Anda di halaman 1dari 9

A.

Jelaskan sebab/latar belakang dan tujuan pemberontakan di bawah ini serta


tuliskan pemimpinnya masing masing !

1. Pemberontakan PKI Madiun 1948


 Latar Belakang
Pemberontakan PKI di Madiun meletus pada 18 September 1948.
Pemberontakan ini diakibatkan kekecewaan terhadap hasil Perjanjian
Renville yang disepakati pada 17 Januari 1948. Perjanjian ini dianggap
merugikan Indonesia, karena perjanjian ini membuat dikuasainya banyak
wilayah oleh Belanda. Selain itu, PKI juga menolak rasionalisasi jumlah
prajurit TNI, karena dapat mengurangi jumlah kader PKI di TNI.
Pemberontakan PKI di Madiun dipimpin oleh Muso yang merupakan
pemimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Front Demokrasi Rakyat
(FDR).

 Tujuan
Tujuan utama dari pemberontakan PKI Madiun ini adalah :
 Untuk menggulingkan kabinet Hatta.
 Untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
menggantinya dengan negara komunis.
 Untuk mendirikan Negara Republik Soviet Indonesia yang berasaskan
komunisme.

2. Pemberontakan DI/TII
 Latar Belakang
Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) adalah
pemberontakan yang hendak mendirikan negara dengan dasar syariat Islam
di Indonesia, yang disebut dengan Negara Islam Indonesia. Gerakan politik
yang dideklarasikan pada 7 Agustus 1949 oleh Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo di sebuah Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar,
Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Pemberontakan ini
kemudian diikuti oleh pemberontakan serupa di Aceh, Kalimantan Selatan,
Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah.
Dalam proklamasi Negara Islam Indonesia menyatakan bahwa, Hukum
yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam, dan
dalam undang-undangnya menyebutkan bahwa, Negara berdasarkan Islam
dan Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan Hadits. Deklarasi Negara
Islam Indonesia itu begitu jelas menyatakan keharusan negara untuk
membuat undang-undang yang didasari dengan hukum Islam, dan sangat
menolak ideologi selain Al-Qur’an dan Hadits Shahih.

 Tujuan
Tujuan utama pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia
(DI/TII) adalah mendirikan negara dengan dasar syariat Islam di Indonesia.
Namun setiap daerah juga memiliki tujuan khusus sendiri.
Persamaan dari setiap pemberontakan daerah DI/TII adalah sama-sama
mendukung pemberontakan Kartosuwiryo dan memproklamirkan
gerakannya sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia. Setiap
pemberontakan daerah juga mendukung syariat Islam sebagai dasar
negara.
Namun, perbedaannya, setiap pemberontakan daerah memiliki pemimpin
sendiri-sendiri dan alasan pemicu pemberontakan.

 Pemberontakan DI/TII di Berbagai Daerah


1. Pemberontakan DI/TII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, di Jawa
Barat
Penyebab pemicu pemberontakan Kartosuwiryo adalah penolakan
Perjanjian Renville, yang menempatkan daerah Jawa Barat di wilayah
kekuasaan Belanda.  
Tujuannya yaitu:
1. Mendirikan sebuah negara dengan dasar syariat Islam berupa AL
Qur’an dan Hadist di wilayah Indonesia.
2. Menolak Perjanjian Renville
3. Mengatasi Dominasi Komunis dan Sosialis

2. Pemberontakan DI/TII Daud Beureueh, di Aceh


Pemicu pemberontakan ini adalah penolakan dihapusnya provinsi Aceh
dan digabungkannya wilayah Aceh dengan Sumatera Utara.
Pemberontakan ini berhasil diselesaikan dengan cara damai setelah
dilakukannya “Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh" pada bulan
Desember 1962, dan dibentuknya kembali Aceh, sebagai provinsi
berstatus daerah istrimewa. Tujuannya yaitu :
1. Mengembalikan Otonomi Provinsi Aceh
2. Mencegah Kembalinya Kekuasaan Uleebalang
3. Penegakkan Syariat Islam

3. Pemberontakan DI/TII Amir Fatah, di Jawa Tengah          


Pemicu pemberontakan ini adalah kekecewaan Amir Fatah akan dominasi
“kaum kiri” (sosialis dan komunis) di Tegal dan sekitarnya, wilayah basis
kekuatan Amir Fatah. Akibatnya, Amir Fatah memberontak pada tahun
1950.
Pemberontakan dipatahkan setelah operasi militer di wilayah Banyumas
mengalahkan pasukan Amir Fatah. Pemberontakan ini bertujuan
mengatasi pengaruh komunis dan sosialisme yang semakin meluas dan
mendirikan negara berdasarkan syariat Islam.
4. Pemberontakan DI/TII Ibnu Hadjar, di Kalimantan Selatan  
Pemicu pemberontakan ini adalah kegagalan para mantan pejuang
kemerdekaan asal Kalimantan Selatan untuk diterima di tentara Indonesia
saat itu, APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat).
Kebanyakan bekas pejuang ini tidak bisa masuk tentara karena tidak bisa
baca tulis, termasuk Ibnu Hadjar sendiri. Mereka juga kecewa dengan
adanya bekas tentara KNIL (Tentara Hindia Belanda) di APRIS.  

5.  Pemberontakan DI/TII Kahar Muzakar, di Sulawesi Selatan


Pemicu pemberontakan ini adalah tuntutan agar para milisi Kesatuan
Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar
bisa diterima sebagai tentara. Namun mereka tidak lolos syarat dinas
militer, dan hanya ditempatkan sebagai Corps Tjadangan  Nasional
(CTN). Akibatnya, Kahar Muzakkar memberontak dan menyatakan
sebagai  bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953.
DI/TII ini bertujuan sebagai reaksi terhadap banyaknya anggota tentara
Kesatuan gerilya Sulawesi Selatan yang tidak diterima sebagai tentara
RI. Padahal mereka merasa sudah turut berjuang mempertahankan
kemerdekaan. Tujuan lainnya, yaitu menjadi bagian dari NII Kartosuwiryo
yang menjadikan syariat Islam sebagai dasar negara. 

3. Pemberontakan APRA
 Latar Belakang
APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) adalah milisi bersenjata yang
dipimpin oleh bekas perwira KNIL (Tentara Hindia Belanda), Raymond
Westerling. Nama milisi ini diambil dari ramalan Jayabaya tentang
pemimpin yang akan datang membawa keadilan dan kesejahteraan di Jawa.
Anggota milisi ini kebanyakan direkrut dari bekas prajurit KNIL, terutama dari
prajurit Regiment Speciale Troepen (Regimen Pasukan Khusus). Jumlah
tentara APRA pada tahun 1950 berjumlah sekitar 2000 orang.
APRA tidak menyetujui rencana pembubaran Republik Indonesia Serikat
(RIS) hasil konferensi Meja Bundar di Den Haag tahun 1949. Dengan
bekerja sama dengan Sultan Pontianak, Sultan Hamin II yang beraliran
federalis, APRA dan Westerling mencoba melakukan kudeta pada Januari
1950. Kudeta ini merupakan upaya mempertahankan negara federal RIS
saat sebagian besar negara bagian RIS ingin membubarkan diri dan
bergabung kembali dengan Republik Indonesia.
Kudeta ini dilancarkan di Bandung dan berhasil menguasai kota itu.
Westerling berusaha menguasai Jakarta dan membunuh pemimpin republik
saat itu. Setelah gagal menguasai Jakarta, kudeta ini digagalkan dan
Westerling akhirnya harus kabur ke Singapura.

 Tujuan
Tujuan utama APRA yaitu mempertahankan bentuk Negara Federal
Pasundan di Indonesia serta mempertahankan adanya tentara sendiri pada
tiap negara bagian Republik Indonesia Serikat.

4. Pemberontakan Andi Azis


 Latar Belakang
Pemberontakan Andi Azis yang terjadi di Makassar Sulsel, di bawah
pimpinan Kapten Andi Azis, bekas perwira KNIL. Latar belakang
pemberontakan ini adalah sikap Andi Azis yang menolak masuknya pasukan
Apris dari TNI ke Sulsel dan mereka juga ingin mempertahankan Keutuhan
Negara Indonesia Timur (NIT) dari paham barat (federal) . Pemberontakan
tersebut terjadi karena adanya ketegangan antara rakyat anti federal dengan
rakyat yang setuju dengan paham federal. sehingga terjadilah konflik dan
pemberontakan antar rakyat dan dengan pasukan Andi Azis.

 Tujuan
Tujuan pemberontakan Andi Azis adalah untuk mempertahankan
keutuhan Negara Indonesia Timur (NIT).

5. Pemberontakan RMS
 Latar Belakang
Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) terjadi pada 25 April
1959, dipimpin oleh Chris Soumokil, mantan Jaksa Agung Negara
Indonesia Timur. Pemberontakan ini berpusat di kota Ambon, dan pulau
sekitarnya seperti pulau Seram.
Salah satu penyebab meletusnya pemberontakan RMS adalah banyak
bekas prajurit KNIL (Tentara Kolonial Hindia Belanda) asal Maluku yang
kecewa karena pengakuan kemerdekaan Belanda kepada Indonesia.
Mereka juga menolak bergabung dengan APRIS (Angkatan Perang Republik
Indonesia Serikat).
Hal ini ditambah dengan kekecewaan Chris Soumokil, akibat bubarnya
Negara Indonesia Timur (NIT).
Soumokil dan para bekas prajurit KNIL ini membuat mereka menekan
Kepala Daerah Maluku Selatan, Johannes Manuhutu, untuk
mendeklarasikan kemerdekaan Maluku Selatan. Pada 25 April 1950,
Manuhutu di bawah tekanan Chris Soumokil dan prajurit KNIL
mendeklarasikan Republik Maluku Selatan.
Pemerintah Indonesia bertindak tegas dengan mengirim pasukan APRIS
di bawah pimpinan Slamet Riyadi dan Alex Kawilarang. Pada tahun 1950,
Ambon dan Namlea berhasil direbut. Pada tahun 1963, Chris Soumokil
berhasil di tangkap. RMS berhasil digagalkan dan para pendukungnya yang
tersisa melarikan diri ke Belanda.
 Tujuan
Pemberontakan ini dilakukan oleh Soumokil, yang menantang Jaksa Agung,
yang bermaksud untuk membebaskan wilayah Maluku dari negara kesatuan
Republik Indonesia.

6. Pemberontakan PRRI/PERMESTA
 Latar Belakang
PRRI adalah sebuah singkatan yang berasal dari Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia, dan Permesta adalah sebuah singkatan
yang berasal dari Perjuangan Rakyat Semesta. Pada pemberontakan atau
gerakan yang dilakukan mereka adalah akibat dari pembentukan Republik
Indonesia Serikat (RIS) yang terjadi pada tahun 1949. Pemberontakan ini
dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein.
Latar belakang utamanya adalah pada saat pembentukan dari Republik
Indonesia Serikat (RIS) yang dimana pada waktu itu terjadi pada tahun 1949
dilakukan bersamaan dengan pembentukan dan pengerucutan terhadap
Divisi Banteng yang dimana hanya dibuat menjadi 1 buah brigade.
Selain itu, terdapat pula beberapa kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap
daerah-daerah lainnya seperti daerah Pulau Sumatera dan juga Pulau
Sulawesi terhadap anggaran pembangunan yang sebelumnya telah
diberikan oleh pemerintah pusat yang kemudian pada saat itu terjadi pula
ketidak sejahteraan terhadap prajurit Republik Indonesia dan juga
masyarakat. Sehingga dikarenakan banyaknya kekecewaan tersebut
menjadikan para perwira dari militer Indonesia untuk melakukan sebuah
pembentukan dewan militer daerah.

 Tujuan
Tujuan dari pemberontakan PRRI ini adalah untuk mendorong
pemerintah supaya memperhatikan pembangunan negeri secara
menyeluruh, sebab pada saat itu pemerintah hanya fokus pada
pembangunan yang berada di daerah Pulau Jawa. 

7. Pemberontakan PKI tahun 1965


 Latar Belakang
Pemberontakan PKI tanggal 30 September 1965 bukanlah kali pertama
bagi PKI. Sebelumnya, pada tahun 1948 PKI sudah pernah mengadakan
pemberontakan di Madiun. Pemberontakan tersebut dipelopori oleh Amir
Syarifuddin dan Muso. Tujuan dari pemberontakan itu adalah untuk
menghancurkan Negara RI dan menggantinya menjadi negara komunis.
Bahkan, dengan adanya ajaran dari presiden Soekarno tentang
Nasakom (Nasional, Agama, Komunis) yang sangat menguntungkan PKI
karena menempatkannya sebagai bagian yang sah dalam konstelasi politik
Indonesia. Hal ini hanya akan membukakan jalan bagi PKI untuk
melancarkan rencana-rencananya. Yang salah satunya sudah terbukti
adalah pemberontakan G30S/PKI yang dipimpin oleh DN. Aidit.
Pemberontakan itu bertujuan untuk menyingkirkan TNI-AD sekaligus
merebut kekuasaan pemerintahan.
Selain karena ingin merebut kekuasaan, ada juga faktor lain yang
membuat mereka melakukan pemberontakan itu, yakni :
 Angkatan Darat menolak pembentukan Angkatan kelima
 Angkatan Darat menolak Nasakomisasi karena ajaran ini dianggap
hanya akan menguntungkan kedudukan PKI untuk yang ke sekian
kalinya.
 Angkatan Darat menolak Poros Jakarta-Peking dan konfrontasi dengan
Malaysia.
 Meningkatnya popularitas PKI di Indonesia, yang tergabung dalam 3 blok
paham yang diakomodasi oleh Soekarno, Nasakom (Nasional, Agama
dan Komunis)
 Kekhawatiran AS terhadap jatuhnya Indonesia ketangan komunis
 Ketidakpuasan sejumlah tokoh militer terhadap dewan jendral yang
berkuasa di jajaran militer tertinggi yang mengakibatkan terhambatnya
naik jabatan.

 Tujuan
 menghancurkan NKRI dan menjadikannya sebagai negara komunis.
 menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan ingin merebut kekuasaan
pemerintahan.
 mengomuniskan Indonesia dan mengganti ideologi Pancasila dengan
ideologi komunis
 mewujudkan cita-cita dari ideologi komunis yang akan membentuk
pemerintah komunis sebagai alat untuk mewujudkan masyarakat
komunis.

B. Tuliskan Indikasi keterlibatan pihak di bawah ini dalam pemberontakan G 30


S/PKI menurut para ahli dan terakhir menurut analisis dan pendapat kalian
sendiri !

1. Sukarno
Menurut sebuah buku yang ditulis oleh Antonie C. A. Dake, peristiwa
G30S PKI didalangi oleh Presiden Soekarno. Menurut Antonie C. A. Dake,
Presiden Soekarno telah mengetahui dua hari sebelumnya bahwa 1 Oktober
pukul 04.00 adalah hari kudeta. Soekarno telah mengetahui jenderal TNI
Angkatan Darat mana yang menjadi sasaran dan apa yang akan terjadi
terhadap mereka.
Lalu dijelaskan Dake, pada 4 Agustus 1965 Soekarno pernah memanggil
beberapa orang ke Istana, salah satunya Untung. Untung cs itu diminta
untuk menindak para jenderal yang dianggap tidak loyal karena menolak
pembentukan angkatan kelima. Untung, yang merupakan salah satu perwira
pengawal Presiden Soekarno, menjawab, "Jika bapak membiarkan kita
menindak para jenderal, saya akan melaksanakan perintah apa pun dari
pemimpin besar".

2. Suharto
Dalam buku 'The Communist Collapse in Indonesia' yang ditulis oleh
Arnold Brackman diungkapkan wawancara dengan Soeharto di tahun 1986.
Dalam wawancara itu Soeharto mengatakan, dua hari sebelum 30
September 1965, anak laki-lakinya yang berusia 3 tahun ketumpahan sup
panas dan di bawa ke rumah sakit. Pada malam 30 September, banyak
rekan-rekan Soeharto yang menjenguk, termasuk Kolonel Latief. Menurut
Soeharto, kedatangan Latief malam itu, hanya beberapa jam menjelang
kejadian, adalah untuk menanyakan kesehatan anaknya.
Namun, Latief membantah itu dalam pleidoinya. Menurutnya,
kunjungannya ke rumah sakit, selain untuk menjenguk anak Soeharto yang
terkena musibah, juga untuk “melaporkan akan adanya gerakan pada besok
pagi harinya untuk menggagalkan rencana Coup D’etat dari Dewan Jendral.”
Dan, kata Kolonel Latif, inisiatif Latief melapor ke Soeharto itu direstui
Kolonel Untung dan Brigjen Soepardjo.
Keterangan Kolonel Latief ini tidak berubah. Namun, penjelasan Soeharto
terhadap pertemuan itu justru berubah-ubah. Pada tahun 1970, dalam
wawancara dengan majalah Der Spiegel Jerman, Soeharto kembali
menceritakan kisah pertemuan itu. Saat itu ia ditanyai oleh wartawan begini:
“Mengapa tuan Soeharto tidak termasuk daftar jenderal-jenderal yang harus
dibunuh?” Soeharto kemudian menjawab: “Pada jam 11.00 malam Kolonel
Latief, seorang dari komplotan kup itu, datang ke rumah sakit untuk
membunuh saya, tetapi tampak akhirnya ia tidak melaksanakan rencananya
karena tidak berani melakukannya di tempat umum.”
Jelas, keterangan Soeharto berubah-ubah. Sementara keterangan
Kolonel Latief tidak berubah. Dengan sendirinya, kita bisa menyimpulkan
siapa yang telah mengarang kebohongan. Namun, dari uraian di atas kita
bisa menyimpulkan. Satu, Soeharto mengetahui perihal rencana sejumlah
perwira Angkatan Darat untuk melancarkan gerakan kontra-kudeta terhadap
Dewan Jenderal. Dua, kendati Soeharto mengetahui gerakan tersebut, tetapi
ia tidak mengambil langkah atau tindakan untuk mencegah gerakan itu.

3. PKI
Menurut sejarawan Nugroho Notosusanto dan Ismael Saleh, Setelah
persiapan dianggap matang oleh para pemimpin PKI, maka mereka
menentukan pelaksanaannya yaitu 30 September. Gerakan untuk merebut
kekuasaan dari pemerintah RI yang sah ini didahului dengan penculikan dan
pembunuhan terhadap jendral TNI-AD yang dianggap anti PKI. Gerakan 30
September 1965 dipimpin oleh Letnan Kolonel untung, Komandan Batalion I
Resimen Cakrabirawa, yaitu pasukan pengawal presiden. Gerakan ini
dimulai pada dini hari, tanggal 1 Oktober dengan menculik dan membunuh 6
perwira tinggi dan seorang perwira muda angkatan darat. Mereka yang
diculik dibunuh di Desa Lubang Buaya sebelah selatan Pangkalan Udara
Halim Perdana Kusuma oleh anggota-anggota pemuda rakyat Gerwani dan
Ormas PKI yang lain. Ke-6 jendral yang dibunuh itu adalah Letnan Jendral
Ahmad Yani, Mayor Jendral R. Suprapto, Mayor Jendral M. T. Haryono ,
Mayor Jendral S. Parman, Brigadir DI Panjaitan, Brigadir Jendral Soetoyo
Siswomiharjo. Sementara itu gerakan 30 september telah berhasil
menguasai 2 sarana telekomunikasi yakni studio RRI dan kantor PN
telekomunikasi.

4. CIA
Menurut Asvi Warman Adam dalam buku Membongkar Manipulasi
Sejarah terbitan Kompas tahun 2009 disebutkan bahwa sebagai
konsekuensi dari perang dingin antara blok kapitalis dan blok komunis,
Amerika saat itu sangat berkepentingan agar Indonesia tidak jatuh ke tangan
kelompok kiri (komunis). CIA disini berperan membantu KAP (Komite Aksi
Pengganyangan) Gestapu melalui perantara Adam Malik dalam berbagai
cara dan tentunya dalam hal pendanaan.
Amerika tidak ingin Indonesia dikuasai Komunis, karena dampaknya
Malaysia dan Singapura juga akan dikuasai komunis. Kalau hal itu terjadi,
maka posisi Amerika yang saat itu bertempur melawan Vietnam akan
semakin terjepit.

5. Inggris
Menurut Challis Kementerian Luar Negeri Inggris, Pada saat G30SPKI
Inggris juga Tunggangi G30S untuk Gulingkan Sukarno
G30S/PKI dimanfaatkan Inggris untuk menggembosi kekuasaan Sukarno
hingga benar-benar habis dua tahun usai kudeta. Pada tanggal 5 Oktober
Alec Adams, penasihat politik untuk Panglima Tertinggi Kerajaan Inggris
untuk urusan politik Asia Timur hingga Tenggara, menasihati Kementerian
Luar Negeri Inggris agar tak ragu untuk melakukan apa pun agar PKI dibuat
sebersalah mungkin dalam tragedi G30S, baik di mata kaum militer maupun
rakyat sipil Indonesia. Kementerian Luar Negeri Inggris setuju dan
melakukan misi ini dengan dua tema propaganda besar. Satu, bahwa PKI itu
kejam. Dua, bahwa ada intervensi Cina dalam pergerakan PKI di Indonesia.
Untuk propaganda pertama, IRD dan M16 melalui media lokal dan
internasionalnya rajin menyebarkan kisah horor tentang manuver kelompok
komunis militan dalam mengganggu kestabilan wilayah Malaya pada 1950-
an. Untuk propaganda kedua, tujuan utama IRD dan M16 adalah agar
orang-orang keturunan Cina di Indonesia diasosiasikan dengan PKI.

6. Konflik Internal Angkatan Darat


Dalam Army and Politics in Indonesia (1978), sejarawan Harold Crouch
mengatakan, menjelang tahun 1965, Staf Umum Angkatan Darat (SUAD) pecah
menjadi dua faksi. Kedua faksi ini sama-sama anti-PKI, tetapi berbeda sikap dalam
menghadapi Presiden Sukarno. Kelompok pertama, “faksi tengah” yang loyal
terhadap Presiden Sukarno, dipimpin Letjen TNI Ahmad Yani, hanya menentang
kebijakan Sukarno tentang persatuan nasional karena PKI termasuk di dalamnya.
Kelompok kedua, “faksi kanan” bersikap menentang kebijakan Ahmad Yani yang
bernafaskan Sukarnoisme. Dalam faksi ini ada Jenderal TNI A.H. Nasution dan
Mayjen TNI Soeharto. Peristiwa G30S yang berdalih menyelamatkan Sukarno dari
kudeta Dewan Jenderal, sebenarnya ditujukan bagi perwira-perwira utama “faksi
tengah” untuk melapangkan jalan bagi perebutan kekuasaan oleh kekuatan sayap
kanan Angkatan Darat.

7. Pendapat pribadi
Menurut saya G30S/PKI yang dipimpin oleh DN. Aidit yang saat itu ketua
dari Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan gerakan yang bertujuan
untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Sukarno dan mengubah
Indonesia menjadi negara komunis. Munculnya gerakan ini juga karena
adanya kudeta dewan jenderal kepada Soekarno. Pemberontakan ini
didahului dengan penculikan dan pembunuhan terhadap jendral TNI-AD
yang dianggap anti PKI. Jendral-jendral tersebut yang dibunuh oleh PKI
diantara-Nya adalah Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal R.
Suprapto, Mayor Jenderal M.T. Haryono, Mayor Jenderal S. Parman,
Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.

Anda mungkin juga menyukai