan Inti - Peserta didik diberi pertanyaan 70 menit
pemantik: Mengapa Jepang
mengundang Sukarno, Hatta dan
Rajiman Wedyodiningrat ke Dalat
markas tentara Jepang di Asia
Tenggara pada 9 Agustus 1945?
- Guru menyajikan informasi awal
tentang kebijakan Jepang yang
melunak dengan menjelang
kekalahan perang Jepang dengan
No Jenis Kegiatan Kegiatan yang dilakukan Waktu
Sekutu
- Guru menggunakan metode debat
dengan membentuk tiga kelompok.
kelompok pertama membahas
tentang pentingnya perjuangan
dengan cara kerjasama, kelompok
kedua membahas pentingnya
perjuangan bawah tanah/ rahasia
dan kelompok ketiga membahas
pentingnya perjuangan dengan
cara bersenjata/ kekerasan.

Penutup - Penguatan dari guru tentang materi 10 menit


yang baru saja didebatkan
- Kesimpulan bersama-sama antara
guru dan peserta didik dalam
pelajaran hari ini
- Evaluasi kegiatan pembelajaran
hari ini
- Refleksi dari proses pembelajaran
hari ini

N. Refleksi guru
- Apakah guru sudah memberikan perhatian kepada peserta didik yang belum
aktif dalam diskusi?
- Dibutuhkan penanaman karakter kepada peserta didik yang ada di setiap materi ajar.
- Kesulitan apa yang dialami guru selama proses pembelajaran?
- Perlu adanya langkah nyata dari guru untuk memperbaiki proses belajar.
- Apakah peserta didik yang mengikuti pelajaran sudah semua
memahami materi pelajaran?

O. Kriteria untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dan


asesmennya (asesmen formatif)
1. Penilain Individu
a. Penila
ian
Tertul
is
Kisi-
kisi
Soal:
CP ATP Indikator Soal Nonor
Soal/Bentuk
Soal
CP ATP Indikator Soal Nonor
Soal/Bentuk
Soal
- Pada Fase F, - 11.3.1 Menganalisis Disajikan beberapa 1 /PG
peserta didik di keterkaitan Restorasi pernyataan, peserta
Kelas XI dan XII Meiji, kemajuan didik dapat
mampu industri, perluasan mengidentiffikasi
mengembangkan pasar, dengan bidang garapan
konsep-konsep keterlibatan Jepang Restorasi Meiji
dasar sejarah untuk dalam Perang Dunia II
mengkaji peristiwa
sejarah dalam - 11.3.2 Menganalisis Disajikan ilustrasi 2/PG
dimensi manusia, keterkaitan antara tentang spionase
ruang, dan waktu. spionase (mata-mata) Jepang di Indonesia
Melalui literasi, Jepang dengan peserta didik dapat
diskusi, dan keberhasilan Jepang menentukan sebab-
penyelidikan dalam mengambil alih sebab Jepang
(penelitian) wilayah Hindia Belanda menggunakan mata-
berbasis proyek mata (spionase)
kolaboratif peserta sebelum merebut
didik mampu Indonesia dari
menjelaskan kekuasaan Belanda.
berbagai peristiwa - 11.3.3 Menganalisis Peserta didik dapat 3/PG
sejarah yang keterkaitan strategi mengkaji alasan (soal HOTS)
terjadi di Indonesia Jepang untuk Jepang membolehkan
dan dunia meliputi mendapatkan simpati menyanyikan lagu
Pemerintahan Orde rakyat dengan Indonesia Raya
Baru, pemerintahan militer bersanding dengan
Pemerintahan Jepang lagu Kimigayo
Reformasi, serta
Revolusi Besar
Dunia, Perang
Dunia I dan II, - 11.3.4 Menjelaskan Disajikan beberapa 4/PG
Perang Dingin, dan dampak pendudukan gambar tentang (penggunaan
Peristiwa Jepang di Indonesia tanaman-tanaman visual/ peta/
Kontemporer yang di tanam di gambar)
Dunia sampai Indonesia peserta
abad-21. didik dapat
- Peserta didik di mengidentifikasi
Kelas XII mampu tanaman yang
menggunakan diwajibkan Jepang
sumber sekunder untuk menunjang
dan sumber primer kemenangan Jepang
untuk melakukan dalam Perang Pasifik
penelitian sejarah - 11.3.5 Menganalisis 5/PG
nasional, sejarah keterkaitan strategi Disajikan beberapa
dunia, dan/atau politik Jepang pernyataan, peserta
sejarah tematis didik dapat
CP ATP Indikator Soal Nonor
Soal/Bentuk
Soal
secara sinkronis membentuk organisasi mengidentifikasi
atau diakronis kemasyarakatan dengan tujuan Jepang
kemudian persiapan kelengkapan membentuk tentara
mengomunikasika alat negara setelah Peta
nnya dalam bentuk kemerdekaan
lisan, tulisan,
dan/atau media
lain. Selain itu - 11.3.6 Menjelaskan Disajikan ilustrasi 6/PG
mereka juga perlawanan terhadap tentang hubungan
mampu Jepang secara Jepang dan Sukarno
menggunakan kooperatif peserta didik dapat
keterampilan mengidentifikasi
sejarah untuk manfaat untuk bangsa
menganalisis dari Sukarno menjalin
peristiwa sejarah kerjasama dengan
dari berbagai Jepang
perspektif dan 7/PG
mengaktualisasika - 11.3.7 Menjelaskan Disajikan beberapa
n minat bakatnya perlawanan terhadap sebab-sebab
dalam bidang Jepang melalui perlawanan peserta
sejarah melalui perjuangan bawah tanah didik dapat
studi lanjutan atau dan bersenjata mengidentifikasi
kegiatan - sebab-sebab
kesejarahan diluar perlawanan Peta di
sekolah. Blitar
11.3.8 Menganalisis 8/PG
kebijakan Jepang yang Disajikan beberapa
melunak dengan bentuk pernyataan
menjelang kekalahan peserta didik dapat
perang Jepang dengan mengidentifikasi
Sekutu tujuan Sukarno, Hatta
dan Rajiman diundang
Jepang ke Dalat

- 11.3.7 Menjelaskan Disajikan beberapa 9/PG


perlawanan terhadap perlawanan melawan
Jepang melalui kolonial peserta didik
perjuangan bawah tanah dapat
dan bersenjata mengidentifikasi
perlawanan-
perlawanan pada masa
penjajahan Jepang
- 11.3.7 Menjelaskan Disajikan beberapa 10/PG
perlawanan terhadap kelompok perlawanan
Jepang melalui bawah tanah kepada
CP ATP Indikator Soal Nonor
Soal/Bentuk
Soal
perjuangan bawah tanah kolonial peserta didik
dan bersenjata dapat
mengidentifikasi
perlawanan bawah
tanah pada masa
penjajahan Jepang

2. Penilain Berkelompok
a. Penilaian Diskusi Kelompok/ Debat

Rubrik Penilaian:
No Aspek Penilaian Skor
0 1 2 3
1 Keaktifan diskusi/ debat
a. Aktif memberi masukan
pemikiran
b. mendengarkan pendapat
orang lain

2 Kreatifitas diskusi
a. Kreatif dan inovasi dalam
diskusi/ debat
b.Ide/gagasan adalah original

Kualitas hasil diskusi


3 a.Hasil runtut dan logis
b.Pengumpulan hasil diskusi

Indikator Rubrik Penilaian

No Indikator Rubrik
1 Aktif memberi masukan 2 = aktif berpendapat
pemikiran 1.= kurang aktif
0 = tidak aktif
No Indikator Rubrik

2 Mendengarkan pendapat orang 1 = Mendengarkan pendapat


lain 0 = Tidak mendengar
pendapat

3 Kreatifitas dalam diskusi/ 3 = Sangat kreatif


debat 2 = Kreatif
1 = Kurang kreatif
0 = Tidak kreatif

4 Origionalitas gagasan 3 = gagasan sangat orisionil


2 = gagasan orisionil
1 = gagasan kurang orisionil
0 = gagasan tidak orisionil

4 Hasil diskusi runtut/ debat 2 = Sangat runtut dan logis


dan logis 1 = Runtut dan logis
0 = tidak runtut dan tidak logis

5 Pengumpulan hasil diskusi/ 3 = lebih awal


debat tepat waktu 2 = tepat waktu
1= terlambat
0 = tidak dilaksanakan
Jumlah Skor 25

Nilai = Jumlah perolehan


X 100 %
skor Jumlah skor

maksimum

b. Penilaian Presentasi dan


diskusi Rubrik Penilaian :
No Aspek Penilaian Skor
0 1 2 3
1 Kelengkapan
materi
2 Penulisan materi
3 Kemampuan
presentasi
4 Keaktifan selama
kegiatan presentasi
5 Sikap menghargai
dan menghormati
pendapat orang lain

Indikator rubrik penilaian:

No Indikator Rubrik
1 Kelengkapan materi 2 = lengkap
1 = kurang lengkap
0 = tidak ada
2 Penulisan materi 2 = sesuai dengan rambu-
rambu yang diberikan
1 = tidak sesuai rambu-rambu
yang diberikan
0 = tidak ada
3 Kemampuan presentasi 2 = Komunikatif
1 = Kurang komunikatif
0 =Tidak Komunikatif
Keaktifan selama kegiatan 3 = Sangat aktif
presentasi 2 = Cukup aktif
1 = Kurang aktif
0 = Tidak aktif
4 Kreatifitas media presentasi 2 = Menggunakan kreasi
digital lebih dari
1(animasi/paint/ video/ dll)
1 = Menggunakan 1 kreasi
digital (animasi/paint/ video/
dll)
0 = Tidak menggunakan kreasi
digital

5 Sikap menghargai dan 1 = Sikap menghargai dan


menghormati pendapat orang menghormati pendapat orang
lain lain
0 = Tidak Sikap menghargai
dan menghormati pendapat
orang lain
Jumlah Skor 20

Nilai = Jumlah perolehan


X 100 %
skor Jumlah skor

maksimum
P. Pertanyaan refleksi untuk peserta didik
- Apakah peserta didik aktif dalam diskusi sesuai harapan guru?
- Apakah peserta didik sudah menerapkan karakter yang ditanamkan guru
dalam proses pembelajaran?
- Kesulitan apa yang dialami para peserta didik selama proses pembelajaran?
- Perlu adanya langkah-langkah dari peserta didik untuk memperbaiki hasil belajar.
- Perlu adanya sikap dari peserta didik untuk selalu mengikuti pelajaran dengan baik

Q. Daftar Pustaka
Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta:
Komunitas Bambu
Kasenda, Peter. 2015. Sukarno di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta:
Kompas Media Sarana.
Kurasawa, Aiko. 1993. Mobilisasi dan Kontrol: Studi Tentang Perubahan
Sosial di Pedesaan Jawa, 1942-1945 (terjemahan). Jakarta: Grasindo
Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno
Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa
Lilik Suharmaji, 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga
Gawang RI. Yogyakarta: Ombak
Peter Kasenda, 2015. Soekarno Di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta:
Kompas Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004,
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern,
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Link Literasi
https://www.minews.id/kisah/pengaruh-restorasi-meiji-terhadap-kemajuan-
jepang https://lensabudaya.com/restorasi-meiji-latar-belakang-dan-
dampaknya/ https://tirto.id/sejarah-jepang-mendarat-dan-betapa-loyonya-
knil-di-tarakan-dckd
https://www.kompasiana.com/roby_irzal_maulana/56d51497e2afbdda0c5273
4a/selamat- datang-saudara-tua
https://www.harianaceh.co.id/2020/10/05/soekarno-juga-bertanggung-jawab-
untuk-tragedi- romusha/
https://www.donisetyawan.com/perlawanan-yang-dipicu-
penolakan-seikerei/ https://kelasips.com/organisasi-bentukan-
jepang/

R. Lembar kerja peserta didik


LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK
(Diskusi kelompok)

Materi : Restorasi Meiji (garapan Restorasi Meiji)


Petunjuk Kegiatan Diskusi:
- Bentuklah 5 kelompok dalam kelas!
- Pembagian tema diskusi setiap kelompok:
1. Bidang perindustrian
2. Bidang perdagangan
3. Bidang militer
4. Bidang pendidikan
5. Bidang sosial
- Buatlah perencanan kegiatan kunjungan ke perpustakaan, atau
S. Bahan bacaan
peserta didik
Buku- buku:
Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta:
Komunitas Bambu
Kasenda, Peter. 2015. Sukarno di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta:
Kompas Media Sarana.
Kurasawa, Aiko. 1993. Mobilisasi dan Kontrol: Studi Tentang Perubahan
Sosial di Pedesaan Jawa, 1942-1945 (terjemahan). Jakarta: Grasindo
Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno
Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa
Lilik Suharmaji, 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga
Gawang RI. Yogyakarta: Ombak

Peter Kasenda, 2015. Soekarno Di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta:


Kompas Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004,
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern,
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Link Literasi:
https://www.minews.id/kisah/pengaruh-restorasi-meiji-terhadap-
kemajuan-jepang https://lensabudaya.com/restorasi-meiji-latar-
belakang-dan-dampaknya/
https://tirto.id/sejarah-jepang-mendarat-dan-betapa-loyonya-knil-di-tarakan-
dckd
https://www.kompasiana.com/roby_irzal_maulana/56d51497e2afbdda0c5273
4a/selamat- datang-saudara-tua
https://www.harianaceh.co.id/2020/10/05/soekarno-juga-bertanggung-jawab-
untuk-tragedi- romusha/
https://www.donisetyawan.com/perlawanan-yang-dipicu-
penolakan-seikerei/ https://kelasips.com/organisasi-bentukan-
jepang/

T. Bahan

bacaan

guru

Buku-

buku:
Kahin, George Mc Turnan. 2013. Nasionalisme Dan Revolusi Indonesia, Jakarta:
Komunitas Bambu
Kasenda, Peter. 2015. Sukarno di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta:
Kompas Media Sarana.
Kurasawa, Aiko. 1993. Mobilisasi dan Kontrol: Studi Tentang Perubahan
Sosial di Pedesaan Jawa, 1942-1945 (terjemahan). Jakarta: Grasindo
Lilik Suharmaji. 2018. Sejarah Indonesia Modern, Dari Imperialisme Kuno
Sampai Pengakuan Kedaulatan RI, Yogyakarta: Lingkar Antarnusa
Lilik Suharmaji, 2019. Sultan Hamengku Buwono IX Keteladanan Sang Penjaga
Gawang RI. Yogyakarta: Ombak
Peter Kasenda, 2015. Soekarno Di Bawah Bendera Jepang (1942-1945). Jakarta:
Kompas Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004, Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2005. Sejarah Indonesia Baru 1200-2004,
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Ricklefs, MC. 2016. Sejarah Indonesia Modern,
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Link Literasi:
https://www.minews.id/kisah/pengaruh-restorasi-meiji-terhadap-kemajuan-
jepang https://lensabudaya.com/restorasi-meiji-latar-belakang-dan-
dampaknya/ https://tirto.id/sejarah-jepang-mendarat-dan-betapa-loyonya-
knil-di-tarakan-dckd
https://www.kompasiana.com/roby_irzal_maulana/56d51497e2afbdda0c5273
4a/selamat- datang-saudara-tua
https://www.harianaceh.co.id/2020/10/05/soekarno-juga-bertanggung-jawab-
untuk-tragedi- romusha/
https://www.donisetyawan.com/perlawanan-yang-dipicu-
penolakan-seikerei/ https://kelasips.com/organisasi-bentukan-
jepang/

U. Materi pengayaan
Link literasi;
https://www.minews.id/kisah/pengaruh-restorasi-meiji-terhadap-
kemajuan-jepang https://lensabudaya.com/restorasi-meiji-latar-
belakang-dan-dampaknya/ https://tirto.id/sejarah-jepang-mendarat-
dan-betapa-loyonya-knil-di-tarakan-dckd

Tugas Pengayaan :
- Hanya untuk peserta didik yang memiliki nilai formatif individu minimal = 85
- Setelah membaca link literasi peserta didik dapat lebih memahami Restorasi
Meiji terhadap kemajuan Jepang yang berdanpak pada imperialisme Jepang,
keberhasilan Jepang mendarat di Tarakan
- berdasarkan informasi-informasi lain yang relevan
- Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital

V. Materi untuk peserta didik yang kesulitan belajar


Link literasi:
https://www.kompasiana.com/roby_irzal_maulana/56d51497e2afbdda0c5273
4a/selamat- datang-saudara-tua
https://www.harianaceh.co.id/2020/10/05/soekarno-juga-bertanggung-jawab-
untuk-tragedi- romusha/
https://www.donisetyawan.com/perlawanan-yang-dipicu-
penolakan-seikerei/ https://kelasips.com/organisasi-bentukan-
jepang/

Tugas Remedial :
- Hanya untuk peserta didik yang nilainya kurang dari Kriteria Minimal
- Setelah melihat link yang diberikan, peserta didik dapat memahami lebih dalam
tentang propaganda saudara tua, keterlibatan Sukarno dalam rumusha (saling
memanfaatkan antara Jepang dan Sukarno), penolakan Sekere yang memicu
perlawanana, dan organisasi- organisasi bentukan Jepang
- Tugas bisa tertulis atau lisan dengan media digital atau non digital

Singorojo, 29 Juni 2022


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Dian Milasari, S.Pd., M.Pd. Andre Hermawan, S.Pd.


NIP. 19720828 200012 2 001 NIP. 19920530 202012 1 004

Anda mungkin juga menyukai