Anda di halaman 1dari 9

Makalah Perjuangan Menghadapi

Ancaman Disintegrasi Bangsa


oleh Keyra Decequeen

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberi rahmat
dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
tentang “Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa”. Sebagai
mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah memberikan arahan dan bantuan dalam penyusunan tugas ini
sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan makalah ini saya menemui berbagai hambatan. Saya
menyadari bahwa karya tulis yang tersusun ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dan bermanfaat, demi kesempurnaan makalah ini saya memohon
ampun dan rahmat-Nya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Indonesia, September 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
 KATA PENGANTAR

 DAFTAR ISI

 BAB I PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang

 B. Rumusan Masalah

 C. Tujuan

 BAB II PEMBAHASAN
 A. Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan Ideologi

 B. Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) Madiun

 C. Pemberontakan DII/TII

 1. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat

 2. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah

 3. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan

 4. Pemberontakan DI/TII di Aceh

 5. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan

 D. Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI)

 E. Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan

Kepentingan (Vested Interest)

 F. Pemberontakan APRA

 G. Peristiwa Andi Aziz

 H. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RNS)

 I. Konflik Pergolakan yang Berkaitan dengan Sistem

Pemerintahan

 J. Pemberontakan PRRI dan Permesta

 K. Persoalan Negara Federal dan BFO

 BAB III PENUTUP

 A. Kesimpulan
 B. Saran

 DAFTAR PUSTAKA

 Download Contoh Makalah Perjuangan Menghadapi Ancaman

Disintegrasi Bangsa.docx

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah Negara yang terdiri dari 17.500 pulau, lebih dari 300
kelompok etnik 1.340 suku bangsa, 6 agama resmi dan belum termasuk
beragama aliran kepercayaan, serta 737 bahasa. Kita harus bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa, atas keberuntungan bangsa kita yang hingga kini tetap
bersatu dalam keberagaman meskipun berbagai konflik dan pergolakan
sempat berlangsung di masyarakat.
Dalam sejarah republik ini, konflik dan pergolakan dalam skala yang lebih
besar bahkan pernah terjadi. Bila sudah begitu, lantas siapa pihak yang paling
dirugikan? Tak lain adalah masyarakat, bangsa kita sendiri. Karenanya dalam
bab ini kita akan pelajari beberapa pergolakan besar yang pernah yang pernah
berlangsung di dalam negeri kita akibat ketegangan politik selama rentang
tahun 1948-1965.
Tahun 1948 ditandai dalam pecahnya pemberontakan besar pertama
setelah Indonesia merdeka, yaitu pemberontakan PKI Madiun, sedangkan
tahun 1965, merupakan tahun di mana berlangsung G30S/PKI yang berusaha
merebut kekuasaan dan mengganti ideologi Pancasila, mengapa penting hal
ini kita kaji agar kita tahu, dan dapat menarik hikmah dan tragedi seperti itu
tak terulang kembali. Di sinilah pentingnya kita mempelajari sejarah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kita dapat menarik rumusan
masalah dalam sebagai berikut:
1. Membahas konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan ideologi
2. Membahas konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan
kepentingan (vested interst)
3. Membahas konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan sistem
pemerintahan.

C. Tujuan
Menambahkan wawasan para pembaca tentang perjuangan menghadapi
ancaman disintegrasi bangsa dan berbagai pergolakan yang terjadi tahun
1948-1965.
1. Mengetahui berbagai konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan
ideologi.
2. Mengetahui pergolakan yang berkaitan dengan kepentingan (vested
inteset).
3. Mengetahui berbagai konflik dan pergolakan yang berkaitan dengan
sistem pemerintahan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan Ideologi
Pemberontakan PKI Madiun, Pemberontakan DI/TII dan Peristiwa
G30S/PKI. Ideologi yang diusung oleh PKI tentu saja komunisme, sedangkan
pemberontakan DI/TII berlangsung dengan ideologi agama. Pemberontakan
PKI (partai komunis Indonesia) Madiun. PKI merupakan partai politik pertama
sesudah proklamasi.
Menurut Herbert Feith, seorang akademis Australia aliran politik besar
yang terdapat di Indonesia, setelah kemerdekaan (sejak pemilu 1955)terbagi
lima kelompok:
1. Nasionalisme radikal (diwakili oleh PNI)
2. Islam (Nu dan Masyumi)
3. Komunis PKI
4. Sosialisme demokrat (Partai Sosialis Indonesia/PSI)
5. Tradisional (Partai Indonesia raya/PIR)
Kelompok pada masa itu saling bersaing dengan mengusung ideologi
masing-masing.

B. Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) Madiun


Sejak merdeka sampai tahun 1948, PKI masih bersikap mendukung
pemerintah, yang dikuasai oleh golongan kiri. Hal ini gerakan komunis harus
bekerja sama dengan kapitalis dalam menghadapi kekuasaan fasis. Awal
September 1948 pemimpin PKI dipegang Muso.
Pemerintahan mengajak rakyat untuk memilih Sukarno-hatta atau Muso
gerakan operasi militer dan melakukan pembridelan terhadap beberapa surat
kabar berhaluan komunis. Dan hasilnya seluruh kekuatan pemberontakan
dapat ditumpas dan kota medium dapat direbut. Munculnya PKI merupakan
perpecahan pada tubuh SI (Syarikat Islam)yang mendapat pengaruh ISDV
(Internasionalisme Sosialisme Democratise Vereeniging) yang didirikan oleh
HJFM.
Pada tanggal 13 November 1926 melakukan pemberontakan terhadap
pemerintah Belanda. Pada tanggal 18 September 1948 Muso memimpin
pemberontakan terhadap RI di Madiun. Tujuannya ingin mengubah dasar
Negara Pancasila menjadi dasar komunis. Pemberontakan ini menyebar
hampir di seluruh daerah Jawa Timur namun berhasil di gagalkan dengan di
tembak matinya Muso sedangkan Semaun dan Dharsono lari ke Rusia.

C. Pemberontakan DII/TII
Pemberontakan DI/TII bermula dari sebuah gerakan di Jawa yang
dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo. Perjanjian Renville membuka peluang bagi
Kartosuwiryo untuk lebih mendekatkan cita-cita lamanya untuk mendirikan
negara Islam.
1. Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat
Pada tanggal 4 Juni 1962 Kartosuwiryo karena tidak setuju terhadap isi
perjanjian renville. Sewaktu TNI hijrah ke daerah RI (Yogyakarta) ia dan anak
buahnya menolak dan tidak mau mengakui Republik Indonesia dan ingin
menyingkirkan Pancasila sebagai dasar negara. Untuk itu ia
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia dengan nama Darul
Ialam (DI).
2. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah
Pemberontakan yang terjadi di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Amir
Fatah dan Kyai Sumolangu. Selam agresi militer Belanda ke II Amir Fatah diberi
tugas menggabungkan laskar-laskar untuk masuk dalam TN. Namun setelah
banyak anggotanya beserta anak buahnya melarikan diri dan menyatakan
bagian dari DI/TII.
3. Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan
30 April 1950, banyak pemuda Sulawesi yang tergabung dalam PRI
Sulawesi ikut bertempur untuk mempertahankan kota Surabaya. Yang
dipimpin oleh Kahar Muzakar, dia berambisi untuk menduduki jabatan sebagai
pemimpin APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) dan menuntut
agar komando gerilya Sulawesi Selatan, dimasukkan ke dalam APRIS dengan
nama Brigade Hasanuddin. Tuntutan tersebut ditolak oleh pemerintah sebab
hanya mereka yang memenuhi syarat saja yang akan menjadi tentara maka
terjadilah pemberontakan tersebut.
4. Pemberontakan DI/TII di Aceh
Pada tanggal 20 September 1953, yang dipimpin oleh Daud Beureuh
Gubernur Militer Aceh, karena status Aceh sebagai daerah istimewa
diturunkan menjadi sebuah keresidenan di bawah provinsi Sumatera Utara ia
lalu menyusun kekuatan dan menyatakan dirinya bagian dari DI/TII.
5. Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan
Pada tahun 1954, Ibnu Hajar di tangkap dan di hukum mati pada 22
Maret 1955 Ibnu Hajar, ia menyatakan dirinya bagian dari DI/TII dengan
memperjuangkan kelompok rakyat yang tertindas ia dan anak buahnya
menyerang pos-pos kesatuan tentara serta melakukan tindakan pengacauan
yang pada akhirnya Ibnu Hajar sendiri ditembak mati.

D. Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI)


Pada tanggal 30 September 1965 jam 03. 00 dini hari PKI melakukan
pemberontakan yang dipimpin oleh D.N. Aidit dan berhasil membunuh 7
perwira tinggi mereka punya tekad ingin menggantikan Pancasila sebagai
dasar negara dengan komunis-marxis. Setelah jelas terungkap bahwa PKI
punya keinginan lain maka diadakan operasi penumpasan:
1. Menginsafkan kesatuan-kesatuan yang dimanfaatkan oleh PKI.
2. Merebut studio RRI dan kantor besar Telkom dipimpin Kolonel Sarwo
Edhy Wibowo dari RPKD.
3. Gerakan pembersih terhadap tokoh-tokoh terlibat langsung akhirnya
PKI dinyatakan partai terlarang.

E. Konflik dan Pergolakan yang Berkaitan dengan Kepentingan


(Vested Interest)
Termasuk dalam katagori ini adalah pemberontakan APRA, RMS, dan
Andi Aziz. vested Interest merupakan kepentingan yang tertanam dengan kuat
pada suatu kelompok. Baik APRA, RMS dan peristiwa Andi Aziz, semuanya
berhubungan dengan keberadaan pasukan KNIL atau tentara kerajaan Hindia
Belanda, yang tidak mau menerima kedatangan tentara Indonesia di wilayah-
wilayah yang sebelumnya mereka kuasai.

F. Pemberontakan APRA
Dibentuk oleh kapten Raymond Westerling pada tahun 1949. ini adalah
misi bersenjata anggotanya berasal dari belanda: KNIL, yang tidak setuju
dengan pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) di
Jawa Barat, yang saat itu masih berbentuk Negara bagian Pasundan APRA
ingin agar keberadaan Pasundan dipertahankan sekaligus menjadi mereka
sebagai tentara negara federal Jawa Barat. APRA malah bergerak menyerbu
kota Bandung secara mendadak dan melakukan tindakan teror, puluhan
anggota APRIS gugur.

G. Peristiwa Andi Aziz


Peristiwa ini berawal dari tuntunan Kapten Andi Aziz dan pasukannya
yang berasal dari KNIL terhadap pemerintahan Indonesia agar hanya mereka
yang dijadikan pasukan APRIS di Negara Indonesia Timur (NIT). Ada
kekhawatiran dari kalangan tentara KNIL bahwa mereka akan diperlakukan
secara diskriminatif oleh pemimpin APRIS. pasukan KNIL di bawah pimpinan
Andi Aziz ini kemudian bereaksidengan menduduki beberapa tempat penting
bahkan menawan panglima Teritorium (wilayah) Indonesia Timur. Pada April
1950 pemberontakan berhasil ditumpas oleh tentara Indonesia di bawah
pimpinan Kolonel Kawilarang.

H. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RNS)


Yang dipimpin oleh Dr. Christian Robert Stevenson Soumokil bekas jaksa
agung NIT (Negara Indonesia Timur). Ia menyatakan berdirinya Republik
Maluku Selata dan memproklamasikan ini dapat ditumpas setelah dibayar
mahal dengan kematian Letkol Slamet Riyadi, Letkol S. Sudiarto dan Mayor
Abdullah.

I. Konflik Pergolakan yang Berkaitan dengan Sistem Pemerintahan


Termasuk dalam katagori ini adalah persoalan Negara federal dan BFO
(Bijeenkomst Federal Overleg), serta pemberontakan PPRI dan Permesta.
Masalah yang berhubungan dengan Negara federal mulai timbul ketika
berdasarkan perjanjian Linggarjati, Indonesia sepakati akan berbentuk Negara
serikat/federal dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS). RI menjadi
bagian RIS. Negara-negara federal lainnya misalnya adalah negara Pasundan,
Negara Madura atau Indonesia Timur.
BFO sendiri adalah badan musyawarah Negara-negara federal di luar RI,
yang dibentuk oleh Negara Belanda. Awalnya, BFO berada di bawah kendali
Belanda. Pro-kontra tentang Negara-negara federal inilah yang kerap juga
menimbulkan pertentangan. Sedangkan pemberontakan PRRI dan Permesta
merupakan pemberontakan yang terjadi akibat adanya ketidakpuasan
beberapa daerah di wilayah Indonesia terhadap pemerintahan pusat.
J. Pemberontakan PRRI dan Permesta
Munculnya pemberontakan PRRI dan Permesta adanya persoalan di
dalam tubuh angkatan darat, berupa kekecewaan atas minimnya
kesejahteraan tentara di Sumatera dan Sulawesi. Kekecewaan tersebut
diwujudkan dengan pembentukan dewan-dewan daerah sebagai alat
perjuangan tuntutan pada Desember 1965 dan Februari 1957 seperti:
1. Dewan Banteng di Sumatera Barat yang dipimpin oleh Letkol Ahmad
Husein.
2. Dewan Gajah di Sumatera Utara yang dipimpin oleh Kolonel Maludi
Simbolan.
3. Dewan Garuda di Sumatera Selatan yang dipimpin oleh Letkol Barlian.
4. Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel Ventje
Sumual.
Tuntutan tersebut jelas di tolak pemerintah. Krisis pun akhirnya
memuncak ketika pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hussein
memproklamasikan berdirinya pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI) di Padang, Sumatera Barat. Sebagai perdana menteri PRRI ditunjuk Mr.
Syarifuddin Prawiranegara. Bagi Syrifuddin, pembentukan PRRI hanyalah
sebuah upaya untuk menyelamatkan Negara Indonesia, dan bukan
memisahkan diri. Pada tahun itu juga pemberontakan PRRI dan Permesta
berhasil dipadamkan.

K. Persoalan Negara Federal dan BFO


Setelah konsep Meja Bundar (KMB) 1949. pembentukan Angkatan Perang
Republik Indonesia Serikat (APRIS) telah menimbulkan psikologis. Ketetapan
dalam KMB, menyebutkan bahwa inti anggota APRIS di ambil dari TNI,
sedangkan lainnya diambil dari personil mantan anggota KNIL. TNI sebagai
inti APRIS berkeberatan bekerja sama dengan bekas musuhnya yaitu KNIL.
Sebaliknya anggota KNIL menuntut agar mereka ditetapkan sebagai aparat
Negara bagian dan mereka menentang masuknya anggota TNI ke Negara
bagian (Taufik Abdullah dan AB Lapian, 2012).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warga Negara bila
ditinjau dari kondisi geografi, demografi dan kondisi sosial yang ada akan
terlihat bahwa pluralistis, suku, agama, ras dan antar golongan dijadikan
pangkal penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak bias diterima begitu
saja.
Pendapat ini bias benar untuk sebuah kasus tapi belum tentu benar
untuk sebuah kasus yang lain namun ada kondisi-kondisi struktural dan
kultural tertentu dalam masyarakat yang beranak ragam yang terkadang
terjadi akibat dari suatu proses sejarah atau peninggalan penjajah masa lalu,
sehingga memerlukan penanganan khusus dengan pendekatan yang aktif dan
tegas walaupun aspek hukum, keadilan dan sosial bedaya merupakan faktor
berpengaruh dan perlu pemikiran sendiri.
Pemerintah harus dapat merumuskan kebijakan yang tegas dan tepat
dalam aspek kehidupan dan pembangunan bangsa yang mencerminkan
keadilan bagi semua pihak dan semua wilayah.

B. Saran
Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan strategi
pertahanan serta upaya-upaya yang akan ditempuh. Disarankan pemerintah
perlu mengadakan kajian secara akademik dan terus menerus agar didapatkan
suatu rumusan bahwa nasionalisme yang berbasis multi-kultural dapat
dijadikan ajaran untuk mengelola setiap perbedaan agar muncul pengakuan
secara sadar/tanpa paksaan dari setiap warga Negara atas kemajemukan
dengan segala perbedaan

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik dan A.B. Lapian. 2012. Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 6
(Perang dan Revolusi). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.

Kahin, George Mc.Turnan. 2013. Nasionalisme & Revolusi Indonesia. (alih


bahasa Tim Komunitas Bambu). Depok: Komunitas Bambu.

Anda mungkin juga menyukai