Sebagai Negara yang baru saja terbentu, tentunya Indonesia masih rentan dengan
penjajahan bangsa asing maupun pemberontakan bangsa sendiri. Kemerdekaan bangsa Indonesia
yang baru sebentar ini mendapatkan gangguan dari Belanda. Awalnya bangsa Indonesia
menyabut baik kedatangan Belanda, namum setelah mengetahui Belanda diboncengi Sekutu,
rakyat Indonesia merasa terganggu. Dari situlah mulai terjadi perlawanan diberbagai daerah di
Indonesia. Perlawanan bangsa Indonesia ini dikalukan secara fisik maupun secara diplomasi.
Setelah mendarat di Surabaya, NICA berusaha menjadikan Hotel Yamato sebagai markas.
Mereka mengibarkan bendera Belanda, “merah-putih-biru” di tiang puncak hotel Yamato. Hal
ini sontak membuat para pemuda marah. Secara spontan mereka menyerbu masuk hotel dan
menurunkan bendera itu, kemudian merober bagian yanf berwarna biru lalu bendera pun
dikibarkan lagi menjadi merah putih. Sejak saat itu bentrokan antara pejuang dan pasukan
Sekutu terjadi hampir di tiap sudut kota Surabaya.
Pada tanggal 30 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di Gedung Bank Internatio di
Jembatan Merah. Pertempuran itu menewaskan Brigjen Mallaby. Akibat meninggalnya Brigjen
Mallaby, Inggris memberi ultimatum, isinya agar rakyat Surabaya menyerah kepada Sekutu.
Secara resmi rakyat Surabaya, yang diwakili Gubernur Suryo menolak ultimatum Inggris.
Akibatnya pada tanggal 10 November 1945 pagi hari, pasukan Inggris mengerahkan pasukan
infantri dengan senjatasenjata berat dan menyerbu Surabaya dari darat, laut, maupun udara.
Rakyat Surabaya tidak takut dengan gempuran Sekutu. Bung Tomo memimpin rakyat dengan
berpidato membangkitkan semangat lewat radio. Pertempuran berlangsung selama tiga minggu.
Akibat pertempuran tersebut 6.000 rakyat Surabaya gugur. Pengaruh pertempuran Surabaya
berdampak luas di kalangan internasional, bahkan masuk dalam agenda sidang Dewan
Keamanan PBB tanggal 7-13 Februari 1946.
3. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa terjadi tanggal 20 November sampai tanggal 15 Desember 1945, antara
pasukan TKR dan Pemuda Indonesia melawan pasukan Sekutu (Inggris). Pertempuran
Ambarawa dimulai dari insiden yang terjadi di Magelang pada tanggal 26 Oktober 1945. Pada
tanggal 20 November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah
pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu. Pertempuran Ambarawa mengakibatkan
gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Posisi Letkol Isdiman kemudian
digantikan oleh Letkol Soedirman. Kota Ambarawa berhasil dikepung selama 4 hari 4 malam
oleh pasukan RI. Mengingat posisi yang telah terjepit, maka pasukan Sekutu meninggalkan kota
Ambarawa tanggal 15 Desember 1945 menuju Semarang. Keberhasilan TKR mengusir Sekutu
dari Ambarawa menjadi salah satu peristiwa penting dalam perjuangan mempertahankan
kemerdekaan RI.
Setelah sekutu resmi menyerahkan Manado ke tangan kekuasaan NICA pada bulan
Desember 1945, NICA langsung melakukan pembersihan dengan menangkap para pemimpin
pergerakan perjuangan agar kedudukan mereka di Manado aman. Pasukan KNIL di Manado
tidak seluruh loyal pada NKRI, merekan dijuluki “Pasukan Tangsi Hitam”.
Pasukan Tangsi Hitam bergabung dengan Pasukan Pemuda Indonesia (PPI) dan
merencanakan untuk mengusir NICA dari Manado. Tetapi, rencana PPI itu tercium oleh NICA,
akhirnya para pemimpin PPI ditangkap serta seluruh peluru dan amunisi Pasukan Tangsi Hitam
disita oleh NICA., pasukan tetap punya senjata tetapi tanpa peluru dan amunisi.
Tetapi rencan perlawan pada NICA tetap dilaksanakan. Dengan perencanaan yang matang,
serangan ke markas NICA dan Pasukan Tangsi Putih di Teling di lancarkan. dengan bergerak di
malam hari membuat formasi huruf “L”, Pasukan PPI berhasil masuk ke markas NICA dan
berhasil menguasai markas serta membebaskan para pemimpin PPI yang ditawan NICA. para
pejuang merobek bagian biru Belanda sehingga sang merah putih berkibar di sana. Para pejuang
juga berhasil mengalahkan NICA di Tomohon dan Tondano.
Setelah kebehasilan itu, para pejuang langsung membentuk pemerintahan sipil dengan B.W.
Lapisan sebagai Residennya kabar kemenangan ini segera di kiri ke Yogjakarta. Kabar ini juga
sekaligus menipis propaganda Belanda bahwa Proklamasi Kemerdekaan RI hanya berlaku di
Jawa saja, dan klaim akan mitos Verbond Minahasa – Nederland (persahabatan Belanda-
Minahasa) yang telah ada sejak 10 Januari 1969 gugur sudah.
Perjuangan secara diplomatik
1. Perjanjian Linggarjati
Perjanjian Linggarjati dilakukan pada tangga 10 November 1946 di Linggarjati, dekat
Cirebon. Dalam Perjanjian ini, Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir sedangkan
Belanda diwakili oleh Prof. Scermerhorn. Perjanjiantersebut dipimpin oleh Lord Killearn,
seorang diplomat Inggris.
A. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia meliputi Jawa, Madura, dan Sumatra.
B. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk Negara Indonesia Serikat,
dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah satu negara bagiannya adalah Republik
Indonesia.
C. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia Belanda dengan
Ratu Belanda sebagai ketuanya. Dalam perkembangan selanjutnya, Belanda melanggar
ketentuan Perjanjian tersebut dengan melakukan agresi militer I tanggal 21 Juli 1947.
1. Perjanjian Renvile
Dalam upaya membantu menyelesaikan sengketa antara Indonesia dan Belanda maka DK
PBB mendesak diadakannya gencatan senjata yang terjadi 4 Agustus 1947 serta membentuk
komisi tiga Negara (KTN), Negara-negara tersebut adalah :
Atas usul KTN maka pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan Perjanjian antara Indonesia
dan Belanda di atas kapal Renville milik AS yang sedang berlabuh di Jakarta.
Delegasi Indonesia terdiri atas PM. Amir syarifuddin, Mr. Ali Sastroamidjoyo, Dr. Tjoa sik len,
Mr. Roem, Haji Agus Salim, Mr. Nasrun dan Ir. Djuanda. Delegasi Belanda terdiri atas Abdul
Kadir Widjoyoatmojo, Jhr. Van Vredenburgh, Dr.Soumokil, Pangeran Kartanegara dan
Zulkarnaen.
Setelah melalui perdebatan dan permusyawaratan dari tanggal 8 Desember 1947 sampai 17 Juni
1948 maka diperoleh persetujuan Renville.
Pokok-pokok isi persetujuan sebagai berikut:
a. Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai kedaulatannya diserahkan
kepada RIS yang segera dibentuk.
b. RIS mempunyai pendudukan yang sejajar dengan Negara Belanda dalam Uni Indonesia-
Belanda.
b. Indonesia kehilangan sebagian daerahnya karena garis Van Mook terpaksa harus diakui
sebagai daerah kekuasaan Belanda
c. Pihak republik harus menarik seluruh pasukannya yang ada di daerah kekuasaan Belanda
dan dari kantong-kantong gerilya masuk daerah RI.
a. Wilayah RI menjadi semakin sempit dan dikurung oleh daerah-daerah kekuasaan Belanda.
Kabinet Amir syarifuddin jatuh dan digantikan kabinet Hatta. Amir syarifuddin yang
kecewa akhirnya menjadi oposisi kabinet Hatta dan bersama Muso mengobarkan pemberontakan
PKI di Madiun pada bulan September 1948, saat bangsa Indonesia sibuk menghadapi ancaman
agresi militer Belanda II.
Komisi PBB yang menangani Indonesia digantikan UNCI. UNCI berhasil membawa
Indonesia-Belanda ke meja Perjanjian pada tanggal 7 Mei 1949 yang dikenal dengan persetujuan
Roem-Royen (Roem-Royen Statement) yang isinya antara lain :
a. Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS) yang
berdasarkan demokrasi dan federalism
b. RIS akan dipimpin oleh seorang presiden dan dibantu oleh mentri-mentri
c. RIS akan menerima kedaulatan baik dan Republik Indonesia Maupun Kerajaan Belanda
Pertemuan ke-dua konferensi Inter-Indonesia diadakan di Jakarta pada 30 Juli 1949, dan
menghasilkan beberapa keputusan yaitu:
Wakil RI dan BFO ber hak memilih Presiden RIS. Negara bagian yang berjumlah 16
berhak mengisi keanggotaan di Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS). Kedua
Majelis ini juga setuju untuk membentuk panitin persiapan nasional, yang bertugas
mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan pelaksanaan KMB. Selain itu, dibicarakan soal
posisi TNI yang menjadi inti dari pembentukan Angkatan Parang Republik Indonesia Serikat
(APRIS) yang anggota-anggotanya terdiri atas bekas koninklijk Nederlands Leger (KNIL) dan
anggotanya Koninklyeke Leger (KL) akan kembali ke Belanda. Saat itu, terjadi pembrontakan di
berbagai daerah, seperti pemberontakan KNIL di Bandung, APRA-nya Westerling,
Pembeontakan Andi Aziz di Makassar, dan Pemerontakan RMS.
a. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang Nasional,
KMB merupakan langkah nyata dalam diplomasi untuk mencari penyelesaian sengketa
Indonesia – Belanda. Kegiatan KMB dilaksanakan di Den Haag, Belanda tanggal 23 Agustus
sampai 2 November 1949. Dalam KMB tersebut dihadiri delegasi Indonesia, BFO, Belanda, dan
perwakilan UNCI.
a. Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr. Soepomo
c. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu 1 tahun setelah
pengakuan kedaulatan RIS.
d. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni Indonesia Belanda yang
dikepalai Raja Belanda.
e. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia dengan catatan beberapa korvet
akan diserahkan kepada RIS.
f. Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur, sedang Tentara Kerajaan
Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan bahwa para anggotanya yang
diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
a) Gerakan DI/TII di Jawa Barat yang dipimpin oleh SM. Kartosuwiryo mempunyai akar
persoalan militer dan politik yaitu perjanjian Renville antara RI dengan Belanda serta keinginan
mendirikan negara yang berdasarkan Islam. Pemberontakan yang berlangsung sejak 1949 baru
dapat dipadamkan tahun 1962 lewat operasi Baratayuda dengan siasat Pagar Betis.
c) Gerakan DI/TII di Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hajar. Penyebabnya
adalah menyangkut rasionalisasi/demobilisasi tentara oleh Pemerintah di seluruh Indonesia.
Ibnu Hajar alias Haderi bin Umar alias Angli adalah seorang mantan letnan dua TNI yang
kemudian memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai bagian DI/TII Kartosuwiryo.
Dengan pasukan yang dinamakan Kesatuan Rakyat yang tertindas, Ibnu Hajar menyerang pos-
pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan dan melakukan tindakan pengacauan pada bulan
Oktober 1950, pemerintah masih memberikan kesempatan kepada Ibnu Hajar untuk
menghentikan petualangan secara baik-baik. Ia dan kesatuannya pernah menyerahkan diri tetapi
setelah menerima perlengkapan, Ibnu Hajar melarikan diri dan melanjutkan pemberontakannya.
Perbuatan itu dilakukan lebih dari satu kali sehingga pemerintah memutuskan untuk mengadakan
operasi. Gerakan perlawanan baru berakhir pada bulan Juli 1963. Ibnu Hajar dan anak buahnya
menyerah. Pada tanggal 22 Maret 1965 pengadilan militer menjatuhkan hukuman mati kepada
Ibnu Hajar.
d) Gerakan DI/TII di Aceh, gerakan ini dipimpin oleh Tengku Daud Beureuh, mantan
Gubernur militer DI Aceh dan Ketua PUSA. Issu sentral yang menjadi penyebabnya adalah
masalah otonomi daerah dan perimbangan pusat dengan daerah. Sedangkan pemicunya adalah
diturunkannya status Aceh dari Daerah Istimewa (setingkat propinsi) menjadi Karisidenan di
bawah propinsi Sumatera Utara. Pemberontakan yang berlangsung sejak th. 1953 dapat diakhiri
th. 1962 melalui Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang salah satunya adalah pemberian
amnesti pada Daud Beureuh.
Kelompok FDR ini dalam upaya merebut kekuasaan, melakukan berbagai cara seperti
penculikan dan pembunuhan terhadap lawan politik. Langkah kelompok ini semakin merajalela
setelah datangnya Muso dari Sovyet, yaitu dengan terjadinya peristiwa tanggal 18 September
1948 FDR/PKI memproklamasikan berdirinya "Sovyet Republik Indonesia" di Madiun.
BAB 2
Setelah ikut berjuang dalam perang kemerdekaan, pada tahun 1949 Gatot Subroto diangkat
menjadi Panglima Tentara dan Teritorium IV I Diponegoro. Pada tahun 1953, ia sempat
mengundurkan diri dari dinas militer, namun tiga tahun kemudian diaktifkan kembali
sekaligus diangkat menjdai Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad).
Ia adalah penggagas akan perlunya sebuah akademi militer gabungan (AD, AU dan AL)
untuk membina para perwira muda. Gagasan tersebut diwujudkan dengan pembentukan
Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) pada tahun 1965.
J.
K. Ketika belanda membuka sekolah perwira cadangan bagi pemuda Indonesia tahun 1940,
Nasution ikut mendaftar. Ia kemudian menjadi pembantu letnan di Surabaya. Pada tahun
1942, ia mengalami pertempuran pertamanya saat melawan jepang di Surabaya. Setelah
kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, Nasution bersama para pemuda eks-PETA
mendirikan Badan Keamanan Rakyat. Pada maret 1946. ia diangkat menjadi Panglima Divisi
III/Priangan. Mei 1946, ia dilantik Presiden Soekarno sebagai panglima Divisi Siliwangi.
Pada Februari 1948, ia menjadi wakil panglima besar TNI (Orang kedua setelh Jenderal
Soedirman) dan diangkat menjadi Kepada Staf TNI Angkatan Darat pada akhir tahun 1949.
L. Advertisement
M.
Sebagai tokoh seorang panglima militer, Nasution sangat dikenal sebagai ahli perang Gerilya.
Pak Nas demkian sebutanya dikenal juga sebagai penggagas difungsi ABRI. Orde Baru yang
ikut didirikannya (walaupun ia hanya sesaat saja berperan didalamnya) telah menafsirkan
konsep dwifungsi tersebut kedalam peran ganda militer yang sangat represif dan eksesif.
Selain konsep dwifungsi ABRI, ia juga dikenal sebagai peletak dasar perang Gerilya.
Gagasan perang gerilya dituangkan dalam bukunya yang fenomenal, Fundamentas of
Guerrilla Warfare.
Masa tugasnya sebagai panglima siliwangi bagi Nasution merupakan tonggak dalam
kehidupan pribadinya. Ia melamar sunarti, Putri Oondokusumo yang sudah dikenalnya sejak
menjadi taruna Akademi Militer di tahun 1940. Sunarti dinikahinya tanggal 30 Mei 1947
hingga lahirlah dua orang putri. Putri pertama lahir pada tahun 1952 dan yang kedua lahir
pada tahun 1960. Putri yang kedua ini, Ade Irma Suryani Nasution, tewas pada usia lima
tahun saat peristiwa G 30 S/PKI.
P.
Q. Slamet Riyadi kemudian diangkat menjadi komandan Batalyon XIV dibawah divisi IV.
Panglima Divisi IV adalah Mayor Jenderal Soetarto dan divisi ini dikenal dengan nama
Divisi penembahan Senopati. Batalyon XIV merupakan kesatuan militer yang dibanggakan.
Pasukannya terkenal dengan sebutan anak buat "Pak Met". Selama agresi Belanda II,
pasukannya sangat aktif melakukan serangan gerilya terhadap kedudukan militer Belanda,
pertempran demi pertempuran membuat sulit pasukan Belanda dalam menghadapi taktik
gerilya yang dijalankan Slamet Riyadi. Namanya mulai disebut-sebut karena hampir di setiap
perlawanan di kota Solo selalu berada dalam komandonya. Sewaktu pecah pemberontakan
PKI Madiun. Batalyon Slamet Riyadi sedang berada di luar kota Solo, yang kemudian
diperintahkan secara langsung oleh Gubernur Militer II - Kolonel Gatot Soebroto untuk
melakukan penumpasan ke arah Utara, berdampingan dengan pasukan lainnya, operasi ini
berjalan dengan gemilang.
Pada tanggal 10 juli 1950, Letnan Kolonel Slamet Riyadi, ditugaskan dalam operasi
penumpasan RMS di Maluku dan Andi Azis di Sulawesi Selatan bersama Panglima TT VII -
Kolonel Kawilarang. Dalam tugas inilah ia gugur muda dalam usia 23 tahun. Ia tertembak di
depan benteng Victoria setelah berusaha merebutnya.
BAB 3
Demokrasi Liberal di Indonesia
Demokrasi Liberal
Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi parlementer-
liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat dan masa ini disebut Masa Demokrasi
Liberal. Indonesia sendiri pada tahun 1950an terbagi menjadi 10 Provinsi yang mempunyai
otonomi berdasarkan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (UUDS 1950) yang juga
bernafaskan liberal.
Secara umum, demokrasi liberal adalah salah satu bentuk sistem pemerintahan yang
berkiblat pada demokrasi. Demokrasi liberal berarti demokrasi yang liberal. Liberal disini
dalam artian perwakilan atau representatif.
Demokrasi Liberal sendiri berlangsung selama hampir 9 tahun, dalam kenyataanya bahwa
UUDS 1950 dengan sisten Demokrasi Liberal tidak cocok dan tidak sesuai dengan
kehidupan politik bangsa Indonesia yang majemuk.
Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengumumkan dekrit presiden mengenai
pembubaran Dewan Konstituante dan berlakunya kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya
UUDS 1950 karena dianggap tidak cocok dengan keadaan ketatanegaraan Indonesia.
Pelaksanaan Pemerintahan
Tahun 1950-1959 merupakan masa memanasnya partai-partai politik pada pemerintahan
Indonesia. Pada masa ini terjadi pergantian kabinet, partai-partai politik terkuat mengambil
alih kekuasaan. PNI dan Masyumi merupakan partai yang terkuat dalam DPR (Parlemen).
Dalam waktu lima tahun (1950 -1955) PNI dan Masyumi secara bergantian memegang
hegemoni poltik dalam empat kabinet yang pernah berlaku. Adapun susunan kabinetnya
sebagai berikut;
Dalam bidang ekonomi kabinet ini memperkenalkan sistem ekonomi Gerakan Benteng yang
direncanakan oleh Menteri Ekonomi, Sumitro Djojohadikusumo. Program ini bertujuan
untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional
(pembangunan ekonomi Indonesia). Programnya adalah:
Tujuan program ini sendiri tidak dapat tercapai dengan baik meskipun anggaran yang
digelontorkan pemerintah cukup besar. Kegagalan program ini disebabkan karena :
Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi dalam
kerangka sistem ekonomi liberal.
Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati cara hidup
mewah.
Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat
dari kredit yang mereka peroleh.
Kabinet Natsir sendiri kemudian berakhir disebabkan oleh adanya mosi tidak percaya dari
PNI di Parlemen Indonesia menyangkut pencabutan Peraturan Pemerintah mengenai DPRD
dan DPRDS. PNI menganggap peraturan pemerintah No. 39 th 1950 mengenai DPRD terlalu
menguntungkan Masyumi. Mosi tersebut disampaikan kepada parlemen tanggal 22 Januari
1951 dan memperoleh kemenangan, sehingga pada tanggal 21 Maret 1951 Natsir harus
mengembalikan mandatnya kepada Presiden.
2. Kabinet Sukiman (27 April 1951 – 3 April 1952)
Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden, presiden menunjuk
Sartono (Ketua PNI) menjadi formatur, namun gagal, sehingga ia mengembalikan
mandatnya kepada presiden setelah bertugas selama 28 hari (28 Maret-18 April 1951).
Presiden Soekarno kemudian menunjukan Sidik Djojosukatro dari PNI dan Soekiman
Wijosandjojo dari Masyumi sebagai formatur dan berhasil membentuk kabinet koalisi
Masyumi-PNI. Kabinet ini terkenal dengan nama Kabinet Soekiman-Soewirjo.
Kabinet Sukiman ditenggarai melakukan Pertukaran Nota Keuangan antara Mentri Luar
Negeri Indonesia Soebardjo dengan Duta Besar Amerika Serikat Merle Cochran. Mengenai
pemberian bantuan ekonomi dan militer dari pemerintah Amerika kepada Indonesia
berdasarkan ikatan Mutual Security Act (MSA).
MSA sendiri kemudian dinilai mengkhianati politik luar negeri bebas dan aktif Indonesia
karena menerima MSA sama saja dengan ikut serta dalam kepentingan Amerika. Tindakan
Kabinet Sukiman tersebut dipandang telah melanggar politik luar negara Indonesia yang
bebas aktif karena lebih condong ke blok barat bahkan dinilai telah memasukkan Indonesia
ke dalam blok barat.
Kabinet Sukiman sendiri memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan militer dan
kurang prograsif menghadapi pemberontakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan.
Parlemen pada akhirnya menjatuhkan mosi tidak percaya kepada Kabinet Sukiman. Sukiman
kemudian harus mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno.
Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 3 Juni 1953)
Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno Wilopo dari PNI sebagai formatur. Setelah
bekerja selama dua minggu berhasil dibentuk kabinet baru di bawah pimpinan Perdana
Mentari Wilopo, sehingga bernama Kabinet Wilopo. Kabinet ini mendapat dukungan dari
PNI, Masyumi, dan PSI.
Kabinet Wilopo juga harus menghadapi konflik 17 Oktober 1952 yang menempatkan TNI
sebagai alat sipil dan munculnya masalah intern dalam TNI sendiri. Konflik semakin
diperparah dengan adanya surat yang menjelekkan kebijakan Kolonel Gatot Subroto dalam
usahanya memulihkan keamanan di Sulawesi Selatan
Sistem ekonomi ini merupakan penggambaran ekonomi pribumi – China. Sistem Ali Baba
digambarkan dalam dua tokoh, yaitu: Ali sebagai pengusaha pribumi dan Baba digambarkan
sebagai pengusaha non pribumi yang diarahkan pada pengusaha China.
Kabinet Ali ini juga sama seperti kabinet terdahulu mengalami permasalahan mengatasi
pemberontakan di daerah seperti DI/TII di Jawa Barat, Sulawesi Selatan, dan Aceh.
Terjadinya Peristiwa 27 Juni 1955, yaitu peristiwa yang menunjukkan adanya kemelut dalam
tubuh TNI-AD memperburuk usaha peningkatan keamanan negara. Pada masa kabinet ini
keadaan ekonomi masih belum teratasi karena maraknya korupsi dan peningkatan inflasi.
Konflik PNI dan NU memperburuk koalisi partai pendukung Kabinet Ali yang
mengakibatkan NU menarik menteri-menterinya pada tanggal 20 Juli 1955 yang diikuti oleh
partai lainnya. Keretakan partai pendukung mendorong Kabinet Ali Sastro I harus
mengembalikan mandatnya pada presiden pada tanggal 24 Juli 1955.
Kabinet ini mengalami ganggung ketika kebijakan yang diambil berdampak pada banyaknya
mutasi dalam lingkungan pemerintahan yang dianggap menimbulkan ketidaktenangan.
Kabinet ini sendiri mengembalikan mandatnya kepada Presiden Soekarno ketika anggota
Parlemen yang baru kurang memberikan dukungan kepada kabinet.
Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah Program kabinet ini
disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka panjang,
sebagai berikut:
Pada masa kabinet ini muncul gelombang anti Cina di masyarakat, meningkatnya pergolakan
dan kekacauan di daerah yang semakin menguat, serta mengarah pada gerakan sparatisme
dengan pembentukan dewan militer di Sumater dan Sulawesi.
Munas tersebut membahas beberapa hal, yaitu masalah pembangunan nasional dan daerah,
pembangunan angkatan perang, dan pembagian wilayah Republik Indonesia. Munas
selanjutnya dilanjutkan dengan musyawarah nasional pembangunan (munap) pada bulan
November 1957.
Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik Indonesia mengacu pada Ordonansi
Hindia Belanda 1939, yaitu Teritoriale Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie
1939 (TZMKO 1939). Dalam peraturan zaman Hindia Belanda ini, pulau-pulau di wilayah
Nusantara dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di
sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai. Ini berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari
laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa partai politik mengajukan usul kepada
Presiden Soekarno agar mengambil kebijakan untuk mengatasi kemelut politik. Oleh karena
itu pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang berisi sebagai
berikut;
Pembubaran Konstituante.
Berlakunya kembali UUD 1945.
Tidak berlakunya UUDS 1950.
Pembentukan MPRS dan DPAS.
Setelah keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya lagi UUDS
1950, maka secara otomatis sistem pemerintahan Demokrasi Liberal tidak berlaku
lagi di Indonesia dan mulainya sistem Presidensil dengan Demokrasi Terpimpin ala
Soekarno.
BAB 4
Demokrasi Terpimpin di Indonesia
Demokrasi Terpimpin di Indonesia dimulai dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
oleh Presiden Soekarno. Dekrit 5 Juli 1959menandakan era baru yang mana Indonesia
meninggalkan Demokrasi Liberal berganti dengan Demokrasi Terpimpin. Demokrasi Terpimpin
diartikan sebagai demokrasi yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Pada prakteknya pengertian Demokrasi Terpimpin lebih cenderung kepada
Demokrasi yang dipimpin oleh presiden sebagai Panglima Besar Revolusi.
Berbagai peristiwa pada masa Demokrasi Terpimpin, antara lain:
Pembentukan MPRS
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dibentuk berdasarkan Penpres No. 2
Tahun 1959. Para anggota MPRS ditunjuk dan diangkat oleh presiden dengan sejumlah
persyaratan : setuju kembali kepada UUD 1945, setia kepada perjuangan RI, dan setuju pada
manifesto politik. Keanggotaan MPRS terdiri atas 61 orang anggota DPR, dan 200 wakil
golongan. Chaerul Shaleh ditunjuk menjadi ketua MPRS. Tugas MPRS terbatas pada
menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara. Beberapa keputusan yang dibuat oleh MPRS:
1. Prosedur pembentukan MPRS dan DPRS, yang keduanya ditetapkan oleh Penpres. Pada
hal menurut undang-undang kedua lembaga tersebut dibentuk berdassakan pemilu.
2. Membubarkan DPR hasil pemilu 1955, menurut UUD 1945 bahwa DPR adalah mitra
presiden dalam membuat undang-undang dan menetapkan RAPBN.
3. Menjadikan kedudukan pemimpin lembaa tertinggi dan lembaga Negara sebagai menteri
yang berarti sebagai pembantu presiden. Pada hal menurut UUD 1945 kedudukan MPR
berada di atas presiden, sedangkan kedudukan lembaga-lembaga tinggi sejajar dengan
presiden.
4. Membentuk Front Nasional dan Musyawarah Pembantu pimpinan Revolusi. Kedua
lembaga tersebut tidak ada dalam UUD 1945.
5. Pengangkatan presiden seumur hidup, hal ini merupakan penyimpangan terhadap UUD
1945. Menurut Pasal 7 UUD 1945 dinyatakan bahwa Presiden memagang jabatan selama
lima tahun sesudahnya dapat dipilih kembali
6. Lembaga-lembaga Negara berintikan Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom). Hal
ini mengakibatkan Komunis (PKI) banyak memegang peranan penting dalam percaturan
politik Negara. Di samping itu dengan memasukan PKI dalam pemerintahan itu jelas
bertentangan dengan Pancasila
7. Politik luar negeri Indonesia lebih condong ke blok timur.
(Tentang “Penyimpangan pada Demokrasi Terpimpin” bisa klik DISINI)
Berakhirnya Demokrasi Terpimpin
Demokrasi Terpimpin berakhir setelah terjadinya peristiwa G 30 S/PKI yang diikuti berbagai
peristiwa lainnya. Dalam menganggapi aksi Demo Mahasiswa yang terkenal dengan tuntutannya,
yakni TRITURA, presiden Soekarno memberikan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar)
kepada Letjen Soeharto untuk mengambil tindakan untuk menjamin keamanan, ketenangan, dan
kestabilan jalannya pemerintahan, demi keutuhan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Keluarnya Supersemar ini kemudian menimbulkan dualisme kepemimpinan yang mana Presiden
Seokarno masih sah sebagai presiden Indonesia, sedangkan dalam menjalankan kebijkan
dilakukan oleh pengemban Supersemar, yakni Letjen Soeharto. Keputusan tentang
pengemban Supersemar diperkuat dengan adanya Sidang Umum MPRS IV yang salah satu
hasilnya adalah Tap MPRS No. IX/MPRS/1966 mengesahkan dan mengukuhkan Supersemar.
Selain itu juga keluar Tap MPRS No. XV/MPRS/1966 yang menyatakan bahwa apabila presiden
berhalangan, pemegang Supersemar berfungsi sebagai pemegang jabatan presiden. Pada tahun
1967, MPRS melakukan sidang meminta pertanggungawaban Presiden Seokarno. Pada sidang
tersebut presiden Soekarno membacakan pidato Nawaksara dan kemudian ditambah dengan
Pelengkap Nawaksawa. Akan tetapi pidato pertanggungjawaban presiden tersebut ditolak. Hasil
Sidang Istimewa dikeluarkannya Tap MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 tentang pencabutan
kekuasaan pemerintahan negara dari Presiden Soekarno dan mengangkat Letjen Soeharto sebagai
pejabat presiden. Pada tanggal 21-30 Maret 1968 diadakan Sidang Umum V MPRS
menghasilkan keputusan pengangkatan Soeharto dari Pejabat Presiden menjadi Presiden
Republik Indonesia ke-2. Pengangkatan Soeharto sebagai presiden ke-2 dilakukan pada tanggal
27 Maret 1968.
Berbagai peristiwa dari keluarnya Supersemar hingga berujung dengan pengangkatan Soeharto
sebagai presiden Indonesia ini menandakan berakhirnya Demokrasi Terpimpin berganti dengan
masa Orde Baru.
BAB 5
Pemerintahan Orde Baru di Indonesia
Latar belakang Orde Baru
Latar belakang terjadinya orde baru adalah karena terjadinya kudeta besar-besaran
yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia terhadap kebijakan pemerintah.
Peristiwa penculikan, penyiksaan dan pembunuhan terhadap jendral-jendral Tentara
Negara Indonesia dan beberapa orang penting yang terjadi pada septemper 1965
ini sempat membuat negara menjadi kacau.
Pada masa pemerintahan soeharto atau masa orde baru, negara Indonesia
Mengalami berbagai macam kemajuan, utamanya pada bidang Ekonomi. Kondisi
ekonomi yang tidak stabil sejak kemerdekaannya pada masa ini mulai stabil dan
membaik. Akan tetapi prestasi dalam bidang ekonomi tersebut juga dibarengi
dengan kekuasaan presiden yang otoriter, yaitu kekuasaan presiden berada di atas
Undang-Undang Dasar 1945.
Selain itu, pada masa orde baru juga terdapat berbagai macam penyimpangan
politik seperti kebijakan ekonomi yang terlalu berpihak pada asing, kekuasaan yang
otoriter serta maraknya korupsi kolusi Nepotisme yang dilakukan oleh soeharto dan
krooni-kroninya. Banyaknya korupsi dan ketidakpuasan rakyat juga menjadi
penyebab runtuhnya orde baru ini. Kronologi jatuhnya masa orde baru pun ditandai
dengan persaingan politik yang tidak seimbang. Hal ini terjadi karenatelah dilakukan
penyederhanaan partai dan indikasi terjadinya kecurangan dalam pemilu.
Kebebasan berpendapat saat itu juga ditekan, siapa saja yang tidak setuju atau
tidak sependapat dengan pemerintahpasti akan “dibungkam”. Hal ini dilakukan
untuk mempertahankan kekuasaan Soeharto pada masa itu sebagai presiden
Republik Indonesia.
Hal inilah yang menjadi pemicu kemarahan masyarakat, terutama mahasiswa. Krisis
moneter pun terjadi dan semakin menambah kegelisahan rakyat yang terjadi pada
tahun 1997 – 1998. Situasi keamanan negara menjadi tidak stabil dan memanas
kembali sepanjang Mei 1998. Demo besar juga dilakukan oleh rakyat agar menuntut
Soeharto mundur dari jabatannya. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto
mengundurkan diri sebagai presiden Republik Indonesia, sehingga masa
pemerintahan orde baru secara resmi berakhir.
Itulah penjelasan mengenai sejarah tentang orde baru. Baik kelebihan maupun
kekurangannya. Setiap presiden pasti mengusahakan segala sesuatu yang baik
untuk rakyatnya meskipun terkadang cara yang digunakannya dianggap menyalagi
aturan dan salah.
Sering kali keserakahan telah menghancurkan segala yang sudah dibangun dengan
indah. Seperti halnya maraknya korupsi yang hingga sekarang belum ada ujungnya.
Hal inilah yang mampu menghancurkan sebuah negara. Belajar dari sejarah bangsa
Indonesia, harusnya korupsi, kolusi dan nepotisme harus segera dihilangkan karena
sudah jelas akibatnya adalah akan menghancurkan sebuah negara.
BAB 6
Lahirnya Reformasi di Indonesia
A. Sejarah Awal Lahirnya Reformasi
Reformasi merupakan suatu perubahan catatan kehidupan lama catatan kehidupan baru
yang lebih baik.Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 merupakan suatu
gerakan yang bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaruan, terutama perbaikan
tatanan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial[2]. Dengan demikian,
reformasi telah memiliki formulasi atau gagasan tentang tatanan kehidupan baru menuju
terwujudnya Indonesia baru.
Persoalan pokok yang mendorong atau menyebabkan lahirnya reformasi adalah kesulitan
warga masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok. Harga-harga sembilan bahan pokok
(sembako), seperti beras, terigu, minyak goreng, minyak tanah, gula, susu, telur, ikan
kering, dan garam mengalami kenaikan yang tinggi. Bahkan, warga masyarakat harus antri
untuk membeli sembako itu.
Sementara, situasi politik dan kondisi ekonomi Indonesia semakin tidak menentu dan tidak
terkendali. Harapan masyarakat akan perbaikan politik dan ekonomi semakin jauh dari
kenyataan. Keadaan itu menyebabkan masyarakat Indonesia semakin kritis dan tidak
percaya terhadap pemerintahan Orde Baru.
Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang adil
dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.Oleh karena itu, tujuan lahirnya reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Kesulitan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan pokok merupakan faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan
reformasi.Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Presiden Suharto selama 32 tahun,
ternyata tidak konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan cita-cita Orde Baru[3].Pada
awal kelahirannya tahun 1966, Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis ekonomi, harga-harga mulai
membumbung tinggi sehingga daya beli rakyat sangat lemah, seakan menjerit lebih-lehih
banyak perusahaan yang terpaksa melakukan "PHK" karyawannya. Diperburuk lagi dengan
kurs rupiah terhadap dolar sangat rendah. Disinilah para mahasiswa, dosen, dan rakyat
mulai berani mengadakan demonstrasi memprotes kebijakan pemerintah. Setiap hari
mahasiswa dan rakyat mengadakan demonstrasi mencapai puncaknya pada bulan Mei
1998, dengan berani meneriakkan reformasi bidang politik, ekonomi, dan hukum.
Pada tanggal 20 Mei 1998 Presiden Soeharto berupaya untuk memperbaiki program
Kabinet Pembangunan VII dengan menggantikan dengan nama Kabinet Reformasi, namun
tidak mendapat tanggapan rakyat. Pada hari berikutnya tanggal 21 Mei 1998 dengan
berdasarkan Pasal 8 UUD 1945, Presiden Soeharto terpaksa menyerahkan kepemimpinan
kepada Wakil Presiden Prof. DR. B.J. Habibie.
2.Krisis Ekonomi
Diawali krisis moneter yang melanda Asia Tenggara sejak bulan Juli 1997 berimbas pada
Indonesia, bangunan ekonomi Indonesia temyata belum kuat untuk menghadapi krisis
global tersebut. Krisis ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat. Nilai tukar rupiah turun dari Rp. 2.575,00 menjadi Rp. 2.603,00 pada 1
Agustus 1997. Tercatat di bulan Desmeber 1997 nilai tukar rupiah terhadap dolar mencapai
R. 5.000,00 perdolar, bahkan mencapai angka Rp. 16.000,00 perdolar pada sekitar Maret
1997.
Nilai tukar rupiah semakin melemah,pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 0 % sebagai
akibat lesunya ikiim bisnis. Kondisi moneter mengalami keterpurukan dengan dilikuidasinya
16 bank pada bulan Maret 1997. Untuk membantu bank-bank yang bermasalah,
pemerintah membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan
mengeluarkan Kredit Likuidasi Bank Indonesia (K.LBI), temyata tidak membawa hasil sebab
pinjaman BLBI terhadap bank bermasalah tersebut tidak dapat mengembalikan. Dengan
demikian pemerintah harus menanggung beban utang yang cukup besar. Akibatnya
kepercayaan dunia intemasional mulai menurun. Krisis moneter ini akhimya berdampak
pada krisis ekonomi sehingga menghancurkan sistem fundamental perekonomian
Indonesia.
utang swasta nasional Rp. 73,962 miliar dolar AS + utang pemerintah Rp. 63,462 miliar
dolar AS, jadi utang seluruhnya mencapai 137,424 miliar dolar AS. Data ini diperoleh dari
pernyataan Ketua Tim Hutang-Hutang Luar Negeri Swasta (HLNS), Radius Prawiro seusai
sidang Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan Keuangan (DPKEK) yang dipimpin
oleh Presiden Soeharto di Bina Graha pada 6 Pebruari 1998.
Perdagangan luar negeri semakin sulit karena barang dari luar negeri menjadi sangat
mahal harganya. Mereka tidak percaya kepada para importir Indonesia yang dianggap tidak
akan mampu membayar barang dagangannya. Hampir semua negara tidak mau menerima
letter of credit (L/C) dari Indonesia. Hal ini disebabkan sistem perbankan di Indonesia yang
tidak sehat karena kolusi dan korupsi.
Walaupun praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme ini telah merugikan banyak pihak,
termasuk negara tapi tidak dapat dihentikan karena dibelakangnya ada suatu kekuatan
yang tidak tersentuh hukum.
d. Politik Sentralisasi
Pemerintahan Orde Baru menjalankan politik sentralistik, yakni bidang politik, ekonomi,
sosial dan budaya peranan pemerintah pusat sangat menentukan, sebaliknya pemerintah
daerah tidak 'punya peran yang signifikan. Dalam bidang ekonomi sebagian besar
kekayaan dari daerah diangkut ke pusat pembagian yang tidak adil inilah menimbulkan
ketidakpuasan rakyat dan pemerintah daerah. Akibatnya mereka menuntut berpisah dari
pemerintah pusat terutama terjadi di daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, seperti
Aceh, Riau, Kalimantan Timur, dan Irian Jaya (Papua).
Proses sentralisasi bisa dilihat adanya pola pemberitaan pers yang Jakarta sentries.
Terjadinya banjir informasi dari Jakarta (pusat) sekaligus dominasi opini dari pusat. Pola
pemberitaan yang cenderung bias Jakarta, terutama di halaman pertama pers.
Kecenderuangan ini sangat mewamai pola pemberitaan di halaman pertama pers di
daerah.
3.Krisis Politik
Krisis politik pada akhir orde baru ditandai dengan kemenangan mutlak Golkar dalam
Pemilihan Umum 1997 yang dinilai penuh kecurangan, Golkar satu-satunya kontestan
pemilu yang didukung fmansial maupun secara politik oleh pemerintah memenangkan
pemilu dengan meraih suara mayoritas. Golkar yang pada mulanya disebut sebagai
Sekretariat Bersama (Sekber) Golongan Karya, lahir dari usaha untuk menggalang
organisasi-organisasi masyarakat dan angkatan bersenjata, muncul satu tahun sebelum
peristiwa G30S/PKI tepatnya lahir pada tanggal 20 Oktober 1964. Dan memang tidak dapat
disangkal bahwa organisasi ini lahir dari pusat dan dijabarkan sampai kedaerah-daerah.
Disamping itu untuk tidak adanya loyalitas ganda dalam tubuh Pegawai Negeri Sipil maka
Korpri (Korps Pegawai Republik Indonesia) yang lahir tanggal 29 Nopember 1971 ikut
menggabungkan diri ke dalam Golongan Karya. Golkar ini kemudian dijadikan kendaraan
politik Soeharto untuk mendukung kekuasaannya selama 32 tahun, karena tidak ada
satupun kritik dari infra struktur politik ini yang berani mencundangi dirinya.
K-emenangan Golongan Karya dinilai oleh para pengamat politik di Indonesia dan para
peninjau asing dalam pemilu yang tidakjujur dan adil (jurdil) penuh ancaman dan intimidasi
terhadap para pemilih di pedesaan. Dengan diikuti dukungan terhadap Jenderal (Pum)
Soeharto selaku ketua dewan pembina Golkar untuk dicalonkan kembali sebagai presiden
pada sidang umum MPR tahun 1998 temyata mayoritas anggota DPR/MPR mendukung
Soeharto menjadi presiden untuk periode 1998-2003.
Rasa ketidak percayaan rakyat kepada pemerintah, DPR, dan MPR memicu gerakan
reformasi. Kaum reformis yang dipelopori mahasiswa, dosen, dan rektomya menuntut
pergantian presiden, reshuffle kabinet, Sidang Istimewa MPR, dan pemilu secepatnya.
Gerakan menuntut reformasi total disegala bidang, termasuk anggota DPR/MPR yang
dianggap penuh dengan KKN dan menuntut pemerintahan yang bersih dari kolusi, korupsi
dan nepotisme.
Gerakan reformasi menuntut pembaharuan lima paket undang-undang politik yang menjadi
sumber ketidakadilan, yaitu : (1) UU No. 1 Tahun 1985 tentang Pemilihan Umum; (2) UU
No. 1 Tahun 1985 tentang susunan, kedudukan, Tugas, dan wewenang DPR/MPR; (3) UU
No. 1 Tahun 1985 tentang partai politik dan Golongan Karya; (4) UUNo. 1 Tahun 1985
tentang Referendum; (5) UU No. 1 Tahun 1985 tentang organisasi masa.
4. Krisis Hukum.
Orde Baru banyak terjadi ketidak adilan dibidang hukum, dalam kekuasaan kehakiman
berdasar Pasal 24 UUD 1945 seharusnya memiliki kekuasaan yang merdeka terlepas dari
kekuasaan eksekutif, tapi Kenyataannya mereka dibawah eksekutif. Dengan demikian
pengadilan sulit terwujud bagi rakyat, sebab hakim harus melayani penguasa. Sehingga
sering terjadi rekayasa dalam proses peradilan.
Reformasi adalah pembaharuan radikal untuk perbaikan bidang sosial, politik, atau agama
(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dengan demikian reformasi merupakan penggantian
susunan tatanan perikehidupan lama menjadi tatanan perikehidupan baru secara hukum
menuju perbaikan.
Reformasi yang digalang sejak 1998 merupakan formulasi menuju Indonesia baru dengan
tatanan baru, maka diperlukan agenda reformasi yang jelas dengan penetapan skala
prioritas, pentahapan pelaksanaan, dan kontrol agar tepat tujuan dan sasaran.
1. Tujuan Reformasi
Atas kesadaran rakyat yang dipelopori mahasiswa, dan cendikiawan mengadakan suatu
gerakan reformasi dengan tujuan memperbaharui tatanan kehidupan masyarakat,
berbangsa, bemegara, agar sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Secara kronologi terjadinya tuntutan reformasi sampai dengan turunnya Soeharto dari kursi
kepresidenan sebagai berikut: (1) pada tanggal 10 Mei 1998 perasaan tidak puas terhadap
hasil pemilu dan pembentukan Kabinet Pembangunan VII mewarnai kondisi politik
Indonesia. Kemarahan rakyat bertambah setelah pemerintah secara sepihat menaikkan
harga BBM. Namun keadaan ini tidak menghentikan Presiden Soeharto untuk mengunjungi
Mesir karena menganggap keadaan dalam negeri pasti dapat diatasi; (2) pada 12 Mei 1998
semakin banyak mahasiswa yang berunjuk rasa membuat aparat keamanan kewalahan,
sehingga mereka harus ditindak lebih keras, akibatnya bentrokan tidak dapat dihindari.
Bentrokan aparat keamanan dengan mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta yang berunjuk
rasa tanggal 12 Mei 1998 mengakibatkan empat mahasiswa tewas tertembak yaitu Hery
Hartanto, Elang Mulia Lesmana, Hendriawan Sie, dan Hafidhin Royan serta puluhan
mahasiswa dan masyarakat mengalami luka-luka.Peristiwa ini menimbulkan masyarakat
berduka dan marah sehingga memicu kerusuhan masa pada tanggal 13 dan 14 Mei 1998 di
Jakarta dan sekitamya. Penjarahan terhadap pusat perbelanjaan, pembakaran toko-toko
dan fasilitas lainnya; (3) pada 13 Mei 1998 Presiden Soeharto menyatakan ikut berduka cita
ats terjadinya peristiwa Semanggi. Melalui Menteri Luar Negeri Ali Alatas dan presiden
menyatakan atas nama pemerintah tidak mungkin memenuhi tuntutan para reformis di
Indonesia; (4) pada 15 Mei 1998 Presiden Soeharto tiba kembali di Jakarta, oleh karena itu
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia menyiagakan pasukan tempur dengan
peralatannya di segala penjuru kota Jakarta; (5) Presiden Soeharto menerima ketatangan
Harmoko selaku Ketua DPR/MPR RI yang menyampaikan aspirasi masyarakat untuk
meminta mundur dari jabatan Presiden RI; (6) pada 17 Mei 1998 terjadi demonstrasi besar-
besaran di gedung DPR/MPR RI untuk meminta Soeharto turun dari jabatan presiden
Republik Indonesia; (7) pada 18 Mei 1998 Ketua DPR/MPR RI Harmoko di hadapan para
wartawan mengatakan meminta sekali lagi kepada Soeharto untuk mundur dari jabatan
presiden RI; (8) pada 19 Mei 1998 beberapa ulama besar, budayawan, dan toko
cendiriawan bertemu Presiden Soeharto di Istana Negara membahas reformasi dan
kemungkinan mundurnya Presiden Soeharto, mereka ini adalah : Prof. Abdul Malik Fadjar
(Muhammadiyah), KH. Abdurrahman Wahid (PB NU), Emha Ainun Nadjib (Budayawan),
Nurcholis Madjid (Direktur Universitas Paramadina Jakarta), Ali Yafie (Ketua MUI), Prof. Dr.
Yusril Ihza Mahendra (Guru Besar Universitas Indonesia), K.H. Cholil Baidowi (Muslimin
Indonesia), Sumarsono(Muhammadiyah), Ahmad Bagja (NU), K.H. Ma’ruf Amin (NU).
Sedangkan di luar aksi mahasiswa di Jakarta agak mereda saat terjadi kerusuhan masa,
tapi setelah kejadian itu pada tanggal 19 Mei 1998 mahasiswa yang pro-reformasi berhasil
menduduki gedung DPR/MPR untuk berdialog dengan wakil rakyat walaupun mendapat
penjagaan secara ketat aparat keamanan; (9) pada 20 Mei 1998 Presiden Soeharto
berencana membentuk Komite Reformasi untuk mengkompromikan tuntutan para
demonstran. Namun, komite ini tidak pernah menjadi kenyataan karena dalam komite yang
mayoritas dari Kabinet Pembangunan VII tidak bersedia dipilih. Pada suasana yang panas
ini kaum reformis diseluruh tanah air bersemangat untuk menuntur reformasi dibidang
politik, ekonomi, dan hukum. Maka tanggal 20 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundang
tokoh-tokoh bangsa Indonesia untuk diminta pertimbangan dalam rangka membentuk
"Komite Reformasi" yang diketuai Presiden. Namun komite ini tidak mendapat tanggapan
sehingga presiden tidak mampu membentuk Komite Reformasi dan Kabinet Reformasi; (10)
dengan desakan mahasiswa dan masyarakat serta demi kepentingan nasional, tanggal 21
Mei 1998 pukul 10.00 WIB Presiden Soeharto meleetakkan kekuasaan didepan Mahkamah
Agung. Presiden menunjuk Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi pengganti presiden; (11)
pada 22 Mei 1998 setelah B.J. Habibie menerima tongkat estafet kepemimpinan nasional
maka dibentuk kabinet baru yang bernama Kabinet Reformasi Pembangunan.
Naiknya Habibie menggantikan Soeharto menjadi polemik dikalangan ahli hukum, ada yang
mengatakan hal itu konstitusional dan inskonstitusional.Yang mengatakan konstitusional
berpedoman Pasal 8 UUD 1945, "Bila Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat
melakukan kewajibannya, ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis waktunya". Adapun
yang mengatakan inskonstitusional berlandaskan ketentuan Pasal 9 UUD 1945, "Sebelum
Presiden meangku jabatan maka Presiden harus mengucapkan sumpah dan janji di depan
MPR atau DPR". Secara hukum materiel Habibie menjadi presiden sah dan konstitusional.
Namun secara hukum formal (hukum acara) hal itu tidak konstitusional, sebab perbuatan
hokum yang sangat penting yaitu pelimpahan wewenang dari Soeharto kepada Habibie
harus melalui acara resmi konstitusional. Saat itu DPR tidak memungkinkan untuk
bersidang, maka harus ada alas an yang kuat dan dinyatakan sendiri oleh DPR.
B. Langkah-langkah Pemerintahan Habibie.
1. Pembentukan Kabinet.
Membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan pada tanggal 22 Mei 1998 yang meliputi
perwakilan militer (TNI-PoIri), PPP, Golkar, dan PDI.
1. a) Merekapitalisasi perbankan.
2. b) Merekonstruksi perekonomian nasional.
3. c) Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
4. d) Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika hingga dibawahRp.
10.000,00
5. e) Mengimplementasikan refbrmasi ekonomi yang disyaratkan IMF.
Krisis ini merupakan momentum koreksi historis bukan sekedar lengsemya Soeharto dari
kepresidenan tapi yang paling penting membangun kelompok sipil lebih berpotensi untuk
membongkar praktek KKN, otonomi daerah, dan lain-lainnya. Dimana krisis multidimensi ini
berkaitan dengan sistem pemerintahan Orde Baru yang sentralistik yaitu kurang
memperhatikan tuntutan otonomi daerah sebab sebab segala kebijakan untuk daerah
selalu ditentukan oleh pemerintah pusat.
Pada era reformasi posisi ABRI dalam MPR jumlahnya sudah dikurangi dari 75 orang
menjadi 38 orang. ABRI yang semula terdiri atas empat angkatan yang termasuk Polri,
mulai tanggal 5 Mei 1999 Kepolisian RI memisahkan diri menjadi Kepolisian Negara RI.
Istilah ABRI berubah menjadi TNI yaitu angkatan darat, laut, dan udara.
Prasyarat untuk melakukan rekonstruksi dan reformasi hukum memerlukan reformasi politik
yang melahirkan keadaan demokratis dan DPR yang representatif mewakili kepentingan
masyarakat. Oleh karena itu pemerintah dan DPR merupaka'n kunci untuk pembongkaran
dan refbrmasi hukum. Target reformasi hukum menyangkut tiga hal, yaitu : substansi
hukum, aparatur penegak hukum yang bersih dan berwibawa, dan institusi peradilan yang
independen. Mengingat produk hukum Orde Baru sangat tidak kondusif untuk menjamin
perlindungan hak asasi manusia, berkembangnya demokrasi dan menghambat kreatifitas
masyarakat. Adanya praktek KKN sebagai imbas dari adanya aturan hukum yang tidak adil
dan merugikan masyarakat.
Pada saat sidang berlangsung temyata diluar gedung DPR/MPR Senayan suasana kian
memanas oleh demonstrasi mahasiswa dan massa sehingga anggota MPR yang bersidang
mendapat tekanan untuk bekerja lebih keras, serius, cepat sesuai tuntutan reformasi.
Sidang Istimewa MPR menghasilkan 12 ketetapan, yaitu :
Pemungutan suara dilaksanakan pada hari Kamis, 7 Juni 1999 berjalan lancar dan tidak
ada kerusuhan seperti yang dikhawatirkan masyarakat. Dalam perhitungan akhir hasil
pemilu ada dua puluh satu partai politik meraih suara untuk menduduki 462 kursi anggota
DPR, yaitu :
TNI/PoIri), 65 orang wakil-wakil Utusan Golongan, dan 135 orang Utusan Daerah. Maka
MPR melaksanakan Sidang Umum MPR Tahun 1999tanggal 1-21 Oktober 1999. Sidang
mengesahkan Prof. DR. H. Muhammad Amin Rais, MA (PAN) sebagai Ketua MPR, dan Ir.
Akbar Tandjung (Partai Golkar) sebagai Ketua DPR.
Dalam pencalonan presiden muncul tiga nama calon yang diajukan oleh fraksi-fraksi di
MPR, yaitu KH Abdurrahman Wahid (PKB), Hj.Megawati Soekamoputri (PDI-P), Prof.DR.
Yusril Ihza Mahendra, SH, MSc (PBB), Namun sebelum pemilihan Yusril mengundurkan
diri. Hasil pemilihan dilaksanakan secara voting KH. Abdurrahman Wahid mendapat 373
suara, Megawati mendapat 313 suara, dan 5 abstein. Dalam pemilihan wakil presiden
dengan calon Hj.Megawati Soekamoputri (PDI-P) dan DR. Hamzah Haz (PPP)
dimenangkan oleh Megawati Soekamoputri.
Pada tanggal 25 Oktober 1999 Presiden KH Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden
Megawati Soekamoputri menyusun Kabinet Persatuan Nasional, yang terdiri dari: 3 Menteri
Koordinator (Menko Polkam, Menko Ekuin, dan Menko Kesra), 16 menteri yang memimpin
departemen, 13 Menteri Negara.
Krisis finansial Asia yang terjadi sejak tahun 1997 menyebabkan ekonomi indonesia
melemah. Keadaan memburuk. Adanya sistem monopoli di bidang perdagangan, jasa, dan
usaha. Pada masa orde baru, orang-orang dekat dengan pemerintah akan mudah
mendapatkan fasilitas dan kesempatan bahkan mampu berbuat apa saja demi keberhasilan
usahanya. Terjadi krisis moneter. Krisis tersebut membawa dampak yang luas bagi
kehidupan manusia dan bidang usaha. Banyak perusahaan yang ditutup sehingga terjadi
PHK dimana-mana dan menyebabkan angka pengangguran meningkat tajam serta muncul
kemiskinan dimana-mana dan krisis perbankan. KKN semakin merajalela, ketidakadilan
dalam bidang hukum, pemerintahan orde baru yang otoriter dan tertutup, besarnya peranan
militer dalam orde baru, adanya 5 paket UU serta memunculkan demonstrasi yang
digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi
dan reformasi total.
3. Munculnya Gerakan Reformasi
Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu menciptakan kehidupan masyarakat yang adil
dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Oleh karena itu, tujuan lahirnya gerakan reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan
perikehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesulitan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan pokok merupakan faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan
reformasi. Namun, persoalan itu tidak muncul secara tiba-tiba. Banyak faktor yang
mempengaruhinya, terutama ketidakadilan dalam kehidupan politik, ekonomi dan hukum.
Pemerintahan orde baru dipimpin presiden Soeharto selama 32 tahun, ternyata tidak
konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan cita-cita Orde Baru. Pada awal
kelahirannya tahun 1966, Orde baru bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Namun dalam
pelaksanaannya, pemerintahan Orde Baru banyak melakukan penyimpangan terhadap
nilai-nilai pancasila dan ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam UUD 1945 yang sangat
merugikan rakyat kecil. Bahkan, Pancasila dan UUD 1945 hanya dijadikan legitimasi untuk
mempertahankan kekuasaan. Penyimpangan-penyimpangan itu melahirkan krisis
multidimensional yang menjadi penyebab umum lahirnya gerakan reformasi, yaitu:
a. Krisis Politik
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan
politik pemerintahan Orde Baru. Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan
orde baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi pancasila. Namun
yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan presiden
Soeharto dan kroni-kroninya. Artinya, demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan orde
baru bukan demokrasi yang semestinya, melainkan demokrasi rekayasa. Dengan demikian,
yang terjadi bukan demokrasi yang berarti dari, oleh, untuk rakyat, melainkan demokrasi
yang berarti dari,oleh dan untuk penguasa. Pada masa orde baru, kehidupan politik sangat
represif, yaitu adanya tekanan yang kuat dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau
orang-orang yang berpikir kritis.
1. Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh sebagai
tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan Republik Indinesia)
2. Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan demokrasi semu atau
demokrasi rekayasa.
3. Terjadinya Korupsi, kolusi dan Nepotisme (KKN) yang merajalela dan masyarakat
tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.
4. Pelaksanaan Dwifungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap warga negara sipil
untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan
5. Terciptanya masa kekuasaan presiden yang tak terbatas. Meskipun Soeharto dipilih
menjadi presiden melalui sidang umum MPR, tetapi pemilihan itu merupakan hasil rekayasa
dan tidak demokratis.
b. Krisis Hukum
Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas pada bidang
politik. Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan intervensi. Artinya, kekuasaan
peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa dan bukan untuk
melayani masyarakat dengan penuh keadilan. Bahkan, hukum sering dijadikan alat
pembenaran para penguasa. Kenyataan itu bertentangan dengan ketentuan pasal 24 UUD
1945 yang menyatakan bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas
dari kekuasaan pemerintah (eksekutif).
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia tenggara sejak juli 1996 mempengaruhi
perkembangan perekonomian Indonesia. Ternyata, ekonomi indonesia tidak mampu
menghadapi krisis global yang melanda dunia. Krisis ekonomi indonesia diawali dengan
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serikat. Pada tanggal 1 Agustus
1997, nilai tukar rupiah turun dari Rp. 2,575.00 menjadi 2,603.00 per dollar Amerika serikat.
Pada bulan desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turun
menjadi Rp. 5,000.00 per dollar. Bahkan pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus
melemah dan mencapai titik terendah, yaitu Rp. 16,000.00 per dollar. Krisis ekonomi yang
melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti: 1. Hutang luar
negeri indonesia yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya krisis ekonomi. Meskipun,
hutang itu bukan sepenuhnya hutang negara, tetapi sangat besar pengaruhnya terhadap
upaya-upaya untuk mengatasi krisis ekonomi.
d. Krisis Sosial
Krisis politik, hukum dan ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis sosial.
Pelaksanaan politik yang represif dan tidak demokratis menyebabkan terjadinya konflik
politik maupun konflik antar etnis dan agama. Semua itu berakhir pada meletusnya
berbagai kerusuhan dibeberapa daerah. Ketimpangan perekonomian indonesia
memberikan sumbangan terbesar terhadap krisis sosial. Pengangguran, persediaan
sembako yang terbatas, tingginya harga-harga sembako, rendahnya daya beli masyarakat
merupakan faktor-faktor yang rentan terhadap krisis sosial.
e. Krisis Kepercayaan
Krisis politik
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari berbagai kebijakan
politik pemerintahan Orde Baru.Berbagai kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintahan
Orde Baru selalu dengan alasan dalam kerangka pelaksanaan demokrasi Pancasila.Namun
yang sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan Presiden
Suharto dan kroni-kroninya.Artinya, demokrasi yang dilaksanakan pemerintahan Orde Baru
bukan demokrasi yang semestinya, melainkan demokrasi rekayasa.
Dengan demikian, yang terjadi bukan demokrasi yang berarti dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat, melainkan demokrasi yang berarti dari penguasa, oleh penguasa, dan untuk
penguasa.Pada masa Orde Baru, kehidupan politik sangat represif, yaitu adanya tekanan
yang kuat dari pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang berpikir kritis. Ciri-
ciri kehidupan politik yang represif, di antaranya:
1. Setiap orang atau kelompok yang mengkritik kebijakan pemerintah dituduh sebagai
tindakan subversif (menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia).
2. Pelaksanaan Lima Paket UU Politik yang melahirkan demokrasi semu atau
demokrasi rekayasa.
3. Terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dan masyarakat
tidak memiliki kebebasan untuk mengontrolnya.
4. Pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI yang memasung kebebasan setiap warga negara
(sipil) untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan.
5. Terciptanya masa kekuasaan presiden yang tak terbatas. Meskipun Suharto dipilih
menjadi presiden melalui Sidang Umum MPR, tetapipemilihan itu merupakan hasil
rekayasa dan tidak demokratis.
b. Krisis hukum
Rekayasa-rekayasa yang dibangun pemerintahan Orde Baru tidak terbatas pada bidang
politik.Dalam bidang hukumpun, pemerintah melakukan intervensi.Artinya, kekuasaan
peradilan harus dilaksanakan untuk melayani kepentingan para penguasa dan bukan untuk
melayani masyarakat dengan penuh keadilan.
Bahkan, hukum sering dijadikan alat pembenaran para penguasa.Kenyataan itu
bertentangan dengan ketentuan pasa 24 UUD 1945 yanf menyatakan bahwa‘kehakiman
memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah (eksekutif)’.
c. Krisis ekonomi
Krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara sejak Juli 1996 mempengaruhi
perkembangan perekonomian Indonesia.Ternyata, ekonomi Indonesia tidak mampu
menghadapi krisis global yang melanda dunia.Krisis ekonomi Indonesia diawali dengan
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.Pada tanggal 1 Agustus
1997, nilai tukar rupiah turun dari Rp 2,575.00 menjadi Rp 2,603.00 per dollar Amerika
Serikat.
Pada bulan Desember 1997, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat turun
menjadi Rp 5,000.00 per dollar. Bahkan, pada bulan Maret 1998, nilai tukar rupiah terus
melemah dan mencapai titik terendah, yaitu Rp 16,000.00 per dollar Krisis ekonomi yang
melanda Indonesia tidak dapat dipisahkan dari berbagai kondisi, seperti:
1. Hutang luar negeri Indonesia yang sangat besar menjadi penyebab terjadinya krisis
ekonomi. Meskipun, hutang itu bukan sepenuhnya hutang negara, tetapi sangat besar
pengaruhnya terhadap upaya-upaya untuk mengatasi krisis ekonomi.
2. Industrialisasi, pemerintah Orde Baru ingin menjadikan negara RI sebagai negara
industri. Keinginan itu tidak sesuai dengan kondisi nyata masyarakat Indonesia.Masyarakat
Indonesia merupakan sebuah masyarakat agraris dengan tingkat pendidikan yang sangat
rendah (rata-rata).
3. Pemerintahan Sentralistik, pemerintahan Orde Baru sangat sentralistik sifatnya
sehingga semua kebijakan ditentukan dari Jakarta. Oleh karena itu, peranan pemerintah
pusat sangat menentukan dan pemerintah daerah hanya sebagai kepanjangan tangan
pemerintah pusat.
d. Krisis sosial,- Krisis politik, hukum, dan ekonomi merupakan penyebab terjadinya krisis
sosial.Pelaksanaan politik yang represif dan tidak demokratis menyebabkan terjadinya
konflik politik maupun konflik antar etnis dan agama.Semua itu berakhir pada meletusnya
berbagai kerusuhan di beberapa daerah.
Ketimpangan perekonomian Indonesia memberikan sumbangan terbesar terhadap krisis
sosial.Pengangguran, persediaan sembako yang terbatas, tingginya harga-harga sembako,
rendahnya daya beli masyarakat merupakan faktor-faktor yang rentan terhadap krisis
sosial.
e. Krisis kepercayaan,- Krisis multidimensional yang melanda bangsa Indonesia telah
mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Presiden
Suharto.Ketidakmampuan pemerintah dalam membangun kehidupan politik yang
demokratis, menegakkan pelaksanaan hukum dan sistem peradilan, dan pelaksanaan
pembangunan ekonomi yang berpihak kepada rakyat banyak telah melahirkan krisis
kepercayaan.
Kronologi Peristiwa Reformasi
Secara garis besar, kronologi gerakan reformasi dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Sidang Umum MPR (Maret 1998) memilih Suharto dan B.J. Habibie sebagai
Presiden dan Wakil Presiden RI untuk masa jabatan 1998-2003. Presiden Suharto
membentuk dan melantik Kabinet Pembangunan VII.
2. Pada bulan Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai daerah mulai bergerak
menggelar demonstrasi dan aksi keprihatinan yang menuntut penurunan harga barang-
barang kebutuhan (sembako), penghapusan KKN, dan mundurnya Suharto dari kursi
kepresidenan.
3. Pada tanggal 12 Mei 1998, dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Universitas Trisakti
Jakarta telah terjadi bentrokan dengan aparat keamanan yang menyebabkan empat orang
mahasiswa (Elang Mulia Lesmana, Hery Hartanto, Hafidhin A. Royan, dan Hendriawan Sie)
tertembak hingga tewas dan puluhan mahasiswa lainnya mengalami luka-luka. Kematian
empat mahasiswa tersebut mengobarkan semangat para mahasiswa dan kalangan kampus
untuk menggelar demonstrasi secara besar-besaran[7].
4. Pada tanggal 13-14 Mei 1998, di Jakarta dan sekitarnya terjadi kerusuhan massal
dan penjarahan sehingga kegiatan masyarakat mengalami kelumpuhan. Dalam peristiwa
itu, puluhan toko dibakar dan isinya dijarah, bahkan ratusan orang mati terbakar[8].
5. Pada tanggal 19 Mei 1998, para mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di
Jakarta dan sekitarnya berhasil menduduki gedung MPR/DPR.
6. Pada saat yang bersamaan, tidak kurang dari satu juta manusia berkumpul di alun-
alun utara Keraton Yogyakarta untuk menghadiri pisowanan agung, guna mendengarkan
maklumat dari Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paku Alam VII.
7. Pada tanggal 19 Mei 1998, Harmoko sebagai pimpinan MPR/DPR mengeluarkan
pernyataan berisi ‘anjuran agar Presiden Suharto mengundurkan diri’.
8. Pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Suharto mengundang tokoh-tokoh agama dan
tokoh-tokoh masyarakat untuk dimintai pertimbangan dalam rangka membentuk Dewan
Reformasi yang akan diketuai oleh Presiden Suharto.
9. Pada tanggal 21 Mei 1998, pukul 10.00 di Istana Negara, Presiden Suharto
meletakkan jabatannya sebagai Presiden RI di hadapan Ketua dan beberapa anggota
Mahkamah Agung. Berdasarkan pasal 8 UUD 1945, kemudian Suharto menyerahkan
jabatannya kepada Wakil Presiden B.J. Habibie sebagai Presiden RI.Pada waktu itu juga
B.J. Habibie dilantik menjadi Presiden RI oleh Ketua MA.
Demonstrasi bertambah gencar dilaksanakan oleh para mahasiswa, terutama setelah
pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei
1998.Agenda reformasi yang menjadi tuntutan para mahasiswa mencakup beberapa
tuntutan, seperti:
B. Kebijakaan Dan Kepemimpinan Presiden Habibie, Gus Dur, Megawti, Dan Susilo
Bambang Yudhayono
Keberhasilan menciptakan Pesawat CN 35 yang mampu melakukan short take off and
landing, hanya 400 meter, merupakan prestasi tanpa tanding, di kelasnya di dunia. Diikuti
dengan penciptaan Air Bus 600 yang tercepat di dunia. Selain itu juga, telah merancang
pesawat terbang yang tercepat di dunia, diumumkan oleh B.J. Habibie sejak awal
pembentukan ICMI di Malang, suatu pesawat sipil dengan kecepatan jarak Jakarta
NewYork hanya empat jam. Tentu, prestasi ini sangat mencemaskan eksistensi negara
industri pesawat terbang, terutama dari negara adikuasa Barat. Sampai kini, pesawat
produk dari Barat sekalipun, jarak Jakarta – Jeddah ditempuh selama delapan jam.
Tambahan lagi, di bidang persenjataan, PINDAD yang dipimpin oleh Presiden Prof. Dr. B.J
Habibie, mampu menciptakan senjata yang mempunyai jarak tembak 1.000 meter dan
sangat akurat. Senjata produk barat, hanya mampu 750 meter jarak tembaknya. Senjata
produk PINDAD melampaui produk pabrik senjata dari Barat.
Pribadi Presiden Prof. Dr. B.J Habibie dengan kemampuan teknologinya yang tinggi
prestasinya, belum pernah dimiliki oleh seorangpun dari Presiden Amerika Serikat
Walaupun telah merdeka sejak 1775 hingga 2008 M dan terjadi pergantian 86 Presiden.
Demikian pula negara barat lainnya, tidak mempunyai seorangpun Kepala Negarayang
memiliki kemampuan menciptakan teknologi pesawat terbang baru. Andaikata rancangan
pesawatnya dapat terwujud maka Indonesia akan menjadi negara yang memiliki kekuatan
dirgantara yang luar biasa.
Ketika Habibie mengganti Soeharto sebagai presiden tanggal 21 Mei 1998, ada lima isu
terbesar yang harus dihadapinya, yaitu:
a. Kebijakan dalam bidang politik Reformasi dalam bidang politik berhasil mengganti lima
paket undang-undang masa Orde Baru dengan tiga undang-undang politik yang lebih
demokratis. Berikut ini tiga undang-undang tersebut.
Pada pemilu yang diselenggarakan pada 1999 (lihat: Pemilu 1999), partai PDI-P pimpinan
Megawati Soekarnoputri berhasil meraih suara terbanyak (sekitar 35%). Tetapi karena
jabatan presiden masih dipilih oleh MPR saat itu, Megawati tidak secara langsung menjadi
presiden. Abdurrahman Wahid, pemimpin PKB, partai dengan suara terbanyak kedua saat
itu, terpilih kemudian sebagai presiden Indonesia ke-4. Megawati sendiri dipilih Gus Dur
sebagai wakil presiden. Masa pemerintahan Abdurrahman Wahid diwarnai dengan
gerakan-gerakan separatisme yang makin berkembang di Aceh, Maluku dan Papua. Selain
itu, banyak kebijakan Abdurrahman Wahid yang ditentang oleh MPR/DPR.
Selain itu, di bawah Presiden K.H. Abdurrahman Wahid, dalam upayanya menarik kembali
wiraniagawan Cina yang eksodus dari Indonesia, dengan cara menghidupkan kembali
Kong Fu Tsu. Dengan cara ini, diharapkan proses pembauran Bangsa atau hubungan etnis
Cina – Non-Pribumi dengan etnis Indonesia – Pribumi lainnya, akan semakin akrab.
IAIN di ubah menjadi UIN dengan membuka fakultas dan jurursan yang sama dengan
fakultas dan jurusan yang dikelola oleh perguruan tinggi dari Diknas. Dengan demikian,
alumni pendidikan yang diselenggarakan Departemen Agama, dapat bekerja ke
departemen manapun. Institut Keguruan Ilmu Pendidikan IKIP berubah menjadi Universitas
Pendidikan Indonesia – UPI.
Selain itu, kepolisian tidak lagi menjadi satu kesatuan dengan ABRI. Kepolisian
bertanggung jawab atas keamanan dalam negeri Indonesia. Kementrian penerangan dan
kementrian sosial ditiadakan. Sedangkan Departemen Agama yang pernah diusulkan oleh
Rasuna Said dari kelompok komunis Tan Malaka, agar dibubarkan, tetap dipertahankan
oleh Presiden K.H. Abdurrahman Wahid. Barangkali karena eksistensi Departemen Agama
secara historis dirintis awalnya oleh ayahnya, Wachid Hasjim.
Pada 29 Januari 2001, ribuan demonstran berkumpul di Gedung MPR dan meminta Gus
Dur untuk mengundurkan diri dengan tuduhan korupsi. Di bawah tekanan yang besar,
Abdurrahman Wahid lalu mengumumkan pemindahan kekuasaan kepada wakil presiden
Megawati Soekarnoputri.Melalui Sidang Istimewa MPR pada 23 Juli 2001, Megawati secara
resmi diumumkan menjadi Presiden Indonesia ke-5.
a. Pergerakan Nasional
Seperti yang dikatakan oleh Feith, bahwa benih-benih nasionalisme tumbuh seiring dengan
dibuatkannya kebijakan-kebijakan politik etis yang merupakan bentuk dari politik balas budi
pemerintahan kolonial Belanda kepada rakyat Indonesia ketika itu. Akibat dari kebijakan tersebut
maka benih nasionalisme yang tumbuh karena interaksi dengan dunia luar serta pembelajaran yang
dilakukan oleh segenap pemuda ketika itu. Soetomo, Soekarno, Hatta, Sjahrir, Natsir, dan lain-lain
menjadi bagan yang tak terpisahkan dari upaya rakyat Indonesia ketika itu untuk lepas dari belenggu
penjajahan. Soetomo kemudian mendirikan Budi Utomo, sebuah organisasi dengan corak modern
didirikan sebagai upaya untuk membangun kesejahteraan masyarakat di pedalaman Jawa. Soekarno
mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) dengan tujuan yang sangat jelas; mencapai Indonesia
Merdeka, sementara Sjahrir dan Hatta melanjutkan perjuangan PNI setelah Soekarno masuk ke
tahanan pemerintah kolonial. Sedangkan Natsir bersma-sama tokoh pergerakan nasional yang
berbasis Islam lainnya bersatu dan mendorong munculnya organisasi-organisasi Islam yang bertujuan
untuk kesejahteraan umat. Dari Sarekat Islam (SI), Nahdlatul Ulama (NU), Muhamadiyah, Perti, dan
lain-lain yang di masa penjajahan Jepang bersama-sama mendirikan Majelis Syuro Muslimin
Indonesia (Masyumi) yang kelak akan menjadi partai Islam terbesar dalam sejarah bangsa Indonesia,
karena merupakan representasi politik dari organisasi Islam di Indonesia.
Ada lima karakteristik kepemimpinan periode pergerakan nasional ini, yaitu: pertama, kepemimpinan
pemuda masa pergerakan nasional selalu diliputi keinginan untuk mewujudkan Indonesia merdeka,
lepas dari segala penjajahan dan kolonialisme. Kedua, kepemimpinan kaum muda masa pergerakan
nasional selalu bereksperimen dengan berbagai ideologi yang berkembang saat itu. Sebagaimana
diketahui bersama, saat pergerakan nasional berlangsung, ideologi masuk ke Indonesia seperti aliran
arus sungai yang mempengaruhi pola pikir kaum muda saat itu, baik yang berideologi reformis Islam
seperti Natsir, nasionalisme keindonesiaan sebagaimana Soekarno tegaskan dalam setiap kesempatan
ketika itu, komunisme yang dianut oleh Semaun, Alimin, Tan Malaka, Amir Sarifuddin, dan lainnya,
ataupun sosialisme yang dianut oleh Hatta dan Sjahrir.
Indonesia
Ketiga, kepemimpinan kaum muda era pergerakan nasional juga lebih banyak menampilkan watak
radikalisme dari pada sikap kooperatif. Hal ini ditandai dengan ditangkapnya beberapa tokoh
pergerakan nasional yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Keempat, kepemimpinan kaum
muda jaman pergerakan nasional juga selalu menampilkan wajah kooperatif dengan pelbagai
perbedaan ideology, apabila memiliki tujuan yang sama; kemerdekaan Indonesia. Sikap kooperatif
terhadap organisasi yang berbeda ideologi ini merupakan bentuk dari penggalangan kekuatan untuk
kemerdekaan Indonesia. Dan yang kelima, kepemimpinan kaum muda jaman pergerakan nasional
juga selalu memiliki cetak biru (blue print) Indonesia masa depan. Terlepas apakah cetak biru tentang
Indonesia yang dicita-citakan berlandaskan kepada keyakinan ideologi yang dianutnya.
b. Revolusi Kemerdekaan
Kedatangan Jepang ke Indonesia memecah sebagian besar kaum muda Indonesia ketika itu, sebab
sebagian besar pemuda di masa itu sangat percaya bahwa Jepang merupakan pahlawan yang akan
membebaskan Indonesia dari cengkraman kolonialisme Belanda. Ada tiga kelompok pemuda setelah
Jepang menjajah Indonesia. Pertama, kelompok pemuda yang percaya dengan ramalan Jayabaya,
seorang raja Jawa kuno yang meramalkan akan datang ras- kuning yang akan membebaskan
Indonesia dari penjajahan kulit putih. Kelompok pemuda ini banyak yang bekerja dan menjadi
pegawai di perusahaan dan jawatan yang dikuasai oleh Jepang seperti radio, kantor berita, dan lain-
lain. Tokoh-tokoh pemuda yang terkemuka dari kelompok pemuda ini adalah: Adam Malik (pernah
menjadi menteri luar negeri dan wakil presiden RI), Soekarni, A.M. Hanafi, Sayuti Melik, Chaerul
Saleh, dan sebagainya.
Kedua, kelompok pemuda yang memilih tidak bekerja sama dengan Jepang, maupun pemerintahan
Belanda di pengasingan. Kelompok pemuda ini banyak berasal dari mahasiswa kedokteran masa itu,
kelompok ini juga banyak melakukan kerja-kerja bawah tanah bersama Sjahrir. Tokoh-tokoh pemuda
terkemuka dari kelompok pemuda ini antara lain; Subadio Sastrosutomo, Daud Jusuf, Sumitro
Joyohadikusumo, dan lain-lain. Ketiga, kelompok pemuda yang memilih menjalin hubungan dengan
pemerintah Belanda di pengasingan, dan melakukan perlawanan terhadap pendudukan Jepang.
Kelompok ini juga disubsidi oleh pemerintah Belanda di pengasingan. Tokoh pemuda yang terkenal
dari kelompok ini adalah Amir Sjarifuddin dan kelompok pemuda komunis binaannya.
Situasi ini berakhir dengan tumbangnya Pemerintahan Soekarno oleh kekuatan unjuk rasa pemuda
dan mahasiswa, serta tekanan militer. Perlu diketahui juga bahwa kelompok pemuda yang anti-
Soekarno mendapat dukungan dari militer yang memang sejak lama tidak menyukai kebijakan
Soekarno yang condong dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), dimana Soekarno juga
menolak pembubaran PKI pasca pemberontakan 30 September 1965 yang memakan korban sejumlah
Jenderal dari kalangan militer.
Organisasi tersebut antara lain: HMI, GMNI, PMII, PMKRI, GMKI, dan berbagai organisasi pemuda
yang loyal terhadap kebijakan pemerintahan. Kedua, organisasi pemuda yang berbasis di kampus.
Organisasi pemuda ini mampu bersembunyi dibalik organisasi kemahasiswaan yang formal.
Organisasi kampus ini justru dalam kurun waktu 32 tahun Pemerintahan Soeharto banyak melakukan
perlawanan dan penolakan terhadap setiap kebijakan yang dibuat oleh Pemerintahan Orde Baru
tersebut. Tercatat berbagai peristiwa politik yang dilakukan oleh mahasiswa dalam melakukan
oposisi terhadap kebijakan yang dibuat oleh Soeharto, seperti: Peristiwa Lima Belas Januari (Malari)
1974 yang menyebabkan kerusuhan dan sentimen anti produk Jepang. Peristiwa tahun 1978, yakni
serbuan aparat militer dan kepolisian terhadap kampus-kampus di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan
sebagainya. Serta yang terakhir, ketika ribuan massa dari berbagai kampus menduduki gedung
DPR/MPR serta simbol kenegaraan lainnya di berbagai kota, yang mengakibatkan Presiden Soeharto,
yang berkuasa lebih dari 32 tahun itu mengundurkan diri dari kursi kepresidenan.
Kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid sendiri tidak bertahan lama. Euphoria reformasi yang
diikuti oleh konflik politik antara Parlemen dengan Eksekutif melahirkan proses impeachment
terhadap pemerintahan Abdurrahman Wahid pada tahun 2001. Ia kemudian digantikan oleh
Megawati Sukarnoputri, Wakil Presiden Republik Indonesia yang berasal dari kalangan nasionalis.
Pada era reformasi ini, kehidupan berorganisasi dibebaskan oleh pemerintah. Lembaga SIUPP yang
selama ini menjadi alat kontrol bagi media massa di Indonesia dihapus oleh pemerintah, dwifungsi
ABRI yang selama ini menjadi legitimasi bagi faksi tentara untuk berpolitik juga dihapuskan, Partai-
partai politik dibebaskan untuk memilih ideologi kepartaiannya, dan dibangunnya sistem
pemerintahan desentralisasi yang membuka akses politik masyarakat jauh lebih besar untuk terlibat
dan mengawasi kinerja pemerintahan di daerahnya.
Reformasi ini juga menyentuh beragam kelompok kepemudaan yang menyadari perlunya perubahan
sistem organisasi mereka. Organisasi-organisasi kepemudaan yang selama ini berada dibawah
payung KNPI mulai memisahkan diri dan menjalankan gerak organisasinya sesuai dengan ideologi
yang diinginkan. HMI kembali menggunakan Islam sebagai azas organisasi, GMNI kembali
menggunakan azas nasionalisme-marhaen, dan lain sebagainya. Beberapa organisasi kepemudaan
tetap mempertahankan ideologi Pancasila, akan tetapi aura perubahan keras kali ini menghadapkan
organ-organ ini pada kondisi sosial politik riil yang juga dihadapi oleh beragam kelompok di
masyarakat.
Hiruk pikuk dunia politik yang baru menikmati kebebasannya di Indonesia tidak serta merta
memberikan suatu perbaikan sistem pemerintahan yang bersih dan berpihak kepada perubahan yang
didesakkan pada tahun 1998. Pertarungan politik antara Pimpinan Legislatif dengan Eksekutif yang
telah menjatuhkan Presiden Abdurrahman Wahid dari kursi kekuasaannya di tahun 2001
menunjukkan bahwa para pemimpin Order Reformasi ini tidak memiliki satu kedewasaan politik
dalam melakukan perubahan politik di Indonesia.
Partai-partai politik dengan beragam ideologinya sepanjang lima tahun terakhir ini harus diakui telah
gagal memberikan satu contoh bahwa perbedaan ideologi dapat mendewasakan pola berpikir para
pemimpin bangsa. Pertikaian politik berkepanjangan yang mengesampingkan perbaikan ekonomi dan
kesejahteraan rakyat, merupakan satu agenda utama yang kini menjadi dasar bergeraknya beragam
organisasi pemuda di Indonesia saat ini. Mereka melancarkan kecaman dan kritik untuk
memperingatkan para pemimpin Indonesia, bahwa ada hal utama yang telah terlupakan akibat
perilaku politik mereka.
Disamping itu, kiprah pemuda dalam era reformasi ini juga ditekankan pada pengawalan proses
perubahan sistem politik Indonesia agar tidak jatuh kembali ke dalam rejim otoriter. Pemuda
Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan membangun kedewasaan berpolitik masyarakat agar
mereka dapat bertindak sebagai pengawas dan pengontrol kebijakan pemerintah. Pemuda tidak dapat
bergerak sendirian mengawal perubahan politik di Indonesia karena mereka nantinya dapat
terjerumus ke dalam jebakan politik. Dalam sistem politik liberal multipartai di Indonesia saat ini,
tidak dikenal istilah kawan atau lawan politik abadi. Elite politik di Indonesia memiliki
kecenderungan untuk berusaha memenuhi kepentingan politik pribadi dan kelompoknya.
Peran pemuda sangat berpengaruh dalam kesatuan RI dengan semangat yang tinggi mereka berusaha
mempersatukan negara RI bahkan dapat di katakan bahwa pemuda menjadi tulang punggung dari
keutuhan perjuangan melawan penjajah belanda dan jepang.
BAB 8
Peran bangsa Indonesia dalam Perdamaian Dunia
Konferensi Asia Afrika (KAA)
Buat Squad yang sudah pernah ke Bandung, pasti kamu pernah melewati
jalan Asia Afrika. Itu lhojalan yang ada kutipan ucapannya Pidi Baiq. Bukan,
bukan kata-katanya Dilan...
Jalan ini memang terkenal sama ucapan ayahnya Dilan dan Alun-Alun
Bandungnya, Tapi, pernahkah kamu tahu cerita di balik nama jalan tersebut?
Ternyata, pada tahun 1955, di jalan tersebut terjadi peristiwa sejarah besar
antara Asia dan Afrika.
Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Bandung tempat berlangsungnya KAA.
(Sumber: dolandolen.com).
Misi Garuda
Deklarasi Djuanda
Setelah Perang Dunia II, muncul dua kubu dari dua negara adidaya, Amerika
dengan haluan liberal-kapitalis dan Rusia dengan aliran sosialis-komunis.
Banyak negara yang tidak ingin tergabung dalam dua aliran ini, akhirnya
membuat Gerakan Nonblok (GNB).
Dalam KTT di Beograd inilah, didirikan GNB, yang diprakarsai oleh lima
negara, Indonesia, India, Yugoslavia, Ghana, dan Mesir. Beberapa tujuan dari
dibentuknya Gerakan Nonblok antara lain:
1. sebagai salah satu negara penggagas KAA yang merupakan cikal bakal
digagasnya Gerakan Nonblok
2. sebagai salah satu negara pengundang pada KTT GNB yang pertama.
Hal ini karena Indonesia merupakan salah satu pendiri GNB dan
berperan besar dalam mengundang mengajak negara lain untuk
bergabung dalam KTT.
3. menjadi ketua dan penyelenggara KTT GNB yang ke X yang
berlangsung pada 1-7 September 1992 di Jakarta dan Bogor. Indonesia
turut pula menjadi perintis dibukanya kembali dialog utara-selatan,
yaitu dialog yang memperkuat hubungan antara negara berkembang
(selatan) terhadap negara maju (utara).
Hingga tahun 2016, KTT GNB telah diadakan sebanyak 17 kali dan memiliki
pada 2012 telah memiliki 120 negara sebagai anggota.
BAB 9
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia
A. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Ilmu pengetahuan serta teknologim selalu mengalami perkembangan mulai dari zaman pra-
sejarah hangga sampai sekarang ini. Adapun periodisasi perkrmbangan dan teknologi sebagai
berikut :
Di kenal dengan zaman batu, zaman batu adalah masa zaman prasejarah yang luas, ketika
manusia menciptakan alat dari batu (karena tidak memiliki teknologi yang lebih baik). Kayu,
tulang dan bahan lain juga di gunakan, di bentuk untuk di manfaatkan sebagai alat memotong
dan senjata. Istilah ini berasal dari sistem 3 zaman. Zaman batu sekarang di pilah lagi menjadi
masa paleolitikum, mesolitikum, megalitikum dan neolitikum, yang masing-masing di pilah-
pilah lagi lebih jauh.
Ciri ilmu yang di kembangkan adalah kemampuan mengamati, membedakan, memilih, dan
melakukan percobaan. Hasil dari periode ini adalah pembuatan alat-alat batu.
Antara masa 600 SM hingga 200 SM sejarah mencatat adanya kemajuan berpikir umat
manusia dalam lapangan ilmu dan teknologi yang berpusat di yunani. Pada waktu itu terjadi
perubahan besar pada cara berpikir umat manusia.
Manusia mulai berpikir dan berusaha mengungkap kabut rahasia alam dan tersusunlah ilmu
serta teknologi sementara itu pythagoras (580-500 SM) seorang ahli fllsafat berhasil
menemukan berbagai dasar ilmu dia telah menemukan hukum atau dalil pythagoras.
penemuan pythagoras ini mendasri ilmu matematika, SedangkanSokrates (470-399 SM) melalui
percakapan atau dialog dengan murid-muridnya telah meletakkan metode berpikir. Sokrates
merumuskan suatu perkataan atau pengertian, mengadakan analisa sosial dengan diskusi dan
memantapkan suatu norma dalam bidang etika.
Masih banyak pemikir-pemikir Yunani yang berjasa menyusun ilmu. Plato (427-347 SM)
adalah seorang pemikir yang menganggap bahwa yang berada di balik semua benda di alam ini
adalah ide, yang bersifat abad.
Kemudian Aristoteles (384-322 SM) sebagai murid Plato, telah berjasa menulis banyak buku
yang berisi berbagai ilmu. Buku peninggalan Aristoteles yang penting bagi ilmu dan teknologi
antara lain Logika, Biologi, dan Metafisika. Sebenarnya Aristoteles masih banyak menulis kitab-
kitab yang penting dalam bidang politik, etika, dan estetika.
3) Zaman pertengahan (31 SM-628 SM)
Zaman ini sering disebut zaman kegelapan karena perkembangan ilmu pengetahuan terhenti
di Eropa. Agama Kristen mulai berkembang & mendominasi kehidupan masyarakat eropa.
Namun sebaliknya perkembangan IPTEK di dunia islam.
Ptolemeus ( + 200 M) menyusun peta bumi sebagaiman dikenalnya pada zamannya itu
dengan mencantumkan 5000 tempat berdasarkan koordinat-koordinat yang hingga sekarang
masih berlaku. (Sardiman , 1996: 76) 3) Zaman Pertengahan (31 SM-628 M) Pada zaman
pertengahan oleh para ilmuwan sering dinamakan Abad Kegelapan. Hal ini disebabkan
perkembangan ilmu pengetahuan yang sudah ada sejak zaman Yunani-Romawi menjadi terhenti
di Eropa. Pada waktu itu agama Kristen berkembang di Eropa.. Kekuasaan gereja begitu
dominan dan sangat menentukan kehidupan di Eropa. Semua kehidupan harus diatur dengan
doktrin gereja atau hukum dan ketentuan Tuhan. Gereja tidak memberikan kebebasan berpikir.
Hal ini telah menyebabkan kemunduran bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Pada waktu itu para cendekiawan muslim dan cendekiawan Barat melakukan penerjemahan
karya-karya klasik dari Yunani, Romawi Kuno, dan Persia. Setelah dipadu dengan pemahaman
terhadap kandungan Al-Qur’an telah melahirkan pemikiran-pemikiran baru dalam bidang ilmu
pengetahuan. Para cendekiawan itu juga melakukan penyelidikan. Fase ini mendorong
perkembangan ilmu pengetahuan di masa-masa berikutnya.
Pada zaman Islam itu karya-karya Yunani terutama karya Aristoteles banyak diterjemahkan
oleh ahli-ahli Arab, Yahudi dan Persia. Penterjemahan itu kemudian disebarluaskan, sehingga
menjadi dasar perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi di dunia Barat dewasa ini. Para ahli
Islam menaruh perhatian besar terhadap ilmu kedokteran, ilmu obat-obatan, astronomi, ilmu
kimia, ilmu bumi, ilmu tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Demikian pula ilmu pasti
berkembang, terutama sekali perhitungan sistem desimal dan dasardasar aljabar.
Tokoh ahli ilmu Islam itu antara lain ialah Al Khawarizmi (825 M) Al Khawarizmi (825
M) menyusun buku Aljabar, yang menjadi standar hinga dewasa ini.Ia juga menegaskan dan
memantapkan perhitungan desimal, dengan mengganti angka Romawi dengan angka Arab
seperti yang dipakai dewasa ini. Penulisan desimal jauh lebih unggul daripada penulisan angka
Romawi. Sebenarnya Al Khawarizmi mengembangkan perhitungan desimal itu dari para ahli
matematika Hindu seperti Aryabhata (476 M) dan Brahmagupta (628 M). Pada bidang aljabar Al
Khawarizmi menemukan perhitungan akar negative.
Kemudian Omar Khayam (1043-1132), juga seorang ahli sastra (penyair) dan
matematikus. Ia berhasil menemukan pemecahan persamaan pangkat tiga. Selama zaman Islam
itu, penelitian kimia mulai dirintis, walaupun mula-mula dimaksudkan untuk percobaan
membuat logam emas.
Percobaan itu sendiri tidak pernah berhasil, tetapi efek sampingnya menumbuhkan ilmu
kimia atau al Kimia, umpamanya pembuatan salmiak yang berguna bagi ilmu kedokteran. Ilmu
kedokteran pada zaman Islam memang mengalami kemajuan. Nama-nama seperti Al Razi
(Razes, 850-923 M)
Al Razi (Razes, 850-923 M) dan Ibnu Sina (Avicenna, 980-1037 M) menghiasi dunia
kedokteran. Ibnu Sina menulis kitab kedokteran yang sampai tahun 1650 menjadi buku standar.
Abu Qasim juga menulis ensiklopedi kedokteran dan telah mendalami ilmu bedah. Ibnu Rusd
(Averoes,1126-1198) telah menterjemahkan kitab-kitab Aristoteles. Pada zaman Islam cabang-
cabang ilmu lainnya seperti astronomi, matematika, dan filsafat juga berkembang. Sebuah peta
yang memuat 70 daerah yang dikenal waktu itu sudah disusun oleh Al Idrisi (1100-1166).
Copernicus dan Galileo telah memantapkan prinsip heliosentris (matahari sebagai pusat tata
surya), merombak teori geosentrisme (bumi sebagai pusat). Bumi ini bulat, bukan datar. Francis
Bacon juga merupakan ilmuwan penting saat itu. Ia telah mengembangkan ilmu alam dan
kegiatan eksperimental (empiriame). Perkembangan di zaman Renaissans terus bertambah maju.
Memasuki zaman
Fase zaman Aufklarung merupakan fase yang amat penting bagi perkembangan ilmu
pengetahuan. Para filsuf dan ilmuwan besar pada masa Aufklarung, anatara lain Issac Newton. Ia
telah mengembangkan ilmu pengetahuan alam berdasarkan prinsip-prinsip matematika. Newton
yang mendorong perkembangan teori gravitasi, perhitungan Calculus, dan Optika. Tokoh lain,
seperti Montesquieu, J.J Rousseau.
Ilmuwan zaman modern yang sangat terkenal dan sempat menjadi orang number wahid se-
dunia,ialah William Henry Gates atau dikenal dengan nama Bill Gates,pemilik microsoft
corporation bersama sahabatnya Paul Allen.
Abad ke-21, saat di mana kita hidup sekarang, merupakan masa di mana Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK) mengalami perkembangan yang sangat pesat. Yang paling jelas adalah
perkembangan alat komunikasi. Yang mulanya dulu hanya ada surat dan telepon kabel, kini telah
berkembang menjadi handphone, laptop, tablet PC, i-pad dan lain sebagainya. Hal ini tentunya
membawa dampak yang besar bagi kehidupan manusia. Begitu banyak pekerjaan yang dapat
diselesaikan dengan lebih mudah dan cepat dari pada sebelumnya. Dalam hal ini tujuan
perkembangan teknologi, yaitu membuat kehidupan manusia dapat berjalan dengan lebih mudah
bisa dikatakan telah tercapai. Namun, sejalan dengan hukum alam, setiap hal apa lagi suatu
perubahan pasti akan membawa efek samping tertentu bagi setiap pihak yang terlibat dalam
siklus tersebut. Banyak hal yang berubah terkait dengan perkembangan IPTEK ini, terutama pola
hidup masyarakat.
Perubahan alat komunikasi terutama yang memberi dampak paling besar. Masyarakat yang
pada awalnya hanya menggunakan surat mulai menggunakanhandphone, e-mail, skype dan lain
sebagainya untuk berkomunikasi. Hal paling sederhana dan paling lekat dengan kehidupan kita
saat ini adalah Handphone.Handphone sebagai alat yang umum dipakai saat ini bisa dikatakan
bukan lagi barang mewah. Hal ini disebabkan karena setiap kalangan masyarakat sudah dapat
memiliki benda mungil penuh manfaat ini. Mulai dari pekerja kantoran hingga supir angkot
memilikinya. Jika diingat kembali pada masa awal tahun 2000, sangat sulit bagi seseorang untuk
memiliki benda ini. bisa dikatakan Handphone saat itu termasuk pada kalangan benda mewah.
Hanya orang-orang kaya dan yang benar-benar memiliki kepentingan yang memilikinya, apalagi
laptop dan PC. Namun hanya dalam waktu 11 tahun hal ini berubah pesat. Perkembangan zama
ternyata juga menuntut perkembangan kebutuhan. Ha ini aka terlihat jelas di kalangan
mahasiswa. Saat ini mahasiswa yang tidak memiliki handphone, laptop atau PC akan sangat
kasulitan karena begitu banyak pekerjaan yang bergantung pada alat-alat ini.
Hal di atas ternyata tidaklah sesempit itu. Begitu banyak hal lain yang ikut terpengaruh akan
perkembangan alat-alat ini. Perubahan pola komunikasi ini kemudian akan mengubah standar
ekonomi masyarakat. Masyarakat, terutama orang tua, dituntut untuk memiliki penghasilan lebih
demi mengikuti perkembangan ini. Kenyataan bahwa perbedaan antara barang mewah dan
barang biasa menjadi semakin kabur, membuat tuntutan ini terkadang terasa semakin berat.
Standar dari kemewahan terus berubah dan semakin menuntut perkembangan ekonomi
masyarakat di tengah semakin sulitnya persaingan ekonomi di antara masyaraka. Bagi yang tidak
mampu mengimbangi akan semakin tersisih dan lama kelamaan akan tersingkir bila ia tetap tidak
bisa beradaptasi dan survive. Hal ini tentunya akan semakin sulit bagi mereka yang tidak
memiliki kemampuan (skill) atau koneksi yang dapat membantu untuk meningkatkan taraf hidup
mereka.
Dalam segi positif perkembangan ini memang membuat masyarakat semakin mudah dalam
mengakses informasi. Setiap orang dapat mengakses informasi apapun yang mereka butuhkan
dari seluruh dunia. Namun penyebaran informasi ini terkadang tidak terkendali. Begitu banyak
informasi yang memerlukan pertumbangan lebih lanjut untuk disebarkan secara bebas tanpa
pengawasan. Hal ini sering kali menghasilkan efek samping negatif pada anak-anak di bawah
umur yang dengan bebasnya menyaksikan dan mempelajari hal-hal tidak atau belum layak untuk
mereka konsumsi dari berita yang publikasinya dilakukan tanpa melalui proses sensor yang
benar.
Meskipun teknologi itu diciptakan untuk kepentingan bersama dan untuk memudahkan
masyarakat dalam beraktivitas, akan tetapi tetap saja ada efek samping negatif seperti yang telah
dipaparkan di atas. Semua itu kembali kepada individu yang menjalani, bagaimana ia
memanfaatkan dan akan digunakan untuk apa teknologi tersebut.
1. Dampak positif
Tak dapat dipungkiri jika Internet adalah hal yang sangat melekat kepada kita. Karena internet
memiliki fungsi yang amat banyak. Dengan internet, kita dapat melakukan komunikasi dengan
orang yang berada jauh antara kita, kita dapat bertukar file, email, maupun koneksi.
b) Kemudahan bertransaksi
Salah satu dampak yang bisa kita rasakan adalah kemudahan transaksi dengan pelanggan kita.
Kemudahan pembayaran, kemudahan pengiriman, hingga kemudahan mencari order. Karena kita
dapat memanfaatkan internet, atau memanfaatkan SMS Banking yang dapat kita manfaatkan
sewaktu-waktu.
Dengan adanya teknologi masa kini yang semakin berkembang, kita dapat mencari informasi
dengan sangat mudah sekali. Kita dapat mencari informasi lowongan pekerjaan, informasi
bencana alam, informasi kurs mata uang, hingga informasi lalu lintas.
2. Dampak negatif
a) Akses pornografi
Inilah hal yang sangat rentan dalam teknologi masa kini. Karena mudahnya dan bebasnya
internet, dapat memudahkan anak untuk mencari konten porno yang dapat berakibat buruk
kepada ank kita nantinya. Oleh karena itu, dihimbau kepada keluarga taupun orang tua untuk
selalu mengawasi anaknya.
b) Penipuan online
Hal ini juga sangat rentan terjadi di dalam dunia teknologi masa kini. Dengan adanya teknologi
yang terus berkembang, penjahat juga memanfaatkannya untuk kepentingan diri sendiri. Mereka
mengembangkan teknologi untuk melakukan kejahatan yang dapat berdampak buruk kepada
orang lain. Oleh karena itu, kita diharap waspada dengan hal-hal yang seperti ini.
Teknologi Informasi dan Komunikasi yang perkembangannya begitu cepat secara tidak
langsung mengharuskan manusia untuk menggunakannya dalam segala aktivitasnya Beberapa
penerapan dari Teknologi Informasi dan Komunikasi antara lain :
2. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Dunia Bisnis, Dalam dunia bisnis
Teknologi Informasi dan Komunikasi dimanfaatkan untuk perdagangan secara elektronik atau
dikenal sebagai E-Commerce.E-Commerce adalah perdagangan menggunakan jaringan
komunikasi internet.