Anda di halaman 1dari 13

Contoh Peristiwa

Ideologi
Kelompok 2 XII MIPA 4
Anggota:
Alisya K
Amelia N.O
Hana F
Haifa N
Mira Z
Salsa F
Sheyla O
Zihan G.R
Pemberontakan DI/TII
Pemberontakan DI/TII terjadi pada 7 Agustus 1949.
Pemberontakan ini menyebar di seluruh wilayah Indonesia,
seperti Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi, maupun
Kalimantan. Pemimpin gerakan DI/TII di Aceh adalah
Tengku Daud Beureueh yang menyatakan bahwa Aceh
adalah bagian Negara Islam Indonesia dan memutuskan
hubungan dengan Jakarta pada 21 September 1953.

Pemberontakan ini dapat diselesaikan dengan


musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang diadakan pada
17-28 Desember 1962 atas inisiatif Pangdam I Bukit
Barisan, Kolonel Jasin. Musyawarah ini membahas
mengenai permasalah yang dihadapi dan
kesalahpahaman yang terjadi, sehingga bisa dimukan titik
terang yang membuat keamanan di Aceh pulih kembali.

Faktor Penyebab Terjadinya Pemberontakan


DI/TII
Penyebab umum terjadinya pemberontakan DI/TII,
antara lain:

1).Kehampaan kekuatan di Jawa Barat.


2).Kartosuwirjo dan juga rakyat keberatan apabila
Jawa Barat diberikan begitu saja pada pihak belanda.

3).Merasa tidak puas dengan keputusan dari perjanjian


yang dibuat dengan pihak Belanda yang
mengharuskan TNI meninggalkan daerah kantong dan
masuk ke wilayah RI.
Faktor Penyebab Terjadinya Pemberontakan
DI/TII
Penyebab khusus pemberontakan DI/TII
Pihak Indonesia meneken perjanjian dengan pihak Belanda
yang disebut perjanjian renville dimana dalam perjanjian itu
para Tentara Indonesia harus mengosongkan Jawa Barat lalu
hijrah ke Jawa Tengah. Kartosuwirjo menganggap bahwa itu
adalah bentuk pengkhianatan yang dilakukan Pemerintah
pada perlawanan yang telah dilakukan rakyat Jawa Barat. Hal
ini juga disebabkan karena ada sejumlah komandan TNI yang
berjanji meninggalkan semua senjata pada saat mereka hijrah
mereka di Jawa Barat.
Dengan pengikutnya yang berjumlah sekitar 2000 yang
meliputi laskar Hizbullah dan Sabilillah, Kartosuwirjo tidak mau
pindah dan mulai mendirikan Negara Islam Indonesia.
Proses Terjadinya DI/TII
Secara tegas Negara Islam Indonesia menyatakan bahwa
kewajiban negara untuk melahirkan undang-undang yang
berdasarkan syariat Islam, dan menolak keras pada ideologi
yang mereka sebut hukum kafir atau ideologi yang tidak
sesuai dengan ketentuan Alquran dan Hadits Shahih,

Darul Islam semakin meluas ke beberapa wilayah, terutama


Jawa Barat hingga wilayah perbatasan Jawa Tengah;
Sulawesi Selatan dan Aceh. Setelah Kartosoewirjo
tertangkap oleh Tentara Indonesia dan dihukum mati pada
tahun 1962 membuat pemberontakan ini terpecah, tapi diam-
diam gerakan ini masih ada walaupun pemerintah
menganggapnya sebagai organisasi terlarang.
Solusi atau Langkah Penyelesaian DI/TII

Penyelesain pemberontakan DI/TII di


berbagai daerah Indonesia sepertidi Jawa
Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Aceh
dan Kalimantan Selatan ditempuhdengan 2
cara, yakni :
1. Damai dengan perjanjian, atau
2. Diplomasi dan militer dengan melakukan
operasi militer pada setiap daerah,
sehingga pemberontakan DI/TII dapat
ditumpas dan diselesaikan.
Tokoh-tokoh Pemberontakan
DI/TII
1. Sekarmaji Marijan Karto Suwiryo di Jawa Barat.
2. Amir Fatah di Jawa Tengah
3. Daud Beureueh di Aceh.
4. Ibnu Hajar di Kalimantan Selatan.
5. Kahaz Muzakar di Sulawesi.
Faktor Penyebab Terjadinya
Pemberontakan PKI Madiun
Pertama, ialah jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin akibat
ditanda-tanganinya perjanjian Renville yang sangat
merugikan Republik Indonesia. Setelah tidak lagi menjadi
Perdana Menteri, Amir membentuk Front Demokrasi Rakyat
(FDR) yang kemudian berkerjasama dengan organisasi
berpaham kiri seperti Partai Komunis Indonesia, Barisan Tani
Indonesia (BTI), Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) dll.
Kedua, kedekatan Amir Sjarifuddin dengan tokoh PKI
Musodan bercita-cita menyebarkan ajaran komunisme di
Indonesia.
Ketiga, propaganda kekecewaan terhadap Perdana Mentri
selanjutnya yakni Kabinet Hatta akibat programnya untuk
mengembalikan 100.000 tentara menjadi rakyat biasa
dengan alasan penghematan biaya.
Proses Terjadinya PKI Madiun
Pemberontakan PKI terjadi pada pertengahan tahun 1948,
tepatnya pada tanggal 18 September 1948 yang bertempat di
Madiun, Jawa Timur. Pemberontakan PKI Madiun diawali dengan
melancarkan propaganda anti pemerintah dan pemogokan kerja
oleh kaum buruh. Selain itu pemberontakan juga dilakukan
dengan menculik dan membunuh beberapa tokoh negara.
Seperti Penembakan terhadap Kolonel Sutarto pada 2 Juli 1948,
penculikan dan pembunuhan terhadap Gubernur Jawa Timur
pertama RM.
Puncak pemberontakan tersebut terjadi pada 18 September 1948,
saat pemberontak berhasil menguasai kota Madiun dan
mengumumkan lahirnya Republik Soviet Indonesia. Mereka pun
menguasai tempat strategis, melakukan sabotase, perusakan
pembakaran sarana dan prasarana, serta melakukan
pembunuhan terhadap orang-orang yang anti PKI.

Solusi atau Langkah Penyelesaian


PKI Madiun
Dilakukan beberapa cara untuk mengakhiri
pemberontakan. Pertama, Soekarno memperlihatkan
pengaruhnya dengan meminta rakyat memilih
Soekarno-Hatta atau Muso-Amir. Kedua, Panglima
Besar Sudirman memerintahkan Kolonel Gatot
Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di
Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan
dibantu para santri.
Pada 30 September 1948, Madiun dapat diduduki lagi
oleh RI. Beberapa petinggi PKI melarikan diri ke
Tionghoa dan Vietnam seperti D.N Aidit dan Lukman.
Muso tertembak dalam pertempuran kecil di
Ponorogo. Amir Sjarifuddin ditangkap dan ditembak
mati.
Tokoh-tokoh PKI Madiun

1. Musso (Pemimpin) 7. Darsono


2. Amir Syarifudin 8. Semaun
3. Kolonel Dahlan 9. Henk Sneevlit
4. D.N. Aidit 10. Abdul Latief H
5. Misbach 11. Oetomo Ramelan
6. Alimin Prawirodirdjo 12. Dan sebagainya
Terima Kasih
Atas perhatiannya!

Anda mungkin juga menyukai