INDONESIA DALAM
MENGHADAPI
ANCAMAN
DISINTEGRASI BANGSA
A.Pemberontakan PKI di Madiun (1948)
Tokoh pada gambar di samping, pernah menduduki kursi perdana menteri pada masa awal
kemerdekaan. Namun, ia juga menjadi salah satu tokoh yg terlibat dalam pemberontakan PKI Madiun
1948. Siapakah beliau ???
Pembentukan FDR
Akibat Perjanjian Renville yg kurang menguntungkan bagi pem RI maka pemerintahan kabinet Amir
Syarifuddin mendapat mosi tdk percaya sehingga jatuh pada bl Januari 1948. Pada awal th 1948 Amir
Syarifuddin berbalik menjadi pihak oposisi terh pem Hatta. Untuk memperkuat sikap oposisinya tsb,
26 Februari 1948, ia membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) yg mempersatukan seluruh gol
sosialis kiri dan komunis.
Anggota FDR terdiri atas :
a. Partai Buruh Indonesia (PBI)
b. Partai Komunis Indonesia (PKI)
c. Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo)
d. Serikat Buruh Perkebunan RI (Sarbupri)
Strategi yg diterapkan FDR :
FDR berusaha menumbuhkan ketidakpercayaan rakyat terh pem dgn cara melakukan pemogokan
umum dan berbagai bentuk
pengacauan
FDR menarik pasukan pro-FDR dari medan tempur utk memperkuat wil yg telah dibina
FDR menjadikan Madiun sbg basis pem dan Surakarta sbg daerah kacau (utk mengalihkan perhatian
dan menghadang TNI)
Di dlm parlemen, FDR mengusahakan terbentuknya Front Nasional yg mempersatukan berbagai
kekuatan sosial-politik utk
menggulingkan Kabinet Hatta
Program FDR :
Menuntut pem membatalkan Perundingan Renville dan Linggajati
Menasionalisasi perusahaan2 Belanda
Pembubaran Kabinet Hatta
Membentuk kabinet parlemen
Dalam aksinya, FDR berusaha memancing bentrokan2 dgn lawan2 politiknya dan melakukan gerakan2 sabotase
ekonomi dgn mendalangi pemogokan buruh di pabrik karung Delanggu 5 Juli 1948 dgn didukung buruh2 anggota
FDR. Gerakan pemogokan buruh tsb mendapat penentangan dari kelompok Serikat Tani Islam Indonesia (STII) yg
menolak pemogokan sehingga memancing bentrokan2 10 Juli 1948.
Keg. FDR dikendalikan oleh PKI sejak Muso kembali dari Uni Soviet. Atas anjuran dari Muso, partai yg tergabung
daam FDR meleburkan diri dlm PKI. PKI menyusun politbiru (dewan politik) dgn ketuanya Muso dan sekretasinya
pertahanan Amir Syarifuddin. Dalam rangka utk menjatuhkan wibawa pem, Muso dan Amir Syarifuddin berkeliling ke
sejumlah kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur utk mempropagandakan PKI beserta programnya. Sambil menjelek2n
pem, PKI memertajam persaingan antara pasukan TNI dan pro-PKI dan propem, persaingan tsb turut memicu
terjadinya pemberontakan PKI Madiun.
Dgn bantuan rakyat, 30 Sep 1948 kota Madiun berhasil dikuasai TNI. Muso tertembak dlm pengejaran di
Ponorogo dan Amir Syarifuddin tertangkap di Purwodadi, kemudian dilakukan operasi pembersihan di
daerah2 dan pada bl Desember 1948 operasi dinyatakan selesai.
NB :
PKI pernah melakukan pemberontakan 1925 – 1926 di Banten, pemberontakan tsb ditujukan pada pem kolonial.
Pascaproklamasi kemerdekaan, PKI menjadi salah 1 partai besar di Indonesia. Ideologi Komunis yg dianutnya
bertentangan dgn ideologi bangsa Indonesia “Pancasila”. Keberadaan PKI dan ormas2nya sgt bertentangan dgn keh
berbangsa dan bernegara di Indonesia, sehingga semakin lama PKI memiliki keinginan utk mendirikan negara
komunis di Indonesia.
7 Agustus 1949, Kartosuwiryo memproklamasikan NII (Negara Islam Indonesia), DI (Darul Islam) juga
membentuk tentara sbg satuan keamanan yg bernama TII (Tentara Islam Indonesia). Pada awalnya, DI/TII
melakukan perlawanan terh Belanda sbg bukti satu kesatuan dgn Indonesia. Dalam perkembangannya DI/TII
melakukan pemberontakan yg mengganggu integrasi bangsa dan negara Indonesia
L.B. Pemberontakan :
P. Renville yg dilaksanakan 8 Des 1947, menimbulkan beberapa permasalahan bagi pem RI. Salah satunya
Indonesia harus menarik pasukannya dari daerah kantong gerilya yg berada di dalam garis van Mook (batas wil
Indonesia yg diduduki Belanda berdasarkan hasil Agresi Militer I Belanda). Keputusan ini mengharuskan pem RI
menarik pasukan Divisi Siliwangi keluar dari wil Jawa Barat yg dikuasai Belanda. Kolonel A. H. Nasution
kemudian memimpin sekira 20.000 tentara utk melakukan perjalanan ke Jawa Tengah yg masih dikuasai RI.
Menggalang gerakan “Kesatuan Rakyat yang tertindas (KRYT)”, menyatakan gerakan ini bagian dari DI/TII yg
dipimpin Kartosuwiryo. Pertengahan bl Okt 1950, KRYT menyerang pos2 TNI dan mengacaukan sejumlah wil di
Kalimantan Selatan. Awalnya pem memberi kesempatan kpd pemberontak utk menyerahkan diri, sehingga
dimanfaatkan Ibnu Hajar utk mengelabui pem agar memperoleh senjata. Setelah terpenuhi keinginannya, ia kembali
memberontak. Utk menghadapi pemberontakan tsb, pem bertindak tegas dgn melaksanakan “Operasi Militer”, Ibnu
Hajar akhirnya ditangkap, Juli 1963. 2 th kemudian diadili oleh Mahkamah Militer dan dijatuhi hukuman mati.
4. Gerakan DI/TII di Sulawesi Selatan
1951 Meletus
Pemimpin : Kahar Muzakar
Penyebab :
Kahar Muzakar penempatkan laskar2 rakyat Sulawesi Selatan ke dlm ling APRIS (Angkatan Perang Republik
Indonesia Serikat) dan berkeinginan menjadi pimpinan APRIS di daerah Sulawesi Selatan
30 April 1950, ia mengirim surat kpd pem pusat, dalam surat tsb ia menyatakan agar semua anggota dari KGSS
(Komando Gerilya Sulawesi Selatan) dimasukkan dlm APRIS. Ia juga mengusulkan pembentukan Brigade
Hasanuddin, namun permintaannya ditolak oleh pem pusat. Utk menghindari hal2 yg tdk di inginkan, pem
pusat bersama dgn pimpinan APRIS mengeluarkan kebijakan dgn memasukkan semua anggota KGSS ke
dalam Corps Tjadangan Nasional (CTN) dan Kahar Muzakar diangkat sbg pimpinannya dgn pangkat letnan
kolonel.
Kebijakan pem tsb tdk memuaskan Kahar Muzakar, 17 Agustus 1951 bersama pasukannya melarikan diri ke
hutan. 1952, ia menyatakan bahwa wil Sulawesi Selatan menjadi bagian dari Negara Islam Indonesia pimpinan
Kartosuwiryo. Utk mengatasi pemberontakan, pem bertindak tegas dgn mengadakan operasi militer.
Penumpasan tsb mengalami berbagai kesulitan, namun Feb 1965 ia berhasil ditembak dan Juli 1965, org k2
setelah Kahar (Gerugan) dapat ditangkap. Peristiwa tsb mengakhiri pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan.
5. Gerakan DI/TII di Aceh
Pemimpin : Daud Beureueh gubernur militer di wil Aceh semasa perang kemerdekaan
Setelah perang kemerdekaan usai dan Indonesia kembali ke dalam bentuk negara kesatuan 1950, Aceh
yg sebelumnya menjadi daerah istimewa diturunkan statusnya menjadi kerasidenan dibawah Provinsi
Sumatera Utara. Kebijakan tsb ditentang Daud Beureueh, 20 Sep 1953 ia mengeluarkan maklumat
tentang penyatuan Aceh ke dalam Negara Islam Indonesia yg dipimpin Kartosuwiryo
17-21 Des 1962 diadakan musyawarah kerukunan rakyat Aceh, merupakan gagasan dari Pangdam
I/laskar Muda, Kolonel M. Yasin yg didukung oleh tokoh pem daerah dan masy Aceh. Hasil musy tsb
pem bersedia menawarkan amnesti kpd Daud Beureueh asalkan ia bersedia kembali ke tengah masy.
Dgn kembalinya Daud Beureueh ke tengah masy menandai berakhirnya pemberontakan DI/TII.
C. Pemberontakan G.30 S/PKI
G.30 S/PKI adalah gerakan pengkhianatan yg dilakukan oleh PKI utk merebut kekuasaan dan mengganti dasar Negara Pancasila dgn
Ideologi Komunis. Utk mencapai t7n tsb, PKI tdk segan2 menghalalkan segala cara (menculik / membunuh para perwira tinggi AD).
L.B. Pemberontakan :
PKI melakukan pemberontakan 1948, pemberontakan berakhir dgn kegagalan, namun dilakukan kembali 1965. penerapan doktrin
nasionalisme, agama dan komunisme (Naskom) oleh Presiden Soekarno, mendorong PKI kembali berkem di Indonesia.
Di Jawa dan Bali, kelompok antikomunis yg tergabung di bawah kubu sayap kanan PNI dan NU menentang PKI. Meskin demikian,
musuh terbesar PKI bukan PNI dan NU, melainkan TNI-AD. Dibawah pimpinan Jenderal A.H. Nasution dan Letnan Jenderal Ahmad
Yani, TNI-AD menentang keras penyusupan kaum komunis dalam angkatan b’senjata. Terbentur oleh perlawanan para pemimpin
TNI-AD, PKI mengembuskan isu adanya “Dewan Jenderal” yg berencana merebut kekuasaan dari tangan Presiden Soekarno.
Jl. Pemberontakan :
1965 PKI berusaha menyebarkan pengaruhnya di Indonesia, utk memperkuat pengaruhnya, PKI melancarkan aksi sepihak dgn cara
menyerobot tanah milik kelompok elite tradisional utk dibagikan kpd para petani miskin pendukung PKI. PKI juga telah berhasil
menanamkan pengaruhnya di jajaran pasukan pengawal presiden Cakrabirawa, Angkatan Udara dan beberapa unit Angkatan Darat.
Mereka berharap dapat ikut berkuasa di balik pem Presiden Soekarno.
Ketika suhu politik di Indonesia memanas 1965, kesehatan Presiden Soekarno merosot. PKI khawatir Angkatan Darat akan
mengambil alih kekuasaan jika presiden wafat / tdk mampu b’tugas lagi, sehingga PKI segera bertindak menyingkirkan lawannya. 30
September 1965, tentara pro-PKI dibawah pimpinan Letnan Kolonel Untung Sutopo menculik dan membunuh sejumlah petinggi TNI-
AD yg anti-komunis di Jakarta dan Yogyakarta.
Beberapa Perwira TNI-AD yg berhasil diculik dan dibunuh PKI :
Letnan Jenderal Ahmad Yani
Mayor Jenderal R. Suprapto
Mayor Jenderal Haryono Mas Tirtodarmo
Mayor Jenderal Siswondo Parman
Brigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan
Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
Sasaran utama PKI, Jenderal A.H. Nasution, namun berhasil menyelamatkan diri dgn kaki yg tertembak. Akan tetapi,
putrinya Ade Irma Suryani da ajudannya Letnan Satu Pierre Tendean tertembak. Selain itu, Brigadir Polisi Karel Satsuit
Tubun, pengawal rumah Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena juga menjadi korban keganasan PKI. Para perwira militer
yg diculik dibawa ke Lubang Buaya dan dimasukkan ke dalam sebuah sumur tua. Sementara itu di Yogyakarta, PKI
mengadakan aksi dgn melakukan pembunuhan terh Kolonel Katamso Dharmokusumo dan Letnan Kolonel Sugiyono
Mangunwiyoto. K2 perwira tsb diculik dan dibunuh di daerah Keuntungan.
Teori Chaos
Dikemukakan John D. Legge, teori ini menyatakan bahwa tdk ada pemeran tunggal dan tdk ada skenario besar
dlm peristiwa 30 Sep 1965
Jl. Pemberontakan :
23 Januari 1950 pasukan APRA menyerang Kota Bandung, pasukan APRA berhasil merebut sejumlah t4 penting
di Bandung. Dalam serangan ini pasukan APRA melakukan pembatalan dan pembunuhan terh setiap anggota TNI
yg ditemuinya. Markas Divisi Siliwangi di Bandung juga berhasil dikuasai, pasukan APRA berhasil membunuh
setiap regu jaga, termasuk Letkol Lembong. Setelah berhasil menguasai Kota Bandung, Kapten Westerling
berusaha menggulingkan kabinet RIS. Namun pasukan yg telah menyusup ke Jkt berhasil dipukul mundur oleh
TNI . Selanjutnya Komisaris Tinggi Belanda dan komandan garnisun Belanda yg masih berada di Bandung
mendesak Kapten Westerling utk membubarkan pasukannya.
b. Pemberontakan Andi Aziz
Latar Belakang :
Pembentukan APRIS
Adanya pertentangan pendapat mengenai peleburan negara bagian Indonesia Timur (NIT) ke dlm
negara RI, satu pihak menginginkan NIT tetap dipertahankan dan tetap merupakan bagian dari wil
RIS, sementara pihak lain menginginkan NIT melebur ke negara RI
Jl. Pemberontakan
Diawali adanya kekacauan di Sulawesi Selatan, April 1950. Kekacauan tsb terjadi karena adanya
demonstrasi dari kelompok masy yg antifederal, mereka mendesak NIT segera menggabungkan diri dgn
RI, sementara gol yg mendukung terbentuknya negara federal juga melakukan demonstrasi. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya kekacauan dan ketegangan dlm masy, utk menjaga keamanan, 5 April 1950
pemerintah mengirim satu batalion TNI dari Pulau Jawa dibawah pimpinan Mayor H.V. Worang. T7n
pengiriman pasukan TNI tsb utk meredakan ketegangan2 yg sering muncul akibat demonstrasi2.
5 April 1950 pasukan Andi Aziz menyerang markas TNI di Makassar, serangan ini berhasil
menguasai Kota Makassar. Pasukan ini berhasil menahan Letkol Mokoginta, bahkan Ir. P.D. Diapari
(Perdana Menteri NIT) mengundurkan diri karena tdk s7 dgn tindakan Andi Aziz. 21 April 1950,
Presiden NIT, Sukawati mengumumkan bahwa NIT bersedia bergabung dgn NKRI
Upaya Penumpasan
Utk mengatasi pemberontakan Andi Aziz, pem RIS 8 April 1950 mengeluarkan perintah bahwa dlm waktu 4x24
jam Andi Aziz harus melaporkan diri ke pem RIS di Jkt utk mempertanggungawabkan perbuatannya. Selain itu,
pasukan yg terlibat pemberontakan diperintahkan menyerahkan diri dan melepaskan semua tawanan. Pada saat
bersamaan pem RI mengirim pasukan utk melakukan operasi militer di Sulawesi Selatan yg dipimpin Kolonel Evert
Kawilarang. Keamanan di Sulawesi Selatan kembali terganggu karena adanya provokasi dari pasukan KNIL yg
menunggu peralihan pasukan APRIS utk keluar dari Makassar. Provokasi tsb memicu terjadinya bentrokan dgn
pasukan APRIS.
Pertempuran dgn APRIS dan KNIL tdk dapat dihindari, k2 pasukan terlibat pertempuran 5 Agustus 1950. APRIS
berhasil memukul mundur pasukan KNIL, pasukan APRIS melakukan pengepungan terh tangsi2 KNIL. 8 Agustus
1950 pihak KNIL meminta utk berunding, perundingan dilakukan oleh Kolonel A.E. Kawilarang dari pihak RI dan
Mayor Jenderal Scheffelaar dari pihak KNIL. Hasilnya k2 belah pihak s7 utk menghentikan tembak menembak, dlm
waktu 2 hari pasukan KNIL harus meninggalkan Makassar.
Sebelum RMS diproklamasikan, Gubernur Sembilan Serangkai yg beranggotakan pasukan KNIL dan partai Timur
Besar melakukan propaganda utk memisahkan wil Maluku dari NKRI. Menjelang proklamasi RMS, Soumokil telah
berhasil mengumpulkan kekuatan dari masy yg berada di Maluku Tengah. Sekelompok yg menyatakan dukungannya
terh NKRI diancam dan dimasukkan ke penjara. 25 April 1950, para anggota RMS memproklamasikan berdirinya
RMS .
27 April 1950, Dr. J.P Nikijuluw ditunjuk sbg Wakil Presiden RMS utk daerah luar negeri dan berkedudukan di Den
Haag, Belanda. 3 Mei 1950, Soumokil menggantikan Manuhutu sbg Presiden RMS. 9 Mei 1950, dibentuk Angkatan
Perang RMS (APRMS) dan Sersan Mayor KNIL, D.J. Samson diangkat sbg panglima tertinggi di angkatan perang tsb.
Utk sistem kepangkatannya mengikuti sistem KNIL, pemberontakan RMS mendapat dukungan penuh dari pem Belanda
dan pasukan KNIL yg berada di Ambon.
Upaya Penumpasan
Pem. RIS berusaha mengatasi pemberontakan RMS secara damai, pem mengirim misi damai yg dipimpin dr. Leimena,
ia mengajak pemimpin RMS melakukan propaganda. Namun ajakan ini ditolak Soumokil, pem RIS terus berusaha
menempuh jalur damai utk menyelesaikan permasalahan ini.
Jalur damai yg tidak meuai hasil mendorong pem melakukan operasi militer utk menumpas gerakan RMS, yg dipimpin
Kolonel Alexander Evert Kawilarang. Panglima Tentara dan Teritorium Indonesia Timur.
Operasi militer terbagi dlm :
Operasi Senopati I :
14 Juli 1950, menguasai pos2 penting di Pulau Buru, 19 Juli pasukan APRIS menguasai Pulau Seram, 28 Sep 1950
Ambon bagian utara berhasil dikuasai, awal Nov 1950 Operasi Senopati kembali dilakukan utk membersihkan sisa2
pengikut dan kekuatan
RMS
Operasi Senopati II :
Dilakukan utk membersihkan sisa2 pengikut dan kekuatan RMS, melibatkan Slamet Riyadi
15 Nov 1950, berhasil menguasai Ambon
Para pemberontak RMS melarikan diri ke Pulau Saparua, Haruku, dan pedalaman Seram, mereka melanjutkan pemberontakan
dgn pengacauan dan bergerilya – akhirnya Soumokil tertangkap 3 Des 1963. Dlm sidang Mahkamah Militer AD di Jkt, 24 April 1964,
Soumokil dijatuhi hukuman mati. Sementara Ir. Manusama berhasil melarikan diri ke Belanda
L.B. Pemberontakan:
Pem. pusat belum mampu melaksanakan pola otonomi daerah dgn wajar dan benar
Pem. pusat mengalami labilitas yg disebabkan oleh beberapa hal : Adanya kecemburuan pem di daerah
Merajalelanya korupsi dgn pem pusat
Konstituante hasil pemilu th 1955 belum berhasil menyelesaikan tugas2nya
Dlm masy timbul pertentangan mengenai konsepsi presiden
Jl. Pemberontakan
1956, KSAD melarang perwira2 melakukan keg politik, adanya larangan tsb membuat para perwira di
Sumatera yg kebanyakan veteran dari bekas Divisi Banteng menyatakan akan melawan Jkt. Sikap para
perwira tsb mendapat dukungan dari beberapa panglima militer. Ketidakpuasan para perwira melahirkan
dewan2 perlawanan :
Dewan Benteng dibentuk 20 Des 1956 di Sumatera Barat oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein
Dewan Gajah dibentuk 22 Des 1956 di Sumetara Utara oleh Kolonel Maludin Simbolon
Dewan Garuda dibentuk pada pertengahan bl Jan 1957 oleh Letnan Kolonel Barlian
Dewan Manguni dibentuk 17 Feb 1957 di Manado oleh Mayor Somba
15 Feb 1958, Ahmad Husein memproklamasikan berdirinya PRRI dengan perdana menterinya Mr.
Syafruddin Prawiranegara. 2 hari setelah PRRI diproklamasikan, di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah
menyatakan mendukung PRRI. Gerakan tsb dikenalkan dgn nama Permesta. 5 hari sblm PRRI berdiri, 10
Feb 1958 ketua Dewan Banteng mengeluarkan ultimatum kpd pem pusat. Ultimatum tsb berisi agar dlm
waktu 5x24 jam Kabinet Juanda menyerahkan mandatnya, meminta agar presiden menugaskan Moh Hatta
dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX utk membentuk zaken kabinet dan meminta presiden supaya kembali
pada kedudukannya sbg presiden konstitusional. Ultimatum tsb tdk diindahkan Kabinet Juanda, tindakan
para perwira membuat KSAD Nasution memecat Letnan Kolonel Ahmad Husein, Kolonel Simbolon, Kolonel
Dahlan Djambek dan Kolonel Zulkifli Lubis
Upaya Penumpasan
Utk menumpas pemberontakan PRRI dilakukan dgn jl damai, namun mengalami kebuntuan, sehingga
pem terpaksa melakukan operasi militer.
Seluruh operasi militer di Sumatra dapat diakhiri setelah Ahmad Husein secara resmi menyerah 29
Mei 1958. Utk menumpas Permesta dilancarkan sebuah operasi dgn nama Operasi Merdeka dibawah
pimpinan Letnan Kolonel Rukminto Hendraningrat. Operasi terdiri dari beberapa bagian :
Operasi Saptamarga I dipimpin Letnan Kolonel Sumarsono
Operasi Saptamarga II dipimpin Letnan Kolonel Agus Prasmanto
Operasi Saptamarga III dipimpin Letnan Kolonel Magenda
Operasi Saptamarga IV dipimpin Letnan Kolonel Rukminto Hendraningrat
Operasi Mena I dipimpin Letnan Kolonel Pieters
Operasi Mena II dipimpin Letnan Kolonel KKO Hunhulz
Operasi penumpasan pemberontakan Permesta dgt berat, karena Permesta mempunyai persenjataan yg
modern (pesawat pembom B-26 dan pesawat pemburu Mustang). Permesta juga mendapat bantuan dari
pihak asing, terbukti dgn tertangkapnya A.L. Pope (warga AS) 18 Mei 1958 setelah pesawatnya ditembak di
atas kota Ambon.
Pada waktu bersamaan pem pusat mengumumkan pemecatan Letkol H.N. Ventje Sumual, Mayor D.J.
Somba dan para pengikutnya dari AD dan pada saat itu pula para pelajar, mahasiswa, pemuda dan mantan
perwira KNIL mendaftarkan diri utk menjadi pasukan dlm Angkatan Perang Permesta. Utk meredakan
pergolakan di daerah, 14 September 1957 dilaksanakan Musyawah Nasional (Munas) yg dihadiri tokoh2
nasional, baik pusat maupun daerah. Musyawarah tsb membicarakan masalah pemn, ekonomi, keuangan,
angkatan perang, kepartaian serta masalah dwitunggal Soekarno-Hatta. Sbg tindak lanjut Munas,
diselenggarakan Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap) yg b’t4 di Gedung Olahraga Medan
Merdeka Selalatan Jkt dgn t7n merumuskan usaha2 pemb sesuai keinginan daerah.
Upaya Penumpasan
Pem. melancarkan operasi gabungan “Operasi Merdeka” yg dipimpin Letkol Rukminto Hendraningrat. Pem.
pusat melalui KSAD Mayor Jenderal A.H. Nasution melakukan p’siapan utk melakukan operasi militer terh
kedudukan Permesta di Sulawesi “Operasi Saptamarga I” yg dipimpin Letkol Soemarsono dgn Sulawesi Utara
bagian Tengah sbg sasaran operasi. Maret 1958 Palu dan Donggala telah direbut oleh APRI (Angkatan Perang
Republik Indonesia) dan pasukan Mobile Brigade dibawah pimpinan Kapten Frans Karagan.
1960 pihak Permesta menyatakan kesediaannya berunding dgn pem pusat, dlm perundingan tsb Permesta
diwakili Panglima Besar Angkatan Perang Permesta, Mayor Jenderal Alexander Evert Kawilarang. Pem pusat
diwakili oleh Kepala Staf Angkatan Darat Nicolas Bondan, perundingan tsb mencapai sebuah kesepakatan bahwa
pasukan Permesta akan membantu TNI bersama2 menghadapi komunis di Pulau Jawa. 1961 pem pusat melalui
Keppres 322/1961 memberi amnesti dan abolisi bagi org2 yg terlibat PRRI dan Permesta, akibatnya banyak anggota
Permesta keluar dari hutan2 utk mendapatkan amnesti dan abolisi. Sehingga menyebabkan Permesta bubar pada th
itu uga
Tokoh Permesta :
Kolonel D.J. Somba
Mayor Jenderal A.E. Kawilarang
Kolonel Dolf Runturambi
Kolonel Petit Muharto Kartodirjo
Kolonel Ventje Sumual
c. Persoalan Negara Federal dan BFO
L.B. Pemberontakan
Setelah kemerdekaan, konsep negara federal dan persekutuan negara bagian (BFO/Bijeenkomst Federal Overleg) mau tdk mau
menimbulkan potensi perpecahan dikalangan bangsa Indonesia sendiri. Persaingan yg timbul terutama adalah antara gol federalis
dan gol unitaris. Gol federalis ingin bentuk negara federal dipertahankan sdgkan gol unitaris ingin Indonesia menjadi negara
kesatuan.
Sejak pembentukan di Bandung, Juli 1948, BFO telah terpecah ke dlm 2 kubu :
Kubu Pertama
Menolak kerjasama dgn Belanda dan lebih memilih RI utk diajak bekerjasama membentuk NIS, dipelopori :
Ide Anak Agung Gde Agung (NIT) dan R.T. Adil Puradiredja
R.T. Djumhana (negara Pasundan)
Kubu Kedua
Ingin agar garis keb bekerjasama dgn Belanda tetap dipertahankan, dipimpin :
Sultan Hamid II (Pontianak)
dr. T. Mansur (Sumut)
Pada waktu Belanda melancarkan Agresi Militer II, pertentangan antara 2 kubu semakin sengit. Dalam sidang2 BFO selanjutnya
sering terjadi konfrontasi antara yg ternyata bekerjasama dgn APRA Westerling mempersiapkan pemberonatakn terh pem RIS.
Upaya Penumpasan
Setelah KMB, persaingan antara gol federalis dan gol unitaris semakin mengarah pada konflik terbuka di
bidang militer. Salah satu ketetapa dlm KMB menyebutkan bahwa inti anggota APRIS diambil dari TNI sdgkan
lainnya diambil personel mantan anggota KNIL. TNI sbg inti APRIS berkeberatan bekerjasama dgn bekas musuh
(KNIL) begitupun sebaliknya, anggota KNIL menuntut agar mereka ditetapkan sbg aparat negara bagian dan
mereka menentang masuknya anggota TNI ke negara bagian. Kasus APRA Westerling dan mantan pasukan KNIL
Andi Aziz merupakan cermin dari pertentangan tsb. Selain pergolakan yg mengarah pada perpecahan, pergolakan
bernuansa positif juga terjadi. Hal tsb terlihat pada waktu negara2 bagian yg keberadaannya ingin dipertahankan
setelah KMB, harus berhadapan dgn tuntan rakyat yg ingin agar negara2 bagian bergabung ke RI
F. Perjuangan Tokoh Nasional dan Daerah dlm Mempertahankan Keutuhan Negara dan Bangsa Indonesia
1.Frans Kaisiepo
Tokoh yg mempopulerkan lagu Indonesia Raya di Papua menjelang Indonesia merdeka, ia juga berperan dlm
pendirian Partai Indonesia Merdeka (PIM) 10 Mei 1946. 1948 berperan dlm merancang pemberontakan
rakyat Biak utk melawan pem kolonial Belanda. 1961, mendirikan partai politik Irian Sebagian Indonesia
(ISI) yg menuntut penyatuan Nederlands Nieuw Guinea ke negara RI. Akhir th 1960an, berupaya agar pepera
dimenangkan oeh masy yg ingin agar Papua bergabung ke Indonesia
2. Silas Papare
Sebulan setelah Indonesia merdeka, ia membentuk Komite Indonesia Merdeka (KIM) Sep 1945.
T7n KIM adalah menghimpun kekuatan dan mengatur gerak langkah perjuangan dalam membela dan
mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945. Sepanjang th 1950-an, berusaha agar Papua menjadi
bagian dari RI. 1962, mewakili Irian Barat duduk sbg anggota delegasi RI dalam Perundingan New York
antara Indonesia-Belanda dlm upaya utk menyelesaikan masalah Papua. Berdasarkan New York Agreement
tsb, akhirnya Belanda s7 utk mengembalikan Papua ke Indonesia
3. Marthen Indey
Sebelum Jepang masuk Indonesia, Marthen adalah seorang anggota polisi Hindia Belanda, jabatan tsb tdk
berarti melunturkan sikap nasionalisnya. Keindonesiaan yg dimilikinya justru semakin tumbuh karena sering
berinteraksi dgn tahanan politik Indonesia yg dibuang Belanda ke Papua. Bahkan Marthen pernah
berencana bersama anak buahnya utk memberontak terh Belanda di Papua, namun mengalamai kegagalan.
1945-1947, Marthen masih menjadi pegawai Belanda dgn jabatan sbg Kepala Distrik. Meski demikian,
bersama2 kaum nasionalis di Papua, secara sembunyi2 menyiapkan pemberontakan, namun sekali lagi gagal
dilaksanakan.
Sejak th 1946 menjadi ketua Partai Indonesia Merdeka (PMI), memimpin sebuah aksi protes yg didukung
delegasi 12 kepala suku terh keinginan Belanda yg ingin memisahkan Papua dari Indonesia. Ia juga mulai
terang2n mengimbau anggota militer yg bukan org Belanda utk melancarkan perlawanan terh Belanda. Akibat
aktivitas tsb, pem Belanda menangkap dan memenjarakannya.
1962 setelah keluar dari penjara, Marthen menyusun kekuatan gerilya sambil menunggu kedatangan
tentara Indonesia yg akan diterjunkan ke Papua dlm rangka operasi Trikora. Setelah perang selesai,
Marthen berangkat ke New York utk memperjuangkan masuknya Papua ke Indonesia di PBB hingga
akhirnya Papua menjadi bagian RI.
7. Slamet Riyadi
Pada masa Revolusi Nasional Slamet Riyadi berperang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Ketika
Agresi Militer I (1947) terjadi, Slamet memimpin perlawanan di sekitar Ambarawa, Srondol, Mranggen dan
Semarang. 7 Agus 1949, Slamet memimpin pasukan gerilya menuju Solo yg diduduki Belanda, ia juga menjadi
wakil pem RI dalam serah terima Kota Solo dari tangan Belanda kpd RI. Slamet pernah terlibat dlm operasi
penumpasan gerakan DI/TII di Jawa Barat, selanjutnya Slamet ditugaskan dlm operasi penumpasan gerakan
RMS bersama Kolonel Alexander Evert Kawilarang. Operasi dilakukan dari Pulau Buru hingga Ambon, 4 Nov
1950 Slamet memerintahkan pasukan Groep II Komando Pasukan Maluku Selatan (KP Malsel) utk menduduki
Benteng Victoria di Kota Ambon
Dlm penyerangan ke benteng Victoria, Slamet Riyadi berada di dlm panser terdepan yg dikemudikan
Kapten Klees. Penyerangan pasukan TNI pimpinan Slamet Riyadi ini mendapat perlawanan dari pasukan
RMS. Slamet tertembak, kemudian dibawa ke KM Waibaling yg berlabuh di Pelabuhan Laha. Namun, nyawa
Slamet tdk berhasil diselamatkan, ia ditetapkan sbg Pahlawan Nasional Indonesia, 9 Nov 2007.
8. Ahmad Yani
Setelah Indonesia memperoleh pengakuan kedaulatan, ia diserahi tugas menumpas gerakan DI/TII di
Jawa Barat, utk melaksanakan tugas ia membentuk sebuah kelompok pasukan khusus yg disebut The
Banteng Raiders. 1958 saat pemberontakan PRRI terjadi di Sumbar, ia diangkat menjadi Komandan
Operasi 17 Agustus. Operasi ini dilakukan utk menumpas pemberontakan PRRI di Sumbar, pasukannya
berhasil merebut kembali Pdg dan Bkt. Ia berhasil melaksanakan tugasnya dgn baik, 1962 diangkat
menjadi Men/Pangad menggantikan Jenderal A.H. Nasution dan gugur sbg pahlawan revolusi dlm peristiwa
pemberontakan G.30 S/PKI. Utk menghormati jasanya, yg sblm pangkatnya Letnan Jenderal – Jenderal
9. Abdul Haris Nasution
Pada masa Revolusi A.H. Nasution bertugas memimpin Divisi Siliwangi, ia diangkat menjadi Panglima
Tentara dan Teritorial Djawa 1948, utk menghadapi Agresi Militer I Belanda. Setelah Perang, A.H. Nasution
diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Ia menjabat sbg KSAD selama 2x (1949-1950 dan
1955-1962). 1959, A.H. Nasution diangkat menjadi Menteri Keamanan Nasional / Menko Polkam. Ia
juga menjabat sbg Wakil Panglima Besar Komando Tertinggi dibawah Presiden Soekarno
Pada saat terjadi pemberontakan PRRI di Sumatera, ia yg menjabat sbg KSAD tdk turun langsung dlm
operasi penumpasan penumpasan pemberontakan, namun mengirim pasukannya yg dipimpin Kolonel Ahmad
Yani utk melakukan operasi penumpasan pemberontakan PRRI di Sumatra. Nasution memantau jlnya operasi
penumpasan dari Jkt. Ketika terjadi peristiwa G.30 S/PKI, ia menjadi salah satu target penculikan, namun
berhasil meloloskan diri dari penculikan, tapi anaknya Ade Irma Suryani Nasution menjadi korban.
1972, A.H. Nasution memutuskan utk pensiun, pem memberi gelar Jenderal Besar TNI. Meski ia memiliki
jabatan tinggi, ia tetap bersikap sederhana dan bersahaja. Nasution mengisi masa pensiunnya dgn menulis
buku berdasarkan pengalamannya selama berkarier di dunia militer. Buku yg pernah ditulisnya:
Perang Kemerdekaan
Pokok2 Gerilya
Memenuhi Panggilan Tugas
Pada saat ia menjadi Gubernur Militer di Surakarta dlm pemberontakan PKI Madiun 1948, ia
memimpin pasukan Divisi II menyerbu pasukan PKI. Akhirnya pasukan gabungan ini meraih
kemenangan. Kemenangan yg diraih Gatot dan Divisi II menyebabkan ia diangkat menjadi Panglima
Tentara dan Teritorium IV/Diponegoro. 1953, ia mengundurkan diri dari dinas militer, 3 th kemudian
dia diaktifkan kembali dan diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad). Ia juga
menggagas terbentuknya Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI).