MATA PELAJARAN
SEJARAH
FASE F
Disusun
Dra.AGNES MARTINI
MODUL AJAR
I. Identitas
Asesmen
Tes tulis dan presentasi
Urutan Kegiatan
Pembelajaran Pertemuan
Pertama
A. Pendahuluan
1. Guru menyapa peserta didik dengan mengucap salam lalu berdoa bersama.
2. Guru mencatat kehadiran peserta didik.
3. Guru memberi apersepsi kepada peserta didik tentang tujuan pembelajaran dan
kaitannya dengan materi prasyarat dan memotivasi belajar peserta didik
B. Kegiatan Inti
1. Guru membagi kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 orang.
2. Guru menayangkan video/PTT dengan LCD tentang :
Peristiwa peristiwa sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia
C. Kegiatan Penutup
1. Guru mengumpulkan hasil kerja dalam diskusi
2. Guru memberi arahan karena materi pertemuan berikut akan ada pre tes
3. Guru memberi arahan referensi buku/blog sebagai penguat materi ini.
4. Mengakhiri pertemuan dengan berdoa bersama peserta didik
5. Guru mengucapkan salam lalu meninggalkan ruang kelas.
Pertemuan Kedua
A. Pendahuluan
1. Guru menyapa peserta didik dengan mengucap salam lalu berdoa bersama.
2. Guru mencatat kehadiran peserta didik.
3. Guru mengawali pertemuan dengan melakukan pre tes
B. Kegiatan Inti
1. Guru menayangkan video/PTT dengan LCD tentang :
Peristiwa Proklamasi kemerdekaan Indonesia
2. Guru membagikan topik diskusi
3. Guru menstimulus peserta didik berdiskusi hanya dengan teman sebangku
4. Guru menunjuk pasangan yang akan presentasikan hasil diskusi
5. Peserta didik melalukan refleksi dengan membuat kesimpulan lengkap dan dengan
arahan dari guru.
C. Kegiatan Penutup
1. Guru memberikan jawaban pre tes yang benar kepada peserta didik
2. Guru memberi arahan untuk materi pertemuan berikutnya.
3. Mengakhiri pertemuan dengan berdoa bersama peserta didik
4. Guru mengucapkan salam lalu meninggalkan ruang kelas.
Pertemuan Ketiga
A. Pendahuluan
1. Guru menyapa peserta didik dengan mengucap salam lalu berdoa bersama.
2. Guru mencatat kehadiran peserta didik.
3. Guru memberi apersepsi kepada peserta didik tentang materi pertemuan
sebelumnya
B. Kegiatan Inti
1. Guru membagi kelompok teman sebangku.
2. Guru menayangkan video/PTT dengan LCD tentang :
Upaya mempertahankan Kemerdekaan sampai dengan kedatangan Sekutu
3. Guru membagikan topik diskusi
4. Guru menstimulus peserta didik agar berdiskusi dengan teman sebangkunya
5. Guru memilih 1 kelompok untuk presentasi hasil diskusi
6. Peserta didik melalukan refleksi dengan membuat kesimpulan lengkap dan dengan
arahan dari guru.
C. Kegiatan Penutup
1. Guru mengumpulkan hasil diskusi peserta didik
2. Guru menginfokan ada post tes di pertemuan berikutnya.
3. Mengakhiri pertemuan dengan berdoa bersama peserta didik
4. Guru mengucapkan salam lalu meninggalkan ruang kelas.
Pertemuan Keempat
A. Pendahuluan
1. Guru menyapa peserta didik dengan mengucap salam lalu berdoa bersama.
2. Guru mencatat kehadiran peserta didik.
3. Guru memberi apersepsi kepada peserta didik tentang materi pertemuan
sebelumya.
B. Kegiatan Inti
1. Guru membagi kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 orang.
2. Guru menayangkan video/PTTdengan LCD tentang :
Perjanjian Linggarjati sampai dengan KMB
3. Guru membagikan topik diskusi
4. Guru menstimulus peserta didik agar saling bertanya dalam diskusi kelompoknya
5. Guru membagikan soal pos tes kepada peserta didik
6. Peserta didik melalukan refleksi dengan membuat kesimpulan lengkap dan dengan
arahan dari guru.
C. Kegiatan Penutup
1. Guru memberi mengumpulkan pos tes peserta didik
2. Guru memberi arahan karena materi pertemuan berikut
3. Mengakhiri pertemuan dengan berdoa bersama peserta didik
4. Guru mengucapkan salam lalu meninggalkan ruang kelas.
Refleksi Guru
1. Apakah ada peserta didik yang tidak mencapai tujuan pembelajaran
mengalami kendala ?
2. Bagaimana membantu peserta didik tersebut?
3. Apakah alokasi waktu dalam pembelajaran sesuai ?
4. Apakah peserta didik terlihat nyaman denganpengelolaan kelas dalam
pembelajaran ?
Lampiran Asesment 1
Mapel : Sejarah
Kelas / semester : XI
Materi : Peristiwa sekitar Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia
Sub Materi : Peristiwa sebelum Proklamasi
Kontinu
PETUNJUK :
Topik Diskusi
d. Apa upaya golongan muda untuk mendesak golongan tua untuk segera
memproklamasikan Indonesia
Topik Diskusi
1. Di Jakarta, gudang senjata di Cilandak diserbu oleh BKR dan para pemuda yang
tergabung dalam badan perjuangan.
2. Di Bandung, para pelajar dan pemuda bekas PETA mengepung markas pasukan panser
Jepang dan merebut 9 buah panser.
3. Di Bogor senjata polisi Jepang dilucuti oleh para pemuda.
4. Di Surabaya, rakyat dipelopori oleh BKR merebut komplek tempat penyimpanan senjata
Jepang dan pemancar radio di Embong Malang.
5. Di Semarang, dikenal dengan nama pertempuran 5 hari di Semarang. Yang terjadi pada
tanggal 15 s/d 20 Oktober 1945. Peristiwa ini diawali dengan gugurnya dr. Kariyadi
karena ditembak oleh Jepang. Untuk mengenang keberanian para pemuda, di kota
Semarang dibangun sebuah monumen diberi nama Tugu Muda. Untuk mengenang jasa
dr. Kariyadi maka namanya diabadikan untuk nama sebuah rumah sakit di Semarang
yaitu Rumah Sakit dr. Kariyadi.
Sejak Jepang menyerah, komando sekutu untuk Asia Tenggara ( South East Asia Command/
SEAC) diserahkan oleh AS kepada Inggris yang dipimpin oleh Laksamana Lord Louis Mount
Batten. Dengan tugas mengambil alih kekuasaan bala tentara Jepang di seluruh kawasan
Asia Tenggara.
Untuk Indonesia sekutu membentuk AFNEI ( Allied Forces Netherland East Indies ) di bawah
pimpinan Letjen Sir Philip Christison. Sebelum AFNEI memasuki Indonesia , SEAC
mengirimkan misi pendahuluan yang terdiri dari 7 perwira di bawah pimpinan Mayor AG.
Greenhalgh. Mereka tiba di Indonesia tanggal 8 September 1945 dan segera menjumpai bala
tentara Jepang Jendral Yamaguchi. Kedatangan mereka ke Jakarta adalah untuk:
1. Rakyat Indonesia sebenarnya acuh tak acuh terhadap masalah politik apalagi gerakan
kemerdekaan.
2. Peristiwa yang terjadi tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah proklamasi kemerdekaan
tetapi tindakan anarki yang dilakukan oleh sekelompok kecil kaum nasionalis Indonesia.
“ Bagaimana tanggapan anda terhadap laporan Mayor AG. Greenhalgh? “
Tanggal 16 September 1945, SEAC mengirimkan pasukan pelopor dipimpin oleh Laksamuda WR
Patterson yang mendarat di Tanjungpriok. Bersama pasukan ini ikut pula Van Der Plas (wakil dari
NICA). Kedatangan pasukan pelopor yang diboncengi oleh NICA sangat mencemaskan rakyat dan
para pejuang. Maka dipelopori oleh para pemuda yang bermarkas di jalan Menteng 31 dan para
mahasiswa yang bermarkas di Prapat 10, pada tanggal 19 September 1945, diselenggarakan rapat
raksasa di lapangan Ikada dengan tujuan menunjukan kepada dunia bahwa kemerdekaan Indonesia
dikehendaki oleh seluruh rakyat. Dan pada tanggal 19 September 195 ini juga di Surabaya terjadi
insiden yang terkenal dengan nama insiden bendera / insiden Tunjungan.
Pada tanggal 29 September 1945, AFNEI mendarat di Indonesia dan pasukan tersebut terdiri dari 3
devisi dipimpin oleh Letjen. Philip Christison yaitu:
1. 23 Indian division, di bawah pimpinan Mayjen DC. Hawton untuk daerah Jawa Timur.
2. 5 indian division, di bawah pimpinan Mansergh , untuk wilayah Jawa Barat.
3. 26 Indian division, di bawah pimpinan Mayjen HM. Chambers, untuk wilayah Sumatera.
Untuk mengamankan wilayah di luar pulau Jawa ditempatkan pasukan angkatan perang Australia.
B. USAHA MENGEMBALIKAN KEKUASAAN BELANDA DI INDONESIA.
Tugas pekerjaan pasukan AFNEI dan Australia dapat diselesaikan dalam waktu singkat, karena:
Akan tetapi penyelesaian tugas tersebut dengan sengaja diperlambat, karena Inggris telah terikat
oleh perjanjian dengan Belanda dalam Civil Affair Agreement tanggal 24 Agustus 1945 di Chequers
(dekat london). Yang berisi bahwa:
“ panglima tentara pendudukan Inggris di Indonesia memegang kekuasaan atas nama pemerintah
Belanda. Dalam melaksanakan hal-hal yang berkenaan dengan pemerintahan sipil, pelaksanaannya
diselenggarakan oleh NICA, di bawah tanggungjawab Inggris, kekuasaan itu akan dikembalikan
kepada Kerajaan Belanda”
Atas prakarsa AFNEI yaitu Lenjent Sir Philip Christison mengambil inisiatif pertemuan RI – Belanda
dilaksanakan di Jakarta tanggal 17 November 1945. RI diwakili oleh Perdana Mentri Sutan Syahrir,
Belanda diwakili Dr. H.J Van Mook dan Inggris diwaili Letjen. Sir Philip Christison. Pertemuan ini tidak
membawa hasil karena masing-masing pihak yaitu RI- Belanda tetap pada pendiriannya. Pada awal
perundingan Van Mook menyampaikan pernyataan pemerinta Belanda yang isinya mengulangi
pidato ratu Belanda tanggal 7 Desember 1945 yaitu:
Pernyataan ini ditolak oleh RI dan tanggal 12 Maret 1946 RI menyampaikan pernyataan balasan
yang isinya sbb:
- Negara RI harus diakui sebagai negara yang berdaulat penuh atas wilayah bekas jajahan
Hindia Belanda.
- Federasi Indonesia- Belanda akan dilaksanakan dalam masa tertentu dengan urusan luar
negeri dan pertahanan diserahkan suatu badan federasi yang anggotanya gabungan
Indonesia – Belanda.
- Seluruh tentara Belanda harus ditarik dari Indonesia dan jika perlu kedudukannya digantikan
oleh tentara RI.
- Selama perundingan berlangsung semua aksi militer harus dihentikan dan pihak RI akan
melakukan pengawasan terhadap pengungsian tawanan Belanda dan interniran sekutu
lainnya.
2. Pertemuan di Hooge Veluwe.
Karena kegagalan pertemuan di Jakarta maka diprakarsai oleh diplomat Inggris Sir Archilbald
Clard diadakan pertemuan Indonesia- Belanda di Hooge Veluwe pada tanggal 14 – 24 April
1946. Dalam pertemuan ini RI diwakili oleh Mr. A.K. Pringgodigdo dan Dr. Soedarsono, sedang
Belanda diwakili oleh Van Mook, Pihak RI menuntut sekurang-kurangnya adanya pengakuan de
facto atas pulau Jawa, Madura dan Sumatera.Tetapi Belanda hanya bersedia mengakui wilayah
RI de fakto RI atas Jawa dan Madura. Hal ini disebabkan Belanda tetap menginginkan RI menjadi
bagian negeri Belanda dalam bentuk uni Indonesia-Belanda. Perundingan ini mengalami
kegagalan.
Dilaksanakan pada tanggal 20-30 September 1946 di Jakarta. RI diwakili oleh Mayjen. Soedibjo,
Comodor Udara Surya Darma,Kolonel Simbolon dan Letkol Abdulah Kartawirana. Sedang pihak
sekutu diwakili oleh Mayjen J.F.Rvorman dan Brigjen. I.C.A. Lauder, dan Belanda diwakili oleh
Mayjen. DH Buurman Van Vriden. Perundingan ini juga gagal.
Atas prakarsa Lord Killern perundingan damai antara RI – Belanda dilanjutkan di Jakarta tanggal
7 Oktober 1946, pihak RI diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir dan Belanda oleh Prof.
Schermerhorn.
Saat terjadi keicuhan dan ketidakstabilan dalam tubuh pemerintahan RI, di luar Jawa Belanda
menjalankan politik devide et impera dengan cara berkali-kali mengadakan konferensi dengan
pemuka a masyarakat yang mau bekerjasama. Yaitu sbb:
1. Konferensi Malino.
Atas prakarsa Van Mook diselenggarakan konferensi di Malino tanggal 15-25 Juli 1946 yang
dihadiri oleh utusan berbagai daerah yang berada dalam pendudukan Belanda. Daerah
tersebut adalah:
1. Kalimantan Barat 9. Bali
2. Kalimantan Timur 10. Lombok
3. Kalimantan Selatan 11. Timor-Timur
4. Bangka Belitung 12. Sangihe Talaut
5. Riau 13. Maluku Utara
6. Sulawesi Selatan 14. Maluku Selatan
7. Minahasa 15. Papua
8. Menado
a. Rencana pembentukan negara bagian di Indonesia yang akan dibentuk sebagai negara
federasi.
b. Rencana pembentukan suatu negara yang meliputi daerah di Indonesia bagian Timur.
2. Konferensi Pangkalpinang.
Diadakan pada tanggal 1 Oktober 1946 antara NICA dengan golongan minoritas ( Cina, India,
Pakistan, Arab, dan Eropa) yang membahas tentang kedudukan golongan minoritas serta
dukungannya terhadap hasil yang dicapai dalam konferensi Malino.
3. Konferensi Denpasar.
Diadakan pada tanggal 18-24 Desember 1946 yang dalam konferensi ini Belanda Berhasil
mendirikan Negara Indonesia Timur yang meliputi Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku dengan
presiden NIT Sukawati.
E. PERUNDINGAN LINGGARJATI.
1. Belanda mengakui secara defakto RI atas wilayah Jawa, Madura, dan Sumatera, dan Belanda
harus sudah meninggalkan daerah defakto RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
2. RI-Belanda sepakat bekerjasama membentuk Negara Indonesia Serikat dengan nama RIS.
Yang salah satu negara bagiannya adalah negara RI.
3. RIS dan Kerajaan Belanda akan menjadi uni Indonesia-Belanda dengan Mahkota kerajaan
Belanda sebagai kepala Uni.
Naskah persetujuan Linggarjati ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947. Ketua dan delegasi
Indonesia terdiri dari Sutan Syahrir, Mr. Moh. Room, Mr. Soetanto Tirtiprojo, dan AK Gani.
Sedangkan Delegasi Belanda adalah Prof. Schermerhorn, H.J. Van Mook, dan Van Vook.
Penandatanganan persetujuan Linggarjati membawa dampak yaitu timbulnya golongan pro
kontra , yang kemudian mendorong timbulnya dua golongan politisi. Mereka yang mendukung
persetujuan Linggarjati tergabung dalam golongan sayap kiri dan yang menentang bergabung
dalam Benteng Republik. Hal ini mengakibatkan jatuhnya kabinet Syahrir.
Sebaliknya Belanda sibuk membentuk negara boneka yaitu Negara Pasundan dengan Soerja
Kartalegawa sebagai wali negara,dan negara Kalimantan Barat dengan Sultan Hamid II sebagai
kepala negaranya. Dll.
Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan agresi I. Di luar negeri agresi ini mendatangkan
reaksi keras, wakil India dan Australia di PBB mengajukan usul agar Indonesia dibahas dalam
Dewan Keamanan PBB. Tanggal 1 Agustus 1947 Dewan Keamanan PBB memerintahkan kedua
belah pihak untuk menghentikan tembak menembak. Tanggal 4 Agustus 1947 PBB mengadakan
sidang membahas masalah RI- Belanda. Utusan Indonesia diwakili oleh H. Agus Salim, Dr.
Soemitro Djoyohadikoesoemo, Soedjatmoko dan Charles Tamboen. Di bawah pimpinan Sutan
Syahrir pada tanggal 4 Agustus 1947 mengumumkan genjatan senjata Indonesia –Belanda yang
mengakhiri Agresi Militer Belanda I.
Untuk mengawasi genjatan senjata dibentuk komisi konsuler yang diketuai oleh Konsul Jenderal
Amerika Dr. Walter Foote, beranggotakan konsul jenderal Cina, Belgia, Perancis dan Australia.
Tetapi kenyataannya Belanda masih mengadakan perluasan wilayah dengan batas akhir yang
disebut garis demarkasi yaitu suatu garis khayal yang dikenal dengan nama garis Van Mook.
Tetapi garis demarkasi ditolak oleh RI.
Untuk mengawasi pelaksanaan tembak menembak dan mencari penyelesaian sengketa secara
damai , Dewan Keamanan PBB membentuk suatu komisi jasa baik yang dikenal dengan nama
Komisi Tiga Negara ( KTN ) yang terdiri dari:
Atas usul KTN maka pada tanggal 8 Desember 1947 diadakan perundingan Indonesia-Belanda di
atas kapal USS Renvile milik AS yang sedang berlabuh di Teluk Jakarta. Perundingan tersebut
dipimpin oleh Amir Syarifuddin, dan Belanda diwakili oleh Abdul Kadir Widjojoatmodjo. Jalannya
perundingan menemukan jalan buntu. Maka KTN mengadakan perundingan secara terpisah
dengan pemerintah masing-masing. Perundingan antara RI dengan KTN diadakan di Kaliurang
tanggal 13 Januari 1948. Delegasi RI terdiri dari Ir. Soekarno, Wapres Moh. Hatta. Sutan Syahrir
dan Jend. Sudirman.
Persetujuan Renvile ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 dengan isi pokok sbb:
1. Belanda tetap berdaulat atas seluruh Indonesia sempai kedaulatannya diserahkan kepada
RIS yang segera akan dibentuk.
2. Ris dab negara Belanda mempunyai kedudukan sejajar dalam uni Indonesia- Belanda.
3. RI akan merupakan negara bagian dalam RIS.
4. Sebelum RIS terbentuk pemerintah Belanda dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya
kepada suatu pemerintah federal sementara.
5. Pasukan RI yang berada di daerah pendudukan harus ditarik ke daerah RI.
Pada pertengahan bulan Februari 1948 terjadi pemindahan besar-besaran tentara dan pejuang
RI. Dari Jawa Barat kira-kira 35.000 anggota divisi Siliwangi harus meninggalkan daerah kanton
ke Jawa Tengah. Dan 6.000 orang dari Jawa Timur. Tindakan ini menimbulkan masalah sbb:
Pada tanggal 18 September 1948 Belanda memberitahukan kepada delegasi RI dan KTN bahwa
Belanda tidak lagi mengakui dan tidak terikat pada persetujuan Renvile. Maka tanggal 19
Desember 1948 pukul 06.00 Belanda melancarkan agresi militer II ke dalam wilayah RI ( kecuali
wilayah Aceh dan Banten Selatan) dengan taktik perang kilat pasukan Belanda secara serentak
menyerang Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Barat, Sumatera Selatan.
Lapangan udara Maguwo dikuasai Belanda. Presiden Soekarno dan Moh. Hatta memutuskan
untuk tinggal di ibukota dengan kemungkinan ditangkap dan ditawan Belanda . Alasannya agar
lebih mudah ditemui KTN dan kegiatan diplomasi dapat berjalan. Setelah itu Belanda
menangkap para pemimpin RI yaitu Presiden Soekarno, dan Moh. Hatta dan pejabat lainnya.
Presiden Soekarno diasingkan di Lahat dan Wapres Moh. Hatta Ke Pulau Bangka.
Ketika agresi militer II dilancarkan , Panglima Besar Angkatan Perang RI,Letjen Sudirman
memberi perintah agar TNI meninggalkan kota dan menyusun kekuatan di luar kota. Dengan
adanya perintah kilat tersebut TNI dan rakyat mundur dan melakukan perang gerilya. Pasukan
divisi Siliwangi kembali ke Jawa Barat dan divisi Majapahit ke Jawa Timur. Perjalanan divisi
Siliwangi dikenal dengan Long March divisi Siliwangi.
Tanggal 9 November 1948 Letjen.Sudirman mengadakan instruksi yang berisi:
1. System pertahanan berlapis segaris seperti pada waktu menghadapi Agresi Militer Belanda I
tidak dilakukan.
2. Akan dilaksanakan usaha untuk menghambat dan memperlambat serbuan musuh.
3. Pengungsian dan bumi hangus akan dilaksanakan.
4. System wehkreise akan dilaksanakan yaitu membentuk kantong-kantong perlawanan yang
dapat berdiri sendiri. Dalam prakteknya dilaksanakan pemerintah militer gerilya sampai
ditingkat onder distrik militer yang mencakup tenaga manusia material dan bahan yang ada
dalam pemerintahan.
5. Pasukan hijrah harus dilakukan penyusupan ke daerah kantong sehingga seluruh pulau Jawa
akan menjadi medan gerilya.
Pagi hari tanggal 19 Desember 1948 di gedung Yogyakarta pemimpin RI mengadakan rapat kilat
dengan keputusan:
Pada tanggal 1 Maret 1949 juga dilakukan serangan Umum terhadap kota Jogja. Tujuan dari
serangan umum ini adalah:
1. Keluar:
- Mendukung perjuangan yang dilaksanakan secara diplomasi.
- Meninggikan moral , mental rakyat RI yang sedang gerilya.
2. Kedalam:
- Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan yang mampu
opensif.
- Mematahkan moral / mental Belanda.
J. PERUNDINGAN ROEM ROYEN
Atas prakarsa Birma dan India tanggal 20-23 Januari 1949 dilaksanakan konferensi Asia di New
Delhi. Koferensi ini menghasilkan sebuah resolusi mengenai masalah RI-Belanda yang
disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB, yang berisi:
Tanggal 17 April 1949 diadakan perundingan antara RI dan Belanda di bawah pengawasan UNCI
dipimpin oleh Merle Cochorn. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Roem dan Belanda
dipimpin oleh Van Royen . tanggal 7 Mei 1949 tercapai suatu persetujuan yang dikenal dengan
persetujuan Roem Royen yang isinya:
Maka:
Sejak pemimpin RI kembali ke Yogyakarta perundingan dengan BFO yang telah dirintis di pulau
Bangka dimulai lagi. Konferensi diadakan 2 kali, pertama di Yogya tanggal 19 – 22 Juli 1949 dan yang
kedua di Jakarta tanggal 30 Juli – 2 Agustus 1949.
Pada konferensi antar Indonesia di Yogya, dihasilkan persetujuan mengenai hal-hal yang bertalian
dengan ketatanegaraan negara Indonesia serikat dan masalah di bidang militer;
1. Negara Indonesia serikat akan bernama RIS yang berdasarkan demokrasi dan federalisme.
2. RIS akan dikepalai oleh seorang Presiden dibantu oleh menteri yang bertanggungjawab
kepada presiden.
3. Akan dibentik DPR sementara.
1. Angkatan Perang RIS ( APRIS) adalah angkatan perang nasional. Presiden RIS adalah
Panglima tertinggi angkatan perang.
2. TNI menjadi inti APRIS dan akan menerima orang-orang Indonesia yang ada dalam KNIL, VB
(Veiligheids Batalions) dan kesatuan tentara Belanda lain dengan syarat yang telah
ditentukan lebih lanjut.
3. Pertahanan negara adalah semata-mata adalah hak pemerintah RIS. Negara – negara bagian
tidak mempunyai angkatan perang.
Konferensi antar Indonesia kemudian dilanjutkan di Jakarta yang dipimpin oleh Perdana
Menteri Hatta. Konferensi ini menghasilkan keputusan sbb:
1. Negara Indonesia Serikat (NIS) menjadi negara Republik Indonesia Serikat ( RIS )
2. Tanggal 17 Agustus ditetapkan sebagai hari nasional RIS.
3. Bendera merah putih ditetapkan sebagai bendera negara RIS.
4. Lagu Indonesia Raya menjadi lagu kebangsaan RIS.
5. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional RIS.
6. Ir. Soekarno diangkat sebagai presiden RIS.
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Hag ( Belanda) dari tanggal 23 Agustus – 2 November
1949 dihadiri oleh:
Persoalan paling sengit diperdebatkan dan paling sulit dipecahkan adalah masalah hutang
Belanda dan Irian Barat. Akhirnya KMB berhasil mengambil keputusan yaitu:
1. Kerajaan Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia secara penuh dan tanpa syarat kepada
RIS.
2. Penyerahan kedaulatan dailaksanakan paling lambat tanggal 30 Desember 1949.
3. Masalah Irbar ditunda dan akan dilaksanakan perundingan dalam waktu 1 tahun setelah
penyerahan kedaulatan kepada RIS.
4. Status RIS dengan Kerajaan belanda terikat dalam UNI Indonesia – Belanda yang dikepalai
ratu Belanda.
5. Kapal Perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dan beberapa korvet akan diserahkan
kepada RIS.
6. Tentara Belanda akan ditarik dari Indonesia dan akan dilakukan pembubaran tentara KNIL
(tentara Hindia Belanda) yang kemudian akan digabungkan ke dalam angkatan perang RIS.
Hasil keputusan KMB ini disyahkan oleh KNIP pada tanggal 14 Desember 1949 dan oleh
parlemen Belanda tanggal 21 Desember 1949. Sebagai realisasi dari hasil Keputusan KMB maka
dibentuklah negara RIS yang mencakup 15 negara bagian yang tergabung dalam BFO dan negara
bagian RI. Tanggal 17 Desember 1949 Presiden Soekarno dilantik sebagai presiden RIS. Dan
sebagai presiden RI deganti oleh Mr. Asaat SH., sebagai pejabat presiden RI yang berkedudukan
di Yogya dan dalam menjalankan pemerintahan berdasarkan UUD 1945. Sedangkan Ir. Soekarno
beribukota di Jakarta dengan menggunakan konstitusi RIS. Penyerahan kedaulatan secara resmi
dari pemerintah kerajaan Belanda kepada RIS dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 1949,
yaitu:
1. Di Neederland bertempat di istana kerajaan Belanda ratu Yuliana, perdana menteri Dr.
Willeem Drees, Menteri Sebrang Lautan Sasson SH. Dan ketua delegasi RIS Dr. Moh. Hatta
bersama-sama menandatangani naskah penyerahan kedaulatan.
2. Di Jakarta bertempat di Istana Merdeka Sri Sultan Hamengkubuono IX dan wakil tinggi
mahkota Belanda A.J.H. Lovink bersama-sama menandatangani naskah penyerahan
kedaulatan .
3. Di Yogya dilakukan penyerahan kedaulatan RI kepada RIS.
Negara RIS yang resmi berdiri tanggal 27 Desember 1949 terdiri dari negara-negara bagian yaitu:
1. Negara bagian yang meliputi Indonesia Timur, Pasundan, Jawa Timur, Madura, Sumatera
Selatan, Sumatera Timur, dan Negara RI.
2. Satuan kenegaraan yang meliputi: Jawa Tengah, Bangka, Belitung, Banjar, Riau, Kalimantan
Tengah, dan daerah istimewa Kalimantan Barat.
3. Daerah swapraja yang meliputi Kota Waringin, Sabang dan Padang.
Jadi negara federal RIS terdiri dari 16 negara bagian dengan 3 daerah kekuasaan.
Teryata negara federal tidak sesuai dengan jiwa dan semangat dalam UUD 1945. Tanggal 8
Maret 1950 pemerintah RIS dengan persetujuan parlemen dan senat RIS mengeluarkan UU
darurat no 11tahun 1950 tentang tata cara perubahan susunan kenegaraan RIS. Berdasarkan UU
darurat tersebut berturut-turut negara bagian menggabungkan diri dengan negara RI di
Yogyakarta.
Tanggal 5 April 1950 RIS tinggal terdiri dari 3 negara bagian yaitu RI, Sumatera Timur, dan
Indonesia Timur. Tanggal 19 Mei 1950 dari perundingan antara RI dengan RIS diperoleh
persetujuan yang dituangkan dalam “Piagam Persetujuan” yang isinya adalah:
Sesuai dengan piagam persetujuan RIS dan RI membentuk panitia bersama diketuai oleh Prof.
Supomo (pihak RIS) dan Abdul Hamid (pihak RI), adapun tugasnya adalah merancang UUDS
negara kesatuan sesuai dengan piagam persetujuan. Setelah pemerintah RIS dan RI mencapai
kata sepakat tentang rancangan UUD baru maka:
1. RIS menyampaikan rancangan UUD baru tersebut kepada senat dan DPR untuk disyahkan.
2. RI menyampaikan rancangan UUD baru tersebut kepada KNIP untuk disyahkan.
Setelah rancangan UUD disyahkan oleh parlemennya masing-masing maka tanggal 15 Agustus
1950, Presiden Soekarna:
1. Menandatangani rancangan UUD menjadi UUDS negara kesatuan RI yang mulai berlaku
tanggal 17 Agustus 1950.
2. Meresmikan terbentuknya Negara Kesatuan RI dalam rapat gabungan senat dan DPR.
Tanggal 17 Agustus 1950 RIS resmi dibubarkan dan dibentuk Negara Kesatuan RI dengan
menggunakan UUDS tahun 1950 yang menganut sistem demokrasi liberal dengan sistem
pemerintahan kabinet parlementer, artinya menteri bertanggung jawab kepada parlemen. Hal
ini berarti penyimpangan terhadap UUD 1945, dan semangat proklamasi 17 Agustus 1945.
Keadaan yang semakin tidak menentu mendorong presiden Soekarno mengeluarkan dekrit pada
tanggal 5 Juli 1959, hal ini juga disebabkan karena Badan Konstituante tidak mampu membuat
UUD baru. Isi dekrit Presiden ini adalah:
1. Bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang yang tak mengenal menyerah dalam
mewujudkan , menegakkan dan mempertahankan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus
1945.
2. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan.
3. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berjiwa nasionalisme yang menjujung tinggi nilai
persatuan dan kesatuan bangsa di atas segalanya.
4. Jiwa dan semangat kejuangan dilandasi oleh semangat Pancasila dan UUD 1`945 serta
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
5. Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa pejuang yang memiliki semangat nasionalisme,
patriotisme, kebersamaan, kekeluargaan dan kegotongroyongan dalam memperjuangkan,
mempertahankan ,dan mengisi kemerdekaan negara kesatuan RI.