PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang terdiri dari 17.500 pulau, lebih dari 300 kelompok etnik 1.340
suku bangsa, 6 agama resmi dan belum termasuk beragama aliran kepercayaan, serta 737
bahasa. Kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas keberuntungan bangsa kita
yang hingga kini tetap bersatu dalam keberagaman meskipun berbagai konflik dan
pergolakan sempat berlangsung di masyarakat.
Dalam sejarah republik ini, konflik dan pergolakan dalam skala yang lebih besar bahkan
pernah terjadi. Bila sudah begitu, lantas siapa pihak yang paling dirugikan? Tak lain adalah
masyarakat, bangsa kita sendiri. Karenanya dalam bab ini kita akan pelajari beberapa
pergolakan besar yang pernah yang pernah berlangsung di dalam negeri kita akibat
ketegangan politik selama rentang tahun 1948-1965.
Tahun 1948 ditandai dalam pecahnya pemberontakan besar pertama setelah Indonesia
merdeka, yaitu pemberontakan PKI Madiun, sedangkan tahun 1965, merupakan tahun di
mana berlangsung G30S/PKI yang berusaha merebut kekuasaan dan mengganti ideologi
Pancasila, mengapa penting hal ini kita kaji agar kita tahu, dan dapat menarik hikmah dan
tragedi seperti itu tak terulang kembali. Di sinilah pentingnya kita mempelajari sejarah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kita dapat menarik rumusan masalah dalam
sebagai berikut:
1. Membahas konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi
2. Membahas konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan kepentingan (vested interst)
3. Membahas konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan sistem pemerintahan.
C. Tujuan
Menambahkan wawasan para pembaca tentang perjuangan menghadapi ancaman
disintegrasi bangsa dan berbagai pergolakan yang terjadi tahun 1948-1965.
1. Mengetahui berbagai konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi.
2. Mengetahui pergolakan yang berkaitan dengan kepentingan (vested inteset).
3. Mengetahui berbagai konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan sistem
pemerintahan.
BAB II
PEMBAHASAN
C. Pemberontakan DII/TII
Pemberontakan DI/TII bermula dari sebuah gerakan di Jawa yang dipimpin oleh S.M.
Kartosuwiryo. Perjanjian Renville membuka peluang bagi Kartosuwiryo untuk lebih
mendekatkan cita-cita lamanya untuk mendirikan negara Islam.
Baik APRA, RMS dan peristiwa Andi Aziz, semuanya berhubungan dengan keberadaan
pasukan KNIL atau tentara kerajaan Hindia Belanda, yang tidak mau menerima kedatangan
tentara Indonesia di wilayah- wilayah yang sebelumnya mereka kuasai.
F. Pemberontakan APRA
Dibentuk oleh kapten Raymond Westerling pada tahun 1949. ini adalah misi bersenjata
anggotanya berasal dari belanda: KNIL, yang tidak setuju dengan pembentukan Angkatan
Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) di Jawa Barat, yang saat itu masih berbentuk
Negara bagian Pasundan APRA ingin agar keberadaan Pasundan dipertahankan sekaligus
menjadi mereka sebagai tentara negara federal Jawa Barat.
APRA malah bergerak menyerbu kota Bandung secara mendadak dan melakukan tindakan
teror, puluhan anggota APRIS gugur.
Peristiwa ini berawal dari tuntunan Kapten Andi Aziz dan pasukannya yang berasal dari KNIL
terhadap pemerintahan Indonesia agar hanya mereka yang dijadikan pasukan APRIS di
Negara Indonesia Timur (NIT). Ada kekhawatiran dari kalangan tentara KNIL bahwa mereka
akan diperlakukan secara diskriminatif oleh pemimpin APRIS. pasukan KNIL di bawah
pimpinan Andi Aziz ini kemudian bereaksidengan menduduki beberapa tempat penting
bahkan menawan panglima Teritorium (wilayah) Indonesia Timur. Pada April 1950
pemberontakan berhasil ditumpas oleh tentara Indonesia di bawah pimpinan Kolonel
Kawilarang.
Yang dipimpin oleh Dr. Christian Robert Stevenson Soumokil bekas jaksa agung NIT (Negara
Indonesia Timur). Ia menyatakan berdirinya Republik Maluku Selata dan memproklamasikan
ini dapat ditumpas setelah dibayar mahal dengan kematian Letkol Slamet Riyadi, Letkol S.
Sudiarto dan Mayor Abdullah.
Tuntutan tersebut jelas di tolak pemerintah. Krisis pun akhirnya memuncak ketika pada
tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hussein memproklamasikan berdirinya pemerintahan
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Padang, Sumatera Barat. Sebagai perdana menteri
PRRI ditunjuk Mr. Syarifuddin Prawiranegara.
Bagi Syrifuddin, pembentukan PRRI hanyalah sebuah upaya untuk menyelamatkan Negara
Indonesia, dan bukan memisahkan diri. Pada tahun itu juga pemberontakan PRRI dan
Permesta berhasil dipadamkan.
K. Persoalan Negara Federal dan BFO
Setelah konsep Meja Bundar (KMB) 1949. pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia
Serikat (APRIS) telah menimbulkan psikologis. Ketetapan dalam KMB, menyebutkan bahwa
inti anggota APRIS di ambil dari TNI, sedangkan lainnya diambil dari personil mantan anggota
KNIL. TNI sebagai inti APRIS berkeberatan bekerja sama dengan bekas musuhnya yaitu KNIL.
Sebaliknya anggota KNIL menuntut agar mereka ditetapkan sebagai aparat Negara bagian
dan mereka menentang masuknya anggota TNI ke Negara bagian (Taufik Abdullah dan AB
Lapian, 2012).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warga Negara bila ditinjau dari kondisi
geografi, demografi dan kondisi sosial yang ada akan terlihat bahwa pluralistis, suku, agama,
ras dan antar golongan dijadikan pangkal penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak bias
diterima begitu saja.
Pendapat ini bias benar untuk sebuah kasus tapi belum tentu benar untuk sebuah kasus yang
lain namun ada kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentu dalam masyarakat yang
beranak ragam yang terkadang terjadi akibat dari suatu proses sejarah atau peninggalan
penjajah masa lalu, sehingga memerlukan penanganan khusus dengan pendekatan yang aktif
dan tegas walaupun aspek hukum, keadilan dan sosial bedaya merupakan faktor
berpengaruh dan perlu pemikiran sendiri.
Pemerintah harus dapat merumuskan kebijakan yang tegas dan tepat dalam aspek
kehidupan dan pembangunan bangsa yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak dan
semua wilayah.
B. Saran
Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan strategi pertahanan serta
upaya-upaya yang akan ditempuh. Disarankan pemerintah perlu mengadakan kajian secara
akademik dan terus menerus agar didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalisme yang
berbasis multi-kultural dapat dijadikan ajaran untuk mengelola setiap perbedaan agar
muncul pengakuan secara sadar/tanpa paksaan dari setiap warga Negara atas kemajemukan
dengan segala perbedaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik dan A.B. Lapian. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6 (Perang dan
Revolusi). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.
Kahin, George Mc.Turnan. 2013. Nasionalisme & Revolusi Indonesia. (alih bahasa Tim
Komunitas Bambu). Depok: Komunitas Bambu.