Anda di halaman 1dari 9

BAB 1 Disntegrasi bangsa dan perkembangan

indonesia pada awal kemerdekaan hingga


demokrasi terpemimpin
Pada masa awal pemerintahan, presiden soekarno dihadapkan berbagai
permasalahan. Setelah permasalahan dengan belanda selesai, indonesia dihadapkan
pada permasalahan dalam negeri.pada masa ini muncul pemberontakan dari dalam
negeri. Banyak wilayah indonesia yang mengininkan tetap berdiri sendiri dan ada
juga yang mengininkan berdirinya negara islam indonesia. Hal tersebut dapat
dikatakan sebagai disentegrasi bangsa. Disentregrasi adalah situasi yang tidak
adanya persatuan dan kesatuan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.
Keadaan ini akan mengancam adanya perpecahan yang berakibat pada rusaknya
tatanan sosial yang sedang dijalankan.

A.Pemberontakan terhadap pemerintah indonesia


1.Pemberontakan PKI di madiun 1948

PKI Madiun ialah sebuah gerakan yang berusaha menggulingkan pemerintahan


yang sah yakni Republik Indonesia dan mengganti landasan negara. Gerakan ini
dipimpin oleh Amir Sjarifuddin dan Muso. Dimulai pada pertengahan tahun 1948
dan berpusat di Madiun, Jawa Timur.

Nah, selanjutnya apa yang melatar-belakangi peristiwa tersebut? Pertama, ialah


jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin akibat ditanda-tanganinya perjanjian Renville
yang sangat merugikan Republik Indonesia. Setelah tidak lagi menjadi Perdana
Menteri, Amir membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang kemudian
berkerjasama dengan organisasi berpaham kiri seperti Partai Komunis Indonesia,
Barisan Tani Indonesia (BTI), Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) dll. Kedua,
kedekatan Amir Sjarifuddin dengan tokoh PKI Musodan bercita-cita menyebarkan
ajaran komunisme di Indonesia.

Ketiga, propaganda kekecewaan terhadap Perdana Mentri selanjutnya yakni


Kabinet Hatta akibat programnya untuk mengembalikan 100.000 tentara menjadi
rakyat biasa dengan alasan penghematan biaya.

RIZCI DWI KURNIAWAN - SEJARAH


Bagaimana pemberontakan tersebut berjalan? Pemberontakan PKI Madiun diawali
dengan melancarkan propaganda anti pemerintah dan pemogokan kerja oleh kaum
buruh. Selain itu pemberontakan juga dilakukan dengan menculik dan membunuh
beberapa tokoh negara. Seperti Penembakan terhadap Kolonel Sutarto pada 2 Juli
1948, penculikan dan pembunuhan terhadap Gubernur Jawa Timur pertama RM.
Ario Soerjo yang kebetulan berkunjung ke Ngawi dan kemudian dicegat oleh
kelompok Amir pada 10 September 1948. Serta penculikan dan pembunuhan
kepada Dr. Moewardi pada 13 September 1948 yang merupakan tokoh penting
dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Puncak pemberontakan
tersebut terjadi pada 18 September 1948, saat pemberontak berhasil menguasai
kota Madiun dan mengumumkan lahirnya Republik Soviet Indonesia. Mereka pun
menguasai tempat strategis, melakukan sabotase, perusakan pembakaran sarana
dan prasarana, serta melakukan pembunuhan terhadap orang-orang yang anti PKI.

RIZCI DWI KURNIAWAN - SEJARAH


Pemerintah menyadari apa yang dilakukan PKI sangat membahayakan negara.
Oleh karena itu, dilakukan beberapa cara untuk mengakhiri pemberontakan.
Pertama, Soekarno memperlihatkan pengaruhnya dengan meminta rakyat memilih
Soekarno-Hatta atau Muso-Amir. Kedua, Panglima Besar Sudirman
memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di
Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan dibantu para santri.

Pada 30 September 1948, Madiun dapat diduduki lagi oleh RI. Beberapa petinggi
PKI melarikan diri ke Tionghoa dan Vietnam seperti D.N Aidit dan Lukman. Muso
tertembak dalam pertempuran kecil di Ponorogo. Amir Sjarifuddin ditangkap dan
ditembak mati.

2.Pemberontakan DI/TII

A.DI/TII Jawa barat

Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan


Kartosuwirjo (S. M. Kartosuwirjo). Latar belakang DI/TII di Jawa Barat adalah
penandatanganan Perjanjian Renville pada 1948 yang mengharuskan pengikut RI
mengosongkan wilayah Jawa Barat dan pindah ke Jawa Tengah. Menurut
Kartosuwirjo, ini adalah pengkhianatan pemerintah RI atas perjuangan rakyat Jawa
Barat.

Dia bersama kurang lebih 2 ribu orang pengikut yang terdiri dari laskar Hizbullah
dan Sabilillah, menolak berpindah dan memulai usaha mendirikan Negara Islam
Indonesia (NII). Proklamasi NII dilaksanakan pada 7 Agustus 1949.

Pemerintah RI mulanya berusaha menyelesaikan gerakan ini dengan cara damai


melalui komite yang dipimpin Ketua Masyumi, Natsir. Sayangnya, komite itu tak
berhasil merebut kembali Kartosuwirjo ke pelukan RI. Maka dari itu, pada 27
Agustus 1949, pemerintah RI memberlakukan penumpasan yang dinamakan
Operasi Baratayudha.

B.DI/TII Jawa tengah

Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah dipimpin oleh Amir Fatah Wijaya


Kusumah atau yang biasa disebut Amir Fatah. Pemberontakan ini terjadi antara
tahun 1949 sampai 1950 yang dilatarbelakangi dengan adanya penandatanganan
Perjanian Renville. Masyarakat Jawa Tengah, khususnya Amir Fatah dan

RIZCI DWI KURNIAWAN - SEJARAH


pasukannya, merasa banyak dirugikan dari perjanjian tersebut, salah satunya terjadi
persengketaan di wilayah Pekalongan.

C.DI/TII Aceh

Pemberontakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Daud Beureuh yang merupakan


seorang ulama berpengaruh di Aceh. Peristiwa DI/TII di Aceh dilatarbelakangi
ketidakpuasan rakyat Aceh atas keputusan pemerintah yang menjadikan Aceh satu
karesidenan di bawah Sumatra Utara.

Ketidakpuasan ini menyangkut dengan otonomi daerah, pertentangan


antargolongan, dan ketidaklancaran rehabilitasi serta modernisasi di Aceh.
Pemberontakan pun ditandai dengan proklamasi Aceh sebagai bagian dari Negara
Islam Indonesia Kartosuwirjo pada 20 September 1953.

Pemerintah mengatasi pemberontakan tersebut secara damai, yaitu melalui


memberikan pengertian kepada rakyat Aceh dan membujuk mereka supaya
kembali kepada RI. Pertentangan ini pun luluh melalui musyawarah pada 26 Mei
1959 antara pemerintah pusat yang diwakili oleh Wakil Perdana Menteri Hardi S.
H., penguasa perang, Kepala Staf Kodam Iskandar Muda, T. Hamzah sebagai
wakil pemerintah rakyat Aceh, dan pimpinan DI/TII yang diwakili Ayah Gani
Usman.

Musyawarah tersebut menciptakan keputusan seperti memberikan status daerah


istimewa untuk Aceh disertai hak-hak otonomi yang luas dalam sektor pendidikan,
agama, dan peradatan. Hasilnya kemudian dituangkan melalui Keputusan Perdana
Menteri RI No. I/Misi/1959 tanggal 26 Mei 1959, dilanjutkan dengan keputusan
penguasa perang tanggal 7 April 1962 No.KPTS/PEPERDA-061/3/1962 tentang
pelaksanaan ajaran Islam untuk pemeluknya di Daerah Istimewa Aceh.

Sementara, untuk menyelesaikan permasalahan dengan Daud Beureuh,


dilaksanakan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh pada 17-21 Desember 1962.
Pangdam I/Iskandar Muda Kolonel M. Jasin adalah orang yang menggagas
musyawarah ini.

Berdasarkan musyawarah tersebut, dihasilkan keputusan akan diberikannya


amnesti untuk Daud Beureuh apabila dia bersedia menyerahkan diri dan kembali
ke masyarakat Aceh.

RIZCI DWI KURNIAWAN - SEJARAH


D.DI/TII Sulawesi selatan

Pada 1950, terjadi peristiwa pemberontakan besar di Sulawesi Selatan, yang


disebut Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakkar, yang
memimpin Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS). KGGS adalah kelompok
gerilyawan di Sulawesi Selatan. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan
berlangsung sejak 1950 hingga 1965. Kahar Muzakkar membagi aksi
pemberontakan ke dalam dua periode, yakni 1950-1952 dan 1953-1965.

E.DI/TII Kalimantan selatan

Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar atau


Haderi bin Umar alias Angli. Ibnu Hajar adalah mantan Letnan Dua TNI yang
membelot dengan cara mendirikan gerakan Kesatuan Rakyat yang Tertindas
(KRYT). Ibnu Hajar juga menyatakan gerakannya itu merupakan bagian dari
DI/TII Kartosuwirjo.

Kerjakan tugas ini di buku tulis


Latihan
1.carilah informasi mengenai pemberontakan PKI di madiun atau DI/TII pilih salah
satu catat hasil nya dan presentasikan di depan kelas

3.Pemberontakan APRA

RIZCI DWI KURNIAWAN - SEJARAH


Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) adalah peristiwa
pemberontakan yang meletus pada 23 Januari 1950 di Bandung. Pemberontakan ini
dipimpin oleh Raymond Westerling, mantan kapten tentara Kerajaan Hindia
Belanda Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger (KNIL).
Pada saat itu, Westerling berusaha untuk mempertahankan bentuk negara federal
dan menolak Republik Indonesia Serikat (RIS). Westeling menilai, RIS di bawah
Soekarno dan Hatta terlalu fokus pada wilayah Jawa atau Jawa sentris.

Pada saat itu, Westerling berusaha untuk mempertahankan bentuk negara federal
dan menolak Republik Indonesia Serikat (RIS). Westeling menilai, RIS di bawah
Soekarno dan Hatta terlalu fokus pada wilayah Jawa atau Jawa sentris.

Menurut situs resmi Perumusan Naskah Proklamasi oleh Kemendikbud, latar


belakang pemberontakan APRA didorong oleh hasil Komisi Meja Bundar (KMB).

Latar Belakang Pemberontakan APRA


Konferensi Meja Bundar pada Agustus 1949 menghasilkan keputusan:

1. Kerajaan Belanda akan menarik pasukan KL (Koninklijk Leger) dari Indonesia.


2. Tentara KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger) akan dibubarkan dan
akan dimasukkan ke dalam kesatuan-kesatuan TNI.

Pasukan KL dan KNIL merasa dirugikan dengan keputusan KMB. Pasukan KNIL
takut mengalami hukuman atau ancaman saat menyatu dengan TNI kelak.

Akhirnya, seorang Komandan dari kesatuan khusus Depot Speciale Troopen


(DST), Kapten Raymond Westerling memanfaatkan keadaan. Ia berhasil
mengumpulkan 8.000 pasukan dari desertir dan anggota KNIL.

Westeling kemudian menggunakan nama Ratu Adil dari kitab Jangka Jayabaya
tentang datangnya "Sang Ratu Adil". Westerling pun menamai gerakan ini dengan
Angkatan Perang Ratu Adil (APRA).

Pemberontakan APRA
Target pemberontakan APRA adalah Jakarta dan Bandung. Jakarta menjadi target
sasaran sebab pada awal Januari 1950 sedang ramai dilakukan Sidang Kabinet RIS
untuk membahas kembalinya Indonesia ke bentuk negara kesatuan.

RIZCI DWI KURNIAWAN - SEJARAH


Kemudian, APRA juga menargetkan kota Bandung karena situasi kota belum
sepenuhnya dikuasai oleh pasukan Sliwangi. Ditambah pula dengan basis kekuatan
militer Belanda yang kuat di Bandung.

23 Januari 1950 pagi, pasukan yang menamakan diri APRA bergerak dari Cimahi
menuju pusat kota Bandung, utamanya ke Markas Divisi Siliwangi di Jalan Oude
Hospitaalweg (sekarang Jalan Lembong). Sepanjang jalan menuju markas Divisi
Siliwangi, pasukan APRA menembaki tentara Siliwangi yang terlihat tak
bersenjata.

Akhirnya, pertempuran tak seimbang 800 APRA melawan 100 tentara Siliwangi
yang tersisa di markas terjadi. Pertempuran ini menewaskan Letkol Adolf
Lembong. Akhirnya, APRA menguasai markas Siliwangi.

Akhir Pemberontakan APRA


Pada Januari 1950, Presiden RIS Sukarno menunjuk Hamid sebagai menteri negara
tanpa portofolio sekaligus koordinator tim perumusan lambang negara.

Menteri tanpa portofolio adalah menteri pemerintahan tanpa tanggung jawab


spesifik atau tidak mengepalai kementerian tertentu.

Dalam sidang kabinet 10 Januari 1950, Hamid membentuk Panitia Lencana


Negara. Kemudian, diadakan sayembara pembuatan lambang negara. Di sisi lain,
Hamid menjalin mufakat dengan Westerling karena ingin mempertahankan negara
federal dan kecewa dengan jabatannya yang hanya sebagai menteri tanpa
portofolio.

Dalam penyerbuan itu, Hamid juga memerintahkan agar semua menteri ditangkap,
sedangkan Menteri Pertahanan Sultan Hamengku Buwono IX, Sekretaris Jenderal
Ali Budiardjo, dan Kepala Staf Angkatan Perang RIS (APRIS) Kolonel T.B.
Simatupang harus ditembak mati.

Drs. Moh. Hatta turun langsung untuk berunding dengan Komisaris Tinggi
Belanda. Akhirnya, Mayor Jenderal Engels yang merupakan Komandan Tinggi
Belanda di Bandung mendesak Westerling untuk meninggalkan Kota Bandung.
Berkat hal itu, APRA pun berhasil dilumpuhkan oleh pasukan APRIS.

RIZCI DWI KURNIAWAN - SEJARAH


4.Pemberontakan andi aziz

Pemberontakan Andi Azis adalah salah satu gerakan perlawanan yang menentang
rencana penyatuan Negara Indonesia Timur (NIT) ke bagian NKRI. Peristiwa ini
terjadi pada masa kepemimpinan Kapten Andi Azis di Makassar, Sulawesi Selatan.
Kala itu, Andi Azis merupakan mantan perwira tentara kerajaan Hindia Belanda
atau Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL) yang baru diterima
sebagai anggota Angkatan Perang RIS (APRIS).

Pada tanggal 30 Maret 1950, ia bersama pasukannya diterima ke dalam APRIS.


Beberapa hari setelah pelantikan, mereka melakukan pemberontakan.

Latar Belakang Kemunculan Pemberontakan Andi Azis


Mengutip dari buku Ilmu Pengetahuan Sosial 3 yang disusun oleh Ratna
Sukmayanti dkk, pemberontakan Andi Azis dilatar belakangi oleh sikap Andi Azis
yang menolak masuknya pasukan-pasukan APRIS dari TNI ke Sulawesi Selatan.

Andi Azis menuntut agar para pasukan APRIS bekas KNIL yang bertanggung
jawab atas keamanan di daerah NIT. Waktu itu ia sangat menentang dan
menghalangi masuknya pasukan APRIS dari TNI yang dipimpin oleh Mayor
Worang. Menurutnya, Negara Indonesia Timur harus tetap dipertahankan.

Singkatnya, latar belakang dari pemberontakan ini adalah penolakan Andi Azis
terhadap rencana penyatuan NIT ke dalam bagian Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI). Kala itu, Andi Azis merupakan golongan federalis yang
menolak penyatuan tersebut.

Kronologi Pemberontakan Andi Azis


Dalam buku Sejarah: SMA Kelas XII yang disusun oleh M. Habib Mustopo
dijabarkan terkait kronologi pemberontakan Andi Azis, berikut penjelasannya.
30 Maret 1950, Andi Azis bersama dengan pasukannya menggabungkan diri
dengan APRIS
5 April 1950, pasukan Andi Azis menyerang markas TNI di Makassar
8 April 1950, pemerintah mengeluarkan ultimatum terhadap pemberontakan Andi
Azis
21 April 1950, pasukan TNI berhasil menduduki Makassar dan Wali Negara NIT.
Selain itu, mereka mengatakan bahwa NIT bersedia untuk bergabung dengan
NKRI
5 Agustus 1950, pertempuran antara pasukan APRIS dan KL-KNIL

RIZCI DWI KURNIAWAN - SEJARAH


8 Agustus 1950, dilakukan perundingan dan menghasilkan keputusan bahwa
pasukan KL-KNIL harus meninggalkan Makassar

Andi Azis bersama dengan pasukan yang ia pimpin menyandera Letkol Achmad
Yusuf Mokoginta (Pejabat Panglima Teritorium Indonesia Timur) beserta seluruh
stafnya.

Mengetahui kejadian tersebut, pemerintah memanggil Andi Azis ke Jakarta untuk


menemukan solusi atas permasalahan tersebut. Sayangnya, panggilan itu tidak
dihiraukan oleh Andi Azis.

Akibat tindakannya tersebut, pemerintah pusat segera mengirimkan pasukan untuk


menangkap Andi Azis. Pasukan itu dipimpin oleh Kolonel A.E. Kawilarang.

Kemudian pada bulan April 1950, Andi Azis menyerahkan diri kepada pemerintah
RIS dan diadili di Yogyakarta.

Faktor Penyebab Pemberontakan Andi Azis


Ketika RIS meresmikan diri sebagai NKRI dan membawa sejumlah Negara Bagian
di dalamnya, sayangnya NIT baru mendapat kabar penyatuan pada 4 April 1950.

Hal ini menyebabkan Andi Azis dan mantan anggota KNIL menentang hal tersebut
terutama rencana kedatangan APRIS pada 5 April ke wilayah Makassar. Pasalnya,
mereka khawatir akan diperlakukan diskriminatif oleh pimpinan APRIS/TNI.

Pemberontakan Andi Azis saat itu berupa:


Menduduki sejumlah tempat dan sektor penting badan militer di wilayah Indonesia
Timur
Menangkap Letnan Kolonel AJ. Mokognita, seorang Panglima Teritorium
(wilayah) Indonesia Timur

Kerjakan tugas ini di buku tulis


Latihan
Kerjakan tugas berikut ini !
1.pada awal pemerintahan indonesia terjadi pemberontakan di berbagai daerah.
Contohnya pemberontakan apra dan andi aziz. Mengapa mucul pemberontakan
apra dan andi aziz ? jelaskan latar belakang kedua pemberontakan tersebut ! catat
hasil nya kemudia di presentasikan ke depan kelas !

Semangat Belajar !

RIZCI DWI KURNIAWAN - SEJARAH

Anda mungkin juga menyukai