Anda di halaman 1dari 7

PERJUANGAN MENGHADAPI ANCAMAN

DISINTEGRASI BANGSA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
1.Doan Sitanggang
2.Yogi Nadeak
3.Chika Simarmata
4.Ariska Sinurat
5.Rafly Simarmata
6.Daniel Sitanggang
7.Agabriel Simbolon
8.Citra Simarmata
A.Berbagai Pergolakan dalam Negeri 1945-1965
1. Pergolakan Berkaitan Ideologi
2. Pergolakan Berkaitan Ideologi
3. Pergolakan Berkaitan Sistem Pemerintahan

1. Pergolakan Berkaitan Ideologi


Pergolakan akibat perbedaan ideologi dapat di bedakan
menjadi 3 yaitu:
A)Pemberontakan PKI Madiun 1948
Peristiwa Madiun 1948 adalah sebuah konflik antara pemerintah Republik
Indonesia dan kelompok oposisi sayap kiri yaitu Front Demokrasi
Rakyat selama Revolusi Nasional Indonesia. Front Demokrasi Rakyat
terdiri atas Partai Komunis Indonesia, Partai Sosialis, Partai Buruh
Indonesia, SOBSI dan Pesindo. Konflik ini dimulai pada tanggal 18
September 1948 di Madiun, Jawa Timur, dan berakhir tiga bulan kemudian
ketika sebagian besar pemimpin dan anggota FDR ditahan dan dieksekusi
oleh pasukan TNI Pendapat mengenai pemicu konflik berbeda-beda.
Menurut Kreutzer, jatuhnya kabinet Amir Sjarifoeddin pada Januari 1948
merupakan cikal bakal Peristiwa Madiun.[2] Sebelumnya, pada pertengahan
tahun 1947, Partai Sosialis terpecah menjadi dua faksi; satu faksi dipimpin
oleh Amir Sjarifoeddin dan faksi yang lebih kecil dipimpin oleh Sutan
Sjahrir. Oposisi kelompok Sjarir semakin besar karena Sjarifoeddin sangat
menekankan keselarasan mereka dengan Rusia dan kesejahteraan kelas.
[3]
Sjahrir percaya bahwa doktrin Marxis tentang kesejahteraan kelas tidak
dapat diterapkan di masyarakat Indonesia karena tidak
ada borjuasi Indonesia seperti itu, dan bahwa Indonesia harus
mempertahankan netralitas positif, sehingga Indonesia dapat berkontribusi
pada perdamaian dunia. Mereka benar-benar berpisah segera setelah
pembentukan kabinet presidensial Hatta.[3]
B)Pemberontakan DI/TII
Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) adalah
gerakan yang menginginkan berdirinya Negara Islam Indonesia.
Pemberontakan ini dimulai di Jawa Barat, lalu menyebar ke berbagai
daerah lain seperti Jawa Tengah, Aceh, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan
Selatan. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh Sekarmadji
Maridjan Kartosuwirjo (S. M. Kartosuwirjo). Latar belakang DI/TII di
Jawa Barat adalah penandatanganan Perjanjian Renville pada 1948 yang
mengharuskan pengikut RI mengosongkan wilayah Jawa Barat dan pindah
ke Jawa Tengah. Menurut Kartosuwirjo, ini adalah pengkhianatan
pemerintah RI atas perjuangan rakyat Jawa Barat. Dia bersama kurang
lebih 2 ribu orang pengikut yang terdiri dari laskar Hizbullah dan
Sabilillah, menolak berpindah dan memulai usaha mendirikan Negara
Islam Indonesia (NII). Proklamasi NII dilaksanakan pada 7 Agustus 1949.
Pemerintah RI mulanya berusaha menyelesaikan gerakan ini dengan cara
damai melalui komite yang dipimpin Ketua Masyumi, Natsir. Sayangnya,
komite itu tak berhasil merebut kembali Kartosuwirjo ke pelukan RI. Maka
dari itu, pada 27 Agustus 1949, pemerintah RI memberlakukan
penumpasan yang dinamakan Operasi Baratayudha.
Pemberontakan DI/TII di Aceh dipimpin oleh Daud Beureuh yang
merupakan seorang ulama berpengaruh di Aceh. Peristiwa DI/TII di Aceh
dilatarbelakangi ketidakpuasan rakyat Aceh atas keputusan pemerintah
yang menjadikan Aceh satu karesidenan di bawah Sumatra Utara.
Ketidakpuasan ini menyangkut dengan otonomi daerah, pertentangan
antargolongan, dan ketidaklancaran rehabilitasi serta modernisasi di Aceh.
Pemberontakan pun ditandai dengan proklamasi Aceh sebagai bagian dari
Negara Islam Indonesia Kartosuwirjo pada 20 September 1953.
Pemerintah mengatasi pemberontakan tersebut secara damai, yaitu melalui
memberikan pengertian kepada rakyat Aceh dan membujuk mereka supaya
kembali kepada RI. Pertentangan ini pun luluh melalui musyawarah pada
26 Mei 1959 antara pemerintah pusat yang diwakili oleh Wakil Perdana
Menteri Hardi S. H
C) Pemberontakan G30S/PKI
Pemberontakan G30S/PKI adalah keinginan pki merupakan bentuk
transformasi dari indische social democratissche Vereeniging (ISDV) yang
didirikan pada bulan mei 1914 di semarang pendiri ISDV sendiri
merupakan tokoh Belanda yang berorientasi Marxis seperti Adolf Baars
dan Henk Sneevliet
Sebelum pki melancarkan aksi yang di kenal dengan Gerakan 30
September partai komunis ini juga pernah melakukan pemberontakan di
madiun pada bulan September 1948 upaya kudeta pada pemberontakan
yang di lakukan pki pada tahun 1945 nertujuan mengubah ideologi negara
dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak berketuhan Pki
merupakan salah satu partai tertua sekaligus terbesar yang pernah ada di
Indonesia partai ini mampu mengkoordinir berbagai kalangan mulai dari
intelektual, buruh, hingga petani

2.Pemberontakan Akibat Kepentingan


Pergolakan akibat kepentingan dapat di bedakan menjadi 3 yaitu:
A) Pemberontakan APRA
Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) adalah peristiwa
kudeta militer yang berlangsung di Bandung pada 23 Januari 1950.
Kudeta Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dilakukan oleh pasukan
KNIL (Koninklijk Nederlands-Indische Leger) di bawah pimpinan
Kapten Raymond WesterlingKapten Raymond Westerling adalah sosok
yang dikenal dalam peristiwa Pembantaian Westerling di Sulawesi
Selatan pada 1946-1947. Anggota dari APRA kebanyakan direkrut dari
bekas prajurit KNIL, terutama dari prajurit Regiment Speciale Troepen
(Regimen Pasukan Khusus) dengan jumlah pasukan APRA sekitar 2000
orang pada 1950. Latar belakang timbulnya pemberontakan APRA
adalah mulai dibubarkannya negara bagian bentukan Belanda di
Republik Indonesia Serikat (RIS) yang bergabung kembali ke Republik
Indonesia. APRA tidak menyetujui adanya rencana pembubaran
Republik Indonesia Serikat (RIS) melalui hasil Konferensi Meja
Bundar di Den Haag tahun 1949. Seperti diketahui hasil dari KMB
termasuk di antaranya memutuskan bahwa kerajaan Belanda akan
menarik pasukan KL (Koninklijk Leger) dari Indonesia, sementara
tentara KNIL akan dibubarkan dan akan dimasukkan ke dalam
kesatuan-kesatuan TNI . Dari hasil tersebut, akhirnya APRA dan
Westerling mencoba melakukan kudeta pada Januari 1950.

B)PEMBERONTAKAN ASNDI AZIZ


Peristiwa Andi Azis adalah upaya pemberontakan yang dilakukan
oleh Andi Azis, seorang mantan perwira KNIL, yang berusaha untuk
mempertahankan keberadaan Negara Indonesia Timur dan enggan kembali
ke Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Andi Azis, para perwira
APRIS (ABRI) (dari kalangan mantan anggota KNIL) harus bertanggung
jawab terhadap gangguan keamanan di wilayah Negara Indonesia Timur
yang menurutnya didalangi oleh pemerintah. Pada tanggal 8 April 1950,
pemerintah membuat ultimatum yang meminta Andi Azis agar segera
datang ke Jakarta. Karena, apabila ia tidak mengindahkan ultimatum
tersebut, maka Kapal Angkatan Laut Hang Tuah akan mem-bom kota
Makassar. Selain itu, ultimatum pemerintah tersebut juga meminta agar
Andi Azis mempertanggungjawabkan perbuatannya dalam waktu 4 x 24
jam, tetapi ultimatum tersebut tetap juga tidak diindahkan. Setelah batas
waktu terlewati, pemerintah mengirimkan pasukan di bawah Kolonel Alex
Kawilarang. Dan akhirnya, pada tanggal 15 April 1950, Andi Azis datang
ke Jakarta dengan perjanjian dari Sri Sultan Hamengkubuwana IX bahwa ia
tidak akan ditangkap. Namun, ketika Andi Azis datang ke Jakarta, ia justru
langsung ditangkap. Gerakan ini diawali dengan kegiatan pasukan APRIS
(ABRI) yang diganggu oleh KL/KNIL dan kerap kali melakukan provokasi
serta konflik dengan pasukan APRIS. Pertempuran keduanya meletus pada
tanggal 5 Agustus 1950. Tentara KL/KNIL berhasil ditaklukkan oleh
APRIS dengan mengerahkan seluruh kekuatan pasukan dari angkatan
darat, laut, dan udara.
C)PEMBERONTAKAN RMS
Berdirinya RMS republik maluku selatan dengan diselenggarakan suatu
proklamasi pada tanggal 25 April 1950 dimana pada saat itu
direkomendasikan oleh sekelompok orang yang notabenenya merupakan
mantan KNIL dan sekelompok masyarakat yang Pro-Belanda.
Di dalam kelompok diatas antaranya terdapat Dr.Christian Robert Steven
Soumokil dan juga Andi Aziz serta Westerling.
Dimana mereka banyak dikenal sebagai seorang Pemberontak adapun
pemberontakan yang mereka semua lakukan yakni dalam bentuk atas rasa
ketidakpuasan mereka mengenai telah dikembalikannya Republik
Indonesia Serikat kepada NKRI.
Berlangsungnya aksi dari Pemberontakan ini di dalamnya ditunggangi oleh
sebuah unsur KNIL/ het koninklijke Nederlanda(ch) atau bisa diartikan
juga sebagai tentara kerajaan dari Hindia Belanda yang mana mereka
semua merasa tidak puas oleh sebab ada suatu ketidak jelasan.
Pada saat itu tentang sebuah kesuksesan APRIS dalam menangani sebuah
kondisi, sehingga mengakibatkan sebagian dari masyarakat mempunyai
rasa semangat dengan kembalinya Republik Indonesia Serikat ke pangkuan
Negara Republik Indonesia ini.
Yang mana pada kala itu dalam mengupayakan agar dapat menyatukan
semua wilayah yang ada di Indonesia ini, dengan banyaknya berbagai teror
serta segala bentuk intimidasi yang merupakan suatu ancaman bagi
masyarakat.
Adapun sejumlah teror itu diantaranya ialah secara langsung dikepalai oleh
seorang Kapten yang bergelar Raymond Westerling.
Dengan dukungan serta bantuan yang melibatkan beberapa anggota polisi
dan juga pasukan KNIL yang saat itu tergolong dalam suatu bagian dari
Korp Speciale Troepen yang berlokasikan di Batujajar, yakni daerah
Bandung, Jawa Barat.
Dengan berbagai teror yang terjadi di Bandun tersebut hingga pada saat itu
banyak memakan korban jiwa. Dimana di dalam aksi teror tersebut sudah
banyak terjadi suatu pembunuhan dan juga penganiayaan.
Yang disebabkan dari adanya teror tersebut, hingga pada akhirnya rasa
sparatis atau keinginan agar dapat memisahkan diri mulai nampak. Yang
mana dari birokrat pemerintah daerah sudah melakukan provokasi terhadap
masyarakat yang saat itu berada di wilayah Ambon.

Anda mungkin juga menyukai