Anda di halaman 1dari 18

Tahukah sobat bagaimana awal terjadinya pemberontakan PKI Madiun dan siapa yang memimpin

pemberontakan? Terjadinya pemberontakan PKI Madiun berawal dari upaya yang dilakukan oleh Amir
Syarifuddin untuk menjauhkan Kabinet Hatta. Untuk hal tersebut, Amir Syarifuddin pada tanggal 28
Februari 1948 membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) di Surakarta. FDR terdiri dari Partai Sosialis
Indonesia, PKI, Pesindo, PBI, dan Sarbupri. Adapun strategi yang diterapkan FDR adalah sebagai berikut.

1. FDR berusaha menumbuhkan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah dengan cara melakukan
pemogokan umum dan berbagai bentuk pengacauan.
2. FDR menarik pasukan pro-FDR dari medan tempur untuk memperkuat wilayah yang telah dibina.
3. FDR menjadikan Madiun sebagai basis pemerintahan dan Surakarta sebagai daerah kacau (untuk
mengalihkan perhatian dan menghadang TNI).
4. Di dalam parlemen, FDR mengusahakan terbentuknya Front Nasional yang mempersatukan berbagai

kesatuan sosial-politik untuk menggulingkan Kabinet Hatta.


Kegiatan FDR dikendalikan oleh PKI sejak Muso kembali dari Uni Soviet. Atas anjuran dari Muso, partai
yang tergabung dalam FDR melburkan diri dalam PKI. Selanjutnya PKI menyusun politbiro (dewan politik)
dengan ketuanya Muso dan sekretaris pertahanan Amir Syarifuddin.

Dalam rangka untuk menjatuhkan wibawa pemerintah, Muso dan Amir Syarifuddin berkeliling ke sejumlah
kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk mempropagandakan PKI beserta programnya. Sambil menjelek-
jelekan pemerintah, PKI mempertajam persaingan antara pasukan TNI yang pro-PKI dan propemerintah.
Adanya persaingan tersebut turut memicu terjadinya pemberontakan PKI Madiun (Madiun Affair).

Di Surakarta pada tanggal 11 September 1948 terjadi bentrokan antara pasukan propemerintah RI (dari
Siliwangi) dan pasukan pro-PKI (divisi IV). Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah menunjuk Kolonel
Gatot Subroto sebagai gubernur militer (meliputi daerah Surakarta, Pati, Semarang, dan Madiun). Akhirnya
pada tanggal 17 September 1948 pasukan yang pro-PKI mundur dar Surakarta.

Ternyata kejadian di Surakarta tersebut hanya untuk mengalihkan perhatian. Pada waktu kekuatan TNI
terjun ke Surakarta, Sumarsono dari Pesindo dan Letnal Kolonel Dahlan dari Brigade 29 yang pro-PKI
melakukan perebutan kekuasaan di Madiun pada tanggal 18 Semptember 1948. Tindakan PKI tersebut
disertai dengan penangkapan dan pembunuhan pejabat sipil, militer, dan pemuka masyarakat. Kemudian
mereka mendirikan pemerintahan Soviet Republik Indonesia di Madiun.

Pada waktu kudeta berlangsung di Madiun, Muso dan Amir Syarifuddin sedang berada di Purwodadi.
Kemudian mereka ke Madiun mendukung kudeta dan mengambil alih pimpinan. Secara resmi
diproklamasikan berdirinya Soviet Republik Indonesia. Apa yang dilakukan oleh Muso dan Amir
Syarifuddin tersebut memperjelas bahwa pemberontakan di Madiun didalangi oleh PKI.
Untuk mengatasi pemberontakan tersebut, pemerintah bersikap tegas. Presiden Soerkarno memberikan
pilihan kepada rakyat ikut Muso dengan PKI-nya atau ikut Soekarno-Hatta. Tawaran Presiden tersebut
disambut dengan sikap mendukung pemerintah RI. Selanjutnya pemerintah menginstruksikan kepada
Kolonel Sadikin dari Divisi Siliwangi untuk merebut kota Madiun. Kota Madiun diserang oleh pasukan
Siliwangi dan dari arah timur oleh pasukan yang dipimpin oleh Kolonel Sungkono.

Dengan bantuan rakyat pada tanggal 30 September 1948 kota Madiun berhasil dikuasai TNI. Muso
tertembak dalam pengejaran di Ponorogo dan Amir Syarifuddin tertangkap di Purwodadi. Kemudian
dilakukan operasi pembersihan di daerah-daerah dan pada bulan Desember 1948 operasi dinyatakan selesai.

Sobat itulah artikel yang saya tulis tentang Pemberontakan PKI di Madiun, Sobat bisa melihat
pemberontakan-pemberontak lainnya yang terjadi di Indonesia yang mengancam keutuhan negara disini.
Bagi sobat yang mau mencopas artikel saya diharapkan untuk menyertakan link aktif pada postingan.
Terimakasih.
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo. Pemberontakan DI/TII
merupakan suatu usaha untuk mendirikan negara islam di Indonesia. Sejak perjanjian Renville ditandatangani pada
tanggal 8 Desember 1947, pasukan TNI harus meninggalkan wilayah Jawa Barat dan hijrah ke Jawa Tengah.
Pasukan Hisbullah dan Sabilillah yang dipimpin oleh S.M Kartosuwiryo tidak iku dalam hijrah tersebut. Kemudian
Kartosuwiryo membentuk Gerakan Darul Islam dan seluruh pasukannya dijadikan Tentara Islam Indonesia. Markas
Besar Kartosuwiryo didirikan di Gunung Cepu. Pemberontakan DI/TII ini bertujuan untuk mendirikan negara
sendiri yang terpisah dari Republik Indonesia. Kemudian pada tanggal 7 Agustus 1949 Kartosuwiryo
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII).

Dengan kembalinya pasukan TNI (Divisi Siliwangi) dari Yogyakarta merupakan ancaman bagi kelangsungan da
tercapainya cita-cita Kartosuwiryo. Oleh karena itu, pasukan Siliwangi yang kembali dari Hijrah harus dihancurkan
agar tidak masuk ke wilayah Jawa Barat. Kemudian, terjadilah bentrokan antara pasukan DI/TII Kartosuwiryo dan
pasukan TNI yang baru pulang dari hijrah. Apa yang dilakukan Kartosuwiryo tersebut merupakan penyimpangan
dari cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan merupakan pemberontakan terhadap pemerintah negara RI
yang sah.
Untuk meredam pemberontakan DI/TII tersebut semula dilakukan dengan melalui pendekatan persuasif (melalui
musyawarah untuk mencapai kesepakatan). Namun karena mengalami kegagalan, kemudian pemerintah RI
menempuh cara tegas dengan melakukan operasi militer. Pada tahun 1960 dilakukan Operasi Pagar Betis di
Gunung Geber oleh pasukan TNI bersama rakyat. Menghadapi serangan tersebut, pasukan Kartosuwiryo semakin
terdesak dan lemah sehingga banyak yang menyerah. Kartosuwiryo terkurung dan kemudian tertangkap di puncak
Gunung Geber pada tanggal 4 Juli 1962 dan kemudian dijatuhi hukuman mati.
Sobat itulah dia materi tentang Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat. Baca juga pemberontakan pemberontak
lainnya yang mengancam bangsa Indonesia disini. Sekian dulu materi kali ini, salam pelajar.

J
TOKOH YANG BERJUANG MEMPERTAHANKAN
KEUTUHAN NEGARA DAN BANGSA INDONESIA PADA
MASA 1948-1965
Refsa Nanda Agustus 27, 2015 sejarah Tidak ada Komentar
Oke sobat pada kali ini saya akan memberikan materi Tokoh yang Berjuang
Mempertahankan Keutuhan Negara dan Bangsa Indonesia pada Masa 1948-
1965. Materi tersebut merupakan materi sejarah yang akan kita pelajari di kelas
XII. Ada banyak sekali tokoh pahlawan yang berjuang mempertahankan keutuhan
negara dan bangsa Indonesia pada masa 1948-1965.

Perhatikan gambar di atas. Tahukah anda, siapa nama pahlawan tersebut dan
bagaimana perannya terhadap perjuangan mempertahankan keutuhan negara dan
bangsa Indonesia? Tahukah anda, apa yang dimaksud dengan pahlawan? Menurut
KBBI pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan
pengorbanannya dalam membela kebenaran atau pejuang yang gagah berani.
Gambar kanan adalah Jenderal Anumerta Ahmad Yani yang menjadi salah satu
korban G-30-S/PKI.
Adapun gambar kiri adalah Laksamana Anumerta Yos Sudarso yang meninggal
dalam pertempuran di laut Aru pada tanggal 15 Januari 1962 dalam rangka
membebaskan Irian Barat (sekarang Papua) dari Belanda. Dapatkah anda
menyebutkan tokoh/pahlawan yang berjuang mempertahankan keutuhan negara
dan bangsa Indonesia? Berikut akan kita pelajari bersama.

1. Abdul Haris Nasution.


2. Ahmad Yani.
3. Slamet Riyadi.
4. Donald Izacus Panjaitan.
5. Katamso.
6. Suprapto.
7. Siswondo Parman.
8. Sutoyo Siswomiharjo.
9. Yos Sudarso.
10. Pierre Andreas Tendean.

Peran Para Tokoh Perjuangan Pada Masa


1948 - 1965
Mishba 7

Tokoh perjuangan - Sebelum menjadi negara yang merdeka


seperti sekarang ini, Indonesia telah berjuang untuk menegakkan
keamanan, perdamaian dan menjaga keutuhan wilayah bangsa
Indonesia. Banyak orang yang gugur untuk memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia. Ternyata perjuangan mereka tidak
sampai disitu saja karena setelah Indonesia merdeka, mereka
masih harus berjuang mengatasi ancaman dari luar dan melawan
ancaman dari dalam. Inilah beberapa nama tokoh yang berperan
dalam perjuangan bangsa pada masa 1948 – 1965.
1. Jenderal Gatot Soebroto

Jenderal Gatot Soebroto merupakan tokoh yang


lahir di Banyumas Jawa Tengah, 10 Oktober 1907 dan Beliau
meninggal di Jakarta, 11 Juni 1962. Semasa hidupnya, Gatot
Seobroto mempunyai peranan besar bagi bangsa Indonesia. Di
tahun 1923, Gatot Seobroto yang awalnya hanya pegawai masuk
sekolah militer KNIL Magelang. Kemudian, saat Jepang
menduduki Indonesia Gatot Soebroto mengikuti pendidikan
PETA di Bogor.

Setelah kemerdekaan, Gatot Soebroto memilih masuk Tentara


Keamanan Rakyat (TKR) dan pekerjaannya pun berlanjut sampai
dipercaya menjadi Panglima Divisi II, Panglima Coprs Polisi
Militer hingga menjadi Gubernur Militer Daerah Surakarta dan
sekitarnya.

Namanya dikenal sebagai penggagas akan perlunya sebuah


Akademi Militer gabungan seperti AD,AU, dan AL guna untuk
membina para perwira muda. Kemudian, gagasan tersebut
diwujudkan dengan dibentuknya Akademi Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia atau AKABRI di tahun 1965.
2. Jenderal Besar TNI Abdul Haris
Nasution

Abdul Haris Nasution merupakan tokoh yang lahir


di Kotanopan, Sumatera Utara pada 3 Desember 1918 dan
meninggal di Jakarta, 6 September 2000 saat umur 81
tahun. Ketika Belanda membuka sekolah perwira cadangan
Indonesia pada tahun 1940, Abdul Haris Nasution ikut masuk dan
mendaftar di sana. Kemudian, Nasution diangkat sebagai
pembantu Letnan di Surabaya.

Di tahun 1942, beliau mengalami pertamanya di Surabaya


melawan Jepang. Setelah berhasil mengalahkan Jepang dalam
Perang Dunia II bersama dengan eks-PETA, Nasution
mendirikan Badan Keamanan Rakyat.

Pada tahun 1946, Nasution dilatik oleh Presiden Soekarno


sebagai Panglima Divisi Siliwangi. Sebagai seorang tokoh militer
Nasution dikenal dengan ahli perang Gerilya dan dikenal sebagai
penggagas dwifungsi ABRI. Semua gagasan perang Gerilya
Nasution, dituangkan ke dalam buku yang berjudul Fundamentals
of Guerilla Warfare.
3. Letkol Slamet Riyadi

Slamet Riyadi merupakan tokoh yang lahir di Surakarta pada 26


Juli 1927 dan meninggal di Ambon pada 4 November 1950 saat
berumur 23 tahun. Setelah diangkat sebagai Komandan Batalyon
Resimen I Devisi X.
Selamet Riyadi berhasil menggalang para pemuda, menghimpun
kekuatan perjuangan dari pemuda-pemuda terlatih eks-
Peta/Heiho/Kaigun dan merekrutnya dalam kekuatan Batalyon
yang dipersiapkan bermaksud untuk mempelopori perebutan
sebuah kekuasaan politik serta militer di kota Solo dari tangan
Jepang.

Kemudian, Slamet Riyadi diangkat menjadi Komandan Batalyon


XIV dan pasukannya sangat aktif melakukan serangan Gerilya
terhadap kedudukan militer Belanda.

PEMBERONTAKAN DI/TII DI JAWA TENGAH


Refsa Nanda Agustus 8, 2015 sejarah 2 Komentar
Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah. Ternyata pemberontakan-
pemberontakan tersebut tidak hanya terjadi di Jawa Barat saja, melainkan juga
Jawa Barat dan daerah lainnya.
Terjadinya pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah setelah masa pengakuan
kedaulatan. Pemberontakan terjadi di tempat yang terpisah, namun saling
berhubungan. Oleh Kartosuwiryo, Amir Fatah diangkat menjadi komandan
pertempuran di Jawa Tengah. Untuk mengatasipemberontakan yang dilakukan
oleh Amir Fatah, Divisi Diponegoro membentuk pasukan khusus yang bernama
Banteng Raiders.
Di Kudus dan Magelang terjadi pemberontakan Batalion 426. Mereka menyatakan
diri bergabung dengan DI/TII. Akibat dari pemberontakan tersebut, gerakan
DI/TII di Jawa Tengah menjadi masalah yang serius. Untuk menumpas
pemberontakan tersebut, Divisi Diponegoro melancarkan operasi militer yang
bernama Operasi Merdeka Timur yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto.

Anda mungkin juga menyukai