2. Munculnya upaya disintegrasi bangsa antara tahun 1945-1965 yang terjadi melalui
pemberontakan bersenjata, ditandai dengan apa ? dan berikan contohnya !
Jawab :
Munculnya gerakan/pemberontakan yang bersifat separatis dan bersifat ideologis.
Yang bersifat separatis
o Contohynya : PRRI Permesta,Andi Azis, RMS,APRA
Yang bersifat ideologis
o Contohnya : PKI, DI TII
3. Secara umum faktor apa yang mendorong munculnya ancaman disintegrasi di berbagai
daerah ?
Jawab :
munculnya rasa ketidak puasan terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintah
pusat, baik terkait kebijakan ekonomi, politik, maupun pertahanan-keamanan.
4. Siapa tokoh yang terlibat dalam pemberontakan PKI di Madiun, Jawa Timur pada tahun
1948 ?
Jawab :
Mantan Perdana Menteri – Amir Sjarifuddin & Muso.
8. Gagasan-gagasan Muso untuk meradikalkan PKI mendapat sambutan positif dari anggota
maupun pimpinan PKI. Mengapa demikian ?
Jawab :
Karena mereka menganggap gagasan-gagasan Muso yang radikal itu sesuai
dengan kondisi Indonesia yang dalam keadaan atau suasana revolusioner akibat
perang melawan Belanda.
9. Sebenarnya sejak awal kemerdekaan, PKI termasuk yang menentang kebijakan pemerintah
yang menempuh jalur diplomasi untuk menyelesaikan perang. Apa alasannya ?
Jawab :
Karena jalur diplomasi hanya akan melemahkan posisi Indonesia di kancah
internasional.
Diplomasi hanya akan menguntungkan belanda yang jelas-jelas ingin menganbil
alih kekuasaan di Indonesia dibawah bendera sekutu.
10. Sebagaimana diketahui hingga tahun 1948, pemerintah telah menandatangani dua
perjanjian damai dengan Belanda, yaitu Linggarjati dan Renville. Kedua perjanjian ini
dikecam oleh para politisi Indonesia, karena apa ?
Jawab :
karena dinilai sangat merugikan kepentingan Indonesia.
11. Apa dampak munculnya rasa ketidak puasan para politisi dan kalangan rakyat terhadap
pemerintah , yang menandatangani Linggajati dan renville, terkait dengan gagasan-
gagasan muso yang radikal ?
Jawab :
gagasan komunis radikal dari Muso sangat mudah diterima oleh anggota maupun
pimpinan PKI.
Pengaruhnya dalam PKI bertambah kuat setelah mengikuti konferensi PKI pada
tanggal 26-27 Agustus 1948 sehingga Muso dapat merebut pucuk kepemimpinan
tertinggi PKI, yakni Sekretaris Jenderal.
Muso berhasil menggabungkan kekuatan PKI dengan golongan kiri lainnya seperti
Partai Sosialis dan Partai Buruh yang sebelumnya sudah tergabung dalam Front
Demokrasi Rakyat (FDR) pimpinan Amir Sjarifuddin.
12. Mengapa FDR pimpinan Amir Syarifudin kemudian bergabung dengan PKI ?
Jawab :
karena keduanya mempunyai pandangan yang sama, yakni perlunya cara-cara
revolusioner dan radikal untuk mewujudkan negara komunis di Indonesia.
15. Bagaimana latar belakang terjadinya peristiwa 13 September 1948 ( bentrokan fisik di
Surakarta (Solo) antara pasukan pemerintah dan pasukan yang berada di bawah pengaruh
FDR, yaitu Komando Pertempuran Panembahan Senopati (KPPS )
Jawab :
Sejak tanggal 1 Agustus 1947, sebagai tanggapan terhadap aksi militer Belanda
I ,21 Juli 1947, maka KNIP memutuskan Solo dan Yogyakarta dijadikan sebagai
Daerah Militer Istimewa
Kota Yogyakarta dijadikan sebagai Daerah Militer Istimewa yang dipimpin oleh
gubernur militer Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang menggantikan Oerip
Soemohardjo.
Sedangkan kota Surakarta dijadikan sebagai Daerah Militer Istimewa Surakarta
dengan kekuatan satu divisi, yaitu Divisi IV Panembahan Senopati. yang dipimpin
oleh Gubernur Militer Wikana (seorang Menteri Negara yang berhaluan ideologi
kiri, yang diangkat oleh Amir Syarifudin yang waktu itu menjabat PM dan
merangkap menteri pertahanan.)
Oleh Amir Syarifudin,Divisi IV Panembahan Senopati, sering dijadikan rapat
tokoh-tokoh PKI seperti Alimin, Markaman Effendi , Hendarsono.
Amir Sjarifuddin akhirnya berhasil menanamkan pengaruhnya di Surakarta,
sehingga kota ini dijadikan basis gerakan FDR yang dipimpinnya setelah dia
sudah tidak menjabat Perdana Menteri/Menteri Pertahanan.
Karena FDR bergabung dengan PKI pada akhir Agustus 1948, maka Surakarta
berada di bawah pengaruh PKI.
Banyak anggota pasukan Divisi IV Panembahan Senopati di Daerah Militer
Istimewa Surakarta yang berpihak kepada PKI.
Akibatnya tanggal 13 September 1948,terjadi bentrokan fisik di Surakarta (Solo),
Jawa Tengah antara pasukan pemerintah dan pasukan yang berada di bawah
pengaruh FDR / yang berpihak ke PKI
Namun mereka dihancurkan oleh pasukan pemerintah/divisi Siliwangi pimpinan
kolonel Sadikin. .
17. Wilayah Surakarta menjadi wilayah yang sangat penting dalam strategi militer pemerintah
untuk menghadapi kemungkinan serangan pasukan Belanda ke ibu kota Yogyakarta.
Karena apa ?
Jawab :
Karena letak Surakarta yang berbatasan langsung dengan Yogyakarta cukup ideal
untuk melakukan serangan balik secara tiba-tiba kepada pasukan Belanda.
Berdasarkan pertimbangan ini Panglima Besar APRI. Jendral Besar Sudirman,
memindahkan markas besarnya ke Surakarta.
18. Selain di Solo, daerah mana lagi yang berhasil dipengaruhi oleh PKI ? tunjukkan
buktinya !
Jawab :
Madiun
Buktinya : Ketika di Solo sedang terjadi pertempuran hebat,Pesindo dan brigade
XXIX beraksi.
19. Kapan PKI Madiun meletus ? ditandai dengan kejadian/ peristiwa apa ?
Jawab :
Tanggal 18 September1948,
Ketika itu Gubernur Militer Madiun Sumarsono ( Pesindo ) dan Letkol Dakhlan
komando Brigade XXIX, melakukan Coup di Madiun , mengumumkan berdirikan
Soviet Republik Indonesia & mengumumkan pemisahan wilayah kekuasaannya
dari pemerintah pusat Yogyakarta. Dan bergabung dengan Muso.
Pejabat sipil, militer dan tokoh-tokoh masyarakat yang dianggap bisa merintangi
ditahan bahkan dibunuh. Dan dalam waktu satu hari mereka berhasil menguasai
Jawa Timur
21. Apa langkah yang ditempuh oleh pemerintah pusat setelah secara terang-terangan PKI-
Pesindo melakukan Coup ?
Jawab :
Pemerintah Pusat di Yogyakarta langsung mengambil tindakan cepat dan tepat,
dengan mengeluarkan perintah kepada Panglima APRI Jenderal Besar Sudirman
untuk menumpas pemberontakan PKI di Madiun.
Penumpasan dilakukan dengan melancarkan serangan ofensif kepada pasukan
Front Nasional PKI
Operasi penumpasan PKI dari barat dipimpin oleh Kolonel Sadikin, yang telah
berhasil mencerai-beraikan pasukan Divisi IV Surakarta.
Operasi penumpasan PKI dari timur dipimpin oleh Kolonel Sungkono.
23. Adanya serangan dari barat sebenarnya sudah diperhitungkan oleh PKI, yang tidak
diperhitungkan yang dari mana ?
Jawab :
Gerakan militer yang beroperasi dari timur, yaitu gerakan pasukan Divisi VI Jawa
Timur,yang didukung pasukan Brigade Mobil Jawa Timur dan lapisan masyarakat.
25. Meskipun Madiun berhasil dikuasai kembali, tetapi gembong-gembong PKI Madiun
meloloskan diri, bagaimana tindakan pemerintah selanjutnya ?
Jawab :
Melakukan Operasi pengejaran terus-menerus. Dan hasilnya , sbb:
o Muso yang menyamar sebagai kusir andong, tertembak mati di Ponorogo
oleh pasukan Brigade S pimpinjan Kapten Sunandar.
o Amir tertangkap di Purwodadi ( 1 desember 1948 ) oleh pasukan Kemal
Idris, kemudian dipenjarakan di Solo. Tetapi ketika meletus agresi II, 19
desember 1949, Amir ditembak mati ( 20 desember 1949 )
B. Pemberontakan DI/TII
28. Sebenarnya Perundingan Renville tidak berjalan lancar seperti yang diharapkan.Mengapa
demikian ?
Jawab :
Karena pihak Belanda bersikeras terhadap tuntutannya yakni “ Garis Van Mook”.
32. Apa konsekwensi dari persetujuan Renville, ditinjau dari aspek militer ?
Jawab :
Dengan ditandatanganinya Renville pada tanggal 17 januari 1948, pasukan-
pasuka TNI hijrah dari daerah kantong-kantong gerilya, seperti dari Jawa Barat
ke wilayah RI di Jawa Tengah
33. Sebagian besar partai politik menilai Amir Sjarifuddin gagal memperjuangkan kepentingan
Indonesia , sehingga meskipun kabinet Amir Syarifudin merupakan cabinet koalisi yang
kuat, tetapi setelah cabinet itu menerima perjanjian Renville, partai-partai politik kembali
menentangnya. Apa akibatnya ?
Jawab :
Muncul mosi tidak percaya, sehingga akhirnya, Amir Syarifudin
mengembalikan mandatnya kepada presiden pada tanggal 23 Januari 1948.
34. Keputusan penarikan mundur pasukan Republik Indonesia dari garis Van Mook pada
awalnya di tentang oleh Tentara Republik Indonesia. Apa alasannya ?
Jawab :
1) Karena berarti Indonesia dipaksa harus mengalah kepada Belanda
2) Mereka merasa keberatan, karena tidak sedikit anggota tentara beserta
keluarganya harus hijrah/melalukan Long March. Misalnya :di jawa Barat +
35.000 orang dan jawa Timur +. 6.000 orang.
36. Apakah semua anggota TRI, menerima kebijakan penarikan mundur pasukan dari
kantong-kantong pendudukan Belanda ?
Jawab :
Tidak !
Salah seorang anggota pasukan Siliwangi, yakni Sekarmadji Maridjan
Kartosuwirdjo beserta pengikutnya yangg berasal dari laskar Hizbullah dan
Sabilillah menolak hijrah ke Yogyakarta dan memilih melanjutkan perjuangan
meskipun harus masuk Hutan.
.
37. Bagaimana sikap Kartosuwiryo dan pengikutnya , terkait ketidakpuasannya dengan
kebijakan pemerintah tersebut ?
Jawab :
Pada bulan februari 1948, dalam konferensi Di Cisayong,mereka sepekat
mengubah gerakannya dari gerakan kepartaian menjadi gerakan kenegaraan.
Implementasinya :
o Kartosuwiryo diangkat menjadi Imam dari NII
o Dibentuk angkatan perang yang disebut TII dan
o Tgl 7 agustus 1949, Kartosuwiryo menyatakan secara resmi berdirinya NII
yang berlandaskan “Kanun Azasi”
38. Ketika tanggal 19 desember 1948, terjadi agresi militer Belanda II, Kartosuwiryo
menyambut gembira keberhasilan pasukan Belanda merebut ibukota Yogyakarta dan
menangkap sebagian besar pejabat tinggi Negara Republik Indonesia, termasuk presiden
dan wakil Presiden. Mengapa demikian ?
Jawab :
Karena baginya keberasilan pasukan Belanda tersebut berarti hancurnya Negara
Republik Indonesia, sehingga memberi kesempatan kepadanya untuk mendirikan
sebuah Negara baru.
Implementasinya pada tanggal 7 Agustus 1949 Kartosuwirdjo mengumumkan
pendirian Negara Islam Indonesia (NII) yang berpusat di Garut, Jawa Barat.
39. Apa dampak lahirnya DI/TII pimpinan kartosuwiryo, terhadap kelompok yang tidak puas
terhadap pemerintah ?
Jawab :
Di Jawa Tengah
o + 3 minggu kemudian di Brebes dan Tegal di bawah kepemimpinan Amir
Fattah menyatakan wilayahnya sebagai bagian dari NII.
o Di Kebumen yang muncul gerakan DI TII pimpinan Mohammad Mahfud
Abdulrahman, yang mendukung NII kartosuwiryo.
o Pasukan Batalyon 423 dan 426 dari Divisi Diponegoro menyatakan
bergabung dengan NII Kartosuwiryo.
40. Mengapa bekas pejuang di Kalimantan selatan yang ditolak oleh pemerintah pusat untuk
masuk Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kemudian bergabung dengan NII
Kartosuwiryo ?
Jawab :
Mereka sangat kecewa karena merasa sudah banyak ikut berjuang
mempertahankan Negara Republik Indonesia dari serangan pasukan
Belanda,namun mereka tidak mendapatkan penghargaan seperti yang mereka
harapkan yakni untuk di terima sebagai anggota TNI berdasarkan pertimbangan
perjuangannya.
41. Siapa kahar Muzakar itu ? Dan mengapa Kahar Muzakar mempelopori pemberontakan DI
TII di Sulawesi selatan ?
Jawab :
Seorang bekas perwira TNI dengan pangkat Letkol.
Kahar Muzakar keluar dari dinas TNI tahun 1952, dan mempelopori
pemberontakan DI TII di Sulsel karena dikecewakan oleh pemerintah pusat karena
tidak dipilih menjadi panglima Divisi Hasanuddin.
42. Mengapa Daud Beuereuh, mempelopori pemberontakan DI TII di Aceh tahun 1953 dan
mendukung NII Kartosuwiryo ?
Jawab :
karena kecewa dengan pemerintah yang tidak menepati janjinya untuk menjadikan
Aceh sebagai Provinsi.
Saat itu pemerintah memasukkan Aceh sebagai bagian dari Provinsi Sumatera
Utara yang berpusat di kota Medan.
43. Bagaimana langkah yang ditempuh oleh pemerintah untuk menumpas pemberontakan DI
TII di Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Aceh.
Jawab :
Untuk menumpas pemberontakan DI TII di Jawa Barat:
o Dipolomasi :
Cara pertama/awal dengan pendekatan yang dilakukan oleh
pimpinan masyumi moh.Natsir 7 april 1949, tapi gagal.
o Militerisasi
Divisi Siliwangi melakukan Operasi Bharatayuda dengan strategi
Pagar Betis, dan 4 juni 1962 Kartosuwiryo ditangkap. di sebuah
lembah antara Gunung Sangkar dan Gunung Geber, Majalaya. Dan
pada tanggal 5 september 1962 dihukum mati di salah satu pulau di
teluk Jakarta.
Untuk menumpas pemberontakan DI TII di Jawa Tengah
o Divisi Diponegoro melakukan operasi kilat yang disebut “Gerakan
Benteng Nasional” dan “Operasi Guntur”, dengan membentuk “pasukan
Banteng Raiders”.Dan akhirnya tahun 1954 berhasil
ditumpas/dipadamkan.
Untuk menumpas pemberontakan DI TII di Kalimantan Selatan
o Diselesaikan oleh Divisi Lambung Mangkurat melalui cara damai
( Musyawarah ), setelah Ibnu Hajar menyerah pada bulan juli 1963.
Untuk menumpas pemberontakan DI TII di Sulawesi Selatan
o Divisi Hasanudin melakukan serangkaian opersi Militer dan 3 feb 1965
Kahar Muzakar tertembak mati.
Untuk menumpas pemberontakan DI TII di Aceh, langkah-langkahnya sbb :.
o Melokalisasi pemberontakan
o Menjamin keamanan intern
o Memperkuat pos-pos tentara
o Mengamankan garis pengangkutan diantara pos-pos
o Mendatangkan pasukan-pasukan baru untuk menambah kekuatan tentara
yang sudah ada di aceh.
o Memberikan penerangan kepada rakyat,untuk menghilangkan kesalah-
pahaman & mengembalikan kepercayaan masyarakat.
o Daun Beureuh yang memimpin DI/TII Aceh menyerah pada bulan
Desember 1962
o 17 – 28 desember 1962, melalui “Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh”
yang diprakarsai Kolonel Yasin, DI TII di aceh diselesaikan secara damai.
C. Pemberontakan APRA,Kapten Abdul Aziz dan RMS
Pemberontakan APRA
44. Perang Indonesia dan Belanda berakhir pada bulan Desember 1949 yang ditandai dengan
apa ?
Jawab :
penandatanganan hasil perundingan KMB di Den Haag, Belanda, pada tanggal 2
November 1949.
45. Sejak penandatanganan hasil perundingan KMB , maka negara RI diubah dari kesatuan
menjdi apa ?
Jawab :
Negara federasi dengan nama Rebublik Indonesia Serikat (RIS).
47. Hasil KMB pada dasarnya tidak memuaskan pendukung kedua belah pihak. Jelaskan
alasannya masing-masing !
Jawab :
Bagi RI tidak puas karena harus menerima bekas lawan mereka dalam birokrasi
sipil dan militer.
Sebaliknya, pendukung Belanda khawatir menjadi kelompok minoritas yang akan
diperlakukan tidak adil oleh pemeintas RIS.
48. Tunjukkan bukti ketidak puasan kedua belah pihak terkait dengan birokrasi militer !
Jawab :
Dari Kalangan TRI tidak suka kalau anggota-anggota bekas KNIL,KL,KM dilebur
dalam TNI.
Dari Pihak KNIL menuntut agar bekas-bekas kesatuannya ditetapkan menjadi alat
negara bagian.
Keadaan ini dalam tubuh TNI diperuncing/diperburuk dengan adanya pertentangn
politik antara golongan yang pro Federalis dengan golongan yang pro Unitaris.
51. Meski sudah tidak dipimpin oleh Westerling, tetapi sisa-sisa pasukan APRA masih terus
melakukan perlawanan, bagaimana tindakan pemerintah ?
Jawab :
Sisa-sisa APRA kemudian dihancurkan oleh pasukan Siliwangi.
53. Ketika masa RIS, masyarakat NIT terpecah menjadi 2 (dua) kelompok. Sebutkan !
Jawab :
1. Kelompok pendukung Negara federal/RIS
2. Kelompok pendukung Negara kesatuan/Unitaris
56. Mengapa mantan Perwira KNIL Andi Azis menolak rencana pemerintah menambah
pasukan APRIS dari Pulau Jawa ke Sulawesi Selatan ?
Jawab :
Karena mereka ( mantan pasukan KNIL) khawatir akan menjadi kelompok
minoritas dalam APRIS yang didominasi TNI.
57. Apa dampak ketidak puasan Andi Azis terhadap kebijakan pemerintah ?
Jawab :
Pada jam 05.00 WIB tanggal 5 April 1950 ,meletuslah pemberontakan Andi Azis,
yang ditandai dengan penyerangan pasukan Kapten Andi Abdul Aziz terhadap
markas TNI di Makasar.
Dalam waktu singkat seluruh kota Makassar dapat dikuasainya karena seluruh
pasukan TNI sangat sedikit. Bahkan, Mokoginta yang sudah menjadi atasannya
ditawan oleh Kapten Andi Abdul Aziz.
58. Makassar pada saat itu merupakan ibukota negara bagian NIT dengan Perdana Mentri nya
adalah Ir. P.D. Diapri .
Akibat pemebrontakan Andi Azis, PM NIT Ir. P.D. Diapri mengundurkan diri dari
jabatan PM NIT,. Mengapa demikian ?
Jawab :
Karena tindakan Andi Abdul Aziz itu dipandang dapat mengundang perang
saudara.
Ia tidak setuju dengan perebutan kekuasaan melalui cara kekerasan sebagaimana
dilakukan pasukan Andi Aziz.
59. Bagaiamana sikap pemerintah RIS menanggapi pengunduran diri Perdana Menteri NIT
Ir. P.D. Diapri ?
Jawab :
Pemerintah RIS menerima penunduran diri Diapri dan langsung menggantinya
dengan Ir. Putuhena.
62. Bagaimana dengan sisa-sisa gerombolan Andi Azis dengan KNIL dan KL nya ?
Sampai batas waktu yang ditentukan , pemerintah akhirnya mengirim pasukan
yang dipimpin oleh kolonel Alex Kawilarang untuk menumpasnya.
o Diawali dengan pendaratan satu Bataliyon APRIS dari pulau Jawa di
bawah pimpinan Mayor Worang di Makassar, Mereka langsung
membebaskan Mokoginta dan menguasai kota Makassar
o Pada tanggal 26 April 1950 pasukan Alex Kawilarang tiba di Makassar
disertai pasukan tempur laut dan udara yang kuat.
o Suasana kota Makassar semakin tegang karena adanya dua pasukan yang
bermusuhan, yakni TNI dan sisa pasukan Andi Aziz. Pada tanggal 15 Mei
1950 meletus pertempuran antara keduanya. Tiga hari kemudian disepakati
gencatan senjata
o Namun, gencatan senjata tidak berlangsung lama karena terjadi insiden
pembunuhan terhadap perwira APRIS pada tanggal 1 Agustus 1950
o Emap hari kemudian (Tanggal 5 agustus 1950) pecah pertempuran yang
lebih besar dan Pasukan APRIS berhasil memenangkan pertempuran,
sehingga pasukan Belanda yang berasal dari KNIL dan KL bersedia
meninggalkan kota Makassar.
PEMBERONTAKAN RMS
63. Setelah kalah Dalam pertempuran tanggal 5 agustus 1950 di Makasar, pasukan KL dan
KNIL, kemana ?
Jawab :
Ternyata mereka pergi ke Maluku Selatan guna memperkuat pasukan Republik
Maluku Selatan (RMS) yang diproklamasi oleh jaksa Agung NIT Mr. Dr.
Christian Robert Steven Soumokil pada tanggal 24 April 1950.
65. Apa langkah-langkah yang ditempuh oleh Soumokil , untuk mencegah pembubaran NIT ?
Jawab :
Selama bulan Februari dan April, Soukomil mengkampanyekan dapak negatif
apabila NIT dibubarkan ke beberapa wilayah NIT.
66. Siapa yang memberi dukungan nyata terhadap gerakan Soumokil ? tunjukkan buktinya !
Jawab :
Ir. Manusama, tokoh Maluku Selatan. Atas perintah Soumokil.
Buktinya :
o pada tanggal 4 April 1950 Manusama mengumpulkan para rajapati Ambon
di kantornya.
o Dua minggu kemudian dia menggelar rapat umum di kota Ambon,yang
diarahkan oleh Soumokil,
o Hasilnya :Adanya kesepakatan untuk menjadikan Ambon sebagai negara
merdeka dengan nama RMS.
67. Bagaimana langkah selanjutnya yang ditempuh Soumokil, setelah rapat menyepakati
pembentukan RMS ?
Jawab :
Mulai bulan Februari 1950, Gerombolan RMS melancarkan teror kepada para
tokoh Ambon yang pronegara kesatuan.
Membunuh Ketua Persatuan Pemuda Indonesia Maluku Wim Rearawu
memaksa Kepala Daerah Maluku Selatan J. Manuhutu untuk menghadiri rapat
umum di kota Ambon pada tanggal 18 April tersebut.
Dalam rapat umum mereka bersepakat untuk menolak pembubaran NIT dan akan
memproklamasikan negara merdeka RMS apabila NIT dibubarkan.
68. Apakah ancaman menolak pembubaran NIT dan akan memproklamasikan negara merdeka
RMS apabila NIT dibubarkan ini benar-benar dilaksanakan oleh Soumokil ?
Jawab :
Benar !
pada tanggal 24 April 1950 ( berarti tiga hari setelah pembubaran NIT) meletuslah
pemberontakan RMS pimpinan Soumokil .
70. Untuk mengatasi pmberontakan RMS, tindakan apa yang ditempuh pemerintah RIS ?
Jawab :
mencoba jalan damai melalui tokoh Maluku dr. Leimena.
Namun gagal ,
karena Soumakil menolak untuk berunding. Sebaliknya, Soumokil berusaha
mendapatkan pengakuan keberadaan RMS dari Belanda, Amerika Serikat, dan
Komisi PBB untuk Indonesia.
melancarkan agresi militer.
o Operasi penumpasan dipimpin oleh kolonel A.E. Kawilarang.
o Pasukan mulai bergerak pada tanggal 14 Juli 1950 dengan merebut Pulau
Buru dan Seram terlebih dahulu.
o pada tanggal 3 Nopember 1950, kota Ambon berhasil dikuasai.
o Kawilarang mengerahkan kekuatan tempur udara,laut, dan daratnya untuk
menaklukan pemberontakan RMS yang cukup tertatih dan mmpunyai
pengalaman tempur.
o Akhirnya Soumokil dan beberapa petinggi RMS beserta sisa-sisa pasukan
KNIL\KL melarikan diri ke negeri Belanda.
D. Pemberontakan PRRI\Permesta
71. Ketika tanggal 17 Agustus 1950 Presiden RIS Ir. Soekarno atas persetujuan parlemen RIS
mengumumkan pembubaran RIS,Sejak itu Indonesia kembali menjadi Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Apa ciri-ciri NKRI tahun 1950 ?
Jawab :
Konstitusinya : UUDS 1950
Demokrasi : Liberal
Sistem pemerintahan : Parlementer
72. Lima tahun setelah pkembali ke NKRI, dilaksanakan Pemilu, Siapa yang dipilih ?
Jawab :
untuk memilih anggota parlemen. Soekarmo dan Mohammad Hatta ditetapkan sebagai
presiden dan wakil presiden. Keduanya sejak tahun 1945 dijadikan dwitunggal yang
menyatukan seluruh wilayah Indonesia.
73. Usai Pemilu 1955 terjadi pergolakan di beberapa daerah yang dipelopori oleh para Perwira
TNI Angkatan Darat. Mereka tidak puas karena kedua hal. Mengapa ?
a. Pertama, pemerintah pusat tidak memperhatikan pembangunan daerah
sebagaimana tercermin dari pembagian keuangan yang sangat merugikan
kepentingan daerah.
b. Kedua, mereka sangat kecewa dengan kebijakan politik Presiden Soekarno yang
lebih menguntungkan Partai Komunis Indonesia (PKI).
74. Mengapa tidak puas dengan pusat ?
a. Perwira TNI-AD belum melupakan penghianatan yang dilakukan PKI terhadap
negara dalam pemberontakan Madiun tahun 1948.
75. Apa tuntutannya !
a. Mereka juga menuntut perubahan kebijakan ekonomi dan politik pemerintah,
i. yaitu memberikan otonomi kepada daerah dan tidak memberikan
dukungan kepada PKI.
76. Sejak awal, formatur kabinet hasil pemilu 1955 sepakat untuk tidak mengikutsertakan PKI
dalam pemerintahan yang akan datang, meskipun PKI meraih suara terbanyak
keempat.mengapa demikian ?
Jawab ; karena PKI sebelumnya telah melakukan pengkhianatan dengan peristiwa PKI
Madiun
77. Dengan dukungan PNI, Masyumi, NU dan beberapa partai kecil sebenarnya kabinet sudah
bisa terbentuk, tanpa melibatkan PKI. Namun kabinet tanpa PKI ditentang Presiden
Soekarno yang menghendaki kabinet berkaki empat., yakni PNI, Masyumi, NU, dan PKI.
Mengapa demikian ?
Jawab :
1. Di balik itu, Soekarno memiliki rencana besar untuk kepentingan politik luar
negrinya, yakni mendekatkan Indonesia dengan negar-negara komunis agar
dapat mengimbangi pengaruh Blok Barat di kawasan Asia Tenggara.
2. Seokarno kecewa dengn pihak barat karena berpihak kepada Belanda dalam
persengketaan Irian Barat antara Belanda dan Indonesia. Menurut hasil KMB,
seharusnya pihak Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia pada
tahun 1950.
78. Meski Soekarno bukan kepala pemrintahan, tetapi pengaruhnya sangat kuat dalam
mengarahkan kebijakan ekonomi,dan politik yang menguntungkan PKI tersebut.
Penentangan terhadap Presiden Soekarno dihasilkan melalui pertemuan reuni Divisi
Banteng pada tanggal 20-25 Nopember 1956 di kota Padang, Propinsi Sumatra tengah
(sekarang Sumatra Barat). Perta reuni lalu membentuk tim delegasi yang kemudian
menyampaikan hasil reuni kepada Perdana Mentri Ali Sastroamidjojo di Jakarta. Tim ini
terdiri atas Kolonel Dahlan Djambek, Abdul Halim, Dahlan Ibrahim, Sidi Bakarudin, dan
Ali Lubis. Mereka bertemu dengn Perdana Mentri Ali Sastroamidjojo pada tnggal 28
Nopember. Selanjutnya mereka juga bertemu dengan Wakil Presiden Drs. Mohammad
Hatta dan tokoh politik asal Sumatra Abdul Gani Pringgodigdo. Namun im delegasi gagal
menemui Presiden Soekarno.
Pertemuan Hatta dengan tim delegasi reuni Dewan Banteng semakin memperenggang
hubunganya dengan Soekarno. Keduanya mempunyai pandangan yang berbeda untuk
membangun Indonesia setelah Pemilu1955. Ahirnya pada tanggal 1 Desember 1956, Hatta
mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Pengunduran dirinya menghancuan simbol persatuan
dwitunggal Soekarno-Hatta sehingga menambah ketegangan hubungan pusat dan daerah. Pihak
daerah menuntut pemulihn dwitunggal. Karena tuntutan tidak dikabulkan, pada tanggal 20
Desember 1956 Ketua Dewan Banteng yang juga Komandan Resimen Infrantri 4 Letkol Achmad
Husein mengambil alih pemeirintahan Sumatra Tengah dari Gubernur Ruslan Muljohardjo.
Alasan yang digunakan adalah gubernur dinilai gagal membangun wilayah Sumatra Tengah. Dua
hari kemudian Panglima Tentara dan Teritorium I (TT I) Kolonel Mauludin Simbolon menguasai
Sumatra Utara setelah mendirikan Dewan Gajah terlebih dahulu. Tindakan Simbolon ditentang
perwira TT I lainnya, lalu ia digulingkan oleh Kepala staf TT I Letkol Djamin Ginting. Sempat
terjadi pertempuran antara pasukan pendukung keduanya. Namun, pasukan Simbolon lebih
sedikit sehingga terdesak mundur memasuki wilayah kekuasaan Dewan Banteng.
Kekalahan Dewan Gajah tidak menyurutkan penguasa militer Sumatera Selatan untuk
membentuk Dewan Garuda pada tanggal 18 Februari 1957. Pimpinan Dewan Garuda adalah
Wakil Kepala Staf Tentara dan Teritorium II (TT II) Mayor Nawawi.Ia didukung penuh atasanya,
yakni Panglima TT II Letkol Barlian. Antara Dewan Garuda dan Dewan Banteng terjalin
kerjasama melalui Kepala Exploitasi Djawatan Kereta Api (DKA) daerah Sumatra Selatan Sidi
Bakarudin.
Upaya pemerintah untuk menyelesaikan pergolakan daerah di Sumarta mengalami
kegagal. Bahkan, Letkol Achmad Husein pada tanggal 15 Februari 1958 mengumumkan
pembentukan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dengan Sejafrudin
Prawiranegara sebagai perdana mentrinya. Tokoh Masyumi lainya yang turut terlibat adalah
Muhmammad Natsir. Disamping itu, pihak Dewan Banteng juga melibatkan tokoh Partai Sosialis
Indonesia (PSI) Soemitro Djojohadikusumo yang seorang ahli ekonomi. Pendirisn PRRI
mendapat dukungan secara diam-diam dari pemerintah Amerika Serikat dengan mengirimkan
bantuan keuangan dan persenjataan.
Pemerintah pusat langsung melancarkan operasi militer untuk menumpas PRRI yang
berpusat dikota Padang. Operasi berlangsung lancar dan tidak mendapat perlawanan yang berarti.
Pasukan pemerintah pusat dengan mudah dapaet merebut kota Padang pada bulan Mei 1958.
Pembentukan PRRI mendapat dukungan Panglima Komando Daerah Militer Sulawesi
utara dan Tengah (KDMSUT) Kolonel D.J. Somba. Pada tanggal 17 Februari 1958 ia
memutuskan hubungan dengan pemerintah pusat di Jakarta dan menyatakan wilayah
kekuasaanya sebagai bagian PRRI. Satu tahun sebelumnya, pada tanggal 2 Maret 1957 Panglima
TT VII Letkol Ventje Sumual mendeklarasikan Piagam Perjuangan Semesta (Permesta) di
Manado. Wilayah kekuasaanya meliputi Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Sejak awal Ventje menggabungkan gerakanya dengan Dewan Banteng, Dewan Gajah,
dan Dewan Garuda di Sumatra. Pengumuman Somba semakin mempertegas kerjasama beberapa
pimpinan daerah di Sumatra dan Sulawesi untuk menentang pemerintah pusat Jakarta beberapa
tokoh militer Sulawesi seperti Ventje, F. Warouw, dan Saleh Lahade diangkat sebagai mentri
dalam kabinet PRRI pimpinan Perdana Mentri Sjafruddin Prawira negara.
Operasi militer juga dilancarkan oleh pemerintah pusat untuk menghancurkan Permesta.
Terjadi pertempuran hebat yang dimenangkan oleh pasukan pemerintah pusat pada bulan Agustus
1958.
E. Pemberontakan G30S/PKI
Isu Kudeta
Pada akhir tahun 1964 ketegangan hubungan antara PKI dengan TNI-AD dan partai-partai
anti komunis semakin meningkat. Untuk membendung PKI, pada tanggal 1 September 1964
partai Murba membentuk BPS (Badan Pendukung Soekarno). Tujuannya adalah membebaskan
Soekarno dari pengaruh PKI. Bulan Oktober 1964 pihak intelijen TnI-AD menemukan dokumen
rencana kudeta PKI. Dokumen ini dibuat pada akhir desember 1963 dan membuat garis besar
strategi PKI untuk merebut kekuasaan di Indonesia.
Pihak TNI-AD menyerahkan dokumen tersebut kepada wali perdana menteri III Chaerul
Saleh yang juga tokoh partai Murba. Chaerul Saleh merasa yakin dengan keaslian dokumen
tersebut sehingga menyampaikannya dalam rapat di Istana Bogor pada tanggal 12 Desember
1964. Rapat ini dipimpin langsung oleh Presiden Soekarno yang baru saja kembali dari
kunjungan kenegaraannya ke luar negeri sepanjang bulan September dan Oktober 1964. Rapat
dihadiri oleh seluruh Menteri, Panglima empat Angkatan Bersenjata dan pimpinan partai-partai
politik. Jalannya rapat berlangsung tegang karena PKI menolak keaslian dokumen dan berbalik
menuduh Chaerul Saleh maupun pimpinan TNI-AD telah menyebarkan fitnah kepada PKI.
Rapat 12 Desember 1964 diakhiri dengan janji setia kepada presiden Soekarno oleh
seluruh peserta rapat. Kesepakatan ini dikenal sebagai Deklarasi Bogor. Hasil rapat
menguntungkan PKI karena Soekarno tidak mempercayai isu rencana Kudeta oleh PKI
sebagaimana termuat dalam dokumen tersebut. Pimpinan PKI lalu membalas tindakan Chaerul
saleh dengan cara melenyapkan partai Murba yang merupakan basis pendukungnya. Soekarno
terpengaruh oleh informasi dari pimpinan PKI bahwa partai Murba berencana melakukan Kudeta.
Langkah pertamanya adalah membentuk BPS untuk mencari dukungan massa yang lebih banyak.
Oleh karena itu Soekarno memerintahkan pembubaran Murba pada tanggal 1 Januari 1965.
Empat bulan kemudian muncul isu kudeta yang akan dilakukan dewan Jendral TNI-AD
dengan bantuan pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. Isu ini berasal dari surat Duta Besar
Inggris untuk Indonesia Sir Andrew Gilchrist kepada Sekjen Kementrian luar negeri Inggris
bertanggal 24 Maret 1965. Surat ini dikirim seseorang pada tanggal 15 Mei 1965 kepada Dr.
Subandrio yang saat itu menjabat tiga jabatan penting, yaitu Wakil Perdana Menteri I, Menteri
Luar Negeri, dan Kepala Badan Pusat Intelijen (BPI). Subandrio menyerahkannya kepada Kepala
Staf BPI Brigjen Pol Soetarto untuk diperiksa keasliannya. Setelah itu Soebandrio menyerahkan
surat Gilchrist itu kepada Presiden Soekarno pada tanggal 26 Mei 1965. Keesokan harinya
Soekarno mengumpulkan seluruh Panglima Angkatan Bersenjata di Istana Negara. Pimpinan
TNI-AD membantah isi surat Gilchrist yang mengesankan adanya kerjasama antara TNI-AD
dengan pihak asing untuk merebut kekuasaan dari Presiden Soekarno. Menurut pihak TNI-AD
surat Gilchrist itu palsu, meskipun kertas yang digunakannya adalah jenis kertas yang biasa
digunakan oleh kedutaan Besar Inggris di Jakarta. Sebaliknya, pimpinan PKI dan BPI (Badan
Pusat Intelijen) sangat asli keaslian surat Gilchrist tersebut. Akibatnya terjadi ketegangan.
Presiden Soekarno sendiri ragu-ragu terhadap keaslian surat Gilchrist. Untuk itu Soekarno tidak
langsung menjatuhkan hukuman terhadap pimpinan TNI-AD yang dalam surat Gilchrist
disebutkan sedang merencanakan kudeta atas bantuan Inggris dan Amerika Serikat. Pertemuan
mendadak ini diakhiri pengucapan ikrar kesetiaan kepada Soekarno.
Hubungan antara pimpinan TNI-AD dan pimpinan PKI semakin tidak harmonis setelah
rapat 27 Mei 1965. Pihak intelijen TNI-AD mendapat informasi tentang rencana pembunuhan
terhadap pimpina TNI-AD oleh PKI. Namun informasi ini oleh pimpinan TNI-AD dianggap
hanya sebagai rumor. Empat bulan kemudian, pada tanggal 1 Oktober 1965 Radio Republik
Indonesia (RRI) tiba-tiba menyiarkan berita Gerakan 30 September (G30S) pimpinan Letkol
Untung yang mengaku telah menggagalkan rencana kudeta Dewan Jendral TNI-AD pada tanggal
5 Oktober 1965, bertepatan dengan peringatan hari ulang tahun ABRI (Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia). Mereka telah membunuh sejumlah pimpinan TNI-AD seperti
Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen Ahmad Yani, Deputy II Mayjen R. Suprapto, deputy III
Mayjen Mas Tirtodarmo Haryono, Asisten I Mayjen Siswondo Parman, Asisten IV Brigjen
Donald Izacus Pandjaitan, Oditur Jendral Angkatan Darat Brigjen Soetojo Siswomihardjo.
Sebenarnya mereka juga merencanakan pembunuhan terhadap Menteri coordinator
Pertahanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata Jendral Abdul Haris Nasution yang mempunyai
pengaruh sangat kuat di lingkungan TNI-AD. Namun Nasutin berhasil meloloskan diri.
Berita RRI 1 Oktober 1965 tersebut langsung menjadi bahan pembicaraan nasional.
Benarkah TNI-AD melalui Dewan Jendral merencanakan kudeta sebagaimana dituduhkan oleh
pimpinan G30S? Agaknya pimpinan G30S sangat mempercayai kebenaran surat Gilchrist
tersebut. Sebaliknya, sebagian besar politisi dan pejabat militer menolak kebenaran surat
Gilchrist dan menilainya sebagai move politic (gerakan politik) PKI untuk menyingkirkan
pimpinan TNI-AD yang antikomunis karena menghalangi rencana PKI mengubah Negara
Indonesia menjadi Negara komunis terbesar ketiga setelah Uni Soviet dan RRC.
Berdasarkan urutan peristiwa, yakni dari surat Gilchrist hingga aksi pembunuhan para
petinggi TNI AD serta latar belakang pimpinan G30S yang pernah dibina oleh para tokoh
komunis, maka Panglima Kostrad Mayjen Soeharto dalam rapat mendadak di markasnya
menyimpulkan G30S dikendalikan oleh PKI. Oleh karena itu, Soeharto langsung memimpin
operasi penumpasan terhadap pasukan G30S. Dalam waktu 3 hari kekuatan militer G30S
dihancurkan dan sejumlah pimpinan utamanya ditangkap seperti Untung, Brigjrn Soepardjo,
Kolonel Abdul Latief, Letkol Udara Heru Atmojo, dan Mayor Udara Sujono.
Operasi penumpasan terhadap G30S yang dilakukan oleh Soeharto mendapat dukungan
dari para tokoh politik yang antikomunis. Sebagai realisasi bentuk dukungan, pada tanggal 8
Oktober 1965 diadakan aksi demonstrasi yang mengutuk PKI karena telah mengendalikan G30S
untuk membunuh pimpinan TNI-AD. Mereka menuntut agar Presiden Soekarno segera
membubarkan PKI sebagai pihak yang paling bertanggung jawab. Sebenarnya tuntutan ini serupa
dengan yang dilakukan PKI pada tahun 1960 agar Presiden Soekarno membubarkan Masyumi
dan PSI karena terlibat pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) di
Sumatera.
Aksi demonstrasi tersebut berlangsung di Taman Suprapti, Jakarta Pusat, yang berdekatan
dengan rumah Letjen Ahmad Yani. Desakan agar Presiden Soekarno membubarkan PKI semakin
menguat setelah terbentuknya Front Pancasila pada tanggan 23 Oktober 1965. Front Pancasila
adalah gabungan partai maupun ormas, seperti NU, IPKI, Partai Katolik, Parkindo PSII, Perti,
PNI, Muhammadiyah, Soksi, dan Gasbiindo. Struktur organisasi Front Pancasila terdiri dari atas
Ketua Badan Pekerja, Sekretaris Badan Pekerja, dan para wakil partai dan ormas. Subchan Z.E
dari NU terpilih sebagai Ketua Badan Pekerja dan Harry Tjan Silalahi dari Partai katolik menjadi
Sekretaris Badan Pekerja. Ada sepuluh tokoh lainnya yang masuk struktur organisasi Front
Pancasila, yaitu KH Dr. Idham Chalid (NU), harsono Tjokroaminoto (PSII), Drs. Frans Seda
(Partai Katolik), Dr.A.M Tambunan (Parkindo), Ratu Aminah Hidayat (IPKI), Rusli Halil
(Perki), Osa Maliki (PNI), Marzuki Yatim (Muhammmadiyah), Drs. Suhardiman (SOKSI), dan
Agus Sudono (Gasbiindo).
Dua hari setelah pembentukan Front Pancasila, pada tanggal 25 Oktober 1965 para aktivis
mahasiswa membentuk Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Tujuannya untuk
menyatukan seluruh mahasiswa yang berdemonstrasi mengutuk aksi pembunuhan oleh G30S dan
menuntut pembubaran PKI karena menjadi dalang G30S. Gagasan pembentukan KAMI berasal
dari Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (sekarang Departemen Pendidikan
Nasional) Brigjen Dr. Syarif Thayeb. Para pengurus KAMI banyak yang berasal dari organisasi
ekstrakampus seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia (PMII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pergerakan Mahasiswa Katolik
Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Gerakan
Mahasiswa sosialis (GEMSOS), dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI).
Pusat kegiatan KAMI berda di kampus Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat.
Namun, cabang-cabang KAMI segera berdiri di berbagai kampus kota provinsi. Usia KAMI
hanya empat bulan. Pada tanggal 26 Februari 1966, KAMI dibubarkan oleh Presiden Soekarno.
Meski berumur pendek, tetapi KAMI telah berhasil menghimpun kekuatan massa untuk
mendesak Presiden Soekarno agar membubarkan PKI karena mendalangi aksi G30S. Oleh karena
itu penyebutannya menjadi G30S/PKI, yang mengandung G30S didalangi PKI.
Demonstrasi KAMI yang terpenting adalah unjuk rasa pada tanggal 10 Januari 1966 di
Jakarta. Mereka mengajukan tiga tuntutan, yaitu pembubaran PKI, pergantian seluruh menteri
yang bersimpati atau menjadi bagian dari G30S/PKI, dan penurunan harga. Ketiga tuntutan ini
dikenal sebagai Tritura (tri = tiga tuntutan rakyat) dan diikuti oleh ribuan pengunjuk rasa.
Ada dua respon yang diberikan pemerintah, yaitu oleh Wakil Perdana Menteri
Pertama/Menteri Luar Negeri/Kepala Badan Pusat Intelijen Dr. Tritura, pada tanggal 17 Januari
1966 Soebandrio menuding aksi-aksi demonstrasi KAMI sebagai tindakan teror dan untuk itu dia
menganjurkan agar melawannya dengan aksi teror serupa. Anjurannya langsung meningkatkan
ketegangan sehingga sering terjadi konflik fisik terutama antara KAMI dan CGMI (Central
gerakan Mahasiswa Indonesia) yang berafiliasi kepada PKI. Ketegangan ini telah menciptakan
suasana yang tidak aman di Jakarta. Untuk meredakan ketegangan, pada tanggal 21 Februari
1966 Presiden Soekarno berusaha memenuhi salah satu tuntutan Tritura dengan melakukan
perombakan cabinet. Soekarno menamakan kabinet barunya sebagai Kabinet Dwikora yang
disempurnakan. Namun para Menteri yang diganti justru mereka yang termasuk anti G30S/PKI.
Oleh Karena itu KAMI menolaknya dan menamakannya Kabinet Gestapu (Gerakan September
30, nama lain dari G30S/PKI) atau kabinet Semen (Kabinet Seratus Menteri) karena berjumlah
102 Menteri.
Soekarno tidak menghiraukan keberatan KAMI. Pada tanggal 24 Februari 1966 diadakan
upacara pelantikan Kabinet Dwikora yang disempurnakan di Istana. Upacara pelantikan terlambat
dari jadwal karena KAMI melakukan aksi pengempesan ban-ban mobil para calon Menteri. Aksi
demonstrasi 24 Februari 1966 berkembang menjadi bentrokan fisik di depan istana antara
pengunjuk rasa dengan pasukan pengawal Presiden yaitu Resimen Cakrabirawa. Seorang
demonstran anggota KAMI yang bernama Arief Rahman Hakim meninggal dunia terkena
tembakan pasukan Cakrabirawa. Kematiannya semakin meningkatkan semangat menetang
Presiden Soekarno yang terkesan membela PKI karena tidak mau membubarkannya.
Aksi demonstrasi menuntut pembubaran PKI bukanlah monopoli KAMI. Beberapa
kesatuan aksi lainnya juga melakukannya, seperti KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia),
KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Indonesia), KASI (Kesatuan Aksi Sarjana
Indonesia), KABI (Kesatuan Aksi Buruh Indonesia), KAWI (Kesatuan Aksi Wanita Indonesia),
dan KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia). Seluruh kesatuan aksi ini termasuk KAMI bersatu
dalam BKKA (Badan Koordinasi Kesatuan Aksi). Pada tanggal 31 Desember 1965 BKKA dan
Front Pancasila menandatangani naskah deklarasi kerjasama mendesak pemerintah untuk
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kedua organisasi ini
mendukung sepenuhnya aksi demonstrasi di depan istana menentang pelantikan Kabinet Dwikora
yang disempurnakan pada tanggal 24 februari 1966.
Meski ditentang, tetapi Soekarno tetap melantik Kabinet Dwikora yang disempurnakan.
Pada tanggal 11 Maret 1966 diadakan sidang kabinet pertama di Istana. Namun sidang kabinet
dipercepat karena laporan Komandan Resimen Cakrabirawa Brigjen Muhammad Sobur kepada
Presiden Soekarno tentang adanya pasukan yang tidak dikenal di sekitar Istana Merdeka.
Presiden Soekarno, Waperdam I Dr. Soebandrio, dan Waperdam III Chaerul Saleh langsung
meninggalkan Istana Merdeka menuju Istana Bogor, Jawa Barat dengan menggunakan
helikopter. Sidang Kabinet ditutup oleh Waperdam II Dr. Leimena yang segera menyusul ke
Istana Bogor.
Beberapa jam setelah keberangkatan Leimena ke Istana Bogor, Menteri urusan Veteran
dan Demobilisasi Mayjen basuki Rachmat, Menteri Perindustrian Brigjrn Muhammad Jusuf, dan
Panglima Kodam Jakarta. Brigjen Amir Machmud juga pergi ke Istana Bogor untuk menemui
Presiden Soekarno. Terjadi pembicaraan untuk mengembalikan keamanan di Ibukota Jakarta.
Pada hari itu juga Soekarno menerbitkan surat perintah kepada Menteri Panglima Angkatan Darat
Letjen Soeharto. Surat perintah inilah yang dikenal dengan Supersemar (Surat Perintah Sebelas
Maret). Keesokan harinya, tanggal 12 Maret 1966, Soeharto membubarkan PKI sesuai tuntutan
para demonstran. Para wakil rakyat di Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS)
mendukung tindakan Soeharto Pada tanggal 5 Juli 1966, MPRS mengeluarkan TAP No.
XXV/MPRS/1966 tentang pembubaran PKI dan larangan menyebarkan paham
Komunis/Marxisme-Leninisme.
Penolakan Soekarno membubarkan PKI telah menyebabkan kejatuhannya melalui sidang
istimewa MPRS bulan Maret 1967. Pada tanggal 12 Maret 1967 pimpinan MPRS mengeluarkan
TAP No. XXXIII/MPRS/1967 tentang pencabutan kekuasaan pemerintahan Negara dari presiden
Soekarno. Ia digantikan oleh Soeharto sebagai pejabat Presiden hingga Maret 1968. Pada tanggal
27 maret 1968, Soeharto diangkat oleh MPRS sebagai Presiden Republik Indonesia berdasarkan
TAP No. XLIV/MPRS/1968.
Kesimpulan :
1. Masa-masa awal kemerdekaan merupakan masa-masa sulit bangsa Indonesia. Kita banyak
mengalami gangguan keamanan baik yang datang dari luar wilayah Indonesia maupun
yang datang dari dalam wilayah Indonesia. Setelah proklamasi kemerdekaan, Belanda
berusaha kembali untuk menjajah Indonesia. Mereka melakukan agresi militer secara
sepihak dan menyalahi perjanjian yang telah ditandatangani.
2. Sementara itu, gangguan keamanan yang berasal dalam negeri umumnya berupa ancaman
disintegrasi. Gangguan ini merupakan upaya pihak-pihak untuk memisahkan diri dari
Republik Indonesia yang sah. Selain itu, ada juga pihak-pihak yang ingin mengganti
haluan Negara menjadi Negara komunis.
3. Pada masa awal kemerdekaan, Indonesia dihadapkan pada beberapa ancaman disintegrasi
yang mengganggu keutuhan bangsa dan Negara Indonesia. Pemberontakan PKI Madiun
1948 merupakan pemberontakan yang dilakukan PKI untuk mengubah haluan Negara
Indonesia menjadi Negara komunis. Pemberontakan DII/TII yang dipimpin S.M.
Kartosuwiryo bermaksud untuk mengubah Negara Indonesia menjadi Negara Islam
Indonesia. Kedua pemberontakan ini akhirnya segera diatasi. Para pemimpin pemberontak
ditangkap dan mendapat hukuman yang setimpal.
4. Pemberontakan lainnya seperti APRA, RMS, PRRI/Permesta merupakn bentuk
kekecewaan daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat. Pemberontakan-pemberontakan
inipun akhirnya dapat diatasi. Peristiw G30S/PKI merupakan bentuk pemberontakan yang
paling berbahaya. Dengan peristiwa ini mewarnai berakhirnya rezim Orde Lama dan
munculnya rezim Orde Baru yang dipimpin Soeharto.