Anda di halaman 1dari 14

Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa

Menurut KBBI Disintêgrasi adalah keadaan tidak bersatu padu; keadaan terpecah belah;
hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan. Adapun penyebab terjadinya disintegrasi bangsa
adalah karena rasa tidak puas dan ketidakadilan masyarakat terhadap pemerintahan yang
mengakibatkan separatisme atau pemborantakan.

Faktor yang Mempengaruhi Disintegrasi:


1. Pertahanan Dan Keamanan: Ancaman kedaulatan bisa berasal dari dalam ataupun di luar
negeri, selain sarana dan prasarana untuk pertahanan dan keamanan juga dibutuhkan rasa
kesatuan di dalam masyarakat.
2. Ekonomi: Kurangnya kesejahteraan rakyat, membuat kurangnya kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintahan, hal ini juga disebabkan karenan kurangnya efektivitas pemerintahan
dalam mengatur sistem ekspor dan impor.
3. Politik: Politik di Indonesia kini semakin banyak masalah, mereka hanya ingin
mengutamakan kepentingan partai politik mereka sendiri dibandingkan demi negara.
4. Ideologi: Ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila, akan tetapi semakin kesini paham
akan idelogi semakin memudar dan akibatnya masyarakat mudah dipengaruhi kelompok -
kelompok tertentu demi kepentingan mereka pribadi.
5. Kekayaan Alam: Kekayaan alam yang berbeda tiap pulau membuat pembangunan tiap
daerah tidak merata, akibatnya akan ada perbedaan pembangunan yang cukup besar, dimana
suatu kota / pulau akan sangat tinggi dan juga akan sangat rendah.
6. Demografi: Meledaknya jumlah penduduk Indonesia dengan sumber daya manusia
rendah akan menambah jumlah kemiskinan. Masyarakat yang memiliki SDM rendah ini akan
mudah dipengaruhi, sehingga mereka akan merasakan ketidakadilan terhadap pemerintah yang
menimbulkan gerakan separatisme.
7. Geografi: Keadaan geografi indonesia yang memiliki banyak pulau juga merupakan salah
satu penyebab Disintegrasi, ketidakmerataan pembangunan tiap pulau serta kekayaan alam yang
berbeda tiap pulau akan menjadi faktor penyebab disintegrasi suatu negara.
8. Sosial Budaya: Akibat dari keadaan geografi Indonesia yang berpulau - pulau
mengakibatkan lahirnya banyak budaya yang berbeda ( suku, agama, budaya dan ras ),
kurangnya toleransi di dalam masyarakat ini akan mudah terjadi konflik antar daerah.

Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945
bukan berarti negara Indonesia damai tanpa masalah, justru dengan kemerdekaan tersebut
munculah upaya-upaya memecah belah yang akan menghilangkan keutuhan NKRI.
Disintegrasi yang Pernah Dialami Indonesia

PKI MADIUN TAHUN 1948

PKI MADIUN TAHUN 1948


1. Waktu : 1948, dengan memproklamasikan berdirinya Negara Republik Soviet Indonesia
2. Sebab : Hasil kesepakatan Renville menguntungkan Belanda
3. Pemimpin : Muso
4. Cara Penumpasan: Pemerintah mengajak rakyat ( Gerakan Operasi Militer I ) dan
melakukan penyitaan dan pelarangan terhadap beberapa surat kabar berhaluan komunis
5. Hasil: Pemberontak ditumpas dan Madiun direbut kembali

Munculnya PKI merupakan awal dari perpecahan pada SI ( Sarikat Islam ) yang mendapat
pengaruh ISDV ( Internasionalisme Sosialisme Democratise Vereeniging ) yang didirikan oleh
H.J.F.M Snevliet dkk pada bulan Mei 1914 di Semarang, lalu pada bulan Desember diubah
menjadi PKI.

Pada tanggal 13 Nopember 1926 PKI melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Belanda.
Lalu pada tanggal 18 September 1948 Muso memimpin pemberontakan terhadap RI di Madiun,
yang bertujuan ingin mengubah dasar negara Pancasila menjadi dasar negara Komunis.
Pemberontakan ini ikut menyebar hampir di seluruh daerah Jawa Timur namun berhasil di
gagalkan dengan ditembak matinya Muso sedangkan Semaun dan Dharsono lari ke Rusia.
NII (Negara Islam Indonesia) / DI (Darul Islam)

NII (Negara Islam Indonesia) / DI (Darul Islam)


Negara Islam Indonesia (disingkat NII, juga dikenal dengan nama Darul Islam atau DI) yang
berarti Rumah Islam merupakan kelompok organisasi Islam di Indonesia yang mempunyai
tujuan untuk membentuk negara Islam di Indonesia. Gerakan tersebut dimulai pada 7 Agustus
1949 oleh sekelompok milisi Muslim di Indonesia yang dikoordinasikan oleh seorang politisi
Muslim radikal, yakni Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo bertembpat di Desa Cisampah,
Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Kelompok ini mengakui
menjalankan syariat islam sebagai sumber hukum yang valid atau sah. Gerakan ini telah
menghasilkan jaringan atau cabang yang luas dari Jemaah Islamiyah ke kelompok agama non-
radikal.

Gerakan NII atau DI bertujuan menjadikan Republik Indonesia sebagai negara teokrasi dengan
agama Islam sebagai dasar atau ideologi negara. Di dalam proklamasinya disebutkan bahwa
Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah Hukum Islam, untuk lebih jelas
dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa Negara berdasarkan Islam dan Hukum yang
tertinggi adalah Alquran dan Sunnah.

Di bawah ini merupakan gerakan-gerakan NII (Negara Islam Indonesia) / DI (Darul Islam)
berdasarkan waktu dan tempat:
Jawa Barat
1. Waktu : 14 Agustus 1947
2. Latar belakang : Tidak setujunya dengan pemerintah RI saat terjadi perundingan Renville
yang dianggap merugikan pemerintah Indonesia
3. Pemimpin : Sekarmaji Maridjan Kartosuwiryo
4. Cara penumpasan : Melakukan Operasi Militer taktik pagar besi yang menggunakan ratusan
ribu rakyat untuk mempersempit ruang gerak
5. Hasil : Pada tanggal 4 juni 1962 kartosuwiryo berhasil ditangkap di gunung beber oleh
pasukan siliwangi

Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo tidak setuju terhadap isi perjanjian Renville. Sewaktu TNI
hijrah ke daerah RI ( Yogyakarta ) ia dan anak buahnya menolak dan tidak mau mengakui
Republik Indonesia dan ingin menyingkirkan Pancasila sebagai dasar negara. Untuk itu ia
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia dengan nama Darul Islam ( DI )

Jawa Tengah
1. Waktu : 23 Agustus 19
2. Latar belakang : Pengurusan penggabungan laskar – laskar masuk ke dalam TNI
3. Pemimpin : Amir Fatah
4. Cara penumpasan : Pemerintah membentuk pasukan baru yang disebut dengan Bintang
Raiders
5. Hasil : Dilakukannya operasi guntur pada tahun 1954, gerombolan Amir Fatah dapat dicerai
Beraikan

Dipimpin oleh Amir Fatah dan Kyai Sumolangu. Selama Agresi Militer Belanda ke II Amir
Fatah diberi tugas menggabungkan laskar-laskar untuk masuk dalam TNI. Namun setelah banyak
anggotanya ia beserta anak buahnya melarikan diri dan menyatakan bagian dari DI/TII.

Sulawesi Selatan
1. Waktu : 30 April 1950
2. Latar belakang : Banyak pemuda sulawesi yg tergabung dalam PRI sulawesi ikut bertempur
untuk mempertahankan kota Surabaya
3. Pemimpin : Kahar Muzakar
4. Cara penumpasan : Dilakukan penyergapan oleh pasukan TNI
5. Hasil : Kahar Muzakar tertembak mati

Dipimpin oleh Abdul Kahar Muzakar. Dia berambisi untuk menduduki jabatan sebagai pimpinan
APRIS ( Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat ) dan menuntut agar Komando Gerilya
Sulawesi Selatan ( KGSS ) dimasukkan ke dalam APRIS dengan nama Brigade Hasanuddin.
Tuntutan tersebut ditolak oleh pemerintah sebab hanya mereka yang memenuhi syarat saja yang
akan menjadi tentara maka terjadilah pemberontakan tersebut.

Aceh
1. Waktu : 20 September 1953
2. Latar belakang : Setelah proklamasi Kemerdekaan RI , di Aceh terjadi pertentangan antara
alim ulama dengan para kepala asla
3. Pemimpin : Tengku Daud
4. Cara penumpasan : Antar prakarsa panglima kadam iskandar muda , colonel M. jann maka
dilaksanakan musyawarah kerukunan rakyat aceh
5. Hasil : Musyawarah ini mendapat dukungan dari tokoh – tokoh masyarakat aceh dan berhasil
memulihkan keamanan

Dipimpin oleh Daud Beureueh Gubernur Militer Aceh, karena status Aceh sebagai daerah
Istimewa diturunkan menjadi sebuah karesidenan di bawah propinsi Sumatera Utara. Ia lalu
menyusun kekuatan dan menyatakan dirinya bagian dari DI/TII. Pemberontakan ini dapat
dihentikan dengan jalan Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh ( MKRA ).
Kalimantan Selatan
1. Waktu : Oktober 1950
2. Latar belakang : Terjadi pemberontakkan kesatuan masyarakat tertindas
3. Pemimpin : Ibnu Hajar
4. Cara mengatasi : Melakukan gerakan Operasi militer ke Kalimantan selatan
5. Hasil : Pada tahun 1954 ibnu hajar di tangkap dan di hukum mati pada 22 maret 1955

Dipimpin oleh Ibnu Hajar, ia menyatakan dirinya bagian dari DI/TII dengan memperjuangkan
kelompok rakyat yang tertindas. Ia dan anak buahnya menyerang pos-pos kesatuan tentara serta
melakukan tindakan pengacauan yang pada akhirnya Ibnu Hajar sendiri ditembak mati
APRA (Angkatan Perang Ratu Adil)

APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) merupakan milisi dan tentara swasta proBelanda yang
berdiri pada waktu Revolusi Nasional Indonesia. Milisi tersebut didirikan oleh mantan Kapten
DST KNIL Raymond Westerling setelah demobilisasinya dari kesatuan depot pasukan khusus
KNIL (Depot Speciale Troepen) pada 15 Januari 1949. Nama milisi tersebut berasal dari bagian
hasil kitab ramalan Jawa Kuno, Ramalan Jayabaya yang meramalkan akan kedatangan seorang
Ratu Adil atau pemimpin yang adil keturunan Turki. Dikarenakan Westerling mempunyai darah
campuran dari Turki, kemudian Westerling menganggap dirinya sebagai Ratu Adil yang katanya
akan membebaskan rakyat Indonesia dari cengkraman tirani.
Westerling atau yang menganggap dirinya sebagai Ratu Adil berusaha untuk mempertahankan
adanya negara-negara federal dalam Republik Indonesia Serikat melawan kesatuan Republik
Indonesia yang dipimpin oleh Presdien Soekarno dan Hatta yang dianggapnya hal tersebut
didominasi oleh orang-orang Jawa. APRA direkrut dari 18 bagian anti Republik yang beragam,
termasuk mantan personel gerilyawan Republik, Darul Islam, Ambon, Melayu, Minahasa, KNIL
yang telah didemobilisasi, Regiment Speciale Troepen (Resimen Pasukan Khusus KNIL), dan
Tentara Kerajaan Belanda. Pada tahun 1950 APRA telah berevolusi dari serangkaian unit
pertahanan diri pedesaan menjadi kekuatan tempur berjumlah 2.000 personel.
Pemberontakan ini dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling bekas tentara KNIL. Tujuannya
agar pemerintah RIS dan negara Pasundan mengakui APRA sebagai tentara negara Pasundan dan
agar negara Pasundfan tidak dibubarkan/dilebur ke dalam NKRI.
1. Waktu : 23 Januari 1950
2. Latar belakang : APRA menuntut supaya APRA diakui sebagai Tentara Pasundan dan
menolak dibubarkannya Pasundan/negara Federal tersebut.
3. Pemimpin : Kapten Raymond Westerling
4. Cara mengatasi : Melakukan gerakan operasi militer
5. Hasil : Sultan Hamid II berhasil ditangkap pada tanggal 4 April 1950. Akan tetapi,
Westerling berhasil melarikan diri ke luar negeri

Peristiwa Pemberontakan Andi Azis

Peristiwa Pemberontakan Andi Azis


Awal gerakan
Andi Azis merpakan mantan perwira KNIL yang telah bergabung menjadi perwira APRIS
(ABRI), kemudian Andi Azis diterima sebagai perwira APRIS. Pelantikan penganggkatannya
disaksikan oleh Letkol Ahmad Yunus Mokoginta, yang jabatannya merupakan Panglima Tentara
Teritorium Negara Indonesia Timur. Namun Andi Azis justru menggerakkan pasukannya dari
para mantan perwira KL/KNIL lainnya untuk mencoba menyerang markas APRIS dan telah
menyandera sejumlah perwira APRIS, termasuk Letkol A. Y. Mokoginta. Setelah Andi Azis
menguasai Makassar, beliau menyatakan bahwa Negara Indonesia Timur harus dipertahankan.
Andi Azis menuntut agar para perwira APRIS (dari kalangan mantan anggota KNIL) harusnya
bertanggung jawab terhadap segala gangguan keamanan di wilayah Indonesia Timur.

Pada tanggal 08 April 1950 pemerintah membuat ultimatum atau mengajukan diplomatik yang
meminta Andi Azis agar segera datang ke Jakarta. Karena apabila Andi Azis tidak menghiraukan
ultimatum tersebut, maka Kapal Angkatan Laut Hang Tuah akan meledakkan kota Makassar.
Selain itu ultimatum pemerintah tersebut juga meminta agar Andi Azis
mempertanggungjawabkan segala perbuatannya dalam waktu empat hari, namun tetap ultimatum
tersebut juga tidak dipedulikan oleh Andi Azis. Setelah batas waktu habis terlewati, pemerintah
mengirimkan pasukan di bawah Kolonel Alex Kawilarang, dan pada tanggal 15 April 1950 Andi
Azis akhirnya datang ke Jakarta dengan perjanjian dari Sri Sultan Hamengkubuwana IX bahwa
beliau tidak akan ditangkap. Tetapi, ketika Andi Azis datang ke Jakarta, Andi Azis justru
langsung ditangkap.

Terjadinya Pemberontakan Andi Azis


1. Waktu : 5 Januari 1950
2. Latar belakang : Menyerang gedung tempat berlangsungnya sidang kabinet
3. Pemimpin : Andi Azis
4. Cara penumpasan : Pada tanggal 8 April 1950 dikeluarkan ultimatum bahwa dalam waktu
4x24 jam Andi Azis harus melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya.
5. Hasil : pasukannya harus dikonsinyasi, senjata-senjata dikembalikan, dan semua tawanan
harus dilepaskan.

RMS (Republik Maluku Selatan)


RMS (Republik Maluku Selatan)
RMS (Republik Maluku Selatan) merupakan sebuah republik yang didirikan di Kepulauan
Maluku yang diproklamasikan pada tanggal 25 April 1950. Pulau-pulau yang di dalamnya adalah
Seram, Ambon, dan Buru. RMS Ambon telah dikalahkan oleh militer Indonesia pada November
1950, tetapi konflik di Seram masih berlanjut sampai dengan Desember 1963. Kekalahan RMS
di Ambon berujung pada pengungsian pemerintah RMS ke Seram, kemudian mendirikan
pemerintahan dalam pengasingan di Belanda pada tahun 1966. Ketika pemimpin pemberontak
Dr. Chris Soumokil ditangkap militer Indonesia dan dieksekusi tahun 1966, presiden dalam
pengasingan dilantik di Belanda. Pemerintahan terasing ini masih berdiri dan dipimpin oleh John
Wattilete, pengacara berusia 55 tahun, yang dilantik pada April 2010.

Indonesia mempunyai lebih dari 17.000 pulau. Jajahan Belanda mencapai jumlah tersebut pada
abad ke-19 dengan didirikannya Hindia Belanda. Perbatasan Indonesia saat ini terbentuk melalui
ekspansi kolonial yang berakhir pada abad ke-20. Pasca-pendudukan oleh Kekaisaran Jepang
tahun 1945, para pemimpin nasionalis di Pulau Jawa menyatakan kemerdekaan Indonesia. Tidak
semua wilayah dan suku di Indonesia yang langsung bergabung dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pemberontakan pribumi pertama yang terorganisasi muncul di Maluku
Selatan dengan bantuan pemerintah dan militer Belanda. Kontra-revolusioner Maluku Selatan
awalnya bergantung pasa perjanjian pascakolonial yang menjanjikan bentuk negara federal.

Terjadinya RMS (Republik Maluku Selatan)


1. Waktu: Tanggal 25 April 1950
2. Motif: Tidak puas dengan terjadinya proses kembali ke NKRI
3. Pimpinan : Dr. Christian Robert Steven Soumokil
4. Cara Pembubaran: Diselesaikan secara damai dengan mengirimlkan misi dipimpin
Leimena gagal sehingga kemudian dikrimkan pasukan ekspedisi militer pimpinan Kawilarang.
5. Hasil: Sisa – sisa kekuatan RMS banyak yang melarikan diri ke pulau seram dan
membuat kekacauan akhirnya Soumokil dapat ditangkap dan dihukum mati

Pemberontakan ini dipimpin oleh Dr. Christian Robert Stevenson Soumokil mantan jaksa agung
NIT (Negara Indonesia Timur). Dr. Christian Robert Stevenson Soumokil  menyatakan
berdirinya Republik Maluku Selatan dan memproklamasikannya pada 25 April 1950.
Pemberontakan ini dapat ditumpas setelah dibayar mahal dengan kematian Letkol Slamet Riyadi,
Letkol S. Sudiarto dan Mayor Abdullah.
Peristiwa PRRI dan PERMESTA
Peristiwa PRRI dan PERMESTA
PRRI
PRRI atau kependekan dari Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia adalah salah satu
gerakan pertentangan antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat yang dideklarasikan
pada 15 Februari 1958 dengan terbitnya ultimatum dari DP atau Dewan Perjuangan yang
dipimpin oleh LetKol Ahmad Husein di Padang, SumBar.

PRRI dan PERMESTA


Gerakan tersebut dapat sambutan positif dari daerah Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah,
tepatnya pada tanggal 17 Februari 1958 daerah tersebut menyatakan dukungan terhadap PRRI.

Bibit-bibit konflik tersebut telah terjadi sejak dikeluarkannya Peraturan Daerah atau Perda
Nomor 50 tahun 1950 tentang pembentukan wilayah otonom oleh provinsi Sumatera Tengah saat
itu yang mencakup wilayah provinsi Sumatera Barat, Riau yang saat itu masih mencakup
wilayah Kepulauan Riau, dan Jambi.
Konflik yang terjadi telah dipengaruhi oleh tuntutan untuk melakukan otonomi daerah yang lebih
luas. Ultimatum tersebut terjadi bukan karena tuntutan pembentukan negara baru ataupun
pemberontakan, tetapi merupakan protes tentang bagaimana konstitusi diimplementasikan. Pada
masa bersamaan kondisi pemerintahan di Indonesia masih belum stabil pasca agresi Belanda.
Hal ini juga memengaruhi hubungan pemerintah pusat dengan daerah serta menimbulkan
berbagai ketimpangan dalam pembangunan, terutama pada daerah luar Jawa.

Pertentangan tersebut dianggap sebagai sebuah pemberontakan oleh pemerintah pusat, yang
menganggap ultimatum tersebut merupakan proklamasi pemerintahan tandingan atau koalisi, dan
kemudian ditumpas dengan pengerahan kekuatan militer besar-besaran yang pernah dicatat
dalam sejarah militer Indonesia. Tokoh PRRI adalah para pejuang kemerdekaan Indonesia, serta
pendiri dan pembela NKRI.

Terjadinya PRRI
1. Waktu: Tanggal 15 Februari 1958
2. Latar Belakang: Misi otonomi luas
3. Pimpinan: Letkol. Achmad Husein
4. Cara Pembubaran : Operasi militer Pemerintah mengerahkan pasukan militer terbesar di
sejarah militer Indonesia
5. Hasil: Operasi militer dipimpin AE Kaliurang berhasil kembali menguasai daerah

PERMESTA
Permesta adalah kependekan dari Perdjuangan Semesta atau Perdjuangan Rakjat Semesta
merupakan sebuah gerakan militer di Indonesia. Gerakan ini dideklarasikan oleh pimpinan sipil
dan militer Indonesia timur pada tanggal 02 Maret 1957 dipimpin oleh Letkol Ventje Sumual.
Pusatnya berada di Makassar yang pada saat itu merupakan ibukota Sulawesi. Awalnya
masyarakat Makassar mendukung gerakan ini namun perlahan-lahan masyarakat Makassar mulai
memusuhi pihak Permesta. Lalu satu tahun kemudian yakni pada tahun 1958 markas besar
Permesta dipindahkan ke Manado. Di wilayah tersebut timbul kontak senjata dengan pasukan
pemerintah pusat. 

Masyarakat Manado waktu itu tidak puas dengan keadaan pembangunan mereka. Pada saat itu
masyarakat Manado juga mengetahui bahwa mereka juga berhak atas hak menentukan diri
sendiri yang sesuai dengan sejumlah persetujuan dekolonisasi. Di antaranya adalah Perjanjian
Linggarjati, Perjanjian Renville dan Konferensi Meja Bundar yang berisi mengenai prosedur-
prosedur dekolonisasi atas bekas wilayah Hindia Timur. Pemerintah pusat Republik Indonesia
yang dideklarasikan di Jakarta pada 17 Agustus 1945 kemudian menggunakan operasi-operasi
militer untuk menghentikan gerakan-gerakan yang mengarah kepada kemerdekaan.

Terjadinya Permesta
1. Waktu : 7 Februari 1958
2. Latar belakang : Masyarakat di manado tidak puas dengan keadaan ekonomi
3. Pemimpin : Letkol Ventje Sumual
4. Cara penumpasan : Pemerintah Republik Indonesia menggunakan operasi militer untuk
menghentikan pemberontakan 

Kesimpulan
Setelah Pemilu I dilaksanakan, situasi semakin memburuk dan terjadi pertentangan . Beberapa
daerah merasa seolah-olah diberlakukan secara tidak adil (merasa dianaktirikan) sehingga
muncul gerakan separatis di Sumatera yaitu PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik
Indonesia) dipimpin oleh Kolonel Ahmad Husen dan PERMESTA (Piagam Perjuangan Rakyat
Semesta) di Sulawesi Utara dipimpin oleh D.J. Somba dan Kolonel Ventje Sumual.

G30S/PKI
G30S/PKI
G30S/PKI atau Gerakan 30 September merupakan sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 30
September sampai 01 Oktober 1965 ketika itu tujuh perwira tinggi militer Indonesia serta
beberapa orang lainnya dibunuh dalam usaha kudeta.

Latar
Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan partai komunis terbesar di seluruh dunia, di luar
Tiongkok dan Uni Soviet/Rusia. Pada tahun 1965 anggotanya atau kadernya berjumlah sekitar
3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya. PKI juga mengontrol pergerakan serikat
buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan pergerakan Barisan Tani Indonesia (BTI) yang
mempunyai 9 juta anggota, termasuk pergerakan wanita (GerWani), organisasi penulis dan artis
dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta anggota dan simpatisan.

Pada bulan Juli 1959 parlemen di Indonesia telah dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi
di bawah dekret presiden dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan
bersenjata dengan mengangkat para jenderal militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno
menjalankan sistem Demokrasi Terpimpin. PKI menyambut Demokrasi Terpimpin Sukarno
dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan Konsepsi yaitu
antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan dengan NASAKOM.

Pada era Demokrasi Terpimpin, kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum burjuis nasional
dalam menekan pergerakan independen kaum buruh dan petani mengalami kegagalan dalam
memecahkan masalah politis dan ekonomi yang sangat mendesak. Pendapatan ekspor menurun,
foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah
yang memprihatinkan.

Aksi GS30/PKI
1. Waktu: 30 September 1998
2. Latar Belakang: Mengganti Ideologi Pancasil
3. Pemimpin: DN Aidit
4. Cara penumpasan: Operasi Militer
5. Hasil: PKI dinyatakan sebagai partai terlarang dan dibubarkan

Pada tanggal 30 September 1965 jam 03.00 dinihari PKI melakukan pemberontakan yang
dipimpin oleh DN Aidit dan berhasil membunuh 7 perwira tinggi Indonesia. Mereka punya tekad
ingin menggantikan Pancasila sebagai dasar negara dengan Komunis Marxis. Setelah jelas
terungkap bahwa PKI punya keinginan lain maka diadakan operasi penumpasan:

1. Menginsyafkan kesatuan-keasatuan yang dimanfaatkan oleh PKI


2. Merebut studio RRI dan kantor besar Telkom dipimpin Kolonel Sarwo Edhy Wibowo
dari RPKAD
3. Gerakan pembersihan terhadap tokoh-tokoh yang terlibat langsung maupun yang
mendalanginya.

Akhirnya PKI dinyatakan sebagai partai terlarang dan tidak boleh lagi tersebar di seluruh
wilayah Indonesia berdasarkan SK Presiden yang ditanda tangani pengemban Supersemar Ltjen
Soeharto yang menetapkan pembubaran PKI dan ormas-ormasnya tanggal 12 Maret 1966.
Korban
Keenam pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
1. Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando
Operasi Tertinggi)
2. Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang
Perencanaan dan Pembinaan)
4. Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
5. Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan
Darat)
7. Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya
pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudan dia, Lettu
CZI Pierre Andreas Tendean tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.

Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal
sebagai Lubang Buaya. Mayat mereka ditemukan pada tanggal 03 Oktober.

Beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:


1. Bripka Karel Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J.
Leimena)
2. Kolonel Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)
3. Letkol Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Pamungkas, Yogyakarta)

Demikian uraian-uraian singkat mengenai upaya disintegrasi yang pernah dialami Indonesia pada
masa lampau.

Anda mungkin juga menyukai