Anggota Kelompok 1 :
1. Annisa
2. Ayi Humairoh
3. Billy Desyanto
4. Dewi Wulandari
5. Hamzah Nabawi
6. Harun al Rosyid
1. PKI Madiun
PKI Madiun ialah sebuah gerakan yang berusaha menggulingkan pemerintahan yang sah
yakni Republik Indonesia dan mengganti landasan negara. Gerakan ini dipimpin oleh Amir
Sjarifuddin dan Muso. Dimulai pada pertengahan tahun 1948 dan berpusat di Madiun, Jawa Timur.
Renville yang sangat merugikan Republik Indonesia. Setelah tidak lagi menjadi Perdana Menteri,
Amir membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang kemudian berkerjasama dengan organisasi
berpaham kiri seperti Partai Komunis Indonesia, Barisan Tani Indonesia (BTI), Pemuda Sosialis
Kedua, kedekatan Amir Sjarifuddin dengan tokoh PKI Musodan bercita-cita menyebarkan
akibat programnya untuk mengembalikan 100.000 tentara menjadi rakyat biasa dengan alasan
penghematan biaya.
Pemberontakan PKI Madiun diawali dengan melancarkan propaganda anti pemerintah dan
pemogokan kerja oleh kaum buruh. Selain itu pemberontakan juga dilakukan dengan menculik
dan membunuh beberapa tokoh negara. Seperti Penembakan terhadap Kolonel Sutarto pada 2 Juli
1948, penculikan dan pembunuhan terhadap Gubernur Jawa Timur pertama RM. Ario Soerjo yang
kebetulan berkunjung ke Ngawi dan kemudian dicegat oleh kelompok Amir pada 10 September
1948. Serta penculikan dan pembunuhan kepada Dr. Moewardi pada 13 September 1948 yang
pemberontakan tersebut terjadi pada 18 September 1948, saat pemberontak berhasil menguasai
kota Madiun dan mengumumkan lahirnya Republik Soviet Indonesia. Mereka pun menguasai
Terdapat 17 Tokoh yang namanya disebut sebagai 'Korban Keganasan PKI Tahun 1948
2. Letkol Wiyono
4. May Istiklah
14. KH Sidiq
Pemerintah menyadari apa yang dilakukan PKI sangat membahayakan negara. Oleh karena
Kedua, Panglima Besar Sudirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan
Kolonel Sungkono di Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan dibantu para santri.
Pada 30 September 1948, Madiun dapat diduduki lagi oleh RI. Beberapa petinggi PKI
melarikan diri ke Tionghoa dan Vietnam seperti D.N Aidit dan Lukman. Muso tertembak dalam
2. DI/TII
Pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai pada tanggal 20 September 1953. Dimulai dengan
pernyataan Proklamasi berdirinya Negara Islam Indonesia oleh Daud Beureueh, proklamasi itu
menyatakan diri bahwa Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia (NII) dibawah
Ada beberapa daerah yang mengalami peristiwa DI/TII.Salah satu nya adalah sebagai
berikut.
Pergerakan DI/TII di Jawa Barat memiliki tujuan utama menjadikan Indonesia sebagai
Negara Islam yang merujuk pada di proklamasikannya Negara Islam Indonesia (NII) dibawah
Kartosoewiryo kecewa terhadap perjanjian Renville yang dianggap melecehkan harkat dan
martabat para pejuang kemerdekaan. Pada perjanjian ini, Indonesia dipaksa untuk menyerahkan
- DI/TII di Aceh :
pemimpin dan pemerintah Indonesia atas rencana peleburan Aceh masuk ke dalam Sumatera Utara.
Peleburan tersebut dianggap mengkhianati perjuangan masyarakat Aceh yang sangat panjang
selama masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia mulai dari tahun 1945 sampai 1950. Masyarakat
Aceh juga mengharapkan Aceh dapat diberikan otonomi khusus dalam menerapkan hukum Islam.
Dengan masuknya Aceh menjadi bagian Sumatera Utara masyarakat Aceh menganggap
pemerintah menolak permintaan ini. Kekecewaan inilah yang memicu pecahnya pemberontakan
Beureueh setelah menyatakan proklamasi berdirinya Negara Islam Indonesia. Deklarasi ini juga
menyatakan bahwa NII Aceh menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari NII di dibawah
mengumumkan bahwa negara islam indonesia telah berdiri di Indonesia. Kartosuwiryo juga
menetapkan bahwa Darul Islam merupakan gerakan politik, sedangkan tentaranya disebut sebagai
Tentara Islam.
Gerakan dan pemberontakan DI/TII kemudian menyebar dari Jawa Barat, sebab Pasukan
Siliwangi yang sebelumnya berada di daerah tersebut sedang berpindah ke Jawa Tengah dan
Yogyakarta karena akibat dari perundingan Renville. Gerakan tersebut membakar dan merusak
rumah penduduk, membongkar jalan kereta api, dan menyiksa serta merampok masyarakat yang
tinggal di wilayah tersebut. Pasukan Siliwangi kembali ke Jawa Barat, dan kelompok DI/TII
berhadapan dengan mereka. Kerusuhan terjadi hingga tahun 1961 dengan jumlah korban yang
cukup besar.
c. Tujuan DI/TII
1. Membentuk Negara Islam Indonesia atau NII secara berdaulat dan diakui oleh negara
4. Mengubah undang-undang dan konstitusi yang sudah ada agar berbasis syariat Islam.
5. Menolak ideologi dan hukum lain selain al-quran dan hadist, selain kedua itu maka
Usaha pemerintah dalam menumpas pemberontakan DI/TII di Jawa Barat yang dipimpin
oleh Kartosuwirjo dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah dengan cara damai. Pada cara
ini, pemerintah membentuk sebuah panitia yang beranggotakan Zainul Arifin (kementerian
Agama), Makmun Sumadipraja (Kementerian Dalam Negeri), dan kolonel Sadikin (Kementerian
Pertahanan). Mereka diberikan tugas untuk mengadakan kontak dengan pimpinan DI/TII untuk
berunding. Namun, usaha ini pun gagal. Upaya lain yang dilakukan pemerintah aalah mengirim
surat ke Kartosuwiryo untuk berunding melalui Mohammad Natsir Natsir (mantan perdana menteri
berupa Operasi Pagar Betis. Operasi Pagar Betis adalah operasi militer Indonesia untuk mengakhiri
pemberontakan DI/TII di Jawa Barat yang dipimpin oleh Kartosuwiryo, dengan mengepung
markas pemberontak di Gunung Geber. Dalam operasi ini, TNI yang dipimpin oleh Divisi
Siliwangi mengepung wilayah-wilayah yang menjadi basis kekuatan DI/TII dan membatasi
gerakkan mereka. Operasi ini dinamakan “pagar betis” karena pasukan TNI mengepung basis-
basis pemberontak DI/TII sehingga membatasi ruang gerak mereka. Akhirnya pada 4 Juni 1962,
Barat yang dipimpin oleh Kartosuwirjo dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan musyawarah
dengan jalan diplomasi kemudian dilanjutkan dengan operasi militer di bawah TNI (operasi Pagar
Betis)
3. G30S PKI
Gerakan 30 September (G30S) adalah sebuah peristiwa yang terjadi selewat malam pada
tanggal 30 September sampai awal bulan selanjutnya (1 Oktober) tahun 1965 ketika tujuh perwira
tinggi militer Indonesia beserta beberapa orang yang lain dibunuh dalam suatu usaha kudeta (yang
hampir sekaligus).
Secara umum, G30S PKI dilatarbelakangi oleh dominasi ideologi Nasionalisme, Agama,
dan Komunisme (NASAKOM) yang berlangsung sejak era Demokrasi Terpimpin diterapkan,
Beberapa hal lain yang menyebabkan mencuatkan gerakan yang menewaskan para
Jenderal ini adalah ketidakharmonisan hubungan anggota TNI dan juga PKI. Pertentangan pun
muncul di antara keduanya. Selain itu, desas desus kesehatan Presiden Soekarno juga turut
Sejarah berdirinya PKI tak lepas dari Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV),
partai kecil berhaluan kiri yang didirikan oleh tokoh Sosialis Belanda, Hendricus Josephus
Franciscus Marie Sneevliet atau dikenal dengan Henk Sneevliet. Peristiwa G30S PKI terjadi pada
tahun 1965 dan dimotori oleh Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit, pemimpin terakhir PKI. Di
bawah kendali DN Aidit, perkembangan PKI semakin nyata walaupun diperoleh melalui sistem
parlementer.
Dikutip dari buku Api Sejarah 2 oleh Ahmad Mansur Suryanegara, menurut Arnold C.
Brackman, DN Aidit mendukung konsep Khrushchev, yakni "If everything depends on the
communist, we would follow the peaceful way (bila segalanya bergantung pada komunis, kita
harus mengikuti dengan cara perdamaian).". Pandangan itu disebut bertentangan dengan konsep
Mao Ze Dong dan Stalin yang secara terbuka menyatakan bahwa komunisme dikembangkan hanya
dengan melalui perang. pada akhir tanggal 30 September dan masuk 1 Oktober 1965.
Gerakan pemberontakan yang dilakukan oleh PKI mengincar perwira tinggi TNI AD
Indonesia. Tiga dari enam orang yang menjadi target langsung dibunuh di kediamannya.
c. Tujuan G30S
komunis.
5. Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari rangkaian kegiatan
komunisme internasional.
3. Mayjen S. Parman
4. Mayjen R. Suprapto
6. D.I Panjaitan
Dalam situasi tak menentu setelah pecahnya Gerakan 30 September, Panglima Komando
Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Mayor Jenderal Soeharto segera berkeputusan mengambil
alih pimpinan Angkatan Darat, karena Jenderal Ahmad Yani selaku Men/Pangad saat itu belum
diketahui ada di mana. Setelah berhasil menghimpun pasukan yang masih setia kepada Pancasila,
operasi penumpasan Gerakan 30 September pun segera dilakukan. Bukan saja di Jakarta,
melainkan hingga basis mereka di daerah-daerah lainnya. Dalam perkembangan berikutnya, ketika
diketahui bahwa Gerakan 30 September ini berhubungan dengan PKI, maka pengejaran terhadap