Anda di halaman 1dari 115

PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM

MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DARI


ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA

SEJARAH KELAS XII


DISINTEGRASI
Adalah keadaan tidak bersatu padu,
menghilangnya keutuhan atau persatuan
serta menyebabkan perpecahan
Sebab Munculnya Disintegrasi
Faktor Geografi
 Keadaan geografi Indonesia yang memiliki banyak
pulau
 Ketidakmerataan pembangunan tiap pulau
Faktor Demografi
 Meledaknya jumlah penduduk
Indonesia dengan SDM rendah
Sumber Daya Alam
 Kekayaan alam yang berbeda tiap pulau membuat
pembangunan tiap daerah tidak merata
Faktor Ideologi
 Ideologi Negara Indonesia adalah Pancasila, akan
tetapi sekarang paham ideologi semakin memudar
akibatnya masyarakat mudah dipengaruhi kelompok
kelompok tertentu demi kepentingan mereka pribadi
Faktor Politik
 Politik di Indonesia kini semakin banyak masalah,
banyak orang yang hanya ingin mengutamakan
kepentingan partai politik mereka sendiri daripada
demi negara
Faktor Ekonomi
 Kurangnya kesejahteraan rakyat membuat kurangnya
kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
Faktor Sosial Budaya
 Akibat dari keadaan geografi Indonesia yang berpulau
pulau melahirkan banyaknya budaya yang berbeda
(suku, agama, budaya, dan ras), kurangnya toleransi di
dalam masyarakat ini akan mudah terjadi konflik
antar daerah
Faktor Pertahanan dan Keamanan
 Ancaman kedaulatan bisa berasal dari dalam ataupun
luar negeri, selain sarana dan prasarana untuk
pertahanan dan keamanan juga dibutuhkan rasa
kesatuan di dalam masyarakat
Pemberontakan PKI MADIUN 1948

SEJARAH INDONESIA KELAS XII


SMAN 1 CIBEBER
• Pemberontakan PKI 1948 atau yang juga
disebut Peristiwa Madiun adalah
pemberontakan komunis yang terjadi
pada tanggal 18 September 1948 di kota
Madiun.
• Pemberontakan ini dilakukan oleh "Front
Demokrasi Rakyat" (FDR), yang terdiri
atas Partai Komunis Indonesia (PKI),
Partai Sosialis Indonesia (PSI), Partai
Buruh Indonesia(PBI) Pemuda Rakyat
dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh
Latar Belakang
• Jatuhnya kabinet RI yang pada waktu itu dipimpin
oleh Amir Sjarifudin karena kabinetnya tidak
mendapat dukungan lagi sejak disepakatinya
Perjanjian Renville.
• Dibentuknya kabinet baru dengan Mohammad Hatta
sebagai perdana menteri
• Amir beserta kelompok-kelompok sayap kiri lainnya
tidak setuju dengan pergantian kabinet tersebut.
• Amir berbalik menjadi oposisi dan mendirikan Front
Demokrasi Rakyat (FDR) dipimpin oleh Muso
aksi-aksi FDR antara lain
• Melancarkan propaganda anti pemerintah.
• Mengadakan pemogokan-pemogokan kerja bagi
para buruh di perusahaan, misalnya di pabrik
karung di Delanggu Klaten.
• Melakukan pembunuhan-pembunuhan misalnya
dalam bentrokan senjata di Solo tanggal 2 Juni
1948, Kolonel Sutarto secara tiba-tiba terbunuh.
Amir Sjarifoeddin
Isi perjanjian Renville
• Belanda hanya mengakui Jawa Tengah,
Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian
wilayah Republik Indonesia
• Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang
memisahkan wilayah Indonesia dan daerah
pendudukan Belanda
• TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah
kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa
Barat dan Jawa Timur.
• Dalam sidang Politbiro PKI pada tanggal 13-14 Agustus
1948, Muso, seorang tokoh komunis Indonesia yang lama
tinggal di Uni Soviet (sekarang Rusia) ini menjelaskan
tentang “pekerjaan dan kesalahan partai dalam dasar
organisasi dan politik” dan menawarkan gagasan yang
disebutnya “Jalan Baru untuk Republik Indonesia”.
• Musso menghendaki satu partai kelas buruh dengan
memakai nama yang bersejarah, yakni PKI. Untuk itu
harus dilakukan fusi tiga partai yang beraliran Marxsisme-
Leninisme: PKI ilegal, Partai Buruh Indonesia (PBI), dan
Partai Sosialis Indonesia (PSI). PKI hasil fusi ini akan
memimpin revolusi proletariat untuk mendirikan sebuah
pemerintahan yang disebut "Komite Front Nasional"
• Selanjutnya, Musso menggelar rapat raksasa
di Yogya.
• Muso melontarkan pentingnya kabinet
presidensial diganti jadi kabinet front
persatuan.
• Musso juga menyerukan kerja sama
internasional, terutama dengan Uni Soviet,
untuk mematahkan blokade Belanda. Untuk
menyebarkan gagasannya, Musso beserta
Amir dan kelompok-kelompok kiri lainnya
berencana untuk menguasai daerah-daerah
yang dianggap strategis di Jawa Tengah dan
Kronologi Pemberontakan
• Pada Tanggal 5 Juli 1948 terjadi pemogokan di
pabrik karung goni di Delanggu
• Dasar kekuatan Komunis adalah buruh yang
digunakan untuk menentang pemerintah
sesuai dengan apa yang telah direncanakan
• Rencana itu diawali dengan penculikan dan
pembunuhan tokoh-tokoh yang dianggap
musuh di kota Surakarta, serta mengadu
domba kesatuan-kesatuan TNI setempat,
termasuk kesatuan Siliwangi yang ada di
sana
• Mengetahui hal itu, pemerintah langsung
memerintahkan kesatuan-kesatuan TNI yang
tidak terlibat adu domba untuk memulihkan
keamanan di Surakarta dan sekitarnya.
Operasi ini dipimpin oleh kolonel Gatot
Subroto
• Sementara perhatian semua pihak pro-
pemerintah terkonsentrasi pada pemulihan
Surakarta, pada 18 September 1948,
PKI/FDR menuju ke arah timur dan
menguasai Kota Madiun, Jawa Timur, dan
pada hari itu juga diproklamasikan
berdirinya "Republik Soviet Indonesia".
• Hari berikutnya, PKI/FDR mengumumkan
pembentukan pemerintahan baru. Selain di
Madiun, PKI juga mengumumkan hal yang
sama pula di Pati, Jawa Tengah.
• Pemberontakan ini menewaskan Gubernur
Jawa Timur RM Suryo, dokter pro-
• Kekejaman PKI ketika melakukan
pemberontakan pada tanggal 18 September
1948 tersebut mengakibatkan kemarahan
rakyat. Oleh karena itu, pemerintah besama
rakyat segera mengambil tindakan tegas
terhadap kaum pemberontak.
• Dalam usaha mengatasi keadaan, pemerintah
mengangkat Kolonel Gatot Subroto sebagai
Gubernur militer daerah Surakarta dan
sekitarnya, yang meliputi semarang, Pati dan,
Madiun.
• Panglima Jendral Sudirman segera
• Karena panglima besar Jendral Sudirman
sedang sakit, maka pimpinan operasi
penumpasan diserahkan kepada Kolonel
A.H. Nasution, Panglima markas besar
Jawa
• Operasi penumpasan dimulai pada tanggal
20 September 1948 dipimpin oleh Kolonel
A. H. Nasution
• Sementara sebagian besar pasukan TNI di
Jawa Timur berkonsentrasi menghadapi
Belanda, namun dengan menggunakan 2
A H Nasution
• Pada tanggal 30 September 1948 Madiun berhasil direbut
kembali oleh pasukan TNI
• Salah satu operasi penumpasan ini adalah pengejaran Muso
yang melarikan diri ke Sumoroto, sebelah barat Ponorogo.
• Dalam peristiwa itu, Musso berhasil ditembak mati.
• Amir Sjarifuddin dan tokoh-tokoh kiri lainnya berhasil
ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
• Amir sendiri tertangkap di daerah Grobogan, Jawa Tengah.
Sedangkan sisa-sisa pemberontak yang tidak tertangkap
melarikan diri ke arah Kediri, Jawa Timur.
Pemberontakan Darul Islam/
Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
Sejarah Kelas XII
LATAR BELAKANG DAN SEJARAH SINGKAT
TERBENTUKNYA DI/TII
• Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo mendirikan
Negara Islam Indonesia (NII) yang muncul sejak tahun
1942 ketika mendirikan pesantrenSuffah di
Malangbong, Tasikmalaya, Jawa Barat
• Gerakan NII ini bertujuan untuk menjadikan Republik
Indonesia sebagai sebuah Negara yang menerapkan
dasar Agama Islam sebagai dasar Negara.
• Dalam proklamasinya tertulis bahwa “Hukum yang
berlaku di Negara Islam Indonesia adalah Hukum
Islam” dan “Hukum tertinggi adalah Al Qur’an dan
Hadist”.
• Proklamasi berdirinya Negara Islam Indonesia (NII)
pada tanggal 7 Agustus 1949 dengan Kartosuwiryo
sebagai Imam NII dengan dasar negaranya “Qanun
Azasi”
• Gerakan DI/NII ini dibentuk pada saat provinsi Jawa
Barat ditinggalkan oleh Pasukan Siliwangi yang
sedang berhijrah ke Jawa Tengah dan Yogyakarta
dalam rangka melaksanakan perundingan Renville.
• Dalam perjalanannya, struktur wilayah NII menganut
sistem Daerah 1 = Ibu Kota Negara, Daerah 2 = Jawa
Barat, Daerah 3 = Daerah yang mengikuti gerakan NII
• Saat pasukan Siliwangi tersebut berhijrah, kelompok
DI/TII ini dengan leluasa melakukan gerakannya dengan
merusak dan membakar rumah penduduk,
membongkar jalan kereta api, serta menyiksa dan
merampas harta benda yang dimiliki oleh penduduk di
daerah tersebut.
• Pasukan Siliwangi kembali ke Jawa Barat, kelompok
DI/TII tersebut harus berhadapan dengan pasukan
Siliwangi.
• pada tanggal 25 Januari 1949, ketika pasukan Siliwangi
sedang melaksanakan hijrah dari Jawa Barat ke Jawa
Tengah, saat itulah terjadi kontak senjata yang pertama
kali antara pasukan TNI dengan pasukan DI/TII
Upaya Penumpasan Pemberontakan DI/TII
• Jalan Damai
Melalui pimpinan Masyumi Moh. Natsir yang mengajak Kartosuwiryo
untuk kembali ke RI dengan membentuk Komite Natsir September 1949,
namun gagal
• Jalan Militer
Usaha untuk meruntuhkan organisasi DI/TII ini memakan waktu cukup
lama di karenakan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Tempat tinggal pasukan DI/TII ini berada di daerah pegunungan yang
sangat mendukung organisasi DI/TII untuk bergerilya.
2. Pasukan Sekarmadji dapat bergerak dengan leluasa di lingkungan
penduduk.
3. Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari orang Belanda yang di antaranya
pemilik perkebunan, dan para pendukung Negara pasundan.
4. Suasana Politik yang tidak konsisten, serta prilaku beberapa golongan
partai politik yang telah mempersulit usaha untuk pemulihan keamanan.
• Selanjutnya, untuk menghadapi pasukan DI/TII, pemerintah
mengerahkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk
meringkus kelompok ini.
• Pada tahun 1960 para pasukan Siliwangi bekerjasama dengan
rakyat untuk melakukan operasi “Bratayudha” dan “Pagar Betis”
untuk menumpas kelompok DI/TII
• Pada Tanggal 4 Juni 1962 Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo
dan para pengawalnya di tangkap oleh pasukan Siliwangi dalam
operasi Bratayudha yang berlangsung di Gunung Geber,
Majalaya, Jawa Barat.
• Setelah Sekarmadji ditangkap oleh pasukan TNI, Mahkamah
Angkatan Darat menyatakan bahwa Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo dijatuhi hukuman mati, dan dan setelah
Sekarmadji meninggal, pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
dapat dimusnahkan.
Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah
• Pasukan DI/TII ini juga muncul di Jawa Tengah semenjak adanya
Majelis Islam yang di pimpin oleh seseorang bernama Amir Fatah.
• Amir Fatah adalah seorang komandan Laskar Hizbullah yang
berdiri pada tahun 1946, menggabungkan diri dengan pasukan
TNI Battalion 52, dan bertempat tinggal di Berebes, Tegal.
• Amir ini mempunyai pengikut yang jumlahnya cukup banyak, dan
cara Amir mendapatkan para pasukan tersebut, yaitu dengan cara
menggabungkan para laskar untuk masuk ke dalam anggota TNI.
• Setelah Amir Fatah mendapatkan pengikut yang banyak, maka
pada tangal 23 Agustus 1949 ia memproklamasikan bahwa
organisasi Darul Islam (DI) berdiri di desa pangarasan, Tegal.
• Amir Fatah pun menyatakan bahwa gerakan DI yang di pimpinnya
bergabung dengan organisasi DI/TII Jawa Barat yang di pimpin
oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
• Di Kebumen juga terdapat sebuah organisasi bernama Angkatan Umat
Islam (AUI) yang di dirikan oleh seorang kyai bernama Mohammad
Mahfud Abdurrahman (Kyai Sumolangu).
• Organisasi tersebut juga bermaksud untuk membentuk Negara Islam
Indonesia (NII) dan bersekutu dengan Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo.
• Sebenarnya, gerakan ini sudah di desak oleh pasukan TNI. Akan tetapi,
pada tahun 1952, organisasi ini bangkit kembali dan menjadi lebih kuat
setelah terjadinya pemberontakan Battalion 423 dan 426 di Magelang
dan Kudus.
• Upaya untuk menumpas pemberontakan tersebut, pemerintah
membentuk sebuah pasukan baru yang di beri nama Banteng Raiders
dengan organisasinya yang di sebut Gerakan Banteng Negara (GBN).
Pada tahun 1954 di lakukan sebuah operasi yang di sebut Operasi
Guntur untuk menghancurkan kelompok DI/TII tersebut.
• Pasukan itu melancarkan operasi yang disebut operasi “Merdeka
Timur” di bawah Letkol Soeharto
• Akhirnya melalui operasi Guntur tahun 1954 gerakan mereka dapat
dilumpuhkan
Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan

• Pada bulan Oktober 1950 terjadi sebuah pemberontakan


Kesatuan Rakyat yang Tertindas (KRyT) yang di pimpin
oleh seorang mantan letnan dua TNI bernama Ibnu Hajar.
• Dia bersama kelompok KRyT menyatakan bahwa dirinya
adalah bagian dari organisasi DI/TII yang berada di Jawa
Barat.
• Sasaran utama yang di serang oleh kelompok ini adalah
pos-pos TNI yang berada di wilayah tersebut.
• Setelah pemerintah memberi kesempatan untuk
menghentikan pemberontakan secara baik-baik, akhirnya
seorang mantan letnan Ibnu Hajar menyerahkan diri.
• Akan tetapi, penyerahan dirinya tersebut hanyalah sebuah
topeng untuk merampas peralatan TNI, dan setelah
peralatan tersebut di rampas olehnya, maka Ibnu Hajar
pun melarikan diri dan kembali bersekutu dengan
kelompok DI/TII.
• Setelah itu, akhirnya pemerintahan RI mengadakan
Gerakan Operasi Militer (GOM) yang di kirim ke
Kalimantan selatan untuk menumpas pemberontakan
yang terjadi di Kalimantan Selatan tersebut, dan pada
tahun 1959, Ibnu Hajar berhasil di ringkus dan di jatuhi
hukuman mati pada tanggal 22 Maret 1965.
Pemberontakan DI/TII di Aceh
• Sesaat setelah Kemerdekaan Republik Indonesia di proklamasikan,
di Aceh (Serambi Mekah) terjadi sebuah konflik antara kelompok
alim ulama yang tergabung dalam sebuah organisasi bernama
PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) yang di pimpin oleh Tengku
Daud Beureuh dengan kepala adat (Uleebalang).
• Konflik tersebut mengakibatkan perang saudara antara kedua
kelompok tersebut yang berlangsung sejak Desember 1945 sampai
Februari 1946.
• Untuk menanggulangi masalah tersebut, pemerintah RI
memberikan status Daerah Istimewa tingkat provinsi kepada Aceh,
dan mengangkat Tengku Daud Beureuh sebagai
pemimpin/gubernur.
• Setelah terbentuknya Negara Kesatuan Republik
Indoneisa (NKRI) yang terbentuk pada bulan Agustus
1950
• Pemerintahan Republik Indonesia mengadakan
sebuah sistem penyederhanaan administrasi
pemerintahaan yang mengakibatkan beberapa daerah
di Indonesia mengalami penurunan status
• Salah satu dari semua daerah yang statusnya turun
yaitu Aceh, yang tadinya menjabat sebagai Daerah
Istimewa, setelah operasi penyederhanaan tersebut di
mulai, status Aceh pun berubah menjadi daerah
keresidenan yang di kuasai oleh provinsi Sumatera
Utara
• Kejadiaan ini sangat mengecewakan seorang Daud
Beureuh, dan akhirnya Daud Beureuh membuat
sebuah keputusan yang bulat untuk bergabung
dengan organisasi Negara Islam Indonesia (NII) yang
di pimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 20
Spetember 1953
• Setelah Daud Beureuh bergabung dengan NII,
mereka melakukan sebuah operasi untuk menguasai
kota-kota yang berada di Aceh, selain itu mereka
juga melakukan propaganda untuk memperkeruh
citra pemerintahan Republik Indonesia
• Pemberontakan yang di lakukan Daud Beureuh bersama angota NII
yang di pimpin oleh Sekarmadji akhirnya di atasi oleh pemerintah
dengan cara menggunakan kekuatan senjata dan operasi militer
dari TNI.
• Setelah pemerintahan RI melakukan operasi tersebut, maka
kelompok DI/TII tersebut mulai terkikis dari kota-kota yang di
tempatinya.
• Tentara Nasional Indonesia-pun memberikan pencerahan kepada
penduduk setempat untuk menghindari kesalah pahaman dan
mengembalikan kepercayaan kepada pemerintahan Republik
Indoneisa.
• Tanggal 17 sampai 28 Desember 1962, atas nama Prakasa Panglima
Kodami Iskandar Muda, kolonel M.Jasin mengadakan Musyawarah
Kerukunan Rakyat Aceh, yang musyawarah tersebut mendapat
dukungan dari para tokoh masyarakat Aceh dan musyawarah yang
di lakukan tersebut berhasil memulihkan kemanana di Aceh.
Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan
• Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan yang di pimpin oleh Kahar
Muzakar, organisasi yang sudah di dirikan sejak tahun 1951 tersebut
baru bisa di runtuhkan oleh pemerintah pada Tahun 1965.
• Pada bulan Januari 1952, Kahar Muzakar menyatakan Sulawesi
Selatan merupakan bagian dari NII Kartosuwiryo
• Untuk menumpas organisasi tersebut di butuhkan banyak biaya,
tenaga, dan waktu karena kondisi medan yang sangat sulit.
• Meski demikian, para pemberontak DI/TII sangat menguasai area
tersebut. Selain itu, para pemberontak memanfaatkan rasa kesukuan
yang berkembang di kalangan masyarakat untuk melawan pemerintah
dalam menumpas organisasi DI/TII tersebut.
• Setelah pemerintahan Republik Indonesia mengadakan operasi
penumpasan DI/TII bersama anggota Tentara Republik Indonesia.
Barulah seorang Kahar Muzakar tertangkap dan di tembak oleh
pasukan TNI pada tanggal 3 Februari 1965.
• Pada akhirnya TNI mampu menghalau seluruh
pemberontakan yang terjadi pada saat itu.
Karena seperti yang kita ketahui Indonesia
terbentuk dari berbagai suku dengan beragam
kebudayaannya dan UUD 45 yang melindungi
beberapa kepercayaan sehingga tidak
mungkin untuk menjadikan salah satu hukum
agama di jadikan hukum negara.
SM Kartosuwiryo
IBNU HAJAR
Daud Beureuh
Kahar Muzakar
PEMBERONTAKAN APRA
(ANGKATAN PERANG RATU ADIL)
• APRA adalah singkatan dari kata Angkatan
Perang Ratu Adil
• Pada bulan Januari 1950 di Jawa Barat muncul
gerakan APRA dipimpin oleh mantan Kapten
KNIL, Raymond Westerling
• Gerakan ini memanfaatkan kepercayaan rakyat
akan datangnya Ratu Adil
• Westerling memahami penderitaan rakyat
Indonesia selama penjajahan Belanda dan
Jepang sehingga mendamba-dambakan
kemakmuran
Latar Belakang
• Pada bulan November 1949, dinas rahasia militer Belanda
menerima laporan, bahwa Westerling telah mendirikan organisasi
rahasia yang mempunyai pengikut sekitar 500.000 orang
• Laporan yang diterima Inspektur Polisi Belanda J.M. Verburgh
pada 8 Desember 1949 menyebutkan bahwa nama organisasi
bentukan Westerling adalah "Ratu Adil Persatuan Indonesia"
(RAPI) dan memiliki satuan bersenjata yang dinamakan Angkatan
Perang Ratu Adil (APRA)
• Pengikutnya kebanyakan adalah mantan anggota KNIL dan yang
melakukan desersi dari pasukan khusus Regiment Speciale
Troepen (RST). Dia juga mendapat bantuan dari temannya orang
Tionghoa, Chia Piet Kay, yang dikenalnya sejak berada di kota
Medan.
• Tujuan gerakan APRA adalah
a. Tetap berdirinya Negara Pasundan
b. APRA sebagai tentara Pasundan
• Hal tersebut bertentangan dengan
konferensi Antar-Indonesia yang
menyatakan APRIS sebagai Angkatan Perang
Nasional
• Pada 5 Desember malam, sekitar pukul
20.00 Westerling menelepon Letnan
Jenderal Buurman van Vreeden, Panglima
Tertinggi Tentara Belanda
• Westerling menanyakan bagaimana
pendapat van Vreeden, apabila setelah
penyerahan kedaulatan Westerling
berencana melakukan kudeta terhadap
Sukarno.
• Van Vreeden memang telah mendengar
berbagai kabar, antara lain ada sekelompok
militer yang akan mengganggu jalannya
• Pada hari Kamis tanggal 5 Januari 1950, Westerling mengirim surat
kepada pemerintah RIS yang isinya adalah suatu ultimatum.
• Ia menuntut agar Pemerintah RIS menghargai negara-negara bagian,
terutama Negara Pasundan serta Pemerintah RIS harus mengakui APRA
sebagai tentara Pasundan.
• Pemerintah RIS harus memberikan jawaban positif dalm waktu 7 hari
dan apabila ditolak, maka akan timbul perang besar.
• Ultimatum Westerling ini tentu menimbulkan kegelisahan tidak saja di
kalangan RIS, tetapi juga di pihak Belanda dan dr. H.M. Hirschfeld
(kelahiran Jerman), Nederlandse Hoge Commissaris (Komisaris Tinggi
Belanda) yang baru tiba di Indonesia.
• Kabinet RIS menghujani Hirschfeld dengan berbagai pertanyaan yang
membuatnya menjadi sangat tidak nyaman.
• Menteri Dalam Negeri Belanda, Stikker menginstruksikan kepada
Hirschfeld untuk menindak semua pejabat sipil dan militer Belanda yang
bekerja sama dengan Westerling.
• Pada tanggal 23 Januari 1950, APRA dengan kekuatan
800 personil menyerbu kota Bandung da secara ganas
membunuh anggota TNI yang dijumpai
• Gerakan ini berhasil menduduki Markas Divisi
Siliwangi setelah membunuh hampir seluruh anggota
regu jaga (15 orang) termasuk Letnan Kolonel
Lembong sedangkan mereka berjumlah 150 orang
• Hanya 3 orang yang berhasil lolos
• Pemerintah RIS segera mengirim pasukan ke Bandung
• Di Bandung Kepala Staf Divisi Siliwangi
Letnan Kolonel Ari Sudewo menemui
Panlima Divisi C Tentara Belanda, Mayor
Jendral Engels untuk membicarakan hal
tersebut
• Hasilnya Engels mendesak agar APRA segera
meninggalkan kota Bandung
• Setelah meninggalkan Bandung,
gerombolan APRA menyebar ke berbagai
tempat dan terus dikejar oleh tentara APRIS
• Gerakan APRA juga diarahkan ke Jakarta
• Westerling bekerjasama dengan Sultan Hamid II, yang
menjadi mentri negara dalam kabinet RIS
• Rencana gerakan ini menyerang gedung tempat
berlangsungnya sidang kabinet untuk membunuh Mentri
Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX, Sekjen Mentri
Pertahanan Mr. Ali Budiardjo, dan Pejabat Kepala Staf
Angkatan Perang Kolonel T.B. Simatupang
• Berkat kesigapan dari APRIS, usaha APRA di Jakarta
berhasil digagalkan
• Tanggal 22 Februari 1950 Westerling berhasil melarikan
diri ke luar negri dengan pesawat Catalina sedangkan
Sultan Hamid II berhasil ditangkap pada tanggal 4 April
1950
Sultan Hamid II
PEMBERONTAKAN ANDI AZIS
• Peristiwa Andi Azis adalah upaya
pemberontakan yang dilakukan oleh Andi
Azis, seorang mantan perwira KNIL, yang
berusaha untuk mempertahankan
keberadaan Negara Indonesia Timur dan
enggan kembali ke Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
• Pada tanggal 30 Maret 1950, ia bersama-
sama dengan pasukan KNIL dibawah
komandonya menggabungkan diri ke dalam
APRIS di hadapan Letkol Ahmad Junus
• Menurut Andi Azis, para perwira APRIS
Latar Belakang
• Kekacauan di Sulawesi Selatan pada bulan April 1950
• Sering terjadi demonstrasi kelompok anti-federal untuk
mendesak NIT segera menggabungkan dengan RI dan golongan
yang mendukung negara federal juga melakukan demonstrasi,
sehingga keadaan menjadi tegang
• Untuk menjaga keamanan pada tanggal 5 April 1950 pemerintah
mengirim satu Batalion, kedatangan pasukan ini mengancam
kedudukan kelompok masyarakat pro-federal
• Selanjutnya mereka bergabung dan membentuk “Pasukan Bebas”
di bawah pimpinan Kapten Andi Azis yang menganggap masalah
keamanan di Sulawesi Selatan menjadi tanggungjawabnya
• Pukul 05.00 tanggal 5 April 1950 Kapten
Andi Azis dan pasukannya menyerang
Markas TNI di Makassar
• Pasukan APRIS jumlahnya lebih sedikit
sehingga dalam waktu singkat kota
Makassar dan objek vital seperti
Lapangan Terbang, kantor
Telekomunikasi, dan pos Polisi Militer
berhasil dikuasai, serta Letkol Ahmad
Junus berhasil ditawan
• Pada tanggal 5 April 1950 Ir.P.D. Diapari mengundurkan diri
sebagai perdana mentri NIT karena tidak menyetujui
tindakan Andi Aziz
• Selanjutnya pada tanggal 21 April 1950 Wali Negara NIT,
Sukawati mengumumkan bahwa NIT bersedia bergabung
dengan NKRI
• Pada tanggal 8 April 1950, pemerintah membuat ultimatum
yang meminta Andi Azis agar segera datang ke Jakarta.
Karena, apabila beliau tidak mengindahkan ultimatum
tersebut, maka Kapal Angkatan Laut Hang Tuah akan mem-
bom kota Makassar.
• Selain itu, ultimatum pemerintah tersebut juga meminta
agar Andi Azis mempertanggungjawabkan perbuatannya
dalam waktu 4 x 24 jam, tetapi ultimatum tersebut tetap
juga tidak diindahkan.
• Setelah batas waktu terlewati, pemerintah
mengirimkan pasukan di bawah Kolonel Alex
Kawilarang.
• Dan akhirnya, pada tanggal 15 April 1950, Andi Azis
datang ke Jakarta dengan perjanjian dari Sri Sultan
Hamengkubuwana IX bahwa beliau tidak akan
ditangkap.
• Tetapi, ketika Andi Azis datang ke Jakarta, beliau
justru langsung ditangkap dan diadili karena
terlambar melapor
• Pada tanggal 26 April 1950 pasukan ekspedisi yang dipimpin
oleh kolonel A.E.Kawilarang mendarat di Sulawesi selatan.
• Terjadi provokasi oleh pasukan KNIL dan memancing
bentrokan dengan pasukan APRIS
• Pertempuran APRIS dan KNIL terjadi pada tanggal 5 Agustus
1950
• Dalam pertempuran, APRIS berhasil memukul mundur
pasukan KNIL
• Menyadari kedudukannya kritis, tanggal 8 Agustus 1950 pihak
KNIL meminta untuk berunding
• Perundingan dilakukan oleh A.E.Kawilarang dari pihak RI dan
Mayor Jendral Scheffelaar dari KNIL
• Hasilnya kedua belah pihak setuju dihentikannya tembak-
menembak dan dalam waktu 2 hari pasukan KNIL harus
meninggalkan Makassar
Pemberontakan Republik Maluku
Selatan (RMS)
• Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
dipimpin oleh Mr. Dr. Christian Robert Steven
Soumokil, Mantan Jaksa Agung NIT
• Sebernarnya Soumokil sudah terlibat dalam
pemberontakan Andi Aziz, namun mampu
melarikan diri ke Maluku
• Soumokil juga berhasil memindahkan pasukan
KNIL dan Pasukan baret Hijau dari Makassar ke
Ambon
• Pada tanggal 4 April 1950 di Ambon Ir. Manusama
mengundang para rajapati (penguasa desa) untuk
rapat di kantornya.
• Ir. Manusama mengutarakan bahwa penggabungan
wilayah Ambon ke NKRI mangandung bahaya
• Selanjutnya mereka menyetujui diadakannya rapat
umum di kota Ambon, tanggal 18 April 1950, untuk
memperingatkan seluruh rakyat Ambon akan
bahaya penggabungan wilyah Ambon ke NKRI
• Soumokil mengadakan rapat rahasia di Tahule
• Pada rapat itu para pamongpraja sengaja tidak
diikutsertakan, sedangkan para pemuka KNIL
dan Ir. Manusama mereka undang
• Dalam rapat itu Soumokil menganjurkan agar
KNIL mengambil tindakan untuk menjadikan
Maluku Selatan sebagai daerah merdeka. Jika
perlu seluruh anggota dewan Maluku Selatan
dibunuh
• Sebagian anggota menolak usulan tersebut,
bahkan mereka mengusulkan agar yang
melakukan proklamasi kemerdekaan Maluku
Selatan adalah Kepala Daerah Maluku Selatan
• Sebelum diproklamasikan RMS dilancarkan berbagai
propaganda pemisahan diri dari NKRI yang dilakukan
oleh Gabungan Sembilan Serangkai yang
beranggotakan KNIL dan Partai Timur Besar
• Menjelang proklamasi RMS, Soumokil telah berhasil
meghimpun kekuatan di lingkungan masyarakat Maluku
Tengah
• Selain mendapat dukungan dari KNIL dan polisi,
Soumokil juga mendapat dukungan dari rajapati
melalui Ir. Manusama, dari pemerintah daerah melalui
J.Manuhutu, sementara orang yang mendukung NKRI
diancam dan dipenjara
• Pada tanggal 25 April 1950 di Ambon diproklamasikan
Republik Maluku Selatan (RMS) oleh Soumokil
Upaya Untuk Mengatasinya
• Dengan jalan damai, mebgutus tokoh asli Maluku, yaitu dr
Leimena, namun gagal
• Selanjutnya misi perdamaian yang dikirim oleh pemerintah
terdiri atas para pendeta, politikus, dokter, wartawan pun
tidak dapat bertemu langsung dengan pengikut Soumokil.
• Akhirnya pemerintah melakukan operasi militer untuk
membersihkan gerakan RMS dengan mengerahkan pasukan
Gerakan Operasi Militer (GOM) III yang dipimpin oleh
seorang kolonel bernama A.E Kawilarang, yang menjabat
sebagai Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur
• Pada tanggal 14 Juli 1950 APRIS mendarat di
Pulau Buru
• Dengan susah payah pasukan APRIS berhasil
menguasai pos-pos penting
• Tanggal 19 Juli 1950 pasukan APRIS menuju
Pulau Seram
• Pada Tanggal 28 September 1950 ekspedisi
mendarat di Ambon dn berhasil menguasai
Ambon
• Pada tanggal 3 November 1950 terjadi
pertempuran dramatis dalam rangka
memperebutkan benteng Nieuw Victoria
• Dengan jatuhnya pasukan RMS yang berada di daerah
Ambon, maka hal ini membuat perlawanan yang
dilakukan oleh pasukan RMS dapat ditaklukan.
• Pada tanggal 4 sampai 5 Desember, melalui selat
Haruku dan Saparua, pusat pemerintahan RMS beserta
Angkatan Perang RMS berpindah ke Pulau Seram.
• Pada tahun 1952, J.H Munuhutu yang tadinya
menjabat sebagai presiden RMS tertangkap di pulau
Seram, Sementara itu sebagian pimpinan RMS lainnya
melarikan diri ke Negara Belanda.
• Setelah itu, RMS kemudian mendirikan sebuah
organisasi di Belanda dengan pemerintahan di
pengasingan (Government In Exile).
• Sementara itu, Dr. Soumokil, pada masa itu ia masih bertahan di
hutan-hutan yang berada di pulau Seram sampai akhirnya ditangkap
pada tanggal 2 Desember 1963.
• Pada Tahun 1964, Soumokil dimajukan ke meja hijau.
• Selama persidangan Soumokil berlangsung, meskipun ia bisa
berbahasa Indonesia, namun pada saat itu ia selalu memakai Bahasa
Belanda, sehingga pada saat persidangan di mulai, hakim mengutus
seorang penerjemah untuk membantu persidangan Soumokil.
• Akhirnya pada tanggal 24 April 1964, Soumokil akhirnya dijatuhi
hukuman mati. Eksekusi pun dilaksanakan pada tanggal 12 April
1966 dan berlangsung di Pulau Obi yang berada di wilayah
kepulauan Seribu di sebelah Utara Kota Jakarta.
•  Sepeninggal Soumokil, sejak saat itu RMS berdiri di pengasingan di
Negeri Belanda. Pengganti Soumokil adalah Johan Manusama. Ia
menjadi presiden RMS pada tahun 1966-1992, selanjutnya
digantikan oleh Frans Tutuhatunewa sampai tahun 2010 dan
kemudian digantikan oleh John Wattilete.
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI)/Perjuangan Rakyat Semesta (PERMESTA)

“Saya tidak pernah menyesal disebut pemberontak. Kami, orang-orang


yang ikut mempertahankan republik ini, tidak rela kalau negara kita
tidak terurus!” - Letkol Ventje Sumual
Latar Belakang
• Awal Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI), dan PERMESTA sebenarnya sudah muncul pada saat menjelang
pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tahun 1949 dan
pada saat bersamaan Divisi Banteng diciutkan sehingga menjadi kecil
dan hanya menyisakan satu brigade. Brigade ini pun akhirnya diperkecil
lagi menjadi Resimen Infanteri 4 TT I BB.
• Hal ini memunculkan perasaan kecewa dan terhina pada para perwira
dan prajurit Divisi IX Banteng yang telah berjuang mempertaruhkan jiwa
dan raganya bagi kemerdekaan Indonesia.
• Pada saat itu juga, terjadi ketidakpuasan dari beberapa daerah yang
berada di wilayah Sumatra dan Sulawesi terhadap alokasi biaya
pembangunan yang diberikan oleh pemerintah pusat.
• Kondisi ini diperparah dengan tingkat kesejahteraan prajurit dan
masyarakat yang sangat rendah.
Selanjutnya mereka membentuk dewan-dewan
militer daerah, diantaranya sebagai berikut
• Dewan Banteng di Sumatera Barat, dipimpin oleh
Kolonel Achmad Husein, Komandan Resimen Infanteri
4 pada tanggal 20 Desember 1956
• Dewan Gajag di Medan, dipimpin oleh Kolonel Maludin
Simbolon, Panglima Tentara dan Teritorium I (TTI) pada
tanggal 22 Desember 1956
• Dewan Garuda di Sumatera Selatan, dipimpin oleh
Letkol Barlian pada pertengahan bulan Januari 1957
• Dewan Manguni di Manado, dipimpin oleh Letkol
Ventje Sumual pada tanggal 18 Februari 1957
• Tujuan PRRI yaitu Mendorong pemerintah supaya
memperhatikan pembangunan negeri secara
menyeluruh
• Sebab pemerintah saat itu hanya terfokus
pembangunan di pualau Jawa saja
• Meskipun alasan yang dilakukan oleh PRRI itu
benar namun cara yang digunakan salah, karena
dalam melakukan usulan tadi PRRI menggunakan
kekuatan militer sehingga pemerintah
menganggap tuntutan itu bersifat memberontak
• Hal tersebut menimbulkan kesan bagi pemerintah
bahwa PRRI adalah suatu bentuk pemberontakan
• Kemudian para tokoh militer dan sipil pada tanggal 9
Januari 1958 mengadakan pertemuan di sungai Dareh,
Sumatera Barat
• Tokoh militer yang hadir antara lain:
1) Letkol Achmad Husein
2) Letkol Sumual
3) Kolonel Simbolon
4) Kolonel Dachlan Djambek
5) Kolenel Zulkifli Lubis
• Tokoh sipil yang hadir antara lain:
1) M Natsir Sjarif Usman
2) Burhanudin Harahap
3) Sjafruddin Prawiranegara
• Dalam pertemuan tersebut dibicarakan masalah
pembentukan pemerintah baru dan hal-hal yang
berhubungan dengan pemerintah baru tersebut
• Pada tanggal 10 Februari 1958 diadakan rapat raksasa di
Padang, Letkol Achmad Husein memberi ultimatum
kepadda pemerintah pusat yang isinya:
1. Dalam waktu 5 x 24 jam kabinet Djuanda menyerahkan
mandat kepada presiden atau presiden mencabut
mandat kabinet Djuanda
2. Meminta presiden menugaskan Drs. Moh Hatta dan
Sultan Hamengkubuwono IX untuk membentuk kabinet
baru
3. Meminta kepada presiden supaya kembali kepada
kedudukannya sebagai presiden konstitusional
• Ultimatum tersebut ditolak
• Letkol Achmad Husein, Kolonel Zulkifli Lubis,
Kolonel Dachlan Djambek dan Kolonel
Simbolon dipecat
• Pada tanggal 15 Februari 1958 Letkol Achmad
Husein memproklamasikan berdirinya
PRRIdengan perdana mentri Sjafruddin
Prawiranegara
• Pusat PRRI berkedudukan di Padang
• Dengan proklamasi itu, PRRI memisahkan diri
dari pemerintah pusat
Upaya penumpasan pemberontakan
PRRI
1. Operasi Tegas yang dipimpin Letkol Kaharudin Nasution.
Tujuannya untuk menguasai daerah Riau. Hasilnya
Pekanbaru dapat dikuasai pada tanggal 12 Maret 1958.
2. Operasi 17 Agustus yang dipimpin Kolonel Achmad Yani.
Tujuannya menguasai Sumatera Barat. Hasilnya Padang
dapat dikuasai tanggal 17 April 1958, menyusul Bukittinggi
sebulan kemudian.
3. Operasi Saptamarga yang dipimpin Brigjen Jatikusumo.
Tujuannya adalah mengamankan wilayah Sumatera Utara.
4. Operasi Sadar yang dipimpin Letkol Ibnu Sutowo. Tujuannya
adalah mengamankan wilayah Sumatera Selatan.
• Berangsur angsur wilayah pemberontak dapat
dikuasai
• Pada tanggal 29 Mei 1961, Achmad Husein
dan pasukannya secara resmi menyerah,
disusul para tokoh PRRI lainnya
Pemberontakan PERMESTA
• Para tokoh militer di Sulawesi mendukung PRRI di
Sumatera
• Pada tanggal 17 februari 1958, Letkol Somba (komandan
daerah militer Ssulawesi Utara dan Tengah) memutuskan
hubungan dengan pemerintah pusat dan mendukung PRRI
• Para tokoh militer di Sulawesi memproklamasikan piagam
Perjuangan Rakyat Semesta (PERMESTA), yang
dipelopori oleh Letkol Vintje Sumual
• Pemberontak permesta menguasai daerah Sulawesi
Tengah dan Utara
• Untuk menghancurkan gerakan ini pemerintah membentuk
Komando Operasi Merdeka dipimpin oleh Letkol Rukminto
Hendraningrat pada bulan April 1958, dikirim ke Sulawesi
Utara
• Ternyata dalam petualangannya PERMESTA mendapat
bantuan dari pihak asing
• Hal ini terbukti saat ditembak jatuhnya sebuah pesawat pada
tanggal 18 Mei 1858 di Ambon, ternyata pesawat itu
dikemudikan A.L. Pope seorang warga negara Amerika Serikat
• Di Bulan Agustus 1958 pemberontakan PERMESTA dapat
dilumpuhkan walaupun sisa-sisanya masih ada sampai tahun
1961
• Pemerintah memberi kesempatan kepada pengikut
PRRI/PERMESTA untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi
G30S /
PKI
Gerakan 30 September (dalam dokumen
pemerintah tertulis Gerakan 30 September/PKI,
disingkat G30S/PKI), Gestapu (Gerakan
September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu
Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi
selewat malam tanggal 30 September sampai di
awal 1 Oktober 1965 ketika tujuh perwira tinggi
militer Indonesia beserta beberapa orang
lainnya dibunuh dalam suatu usaha kudeta.
• Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan partai
komunis yang terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok
dan Uni Soviet.
• Sampai pada tahun 1965 anggotanya berjumlah sekitar
3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya.
• PKI juga mengontrol pergerakan serikat buruh yang
mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan petani
Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9 juta anggota.
• Termasuk pergerakan wanita (Gerwani), organisasi
penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI
mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan pendukung
LATAR BELAKANG
• PKI ingin mengubah ideologi Pancasila
menjadi ideologi Komunis
• Dengan demokrasi yang dianut Indonesia
adalah demokrasi terpimpin, membuat PKI
semakin kuat dan mencapai puncak
kekuatannya pada tanggal 30 September 1965
• Sebelum melaksanakan penyerangannya, PKI juga
menarik simpati rakyat untuk mendapatkan dukungan,
antara laing dengan cara:
1. Mengirim sukarelawan saat berkonfrontasi dengan
Malaysia, akibat Tunku Abdu Rahman, PM Malaysia
menginjak lambang Indonesia
2. Membagikan tanah kepada petani, melalui peristiwa
Bandar Betsi
3. Menanamkan ideologi komunis kepada anggota ABRI
4. Menghancurkan lawan politiknya
5. Angkatan kelima (Mempersenjatai buruh tani)
6. Melatih 3000 Pemuda Rakyat dan Gerwani di Lubang
Buaya
• PKI menyebarkan isu adanya dewan jendral
melakukan kudeta
• Tetapi TNI AD menolak tuduhan PKI, serta
balik menuduh PKI mau merebut kekuasaan
• Karena hubungan yang kurang baik dengan
TNI, PKI akhirnya bertindak
• Lalu akhirnya terjadilah gerakan 30 September
1965 / PKI
• Karena keadaan semakin memanas, Pada 1
Oktober 1965 dini hari, enam jenderal senior
dan beberapa orang lainnya dibunuh dalam
upaya kudeta yang disalahkan kepada para
pengawal istana (Cakrabirawa) yang dianggap
loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin
oleh Letkol. Untung
• Aksi pemberontakan dimulai dengan
perebutan Bandara Halim Perdana Kusuma
yang akhirnya digunakan sebagai markas PKI
• Tidak hanya mengambil alih kekuasaan, PKI
juga menculik Perwira TNI
KORBAN
• K
​ eenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
1. Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf
Komando Operasi Tertinggi)
2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang
Administrasi)
3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD
bidang Perencanaan dan Pembinaan)
4. Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang
Intelijen)
5. Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD
bidang Logistik)
6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur
Jenderal Angkatan Darat)
• Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama,
selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade
• Selain itu beberapa orang lainnya juga turut
menjadi korban:
1.Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman
resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
2.Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan
Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
3.Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf
Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
Perwira yang gugur disebut sebagaiPahlawan
Revolusi
• 9 Oktober 1965, Kol Latif ditangkap di Jakarta
• 11 Oktober 1965, Kol Untung ditangkap di
Tegal, Jateng
• 22 November 1965, D N Aidit ditangkap di
Surakarta
• 24 November 1965, D N Aidit ditembak mati
• Dengan demikian G30S/PKI berhasil di tumpas
• Selain menculik dan membunuh, PKI juga berhasil menguasai RRI pada
tanggal 1 Oktober 1965
• Lalu PKI juga menyatakan berdirinya dewan Revolusi yang bertindak
memegang kekuasaan dan keamanan negara, diketuai oleh Letkol
Untung dan wakilnya Brigjen Suparjo
• Dengan adanya pemberontakan, Mayjen Suharto tidak tinggal diam, ia
melakukan beberapa tindakan untuk menumpas PKI
• Ia memerintahkan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD)
dibawah pimpinan Kol Sarwo Edhie Wibowo untuk mengamankan
keadaan
• Hasil kerja keras pasukan Sarwo Edhie berhasil merebut RRI, lalu
tanggal 1 Oktober Bandara Halim Perdana Kusuma berhasil dikuasai
RPKAD, lalu lubang buaya juga dapat dikuasai
• 2 Oktober 1965, Jenazah para perwira
ditemukan di sumur tua
• 5 Oktober 1965, bertepatan dengan hari ABRI,
jenazah dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata
• 10 Oktober 1965, Kolonel Katamso
Perayaan Milad PKI yang ke 45 di Jakarta pada awal tahun 1965

Anda mungkin juga menyukai